1.
Kadar glukosa diukur setelah berpuasa dan dua jam setelah mengkonsumsi minuman
mengandung glukosa. Bila kadar glukosa adalah 140-199mg/dL maka masih masuk
ke golongan prediabetes, sedangkan jika hasilnya 200mg/dL maka pasien positif
mengidap Diabetes Melitus.
3.
Manusia yang tidak terkena diabetes melitus memiliki kisaran nilai normal HbA1c
adalah antara 4% sampai 5,6%. Sedangkan bila kadar HbA1c antara 5,7% sampai
6,4% mengindikasikan peningkatan risiko diabetes, dan kadar 6,5% atau lebih tinggi
mengindikasikan diabetes.
2.
menyusun hingga 10 % dari berat total hati. Saat tubuh memerlukan glukosa, hati memecah
glikogen menjadi kostituen molekul glukosa melalui suatu proses yang disebut glikogenesis
(lysis dari kata Yunani yang artinya memecah atau mengurai. Molekul glukosa dibebaskan ke
peredaran darah dan berbagi dengan seluruh tubuh. Sel-sel otot juga melakukan
glikogenolisis namun tidak membebaskan glukosa. Jumlah glukosa dalam darah dipelihara
sekitar 90 mg/100 ml darah, namun nilai yang bervariasi antara 70 dan 105 mg/100 ml masih
dianggap normal bagi orang di usia antara 2 dan 50 tahun (glukosa dalam darah sering diukur
dalam mg/dl yang artinya mg/100 ml).
Setelah seseorang mengkonsumsi karbohidrat (gula dan tepung) maka kadar glukosa
dalam darahnya akan meningkat. Sel-sel B akan distimulasi secara langsung oleh glukosa
untuk membebaskan insulin ke dalam darah. Selanjutnya insulin akan beredar di seluruh
tubuh, meningkatkan transport glukosa ke sel-sel utamanya sel-sel lemak dan otot. Insulin
mempengaruhi sel-sel lemak dengan mieningkatkan asupan dan penggunaan glukosa, dengan
demikian meningkatkan sintesis lemak. Efek ini berlawanan dengan hormon pertumbuhan
dan epinefrin yang meningkatkan pemecahan lemak.
Sel-sel otot juga meningkatkan asupan glukosa sehingga meningkatkan sintesis
glikogen. Insulin tampaknya juga meningkatkan transport asam amino dan menstimulasi
sintesis protein. Sel-sel hati juga diransang untuk mengubah glukosa menjadi glikogen.Ini
secara tak lansung akan meningkatkan transport glukosa ke sel-sel namun peningkatan
transport glukosa ini buka merupakan aksi primer insulin pada sel-sel hati. Insulin juga
meningkatkan asupan asam amino dan sintesis protein lebih lanjut oleh sel-sel hati. Secara
singkat insulin menstimulasi penggunaan glukosa untuk menjadi glikogen (glikogenesis),
sintesis lemak (lipogenesis), dan sintesis protein (proteogenesis).Insulin menghambat
pemecahan lemak atau lipolisis dan pembentukan benda-benda keton yang merupakan
produk dari lipolisis. Saat kadar glukosa darah menurun, sekresi insulin secara perlahan juga
menurun hingga kadar glukosa darah mencapai sekitar 80-85 mg/100 ml darah.
Sebaliknya, saat kadar glukosa darah menurun hingga mencapai sekitar 50 mg/100
ml, sel alfa akan mulai mensekresikan glukagon. Glukagon menstimulasi sel-sel hati memulai
glikogenolisis, segera akan meningkatkan kadar glukosa darah meningkatkan kadar glukosa
darah.
Protein di dalam hati dan sel-sel otot dipecah menjadi asam amino yang dibebaskan
ke dalam darah dan dikirimkan ke hati dimana glukagon merangsang konversi asam-asam
amino menjadi glukosa, suatu proses yang disebut glukoneogenesis. Sel-sel liver dan sel-sel
lemak mulai memobilisir pemecahan molekul lemak. Kadar kalium dalam darah juga
meningkat, mungkin sebagai efek samping glikogenolisis. Glukagon juga menstimulasi selsel Beta secara langsung, menyebabkannya membebaskan insulin yang dapat meningkatkan
kemampuan sel tubuh menggunakan glukosa yang baru saja dibebaskan.
Menurut penelitian hewan di laboratroium yang diinjeksikan glukagon murni gagal
untuk menambah berat badan, mengurangi konsumsi makan dan memecah protein tubuh. (J A
Parker et al, 2013 ). Aktifitas pencernaanya juga menurun. Efek bersih insulin dan glukagon
adalah menjaga kadar glukosa darah dalam batas yang sangat sempit. Kadar glukosa
meningkat, pembebasan insulin akan distimulasi, dan pembebasan glukagon akan
menghambatnya. Glukosa meninggalkan darah dan dipakai oleh sel-sel tubuh utamanya sel
hati, sel lemak dan sel otot. Saat kadar glukosa darah menurun, glukagon disekresikan dan
menyebabkan pemecahan glikogen dalam hati menjadi glukosa yang akan dibebaskan ke
dalam darah, dengan demikian akan meningkatkan kadar glukosa darah.
Pengaturan Sekresi Insulin
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Merangsang Sekresi Insulin. Pada kadar normal glukosa
darah waktu puasa sebesar 80 sampai 90 mg/100 ml, kecepatan sekresi insulin akan minimum
yakni 25 mg/menit/kgBB, suatu kadar glukosa darah yang hanya mempunyai aktivitas
fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi glukosa dalam darah tiba-tiba meningkat dua sampai
tiga kali dari kadar normal dan kemudian kadar glukosa ini dipertahankan pada nilai ini,
sekresi insulin akan meningkat dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap.
1. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan segera kadar glukosa
darah, kadar insulin plasma meningkat hampir mencapai 10 kali lipat; keadaan ini
disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah terbentuk terlebih dulu oleh sel-sel
beta pula Langerhans. Akan tetapi, kecepatan sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat
dipertahankan; sebaliknya, dalam waktu 5 sampai 10 menit kemudian sekresi insulin
akan berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normalnya (Guyton and
Hall,2012).
2. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua kalinya,
sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai gambaran seperti dataran yang
baru, biasanya pada saat ini kecepatan sekresi bahkan lebih besar daripada kecepatan
pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya tambahan pelepasan insulin yang
sudah lebih dulu terbentuk dan oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang
mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel beta (Guyton and Hall,2012).
Faktor-faktor Lain yang Merangsang Sekresi Insulin
1. Asam amino
Efek yang poten terutama dihasilkan oleh arginin dan lisin. Efek ini berbeda dari
rangsangan sekresi insulin oleh glukosa dengan cara berikut ini: pemberian asam amino
yang diakukan sewaktu tidak ada peningkatan kadar glukosa darah, hanya menyebabkan
peningkatan sekresi insulin sedikit saja. Akan tetapi, bila pemberian itu dilakukan saat
terhadi peningkatan glukosa darah, sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa dapat
meningkat dua kali lipat dengan adanya kelebihan asam amino. Jadi, asam amino
tersebut sangat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin (Guyton and
Hall,2012).
Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino sangat penting sebab insulin
selanjutnya meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel jaringan dan
meningkatkan pembenukan protein intrasel. Jadi, penggunaan insulin tunruk pemakaian
kelebihan asam amino sama pentingnya dengan penggunaan insulin bagi penggunaan
karbohidrat (Guyton and Hall,2012).
2. Hormon Gastrointestinal
Campuran beberapa macam hormon penernaan yang penting gastrin, sekretin,
kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide akan meningkatkan sekresi insulin dalam
jumlah yang cukup banyak. Hormon-hormon ini dilepaskan oleh saluran cerna sesudah
seseorang makan. Selanjutnya hormon ini menyebabkan peningkatan antisipasi insulin
dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar glukosa dan asam amino dapat
diabsorbsi dari makanan tersebut. Hormon-hormon gastrointestinal biasanya bekerja
dengan cara yang sama seperi asam amino dalam meningkatkan sensitivitas respons
insulin untuk meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan kecepatan sekresi
insulin sewaktu kadar glukosa darah meningkat (Guyton and Hall,2012).
3. Hormon-Hormon Lain dan Sistem Saraf Otonom
Yaitu hormone glukagon, hormon pertumbuhan, kortisol, dan, yang paling lemah,
progesteron dan estrogen. Manfaat efek perangsangan hormon-hormon ini adalah bahwa
pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam -jumlah besar kadang-kadang
dapat mengakibatkan sel-sel beta pulau Langerhans menjadi kelelahan dan karenanya
akan meningkatkan risiko untuk terkena diabetes. Memang, diabetes sering terjadi pada
orang yang menggunakan dosis tinggi beberapa hormon ini. Diabetes secara khusus
umum terjadi pada orang akromegali dengan tumor yang menyekresi hormon
Referensi
Guyton, A. C. Dan J.E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke 11. Jakarta.
EGC
Parker, J., McCullough, K., Field, B., Minnion, J., Martin, N., Ghatei, M., & Bloom, S.
(2013). Glucagon and GLP-1 inhibit food intake and increase c-fos expression in
similar appetite regulating centres in the brainstem and amygdala. Int J Obes Relat
Metab Disord, 37(10), 1391-1398.
Prediabetes and Insulin Resistance | NIDDK. (2016). National Institute of Diabetes and
Digestive
and
Kidney
Diseases.
Retrieved
September
2016,
from
https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/types/prediabetes-insulinresistance
Sherwood, L. (2010). Human Physiology : From cells to systems. United States of America :
Brooks/Cole