Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

DIARE
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses dalam volume besar atau
sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah. ( Elizabeth J.Corwin ,2009).
Menurut Potter & Perry (2006), diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan
pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk.
Sedangkan menurut Wong (2009) dalam jurnal USU, Diare merupakan penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja,
2007).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa diare
adalah keadaan dimana terjadi proses defekasi >3 kali perhari dengan keadaan feses yang
dikeluarkan adalah cair.
2. Etiologi
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan
balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan2 tahun
(Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit
karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan
oleh mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri
patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium
merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut.(Wong, 2009).
Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak
kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak. (Suharyono, 2008). Kebanyakan
mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat jalur fekal-oral melalui
makanan,air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat
(Wong ( 2009 ) dalam jurnal USU).
a. Infeksi
1) Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
(a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter, Yersenia dan
Aeromonas.
(b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan Poliomyelitis,
Adenovirus, Rotavirus dan Astrovirus).
(c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan Strongylodies), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas homonis), dan jamur
(Candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intiloransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar (Ngastiyah, 2005).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinik penyakit diare antara lain cengeng, rewel
(anak), gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga
disertai dengan adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet,
dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah,
nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan
syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata cekungdan selaput lendir dan mulut
serta kulit menjadi kering.
Berdasarkan pendapat di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa tanda dan gejala
dari diare adalah
a. Buang air besar terus menerus ( >3 kali ) dan disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan
b. feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah
c. suhu tubuh meningkat, terjadi dehidrasi
d. nafsu makan menurun
e. kadang disertai mual dan muntah ( diare akibat virus )
f. cengeng, rewel, gelisah (pada anak
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus

Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,


sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
5. Penanganan
Rehidrasi
Sebelum memberikan terapi rehidrasi pada pasien, perlu dinilai dulu derajat
dehidrasinya. Karena akibat dari diare yang terus menerus adalah kekurangan cairan
(dehidrasi ).
Tanda-tanda Dehidrasi Berat :
- Letargis atau tidak sadar dan Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kemblinya sangat lama.
Tanda-tanda Dehidrasi ringan/sedang :
- Gelisah,rewel/mudah marah
- Mata cekung
- Haus,minum dengan lahap
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tanpa dehidrasi : tidak ditemukan tanda-tanda seperti diatas
Penanganan Dehidrasi ringan/ sedang :
a. Beri cairan tambahan
- ASI tetap diberikan bagi anak yang masih menyusu
- Oralit
- Larutan gula garam
- Cairan makanan( air tajin,kuah sayur atau air matang)
b. Lanjutkan pemberian makan
c. Pergi ke pusat pelayanan kesehatan
Penanganan Dehidrasi Berat :
- Rujuk segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk pengobatan IV / lanjutan
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di
pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi
rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
6. Komplikasi
Menurut Bongard (2002), ada 5 komplikasi utama yang muncul pada kasus diare, yaitu:
a. Dehidrasi : ringan, sedang dan berat.

b. Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh.


Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air atau cairan
lainnya memecah menjadi partikel-partikel dan mampu membawa aliran listrik.
Konsentrasi elektrolit berbeda-beda dalam darah, jaringan dan cairan dalam selsel
tubuh. Tubuh kita harus memiliki jumlah elektrolit utama yang tepat untuk energi. Diare
dapat menyebabkan kurangnya satu atau lebih elektrolit.
c. Kelumpuhan ileus (paralytic ileus).
Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya gerakan usus.
Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut, sakit ginjal yang
parah, atau penyakit parah lainnya.
d. Septisemia.
Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian tubuh. Kondisi ini
biasanya menyusul adanya infeksi di salah satu bagian tubuh, yang dari sana bakteri pergi
ke berbagai bagian tubuh lain melalui darah.
e. Komplikasi darah seperti koagulasi intravaskular terdesiminasi
Jika ada penyakit atau cedera parah apapun, darah cenderung membentuk massa
semipadat atau gumpalan darah dalam pembuluh darah. Karenanya, tubuh harus
menggunakan banyak zat kimia untuk membentuknya. Untuk mengurangi efek
penggumpalan, tubuh memproduksi sejumlah bahan kimia anti penggumpalan.
Akibatnya, darah tidak menggumpal, hal ini malah dapat menyebabkan perdarahan.
Septisemia, cidera parah, perdarahan dan banyak penyakit parah lainnya dapat
menyebabkan koagulasi intravaskular terdesiminasi.
f. Renjatan hipovilemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
g. Hipokalemia yaitu kadar kalsium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus
(kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus),
hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
h. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
i. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa usus halus.
j. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
k. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
a.Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik.
Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan
pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti

Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat


antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
b.
Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric
atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day),
kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
c.Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses >300/g24jam
mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses
sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d.
Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per
lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika
pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam
biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan
malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
e.Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau
diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses
normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali
konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic
yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang
bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon
kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang
terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu
diare osmotic.
f. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi
dengan modifikasi noda asam.
g.
Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu
protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin
time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam
folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi
penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil
dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun
tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer
dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
h.
Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin

(medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addisons disease), anda urinary 5-HIAA


(carcinoid syndrome).
i. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan
NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap
penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4
dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2
PO4.
8. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
No Diagnosa
NOC
1. Diare
Bowel elimination
KH :
- Frekuensi bab normal
< 3 kali / hari
- Konsistensi feses
normal (lunak dan
berbentuk)
- Gerakan usus tidak
me-ningkat (terjadi tiap
10 -30 detik)
- Warna feses normal
- Tidak ada lendir,
darah
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada diare
- Tidak ada kram
- Gambaran peristaltic
tidak tampak
- Bau fese normal
(tidak amis, bau busuk)

NIC
Manajemen Diare
1. Identifikasi faktor yang mungkin menyebabkan diare (bakteri, obat, makanan,
selang makanan, dll )
2. Evaluasi efek samping obat
3. Ajari pasien menggunakan obat diare
dengan tepat (smekta diberikan 1-2 jam
setelah minum obat yang lain)
4. Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, bau,
konsistensi feses.
5. Dorong klien makan sedikit tapi sering
(tambah secara bertahap)
6. Anjurkan klien menghindari makanan
yang berbumbu dan menghasilkan gas.
7. Sarankan klien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung laktosa.
8. Monitor tanda dan gejala diare
9. Anjurkan klien untuk menghubungi petugas setiap episode diare
10. Observasi turgor kulit secara teratur
11. Monitor area kulit di daerah perianal dari
iritasi dan ulserasi
12. Ukur diare / keluaran isi usus
13. Timbang Berat Badan secara teratur
14. Anjurkan diet rendah serat
15. Anjurkan untuk menghindari laksatif
16. Ajari klien / keluarga bagaimana memelihara catatan makanan
Manajemen Nutrisi
1. Hindari makanan yang membuat alergi

2. Hindari makanan yang tidak bisa ditoleransi oleh klien


3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan kalori dan jenis
makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus
buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan kien dan bagaimana cara makannya
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang
menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan
dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang
diharapkan dengan klien / keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk
mencatat keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air
dan keringkan setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan
kering
2. Kekurangan
volume cairan

Hidrasi
- Hidrasi kulit adekuat
- Tekanan darah dalam
batas normal
- Nadi teraba
- Membran
mukosa
lembab
- Turgor kulit normal
- Berat badan stabil dan
dalam batas normal
- Kelopak mata tidak
cekung
- Fontanela
tidak
cekung

Monitor Cairan
1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya
intake cairan dan kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(hipertermi, diu-retik, kelainan ginjal,
muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar
panas, infeksi)
3. Menimbang BB secara teratur
4. Monitor vital sign
5. Monitor intake dan output
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi
cairan bila diperlukan
7. Jaga keakuratan catatan intake dan

- Urin output normal


- Tidak demam
- Tidak ada rasa haus
yang sangat
- Tidak ada napas
pendek / kusmaul

output
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit
dan rasa haus
9. Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor distensi vena leher, krakles,
odem perifer dan peningkatan berat badan.
11. Monitor akses intravena
Balance Cairan
12. Monitor tanda dan gejala asites
- Tekanan darah normal 13. Catat adanya vertigo
- Nadi perifer teraba
14. Pertahankan aliran infuse sesua advis
- Tidak
terjadi dokter
ortostatik hypotension
- Intake-output
Manajemen Cairan
seimbang dalam 24 jam 1. Timbang berat badan dan monitor ke- Serum,
elektrolit cenderungannya.
dalam batas normal.
2. Timbang popok
- Hmt dalam batas 3. Pertahankan keakuratan catatan intake
normal
dan output
- Tidak ada suara napas 4. Pasang kateter bila perlu
tambahan
5. Monitor status hidrasi (kelembaban
- BB stabil
membrane mukosa, denyut nadi, tekanan
- Tidak ada asites, darah)
edema perifer
6. Monitor vital sign
- Tidak ada distensi 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / kevena leher
lebihan cairan (krakles, edema perifer,
- Mata tidak cekung
distensi vena leher, asites, edema pulmo)
- Tidak bingung
8. Berikan cairan intravena
- Rasa
haus
tidak 9. Monitor status nutrisi
berlebihan
10. Berikan intake oral selama 24 jam
- Membrane mukosa 11. Berikan cairan dengan selang (NGT)
lembab
bila perlu
- Hidrasi kulit adekuat
12. Monitor respon pasien terhadap terapi
elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
gejala kelebihan cairan

Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
EGC; Jakarta.

Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Kowalak J.P., dkk. 2003. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (edisi 2).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai