Romi Andriyana
102013220 / B3
Email: andriyana_romi@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS).
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai
misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah satu
organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif
(peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
Dalam tiap program puskesmas yang telah direncanakan, ada sistem yang mengatur
mulai dari perencanaan hingga penilaian. Disinilah dibutuhkan peranan dokter puskesmas
yang selain dapat menjadi dokter yang merawat pasien, dokter juga dapat menjadi seorang
manager ataupun pendamping ahli dari kepala desa/camat.
Isi
Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
P a g e 1 | 16
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggrakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara
umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan
masyarakat (UKM).1
Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal
ini disepakati oleh Puskemas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Perawat memberikan
pelayanan di masyarakat, Puskesmas biasanya memiliki sub unit pelayanan seperti
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos
bersalin desa (polindes).1 Menurut Departemen Kesehatan, 2004, Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja.1
Peran dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.2
Fungsi dari Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu menggerakkan
(motivator,
fasilitator)
dan
turut
serta
memantau
pembangunan
yang
guna
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
mengidentifikasi
masalah,
merencanakan
dan
mengambil
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah:3,4
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber-KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Surveilans Gizi, dan Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:3,4
Upaya Kesehatan Sekolah.
Upaya Kesehatan Olah Raga.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat .
Upaya Kesehatan Kerja.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Upaya Kesehatan Jiwa.
P a g e 5 | 16
perlakuan
sesuai
masalah,
kebutuhan
pasien,
dan
sesuai
kewenangannya.1,5
3. Communicator Mampu menjadi komunikator yang baik.
P a g e 6 | 16
Dalam hal ini dokter dituntut seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup yang
sehat dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks budaya dan
ekonomi, dengan demikian kesehatan pada perorangan dan masyarakat akan meningkat
dan terjaga sehingga membantu individu maupun kelompok masyarakat dalam mengubah
gaya hidupnya ke arah perilaku sehat. Sebagai communicator, dokter diharapkan mampu
menguasai area komunikasi efektif yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal
atau non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega
dan profesi lain. Proses yang harus diperhatikan baik dalam berkomunikasi dengan pasien
maupun keluarganya yaitu rasa kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa,
dan memberi penjelasan.1,5
4. Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang mendapatkan kehormatan dan kepercayaan
masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan perorangan maupun
kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi masyarakat untuk turut
berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya pada masyarakat.1,5
5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan
fungsi-fungsi diatas.1,5
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis
dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan kesehatan untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter menjadi orang yang
memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk mengetahui berbagai penyakit yang
berada di lingkungannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kualitas hidup manusia, dan
bukan menjadi seorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka juga dididik
untuk berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat/lingkungannya dari berbagai
penyakit.1,5
Manajemen dan Administrasi Puskesmas
Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau mana-mana pusat
kesehatan harus dimulai dengan manajemen atau administrasi. Administrasi adalah proses
penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Administrasi, baik dalam pengertian luas maupun sempit di dalam
penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.3,6
P a g e 7 | 16
1. Masukan (input)
Masukan merupakan suatu struktur yang berupa sumber daya manusia (man), dana
(money), sarana fisik perlengkapan dan peralatan (material), organisasi dan manajemen
(method).
2. Proses
Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan,
serta pengawasan.
Perencanaan
Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Puskesmas
merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I yang dibina oleh
DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah
kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta
menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan meliputi kegiatan
program dan kegiatan rutin puskesmas yang berdasarkan visi dan misi puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan primer dimana visi dan misi digunakan sebagai
acuan dalam melakukan setiap kegiatan pokok puskesmas.3,4
Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh
puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun
sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau
lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan
untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa
publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, P2M dan pelayanan kesehatan
yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta seperti pengobatan individu.3
Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan
struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit
tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program yang ditangani.2
Struktur organisasi puskesmas:1,6
-
kegiatan
pencegahan
dan
melaksanakan
kegiatan
pembinaan
dan
sebelumnya.
Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab
terjadinya penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu
berusaha lebih dulu untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan
P a g e 10 | 16
Ga
mbar 1. Enam Unsur Sistem yang Saling Mempengaruhi.1
Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan,
dengan demikian penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang
2. Evaluasi Program
Definisi evaluasi menurut The American Public Association adalah suatu
proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu
program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan menurut The
Internacional Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population Options,
evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada
setiap tahap dari pelaksanaan program.
Berdasarkan tujuannya, evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:6
Evaluasi formatif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilakukan pada tahap awal program. Tujuan dari
evaluasi formatif adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun
benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, sehingga nantinya dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
Evaluasi promotif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilakukan pada saat program sedang
dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi promotif adalah untuk mengukur apakah
program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak
dan apakah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan tujuan program.
Evaluasi sumatif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilaksanakan pada saat program telah selesai.
Tujuannya adalah untuk mengukur keluaran (output) atau dampak (impact) bila
memungkinkan. Jenis evaluasi ini yang dilakukan dalam makalah ini.
3. Jenis Penilaian
Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap tahap
pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis
yakni:6
Penilaian pada tahap awal program
Penilaian yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program
(formative evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan bahwa
rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang
ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang
dimaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhan
masyarakat ini sering disebut pula dengan studi penjajakan kebutuhan (need
assessment study).
Penilaian pada tahap pelaksanaan program
P a g e 12 | 16
Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilaksanakan
(promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program
yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, apakah
terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan
dari program tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap
pelaksanaan program ini ialah pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala
(periodic evaluation).
Penilaian pada tahap akhir program
Penilaian yang dilakukan di sini ialah pada saat program telah selesai
dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat
dibedakan atas dua macam yakni untuk mengukur keluaran (output) serta untuk
mengukur dampak (impact) yang dihasilkan. Dari kedua macam penilaian akhir
ini, diketahui bahwa penilalan keluaran lebih mudah dari pada penilaian dampak,
karena pada penilaian dampak diperlukan waktu yang lama.
4. Masalah
Yang dimaksud dengan masalah adalah terdapatnya kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan. Dalam usaha mencapai visi puskesmas terdapat beberapa
masalah yang dihadapi sehingga menyebabkan program yang diselenggrakan tidak
mencapai target yang ditetapkan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah
menetapkan prioritas masalah. Kita bias menggunakan teknik non scoring / scoring.
Teknik non scoring meliputi brain storming, Delphi technique, dan delbeq
technique. Sedangkan teknik scoring kita lakukan dengan kajian data yang diperoleh
dari laporan bulanan puskesmas. Dalam pemilihan prioritas (scoring) kita dapat
melakukannya dengan menggunakan teknik kriteria matrik. Misalnya pada kasus
ditemukan imuniasi campak dan KB yang belum mencapai hasil yang di harapkan.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat manajemen yang tidak
efektif atau pelaksanaan program yang tidak efisien.
Misalnya pada kasus ditemukan cakupan imuniasi campak, KB, ANC, dan DHF yang belum
memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat manajemen yang
tidak efektif atau pelaksanaan program yang tidak efisien. Namun pada tahun ini dr. X hanya
memprioritaskan 2 masalah saja.
1. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh terhadap
penyakit tertentu. Sasarannya adalah Bayi, Balita, Ibu hamil, Anak Sekolah, dan
Pasangan Usia Subur (PUS).
Tujuan imunisasi sebagai berikut:
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
P a g e 13 | 16
Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil, dan pencegahan penyakit.
Imunisasi Campak
Diberikan pada bayi berumur 9 bulan
Dosis 0,5 ml diberikan subcutan pada lengan kiri
Disimpan pada suhu 2-8 0C
Vaksin yang telah dilarutkan hanya bertahan 8 jam
KIPI : Demam, diare, konjungtivitis ruam seletah 7-12 hari pasca imunisasi.
2. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah
dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan utama
program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan
KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka
kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam
rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.
Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu inovasi
baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan program KB,
berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam program KB
meminta masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi
kebutuhan yang berhubungan dengan perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan
alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB.
Permasalahan yang menjadi hambatan adalah adanya anggapan bahwa KB
masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat juga
umumnya rendah (80% tidak tamat SMP). Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai definisi dari KB, jenis-jenisnya, program puskesmas mengenai KB, peran
masyarakat dalam bentuk Posyandu, peran pemerintah, angka demografi dan juga
problem solving cycle.
Program kependudukan dan KB terdiri dari:
Sub Program Pembinaan dan Peningkatan Kemandirian Keluarga Berencana
Sub Program Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Sub Program Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi
Sub Program Pengendalian Penduduk
5. Analisis Penyebab Masalah
Semua jenis hambatan atau penyebab timbulnya masalah dalam sesuatu program
dapat dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (sistem) yang lebih difokuskan
pada sumber daya dan proses (input dan proses).
6. Problem Solving Cycle
P a g e 14 | 16
a. Input:
-
Man: jumlah staf kurang, ketrampilan, pengetahuan, dan motivasi kerjaya yang
Planning: kurang jelasnya tujuan atau rumusan masalah program sehingga rencana
Kesimpulan
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
P a g e 15 | 16
dalam bentuk kegiatan pokok. Di puskesmas, terdapat 6 upaya kesehatan wajib dan 9 upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing puskesmas. Terdapat 6 unsur
dalam sistem kesehatan yaitu masukan (input), proses, keluaran, sasaran, dampak, umpan balik
(feedback) dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih
prioritas masalah terlebih dahulu, kemudian menganalisanya, menentukan kesenjangan yang
terjadi dan mencari solusi yang tepat sehingga masalah dapat terselesaikan. Sebagai seorang
dokter, terdapat 5 peran yang harus dimiliki yaitu sebagai community leader, manager, community
leader, decision maker dan care provider.
Daftar Pustaka
1.
Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2009. h. 227235.
2.
Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004. h. 170-250.
3.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas jilid i. Jakarta: Bakti Husada;
1991. h. B1-6, C2-4.
4.
Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada; 2004. h. 531.
5.
Boelen C. The Five Star Doctor :An asset to health care reform?. World Health
Organization. Switzerland. Diunduh dari www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf,
6.
14 Juli 2016.
Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;
1996. h. 17-24, 181-241, 329-33.
P a g e 16 | 16