Anda di halaman 1dari 28

BAB.

I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hakekat Pembangunan Nasional adalah membangun manusia Indonesia
Seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti
pembangunan dilaksanakan di segala bidang dan salah satunya adalah bidang kesehatan
yang ditujukan untuk mempertinggi derajat kesehatan, terutama keadaan gizi masyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat pada umumnya ( GBHN, 1999-2004 ).
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia ( SDM ) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan tersebut
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada
proses tumbuh kembang anak sejak awal pertumbuhan sampai mencapai usia dewasa
muda. Pada masa tumbuh kembang ini pemenuhan kebuthan dasar anak seperti
perawatan dan makanan bergizi dapat membentuk Sumber Daya manusia yang sehat,
cerdas dan produktif ( Depkes RI, 2000 ).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas Sumber Daya Manusia.
Apabila gizi tidak tercukupi dengan baik akan mengakibatkan gangguan fisik, mental
dan otak yang mengakibatkan kehilangan generasi penerus yang berkualitas sebagai aset
negara yang sangat berharga. Jaringan otak anak yang normal akan mencapai 80% berat
otak orang dewasa sebelum berumur lima tahun, sehingga apabila terjadi gangguan gizi
maka akan menimbulkan kelainan pada fisik dan mental ( Suhardjo, 1992 )

Salah satu program pemerintah

dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat

tahun 2010 dinyatakan bahwa program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi, konsumsi pangan sehingga akan berdampak pada perbaikan status gizi
masyarakat. Peningkatan status gizi tersebut diarahkan pada peningkatan intelektualitas,
produktivitas dan prestasi kerja serta penurunan angka kurang gizi ( Depkes RI, 2000 ).
Anak adalah generasi penerus bangsa , untuk itu diperlukan pembinaan yang
terarah dan terencana. Pembinaan anak merupakan investasi pembangunan. Menurut
Konvensi hak-hak anak oleh PBB pada tanggal 20 Nopember 1989, anak berhak untuk
mendapatkan makanan yang adekuat dan perawatan kesehatan, hak menjadi orang yang
berguna, hak dicintai dan dilindungi.

Prevalensi

kekurangan gizi pada anak di

Indonesia masih tinggi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan


fisik maupun mental, kecerdasan, kemampuan belajar rendah, kemampuan kerja dan
produktivitas rendah yang akhirnya akan memperparah tingkat sosial dan ekonomi
( Suharjo, 1989 ).
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai masalah gizi yang diderita oleh
anak-anak usia sekolah baik gizi kurang maupun gizi lebih. Hal ini tentu saja merugikan
karena akan menurunkan produktivitas kerja seseorang. Sutjiningsih (1998 ),
mengatakan bahwa salah satu tanda anak-anak yang mengalami gangguan gizi salah
adalah hilangnya minat untuk melakukan kegiatan fisik dan kelincahan dalam bergerak.
Penelitian terhadap status gizi anak menyimpulkan bahwa masih banyak anak
usia sekolah yang mengalami gizi salah ( malnutrisi ) baik gizi kurang maupun gizi
lebih ( Armanto, 2002 ). Penelitian Sunardi, 2003 menyatakan bahwa tingkat kelincahan

anak Sekolah Dasar

di Kecamatan Muara Bangkahulu 53, 62 % berada dibawah

kategori baik.
Survei awal yang dilakukan peneiliti pada bulan Desember 2006 dari 18 siswa
kelas lima sebagai sampel terdapat 4 siswa atau 22,22 % status gizinya kurang, 9 siswa
atau 50 % gizi baik dan 5 siswa atau 27,78 % gizi lebih. Sedang kelincahanya dari 18
orang siswa 5 siswa atau 27,78 % baik sekali, 6 orang atau 33,33 % baik, 3 orang atau
16,67 % sedang dan 22,22 % atau 4 siswa kelincahannya kurang.
C.B. Sinclair, 1981 mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh
keadaan kesehatan dan status gizi baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak
yang kondisi kesehatan dan status gizinya kurang baik akan mengalami kemalasan
dalam bermain, sehingga anak akan mengalami kekurangan gerak yang dapat
mengganggu pertumbuhannya. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya agar
anak mampu bergerak dan bermaian didasarkan pada kenyataan bahwa :
1. Anak yang sehat akan mempunyai kesempatan untuk bermain yang lebih
banyak.
2. Setiap anak yang sehat dan gizinya baik mampu bermain secara optimal dan
mudah bergaul.
3. Tanda-tanda anak yang sehat adalah mampu bergerak dengan lincah, tahan
lama dan bersemagat
Masalah gizi salah pada anak kurang mendapat perhatian dari orang tua, khususnya
masalah gizi lebih masih banyak orang tua yang bangga bila anaknya gemuk dan kurang

suka beraktivitas fisik. Hal ini akan merugikan bagi anak karena dapat mengganggu
proses pertumbuhan dan perkembangan bagi anak.
1.2. Identifikasi Masalah
Semakin baik status gizi anak, maka semakin bersemangat dan bergairah dalam
bermain. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak anak-anak yang kurang
bergairah serta tidak tahan lama dalam melakukan bermain. Berdasarkan pengalaman
peneliti masih banyak dijumpai anak usia sekolah yang tidak memiliki kelincahan yang
optimal dalam bermain yang disebabkan oleh kondisi fisiknya yang kurang mendukung.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan kelincahan gerak pada anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri
73 Kota Bengkulu ?
1.4. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya faktor yang berhubungan dengan kelincahan,
serta terbatasnya pengetahuan, waktu dan biaya maka dalam penelitian ini peneliti
membatasi permasalahan yang berhubungan dengan kelincahan pada masalah status
gizi.
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan status gizi dengan


kelincahan gerak pada anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota
Bengkulu.
1.5.2. Khusus
Adapun tujuan khusus penilian ini adalah untuk mengetahui :
1. Satus gizi anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota Bengkulu
2. Tingkat kelincahan gerak anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota
Bengkulu
3. Apakah ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelincahan
gerak pada anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota Bengkulu.
1.6. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat bagi perkembangan IPTEK yang akan datang :


Penelitian ini dapat mengungkap wawasan baru tentang hubungan status gizi
dengan kelincahan gerak dalam proses belajar mengajar.

2.

Manfaat bagi Sekolah Dasar :


Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan guru pendidikan jasmani
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari di sekolah

3. Manfaat bagi penelitian yang akan datang :


Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian tentang status gizi
dimasa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Definisi Status Gizi
Gizi adalah makanan dan manfaatnya untuk kesehatan atau gizi dapat
diartikan dari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan ( Depkes, 2002 ). Sedangkan
menurut Kardjati

( 1995 ), gizi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh

makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai


aktifitas penting dalam tubuhnya sendiri.
Menurut Suhardjo ( 1990 ) status gizi adalah kondisi tubuh seseorang yang
diukur dengan cara-cara tertentu yang hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan
standar. Almatsier ( 2003 ), menjelaskan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Pendapat lain mengatakan bahwa status gizi

adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi
dalam seluler tubuh,( Deswani, dkk 1990 ).
Status gizi masyarakat merupakan hasil interaksi keseluruhan aspek ekologi
manusia, ekologi manusia diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Masing-masing komponen dalam
faktor ekologi ini saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung,
( Beny Kodyat, 1997 ).
Status gizi masyarakat dapat diwakili oleh gambaran status oleh sekelompok
masyarakat tertentu yang termasuk rawan gizi Status gizi anak merupakan salah satu
indikator yang menggambarkan status gizi masyarakat. Pertumbuhan berat badan dan
tinggi badan merupakan parameter yang cukup sensitif, sebab erat dengan konsumsi
energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan
problem kesehatan di Indonesia, ( Achmad, 1993 ).
Menurut Suhardjo ( 1990 ), dalam pembahasan tentang status gizi ada tiga
konsep yang harus dipahami, ketiga konsep ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Ketiga konsep tersebut adalah :
1.

Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui


proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pembuangan untuk memelihara hidup, pertumbuhan, fungsi organ
tubuh dan produksi energi. Proses ini disebut gizi ( Nutrition ).

2.

Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi


disatu pihak dan pengeluaran oleh ortganisme dilain pihak disebut
Nutriture

3.

Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh Nutriture yang


terlihat melalui variabel terntu disebut sebagai status gizi ( Nutritional
Status ).

2.1.2. Zat Gizi yang Dibutuhkan Tubuh


1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama yang dibutuhkan
oleh tubuhselain lemak dan protein. Sunber utama karbohidrat adalah
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit sekali berasal dari hewan.
Karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan umumnya berupa
makanan pokok dan dapat dikonsumsi dalam jumlah besar. Kebutuhan
tubuh akan karbohidrat diperhitungkan atas dasar kebutuhan jumlah
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk menentukan kebutuhan
karbohidrat diperhitungkan lebih dahulu kebutuhan energi yang dapat
dipenuhi oleh protein dan lemak.
2. Protein

Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Protein berfungsi untuk membangun serta memelihara sel-sel
dan jaringan tubuh. Pada masa pertumbuhan protein sangat dibutuhkan
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Kekurangan protein pada
masa ini akan menimbulkan gangguan pertumbuhan anak.
3. Lemak
Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan sebagai bantalan bagianbagian tubuh tertentu, melindungi tubuh dan memberikan bentuk khas
pada tubuh. Defisiensi lemak

dapat menyebabkan defisiensi vitamin

yang larut dalam lemak , kelainan pada kulit dan rambut.


4. Vitamin
Adalah zat-zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil namun tidak dapat disintesa di dalam tubuh. Secara umum
fungsi vitamin berhubungan dengan fungsi enzim sebagai pengatur reaksi
biokimiawi dalam tubuh. Masing-masing vitamin dibutuhkan dalam
jumlah

tertentu.

Kekurangan

maupun

kelebihan

vitamin

akan

menimbulkan ganguan pada tingkat kesehatan.


5. Mineral
Sekitar 4 % dari tubuh kita terdiri mineral yang larut dalam cairan pada
semua proses kehidupan dalam cairan tubuh. Tubuh harus mampu
memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai dengan cairan
tubuh. Mineral dibagi menjadi dua bagian yaitu makro mineral dan mikro

mineral. Defisiensi mineral secara akut akan menimbulkan gangguan


keseimbangan tubuh.
2. 1. 3. Fungsi Makanan atau Gizi
Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) fungsi makanan ada empat yaitu :
1. Memelihara proses dalam perkembangan atau pertumbuhan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak
2. Memperoleh energi guna melakukan aktivitas sehari-hari
3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan
4. Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit
Pertumbuhan manusia terjadi sejak dalam kandungan sampai dengan masa
remaja. Pada saat ini terjadi pembentukan sel-sel baru secara besar-besaran, lebih-lebih
pada usia dibawah lima tahun, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat
pesat. Semua itu dapat dipenuhi bila makanan yang dimakan mencukupi kebutuhan yang
diperlukan.
2. 1. 4. Penilaian Status Gizi
Menurut Arisman, MB ( 2004 ) penilaian status gizi dapat dibagi menjadi
dua yaitu secara langsung dan tidak lansung, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian secara lansung dapat dibagi

menjadi empat cara penilaian

yaitu

antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-masing cara penilaian


tersebut dibahas sebagai berikut :
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri
digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi.
Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada beberapa macam jaringan tubuh
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh yang lain.
d. Biofisik
Penentuan sttus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur
dari jaringan. Uumumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung ada tiga cara yaitu :
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi pangan

makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan
gizi.

b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lainlain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui

penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan


program intervensi gizi, ( I Dewa Nyoman, dkk, 2001 ).
2.2.

Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi


Antromometri berasal dari kata anthropos yang berarti tubuh dan metros yang

berarti ukuran. Dari definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi
adalah berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan konsumsi dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit, ( I Dewa
Nyoman, dkk, 2001 ).
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasa terlihat dari
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air
dalam tubuh. Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin meluasa,
karena didorong oleh kebutuhan alat ukur untuk menilai status gizi yang dapat
digunakan secara luas. Ukuran-ukuran tubuh merupakan refleksi dari pengaruh faktor
genetik dan lingkungan, ( Suhardjo, 1990 ).
2.2.1. Keunggulan Antropometri
Menurut Suhardjo, 1990 antropometri mempunyai keunggulan :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
besar
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan
pengukuran antropometri.
c. Alatnya murah, mudah dibawa dan tahan lama
d. Metode ini tepat dan akurat, karena telah dibakukan
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi karena sudah ada ambang


batas yang jelas
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri dapat digunakan untuk penapisan kelompok rawan
terhadap gizi.
2.2.2. Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif : metode ini tidak dapat mendeteksi atau membedakan
kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan fe
2. Faktor diluar gizi ( penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi )
dapat menurun spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.
Karena keadaan pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan maslah konsumsi zat
gizi, maka ukuran-ukuran sederhana tubuh sebagai refleksi keadaan pertumbuhan,
misalnya berat badan dan tinggi badan dapat digunakan untuk menilai gangguan
pertumbuhan dan keadaan gizi seseorang. Dengan kata lain antropometri atau ukuran
tubuh dapat memberikan gambaran status gizi seseorang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indeks Berat badan menurut tinggi
badan. Berat badan menurut tinggi badan merupakan ukuran yang cocok untuk
menentukan keadaan gizi bagi semua golongan umur. Ukuran ini memberikan gambaran
keadaan gizi pada saat sekarang, ( Asmira Sutarto, dkk, 1991 ). Dengan menghubungkan
berat badan maka faktor umu dapat diabaikan, hal ini sangat penting terutama di
pedesaan yang biasanya faktor umur tidak diketahui dengan pasti. Berat badan memiliki

hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat
badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
2.3.

Indeks Antropometri
2.3.1.

Berat Badan menurut Umur ( BB / U )

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran


tentang masa tubuh ( tulang, otot dan lemak ). Karena masa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, maka
berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, BB berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan
abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih
cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
2.3.2. Tinggi Badan menurut Umur ( TB / U )
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.
Berdasarkan sifat ini indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks
TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa lampau, juga
lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi,

( Beaton dan bengoa dalan

Suhardjo, 1990 ). Oleh karena itu indeks TB/U selain digunakan sebagai indikator status
gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial-ekonomi
masyarakat.
2.3.3. Berat Badan menurut Tinggi Badan
Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menyatakan status gizi saat kini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh, oleh
karena itu indeks BB/TB disebut pula indikator status gizi yang independen terhadap
umur. Karena indeks BB/TB dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan
relatif terhadap indikator kekurangan.
Keuntungan penggunaan indeks BB/TB adalah :
1. tidak tergantung pada data umur
2. dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap
tinggi badan : kurus, cukup, gemuk dan keadaan marasmus atau bentuk KEP
berat lainnya.
Kelemahan indeks ini disamping kelemahan-kelemahan pada pengukuran berat
badan adalah :
1.

tidak dapat memberikan gambaran apakah anak


tersebut pendek, cukup tinggibadan atau kelebihan tinggi badan, karena faktor
umur tidak diperhatikan dalam han ini.

2.

dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam


melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok anak balita, dan

3.

sering terjadi kesalahan pembacaan angka hasil


pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

Tabel. 1. Berat Badan menurut Tinggi Badan Umur 6 17 Tahun


Menurut Jenis Kelamin
Tinggi
( Cm )

B e r a t ( Kg )
Laki laki
100 % Baku
90 %

80 %

Perempuan
100 % Baku
90 %

80 %

Tinggi
( Cm )

100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110

13,4
13,8
14,2
14,5
14,7
15,0
15,3
15,6
16,0
16,4
16,8

12,1
12,4
12,8
13,0
13,2
13,5
13,8
14,1
14,4
14,7
15,0

10,7
11,0
11,3
11,5
11,7
12,0
12,2
12,5
12,8
13,1
13,4

13,0
13,4
13,7
14,0
14,3
14,7
15,0
15,4
15,8
16,3
16,7

11,7
12,0
12,3
12,6
12,8
13,2
13,5
14,0
14,1
14,4
14,7

10,4
10,7
10,9
11,2
11,4
11,7
12,0
12,3
12,5
12,8
13,0

100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110

111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

17,2
17,6
18,1
18,5
18,8
19,2
19,6
20,0
20,4
20,8

15,4
15,8
16,3
16,7
16,9
17,3
17,6
18,0
18,4
18,7

13,8
14,1
14,5
14,8
15,1
15,4
15,7
16,0
16,3
16,7

17,1
17,5
17,9
18,3
18,8
19,2
19,8
20,3
20,7
21,0

15,2
15,7
16,1
16,4
16,8
17,2
17,8
18,3
18,5
18,7

13,5
14,0
14,3
14,6
15,0
15,4
15,8
16,2
16,5
16,7

111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

121
122
123
124

21,2
21,6
22,0
22,5

19,1
19,5
19,8
20,3

17,0
17,3
17,6
18,0

21,4
21,8
22,2
22,6

19,1
19,5
19,9
20,3

17,0
17,3
17,7
18,0

121
122
123
124

125
126
127
128
129
130

23,0
23,4
23,8
24,2
24,9
25,5

20,7
21,1
21,4
21,8
22,4
23,0

18,4
18,7
19,0
19,4
19,9
20,0

23,1
23,6
24,1
24,5
25,1
25,6

20,8
21,3
21,7
22,1
22,6
23,0

18,5
19,0
19,3
19,5
20,0
20,5

125
126
127
128
129
130

Lanjutan Tabel. 1.
Tinggi
( Cm )

B e r a t ( Kg )
Laki laki
100 % Baku
90 %

80 %

Perempuan
100 % Baku
90 %

80 %

Tinggi
( Cm )

131
132
133
134
135
136
137
138
139
140

26,0
26,5
27,0
27,5
28,2
28,8
29,5
30,2
30,9
31,5

23,4
23,9
24,3
24,7
25,4
25,9
26,6
27,2
27,8
28,4

20,8
21,2
21,6
22,0
22,7
23,9
23,5
24,1
24,7
25,3

26,2
26,8
27,4
28,0
28,6
29,2
29,9
30,6
31,3
32,0

23,6
24,1
24,7
25,2
25,7
26,3
26,9
27,5
28,2
28,8

21,0
21,4
21,9
22,4
22,9
23,4
23,9
24,5
25,1
25,6

131
132
133
134
135
136
137
138
139
140

141
142
143
144
145
146
147
148
149
150

32,1
32,7
33,3
34,0
34,7
35,4
36,1
36,7
37,6
38,4

29,0
29,.5
30,0
30,6
31,3
31,9
32,5
33,0
33,8
34,6

25,7
26,1
26,6
27,2
27,8
28,3
28,8
29,3
30,0
30,7

32,7
33,4
34,2
35,0
35,8
36,6
37,4
38,2
39,1
40,0

29,5
30,1
30,8
31,5
32,2
32,9
33,2
34,4
35,2
36,0

26,2
26,7
27,4
28,0
28,7
29,3
30,0
30,6
31,3
32,0

141
142
143
144
145
146
147
148
149
150

151
152
153
154
155
156
157

39,1
39,8
40,6
41,4
42,3
43,1
43,8

35,2
35,8
36,5
37,2
38,0
38,8
39,8

31,3
31,8
32,5
33,1
33,8
34,5
35,4

40,9
41,8
42,8
43,8
44,8
45,8
46,9

36,8
37,6
38,5
39,4
40,3
41,8
42,2

32,8
33,4
34,2
35,0
35,8
36,6
37,5

151
152
153
154
155
156
157

158
159
160

45,4
46,2
47,0

40,8
41,5
42,2

36,2
36,9
37,6

48,0
49,1
50,0

43,2
44,2
45,0

38,4
39,3
40,0

158
159
160

161
162
163
164
165
166

47,7
48,4
49,2
50,0
50,8
51,5

42,8
43,4
44,2
45,0
45,7
46,3

38,0
38,5
39,3
40,0
40,6
41,2

161
162
163
164
165
166

Sumber : Suhardjo, 1990


2.4. Klasifikasi Status Gizi
Dalam penilaian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi, maka harus ada
ukuran baku ( Reference ). Baku antropometri yang banyak digunakan adalah baku
Havard 1959, baik untuk BB maupun TB. Pada tahun 1979, WHO mempublikasikan
baku antropometri yang dikenal dengan baku WHO-NCHS dan dipublikasikan kembali
pada tahun 1983. kegiatan Pemantauan Status Gizi ( PSG ) yang dikelola Direktorat
Bina Gizi Masyarakat menggunakan baku WHO.
Untuk klasifikasi status gizi berdasarkan baku antropometri perlu ada batasanbatasan ( cut-off point ) tertentu. Dalam hal batasan ini beberapa ahli telah
mengemukakan berbagai angka untuk keperluan klasifikasi status gizi. Batasan-batasan
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 2. Klasifikasi Status Gizi ( % terhadap Baku )
Kategori

BB / U

TB / U

BB / TB

Gizi baik / normal

100 80

100 95

100 90

Gizi kurang

< 80 - 60

< 95 - 85

< 90- 80

Gizi buruk

< 60

< 85

< 80

Sumber : Suhardjo, 1990


2.5. Kelincahan ( Agility )
Kemampuan fisik mengubah secara cepat arah atau bagian tubuh tanpa gangguan
pada keseimbangan. Kemampuan ini diperlukan tidak hanya dalam melakukan olahraga
tetapi juga dalam situasi kegiatan fisik dan rekreasi. Kelincahan tergantung pada faktor
kekuatan, kecepatan, tenaga ledak otot, keseimbangan dan koordinasi. Orang yang
mempunyai agilitas yang tinggi memungkinkan orang itu untuk dapat bergerak ke segala
arah dengan mudah.
Menurut moelyono, ( 1993 ) faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelincahan
adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

tipe tubuh
usia
status gizi
status kesehatan
jenis kelamin
kelelahan
Kelincahan merupakan salah satu indikator tingkat kesegaran jasmani seseorang,

bila seseorang memiliki tingkat kelincahan yang baik maka orang tersebut terindikasi
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik pula. Kesegaran jasmani adalah aspek
fisik dari kesegaran yang menyeluruh ( total fitness ) yang memberi kesanggupan
kepada seseorang menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada
tiap-tiap pembebanan fisik yang layak, ( Sutarman, 1975 ).

Kesegaran jasmani bagi anak sangat diperlukan karena anak mempunyai aktifitas
fisik yang banyak dan memerlukan kesempatan bergerak yang optimal dalam rangka
memacu pertumbuhan dan perkembangannya. Anak yang tidak memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang baik maka anak akan malas untuk beraktivitas fisik sehingga
mengalami gangguan gerak dan akibatnya anak mengalami hambatan pertumbuhan dan
perkembangan, ( Sutjiningsih, 1998 ).
Minat anak melakukan aktivitas fisik sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk
melakukan aktivitas fisik itu sendiri dan kondisi tingkat kesehatannya. Apabila anak
dalam kondisi baik tingkat kesehatannya dalam hal ini status gizinya dan didukung oleh
kesempatan yang dimiliki cukup, maka minat anak untuk melakukan kegiatan fisik
menjadi berkembang dan kondisi ini sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Menurut Sugiyanto, ( 2000 ) anak-anak di dalam melakukan aktivitas fisik
dipengaruhi oleh kecenderungan antara lain :
a. Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang
dilakukan meningkat.
b. Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.
c. Kondisi kesehatan dalam hal ini status gizinya baik sehingga menimbulkan
gairah untuk melakukan aktivitas fisik.
d. Perkembangan sosialnya makin baik. Anak yang status gizinya baik bisa
menikmati situasi bermain bersama teman-temannya. Mereka senang berada di
tengah-tengah temannya sebayanya dalam bermain.
e. Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu menjadi tinggi karena
kondisi kesehatannya memungkinkan.
Test kelincahan dapat dilakukan dengan berbagai jenis test antara lain :
1. Shutle Run
2. Dod ging-Run

3. Zig-zag Run ( Barrow )


4. Squat thrust
5. Right Bomerang Test
Untuk mengetahui tingkat kelincahan siswa kelas lima Sekolah dasar Negeri 73
Kota Bengkulu dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Shutle Run Test.
Tabel. 3 Kategori Skore tes kelincahan
N I LAI

KATEGORI

WAKTU TEMPUH
PUTERA
PUTERI

BS ( Baik Sekali )

< 16,00

< 17,4

B ( Baik )

16,1 16,6

17,5 18,2

S ( Sedang )

16,7 17,1

18,3 18,9

K ( Kurang )

17,2 17,7

19,0 19,6

KS ( Kurang Sekali )

> 17,7

> 19,6

Sumber : Nurhasan, 2002

2.6.

Hubungan Status Gizi dengan Kelincahan Gerak


Anak dikatakan mepunyai tingkat kelincahan yang baik bila mampu bergerak ke

segala arah dengan mudah tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan merupakan
salah satu indikator tingkat kesegaran jasmani seseorang, bila seseorang memiliki
tingkat kelincahan yang baik maka orang tersebut terindikasi memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik pula. Kesegaran jasmani bagi anak sangat diperlukan karena anak
mempunyai aktifitas fisik yang banyak dan memerlukan kesempatan bergerak yang
optimal dalam rangka memacu pertumbuhan dan perkembangannya. Anak yang tidak
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik maka anak akan malas untuk beraktivitas

fisik sehingga mengalami gangguan gerak dan akibatnya anak mengalami hambatan
pertumbuhan dan perkembangan, ( Sutjiningsih, 1998 ).
Menurut Sugiyanto, ( 2000 ) salah astu faktor yang mempengaruhi kelincahan
gerak pada anak adalah kondisi fisik anak tersebut dalam hal ini adalah kondisi gizinya.
Anak dapat bergerak dengan lincah bila tidak mengalami kelebihan berat badan maupun
kekurangan berat badan yang semestinya. Anak yang mengalami gangguan status
gizinya akan mengalami gangguan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
Seorang anak yang mengalami kelebihan berat badan akan menjadi tidak mampu
melakukan perubahan gerak dengan cepat dan bahkan mengalami hambatan dalam
melakukan gerakan.
Nurhasan ( 2002 ) menyatakan bahwa semakin ideal berat badan anak semakin
baik kemampuan bergerak

dalam hal ini kelincahannya. Beberapa hal yang

berhubungan dengan nilai positif dari status gizi yang baik adalah : status gizi yang baik
merupakan salah satu indikator tingkat kesehatan, sedangkan tingkat kesehatan yang
baik merupakan faktor yang menentukan tingkat kesegaran jasmani seseorang dan
kesegaran jasmani yang baik ditandai dengan kemampuan bergerak dengan lincah dan
terampil.
C.B. Sinclair, 1981 mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh
keadaan kesehatan dan status gizi baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak
yang kondisi kesehatan dan status gizinya kurang baik akan mengalami kemalasan
dalam bermain, sehingga anak akan mengalami kekurangan gerak yang dapat
mengganggu pertumbuhannya. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya agar

anak mampu bergerak dan bermaian didasarkan pada kenyataan bahwa : Anak yang
sehat akan mempunyai kesempatan untuk bermain yang lebih banyak
2.7.

Kerangka Konseptual
Variabel Independen

Variabel Dependen

STATUS GIZI

KELINCAHAN
GERAK

2. 8. Definisi Operasional
Untuk lebih jelasnya variabel yang akan diteliti , maka peneliti sampaikan definisi
operasionalnya sebagai berikut :
No

Variabel

Definisi variabel

Cara ukur

Hasil ukur

Skala ukur

Dependen :
Status Gizi
Siswa kelas V
Sekolah dasar
Negeri 73

Status gizi siswa


kelas V sekolah
dasar Negeri 73
yang diukur
berdasarkan berat
badan menurut
tinggi badan
berdasarkan WHONCHS

Menimbang
berat
badan
dan mengukur
tinggi badan

1. baik : > 90 %

Ratio

Kemampuan fisik
mengubah secara
cepat arah atau
bagian tubuh tanpa
gangguan pada
keseimbangan

Tes
Kelincahan
( Shutle Run )
lari bolak
balik 6 X 10
M

Independen :
Kelincahan
Gerak

berat badan baku

2. kurang : 81- 90 %
berat badan baku

3. buruk : 80 %
berat badan baku

baik sekali = 5
baik = 4
sedang = 3
kurang = 2
kurang sekali = 1

Interval

2. 9. Hipotesis
1. Ho : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kelincahan anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota Bengkulu

2. Ha : Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelincahan


anak kelas lima Sekolah Dasar Negeri 73 Kota Bengkulu
BAB. III
METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan Korelational dengan mencari hubungan
antar variabel dependen dengan variabel independen.
1.2. Popolas dan Sampel
1.2.1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah siswa kelas lima
Sekolah Dasar Negeri 73 Kota Bengkulu yang berjumlah 82 orang siswa.
1.2.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Total Sampling ( Arikunto, 1996 )
3.3. Teknik Pengumpulan Data
1.3.1.

Untuk memperoleh data tentang status gizi anak digunakan


pengukuran status

gizi untuk anak usia

6 17 tahun yang

direkomendasikan oleh WHO dengan pengukuran Berat Badan menurut


Tinggi Badan ( BB / TB )
1.3.2.

Untuk memperoleh data tentang kelincahan gerak digunakan test


kelincahan Shutle Run ( lari Bolak balik 6 X 10 M ).

1.3.3.

Sebelum data dianalisis dengan Corelasi Pearson Product Momen


data tersebut perlu diuji normalitasnya dulu dengan menggunakan Uji
Kosmogorov Smirnov

3.4. Teknik Analisis Data


Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1. Analisis Univariat
Untuk melihat distribusi tingkat kelincahan gerak

dan status gizi siswa

kelas lima Sekolah Dasar 73 Kota Bengkulu


3.4.2. Analisis Bivariat
Untuk melihat adanya hubungan antara status gizi dengan kelincahan gerak
siswa kelas lima Sekolah dasar Negeri 73 digunakan analisis Corelasi
Pearson Product Moment

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni, 1993, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta.
Almatsier, S, 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto, S, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rieneka Cipta,
Jakarta.
Armanto, 2002, Status Gizi anak Taman Kanak-Kanak Dharma Bhakti Pagar Dewa,
Tidak dipublikasikan
Arisman, 2004, Gizi Dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta.
Asmira Sutarto, 1991, Ilmu Gizi, PT New Aqua Press, Jakarta.
Beny Kodyat, 1997, Permasalahan Gizi Utama di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya, Semiloka Prawidya Karya Pangan dan Gizi, UI, Jakarta.
CB. Sinclair, 1981, The Growth of Human Behavior, Houghton Mifflin Company,
Boston
Depkes, 2000, Deteksi Dini Tumbuh dan Kembang Anak, Jakarta
, 2002, Pedoman Umum Untuk Gizi Seimbang, ( Panduan Untuk Petugas ),
Jakarta
Deswani, dkk, 1990, Gizi Selama Siklus Kehidupan, Hipokrates, jakarta.
I Dewa Nyoman, dkk, Penilaian status Gizi, EGC, Jakarta.
Kardjati, S, 1995, Aspek Kesehatan Gizi Anak, Yayasan Obor, Jakarta
Moelyono, 1993, Kesehatan Olahraga, Universitas Terbuka, Jakarta.

Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rieneka Cipta, Jakarta.


Nurhasan, 2002, Penilaian Pembelajaran Penjaskes, Pusat penerbitan UT, Jakarta
Suhardjo, 1989, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, IPB, Bogor.
.., 1990, Petunjuk Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat, IPB,
Bogor.
Sunardi, 2003, Status Kesegaran Jasmani Siswa Sekolah dasar Negeri 17 Kota
Bengkulu, Skripsi.
Sutjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.
Sutarman, 1975, Kesegaran Jasmani dan Prestasi Kerja, Simposium dan Lokakarya
Nasional IAIFI, Malang.
Sugiyanto, 2000, Perkembangan dan Belajar Motorik, Universitas Terbuka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai