Anda di halaman 1dari 9

1.

Mengapa Perekonomian Membutuhkan Bank Sentral


Pada dasarnya perekonomian membuthkan suatu alat untuk mejaga kestabilan dan
menjalankan kebijakan kebijakan moneter, oleh sebab itu tugas BI dalam suatu perekonominan
memiliki tanggung jawab terhadap kebijakan moneter yang diperlukan untuk setiap Negara.
Dibandingkan dengan bank lain, bank sentral tidak memliki kepentingan positif dalam menjaga
tugasnya karena tugasnya adalah sebagai penjaga kestabilan dan kebijakan moneter yang
berbeda dengan bank konvensional
Berdasarkan Undang Undang No.13 Tahun 1967 tentang Bank Sentral yang dimaksud dengan
Bank Sentral adalah Bank Indonesia. Dimana tugas pokok bank sentral di Indonesia adalah :

Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah

Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja,


guna meningkatkan taraf hidup rakyat

Bank sentral mempunyai peranan dalam perekonomian sbb :


1. Sebagai Bank untuk Bank Bank Lainnya (Bankers Bank). Bank sentral merupakan
bank bank lainnya, karena jasa perbankan yang diberikan kepada bank lainnya sama seperti
bank umum memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dengan pengertian ini bank sentral dapat
memberikan pinjaman kepada bank umum apabila bank umum tersebut membutuhkan
likuiditas atau cadangan. Bank sentral dapat bertindak sebagai clearing house dari system
perbankan suatu Negara. Di mana bank sentral menyelesaikan piutang dan utang antar bank
yang bersangkutan.
2. Sebagai Bank Pemerintah. Pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan tentu
memerlukan pengeluaran dan menghitung pendapatan. Guna mengurus seluruh pendapatan dan
pengeluaran, pemerintah tentusangat membutuhkan jasa perbankan. Bank sentral didirikan
untuk menyimpan pendapatan pemerintah dan membayar pengeluaran pemerintah.Bank sentral
juga berfungsi sebagai tempat pemerintah meminjam uang, bila pengeluarannya lebih besar
dari pendapatannya. Jadi dengan pinjaman dari bank sentral inilah pemerintah membiayai
defisit yang terjadi.
3. Mengawasi Bank Bank dan Lembaga Keuangan. Bank sentral bertindak sebagai
pengawas bank umum dan lembaga keuangan, karena operisional dari bank umum dan
lembaga keuangan adalah berdasarkan kepercayaan. Sehingga untuk dapat menjaga
kepercayaan masyarakat ini perlu diadakan pengawasan dalam operasionalnya. Berdasarkan
modal kepercayaan sebagai operasional bank umum, bilamana bank tidak dapat memenuhi
tarikan dana masyarakat tersebut, maka kepercayaan masyarakat akan hilang. Hal ini dapat
membahayakan perekonomian negara tersebut. Bank sentral juga mempunyai kewajiban untuk
mengawasi jumlah uang yang beredar, hal ini untuk mencegah jangan sampai jumlah uang
yang beredar melebihi kebutuhan perekonomian, sehingga akan memnyebabkan inflasi. Disini
fungsi bank sentral untuk menjaga nilai mata uang jangan sampai merosot, dengan mencegah
inflasi jangan sampai terlalu tinggi.

4. Mencetak Uang dan Penyediaan Uang bagi Perekonomian. Dalam menjalankan


fungsinya bank sentral dapat mencetak uang untuk memperlancar aktivitas produksi dan
perdagangan dalam suatu Negara. Karena salah satu fungsi uang sebagai alat tukar inilah maka
bank sentral perlu menyediakan uang guna memperlancar arus produksi dan perdagangan yang
terjadi. Bank sentral juga harus dapat memperkirakan kebutuhan jumlah uang yang dibutuhkan
untuk dapat mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadin dari tahun ke tahun.
5. Mengatur Pasar Uang dan Pasar Modal. Fungsi ini sebenarnya tidak langsung dilakukan
oleh bank sentral, tetapi gerak gerik bank sentral dalam menetapkan tingkat bunga (discount
rate) akan berpengaruh kepada pasr uang dan pasar modal yang ada dalam suatu Negara.
Kebijakan tingkat bunga yang dikeluarkan bank sentral secara langsung akan mempengaruhi
nilai uang yang hendak dipinjam atau dipinjamkan, juga tingkat bunga yang ditetapkan bank
sentral akan berpengaruh atau mementukan nilai dari surat surat berharga yang
diperdagangkan di bursa efekatau nilai investasi yang akan dilakukan perusahaan.
6. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran. Fungsi lain dari bank umum yang
juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini
dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring,
transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai,
kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem
pembayaran elektronik.

2.
Peran, Fungsi, dan Tujuan Bank Sentral-Bank
Indonesia
Fungsi utama Bank Sentral secara umum adalah mengawasi penambahan atau ekspansi
dan pengurangan atau kontraksi jumlah uang yang beredar di masyarakat, baik uang kartal
maupun uang giral.
Adapun peran dan fungsi Bank Sentral secara lebih spesifik adalah sebagai berikut.
1. Sebagai Agen Fiskal Pemerintah (Fiscal Agent of Government).
Bank Sentral memiliki peran khusus dalam sistem moneter yaitu sebagai sumber
peminjaman bagi bank-bank dan menjadi sumber terakhir bagi bank-bank tersebut dalam
mendapatkan pinjaman ketika bank yang bersangkutan mengalami kesulitan likuiditas (lender
of the last resort).
2. Sebagai Penentu Kebijakan Moneter (Monetary Policy Maker).
Untuk menjalankan fungsinya, Bank Sentral umumnya memiliki sifat monopoli untuk
mengeluarkan uang dan wewenang istimewa untuk mengatur dan mengendalikan jumlah uang
beredar serta tingkat suku bunga.
3. Melakukan Pengawasan, Evaluasi, dan Pembinaan Perbankan.

Bank Sentral berperan dalam mengawasi, mengevaluasi, dan membina kegiatan


perbankan sebagai lembaga perantara keuangan. Berkenaan dengan fungsinya tersebut, Bank
Sentral diberi kewenangan untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, yang
antara lain adalah penilaian terhadap rasio kecukupan modal (Capital Asset Ratio/CAR), Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), dan jaminan pemberian kredit.
4. Penanganan Transaksi Giro.
Bank Sentral berperan dalam mengefisienkan kegiatan kegiatan transaksi yang
menggunakan alat pembayaran giro dalam jumlah besar, antarbank, antar wilayah, bahkan
antar negara.
5. Melakukan Riset-Riset Ekonomi (Economic Research).
Bank Sentral berperan sebagai lembaga untuk melakukan Riset-riset ekonomi yang
berkaitan dengan masalah dan perkembangan sektor moneter. Hal ini berkaitan dengan tujuan
Bank Sentral, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral melakukan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten,
transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.

3. Fungsi Bank Konvensional dan Bank Modern


Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat
mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral
menyebabkan possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank
umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman,
seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia
dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.Kemampuan bank umum menghimpun
dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana
simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,
utamanya melalui penyaluran kredit.
Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi
antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya
dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam
skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan
adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat
ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.
Penyimpanan Barang-Barang Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang
ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan
oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang
semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas
atau surat-surat berharga.
Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim
uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini
amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang
menggunakannya.

4. Faktor yang melemahkan nilai tukar


1. Perbedaan tingkat inflasi
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata
uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power)mata
uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Nilai tukar mata uang negara-negara yang
inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
Bagi negara-negara yang tingkat inflasinya tinggi, nilai mata uangnya akan mengalami depresi
daripada negara rekanan transaksi perdangangannya.
2. Perbedaan tingkat suku bunga
Nilai tukar uang, inflasi, dan suku bunga mempunyai korelasi yang kuat. Bank Indonesia
misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasi inflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata
uangdengan mengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesia tinggi maka permintaan
mata uang rupiah akan bertambah dan investor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarik
berinvestasi demi keuntungan yang lebih besar. Tetapi jika inflasi semakin meningkat investor
akan keluar untuk menghindari kerugian sampai bank pusat kembali menaikkan suku bunga.
Sebaliknya, jika bank Indonesia menurunkan suku bunga, maka nilai tukar uang akan semakin
lemah.

3. Pelarian Modal (Capital Flight)


Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah
modal asing. Ini membuat nilai Rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor
asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia, maka akan
semakin banyak investasi asing di Indonesia, dan dengan demikian Rupiah akan semakin
menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan
kian melemah.
4. Ketidakstabilan Politik-Ekonomi
Dari dalam negeri, faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politikekonomi. Contoh saat masa-masa ketidakpastian menjelang pemilu kemarin, investor
cenderung was-was dan akan menunggu hingga terpilih pemimpin baru untuk menunjukkan
sentimen ekonomi yang lebih meyakinkan. Akibatnya, musim menjelang pemilu umumnya
ditandai oleh pelemahan nilai Rupiah. Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja
ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak
stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan
berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Harga ekspor dan harga impor
Jika jumlah ekspor barang ataupun jasa suatu negara meningkat daripada nilai ekspornya,
dapat dipastikan nilai tukar mata uang negara tersebut akan menguat. Dengan peningkatan
komoditas ekspor baik barang atau jasa berarti permintaan mata uang akan meningkat.
Sebaliknya, bila nilai impor lebih tinggi daripada jumlah ekspor, bisa saja negara mengalami
defisit sehingga nilai tukar melemah.
6. Hutang public
Selain untuk aktivitas perdagangan dengan negara lain, neraca anggaran lokal suatu
negara juga digunakan untuk menunjang proyek-proyek dalam negeri untuk kepentingan
pemerintahan dan masyarakat. Anggaran yang defisit akan menyebabkan meningkatnya hutang
publik atau public debt dan hal ini akan berakibat pada tingginya nilai inflasi. Defisit anggaran
dapat diatasi dengan menjual aset pemerintah atau mencetak lebih banyak uang. Jika keadaan
terus memburuk, pemerintah bisa saja mengalami gagal bayar atau default sehingga peringkat
hutangnya turun. Salah satu faktor yang dapat melemahkan nilai tukar uang suatu negara
adalah hutang publik yang tinggi.

5. Teori Sistem Nilai Tukar


Dornbusch dan Fisher (1980) mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi
daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan
berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash
flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut. Ekuitas yang merupakan

bagian dari kekayaan perusahaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme
permintaan uang berdasarkan model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter (Gavin, 1989)
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam
menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14
Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi
sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas
kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruhpengaruh dari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan
Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi.
Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah
ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank
Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula.
Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori
kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi
karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang
dengan penawaran uang (jumlah uang beredar) (Mussa, 1976). Pendekatan yang digunakan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah pendekatan moneter. Dengan
pendekatan moneter maka diteliti pengaruh variabel jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat
suku bunga, tingkat pendapatan, dan variabel perubahan harga. Dipakainya dollar Amerika
sebagai pembanding, karena dollar Amerika merupakan mata uang yang kuat dan Amerika
merupakan partner dagang yang dominan di Indonesia. Konsep penentuan kurs diawali dengan
konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan
neraca pembayaran (balance of payment theory).
Teori Inflasi
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali apabila
kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barangbarang lain. Inflasi diakibatkan oleh :

Demand-pull Inflation.

Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah
berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.

Cost-Push Inflation

Cost plus inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang
dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran
total (aggregate supplay) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan
agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan oleh
pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan pengeluaran konsumsi

pemerintah yang melebihi penerimaan (defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full
employment.

Teori Suku Bunga

Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas
pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku
bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak
atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga
yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat
bunga ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran. Tingkat suku bunga digunakan
pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang
beredar dalam masyarakat banyak4 sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh
pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga
yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregatpun
akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi.

6. Kebijakan Pemerintah dalam Memperkuat Nilai Tukar


Nilai tukar rupiah dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami pelemahan. Awal
September lalu, nilai tukarnya terhadap dolar AS mencapai Rp11.700. Padahal, pada awal
September 2013, nilai tukar rupiah terhadap US$ masih mencapai sekitar Rp10.700. Bank
Indonesia pun memprediksi pelemahan ini akan berlanjut pada 2015. Kisarannya akan mencapai
antara Rp11.800 sampai Rp12.000.
Tentunya pelemahan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena dapat membuat defisit
transaksi berjalan kian membengkak. Pelemahan berkepanjangan juga akan berdampak negatif
terhadap industri dalam negeri. Ambil contoh industri makanan dan minuman. Sekitar 60 sampai
65% bahan bakunya masih impor.
Tegakkan UU No7/2011
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan rupiah
adalah menegakkan kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas
menetapkan bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila berhasil
dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan fluktuasi.
Mendongkrak Ekspor
Selain menegakkan UU No 7/2011, upaya lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat nilai
tukar rupiah adalah meningkatkan ekspor. Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi
fokus pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada kegiatan ekspor.
Untuk mendukungnya, pemerintah telah melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang
terkait dengan ekspor. Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, serta kertas. Pemerintah juga

mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang masuk ke dalam


negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya saing produk-produknya,
terutama produk ekspor.
Peningkatan ekspor sangat penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit
untuk menekan atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat ini.
Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung, satu-satunya langkah yang
bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan menyiapkan
seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu berasing di era perdagangan bebas.

Anda mungkin juga menyukai