Demam
Skenario :
FUO
Seorang anak, usia 3 tahun, menderita demam sejak sekitar 2 minggu yang lalu.
Demam tinggi hingga mencapai sekitar 40o C, demam bersifat remitten tetapi tidak
menggigil, disertai fatigue dan anoreksia. Penderita telah dirawat selama 10 hari
tetapi demamnya tidak turun. Dari hasil anamnesis tidak didapatkan keluhan yang
spesifik mengenai organ, hanya saja penderita mengalami diare selama 1 minggu
terakhir. Hasil pemeriksaan fisik suhu 39,2 o C, pemeriksaan lainnya dalam batas
normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Leukosit 11.600/mm3 dengan 93% sel PMN, hematokrit 35%, trombosit
228.000/mm3, serum albumin 3,0 g/dL, total protein 6,2 g/dL, alkalin fosfatase
327 IU/L, kultur darah 2x negatif, X-foto toraks dalam batas normal.
STEP 1
Mengidentifikasi Kata-kata Sulit
1. Demam Remiten
Merupakan salah satu tipe demam. Pada tipe demam remiten, suhu badan
dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
2. FUO
Fever of Undetermined Origin. Merupakan suatu keadaan di mana seorang
pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu
badan di atas 38,3o C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun
telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
3. Fatigue
Keadaan hilangnya tenaga untuk menjawab rangsang disertai kelelahan
fisik dan/atau mental.
4. Anorexia
Tidak ada atau hilangnya selera makan.
STEP 2
Perumusan Masalah
1. Etiologi, patofisiologi, jenis, penegakkan diagnosa, interpretasi hasil
laboratorium, dan penatalaksanaan pada demam.
2. Hubungan demam dengan fatigue dan anorexia.
3. Diagnosa bagi anak yang terdapat dalam skenario.
STEP 3
Tukar Pikiran
1. Etiologi, patofisiologi, jenis, penegakkan diagnosa, interpretasi hasil
laboratorium, dan penatalaksanaan pada demam.
Etiologi
-
40 % karena mikroorganisme
20 % karena neoplasma
10 % idiopatik
Patofisiologi
Dijelaskan di STEP 4
Jenis demam:
-
Demam septik
Demam remiten
Demam intermiten
Demam kontinyu
Demam siklik
Demam bifasik
Demam dibuat-buat
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Penegakkan diagnosa
3
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
o Tingkat I
o Tingkat II
o Tingkat III
Penatalaksanaan
-
Terapi suportif
Rehidrasi
Kompres
Penggunaan obat
STEP 4
Analisis Masalah
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal seharihari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Derajat
suhu
yang dapat
demam
antara
lain
malaria,
toksoplasmosis,
dan
helmintiasis.
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor lingkungan misalnya pada suhu lingkungan yang
eksternal yang terlalu tinggi.
Jenis demam:
-
Demam septik
5
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
-
Demam hektik
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal
pada pagi hari.
Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
Demam intermiten
Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam dan di antara dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu
Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
Demam siklik
Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Demam dibuat-buat
Demam yang sengaja dibuat seorang pasien dengan melalukan berbagai
usaha untuk meningkatkan suhu tubuh yang akan dicatat.
6
Demam bifasik
Derajat I
Demam saja
Derajat II
Demam disertai dengan gejala lain berupa perdarahan
Derajat III
Demam disertai dengan gejala lain berupa perdarahan spontan dan
kegagalan sirkulasi
Derajat IV
Demam disertai dengan gejala lain berupa perdarahan spontan,
kegagalan sirkulasi dan tidak terabanya denyut nadi
Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen
terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar
tubuh
pasien.
Contoh
dari
pirogen
eksogen
adalah
produk
akan
merangsang
prostaglandin.
endotelium
Prostaglandin
hipotalamus
yang
untuk
terbentuk
membentuk
kemudian
akan
yang
Terapi non-farmakologi
Adapun
yang
termasuk
dalam
terapi
non-farmakologi
dari
penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi
dan beristirahat yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada
saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu
berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut
sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.
8
3. Memberikan
kompres
hangat
pada
penderita.
Pemberian
Terapi
farmakologi
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)
adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat
bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki
efek kerja yang lama.
Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai
antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh
fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-anak.Dosis
parasetamol juga dapat disederhanakan menjadi:
Indikasi
Indikasi Parasetamol digunakan sebagai:
Kontraindikasi
Parasetamol kontraindikasi untuk diberikan kepada:
berlebihan akan
menyebabkan
menyebabkan
saturasi
dari
glutation
sehingga
terjadi
N-acetyl-p-benzoquinone
g.
15
g dapat
yang
parasetamol terdapat
mengandung
120
mg/5ml.
Selain
itu
FUO Klasik
Penderita telah diperiksa di Rumah Sakit atau di klinik selama 3 hari
berturut-turut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam. Definisi lain
yang juga digunakan adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana
telah diusahakan diagnostik non-invasif maupun invasif selama 1
minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab demam.
11
FUO Nosokomial
Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di Rumah Sakit
dan kemudian menderita demam >38,3o C dan sudah diperiksa secara
intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.
FUO Neutropenik
Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500 ul dengan demam
>38,3oC dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa
hasil yang jelas.
FUO HIV
Penderita HIV yang menderita demam >38,3oC selama 4 minggu pada
rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada penderita
yang dirawat di Rumah Sakit yang mengalami demam selama lebih dari
3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.
STEP 5
Menentukan Learning Objective
1. Respon imun tubuh terhadap infeksi.
2. Fisiologi Termoregulasi.
3. Klasifikasi, Pola Demam, dan suhu normal berdasarkan tempat
pengukurannya.
4. Pemeriksaan Laboratorium dan penatalaksanaan Fever of Undetermined
Origin.
5. Interpretasi kultur darah dan PMN 93% pada scenario.
STEP 6
Belajar Mandiri
12
STEP 7
Melaporkan Hasil
1. Respon imun tubuh terhadap infeksi.
Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan masingmasing benda asing
receptor
(KIR),
serta
reseptor
yang
ini
menghambat
replikasi
virus
dan
mencegah
imunitas
spesifik.
Respons
imun
non
spesifik
dengan
mekanisme
pengenalan
antigen
akan
dengan
sasaran
suatu
proses
yang
dikenal
moleku-molekul
perofin,
yang
menembus
olehmembrane
attack
complex pada
jenjang
23
antibodi
netralisasi,
dan
sistem
komplemen.
meningkatkan
kemampuan
klon
sel
aktif
inhibition
factor,
juga
dapat
meningkatkan
atau
menghambat
dalam
sumsum
tulang
adalah
antigen
independent
tetapi
26
Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 C sampai 1 C selama periode 24
Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
Lingkungan
29
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di
lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang
efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal.
Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien.
a.
Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluara panas tidak
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelehan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yg lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
30
c.
Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
hipotermia
31
pengeluaran
panas
akibat
paparan
terus-menerus
terhadap
dingin
Penurunan
pembentukan
panas.
Mekanisme
yang
menyebabkan
Preoptika
hypotalamus
>
Nervus
eferent
>
kehilangan/pembentukan panas
Sumber panas
Produksi panas
Pada respirasi sel, proses melepaskan energi dari makanan untuk
membentuk ATP, juga menghasilkan panas ketika satu energi dihasilkan.
(3) Walaupun respirasi sel, berlangsung konstan, banyak faktor yang
mempengaruhi proses ini, yaitu :
1. Hormon tiroksin (dan T3), dihasilkan oleh kelenjar tiroid, meningkatkan
laju respirasi sel dan produksi panas. Sekresi tiroksin diregulasi oleh laju
produksi energi tubuh, laju metabolisme itu sendiri. Ketika laju
34
Secara fisik (prinsif-prinsif ilmu alam) Yaitu pengaturan atau reaksi yang
terdiri
dari
perubahan
sirkulasi
dan
tegaknya
bulu-bulu
badan
ini
kurang/dibawah
terutama
34
derajat
efektif
Celcius.
pada
keadaan
penambahan
temperature
penambahan
Gerakan
kontraksi
pada
kelenjar
keringat,
berfungsi
secara
tunggal untuk suhu tubuh normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi
tergantung pada tempat pengukuran.
Jenis termometer
Air
elektronik
Air
elektronik
Air
Rentang; rerata
suhu normal (oC)
raksa,
34,7
37,3;
raksa,
36,4
35,5
37,5;
36,6
raksa,
elektronik
Emisi infra merah
36,6 37,9; 37
35,7
36,6
37,5;
Dema
m
(oC)
37,4
37,6
38
37,6
Suhu rektal normal 0,27o 0,38oC (0,5o 0,7oF) lebih tinggi dari suhu oral. Suhu
kurang lebih 0,55oC (1oF) lebih rendah dari suhu oral. Untuk kepentingan klinis
praktis, pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai 38 oC, suhu oral 37,6oC,
suhu aksila 37,4oC, atau suhu membran tympani mencapai 37,6oC. Hiperpireksia
merupakan istilah pada demam yang digunakan bila suhu tubuh melampaui
41,1oC (106oF).
Pola demam
Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah
mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial
dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali,
walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi
petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 2.).
40
Penyakit
Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Malaria, limfoma, endokarditis
Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Malaria karena P.vivax
Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi
derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam,
dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8
Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh
yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam.
Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe
demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak
spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi,
khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
41
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada
pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan
jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat
besar.
42
43
umumnya
mengikuti
pengobatan
antibiotik.
Reaksi
ini
Klasifikasi
Demam dengan localizing
signs
Demam tanpa localizing
signs
Fever of unknown origin
Penyebab tersering
Infeksi saluran nafas atas
Infeksi virus, infeksi saluran
kemih
Infeksi, juvenile idiopathic
arthritis
Lama demam
pada umumnya
<1 minggu
<1minggu
>1 minggu
Definisi
Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat
45
localization
Demam tanpa localization
Letargi
Toxic appearance
sekitarnya
Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk,
pneumonia
Bakteremia dan septikemia Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah,
dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia
menunjukkan adanya invasi bakteri ke jaringan,
menyebabkan hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ
Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada
pada kategori ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena
mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian
antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen
dada.
Tabel Penyebab utama demam karena penyakit localized signs
Kelompok
Infeksi saluran nafas
Penyakit
ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis
atas
Pulmonal
Gastrointestinal
Sistem saraf pusat
Eksantem
herpetika
Bronkiolitis, pneumonia
Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
Meningitis, encephalitis
Campak, cacar air
46
Kolagen
Neoplasma
Tropis
20%
dari
keseluruhan
episode
demam
menunjukkan
tidak
Contoh
Bakteremia/sepsis
Petunjuk diagnosis
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
(HH-6)
normal
Dipstik urine
PUO (persistent
Malaria
Juvenile idiopathic
Di daerah malaria
Pre-articular, ruam, splenomegali,
pyrexia of
arthritis
unknown origin)
47
atau FUO
Pasca vaksinasi
Drug fever
48
49
50
gejala baru yang timbul. Kultur dan sitologi sputum harus dilakukan. Jika
ada gejala sistem pulmonal, sebaiknya dilakukan bronkoskopi. CT scan
resolusi tinggi pada dada dan perut juga sebaiknya dilakukan. Jika
mencurigai adanya lesi di spinal dan paraspinal, MRI sangat dianjurkan.
MRI lebih baik dari CT dalam menilai abses intraabdominal dan diseksi
aorta. Arteriography bisa dilakukan pada pasien yang dicurigai vaskulitis
nekrotik sistemik. Ultrasonografi pada abdomen berguna untuk menilai
traktus hepatobiliaris, ginjal, lien, dan pelvis. Ekokardigrafi untuk meilai
endokarditis bakterialis, perikarditis, endokarditis trombotik nonbakteri,
dan myxoma atrium. Transesofageal ekokardiografi lebih sensitif lagi
untuk lesi-lesi diatas.
Biopsi hepar dan sumsum tulang sebaiknya dipikirkan pada demam yang
semakin berkepanjangan. Hepatitis granulomatosa pernah ditegakkan
diagnosis dengan biopsi hepar, bahkan ketika enzim hati normal dan tidak
ada keadaan yang menimbulkan kecurigaan pada penyakit hepar. Semua
spesimen biosi harus dikultur untuk mencari bakteri, mikobakterium, dan
jamur.
Laparatomi eksplorasi dilakukan pada kegagalan semua prosedur
diagnostik, tetapi tindakan ini sudah digantikan oleh pencitraan dan teknik
biopsi-guided. Biopsi per laparaskopi lebih nonivansif dengan lesi
minimal.
Penatalaksanaan
Yang dibahas disini adalah keadaan FUO klasik, sedangkan tipe lainnya
diterapi berdasarkan kemungkinan penyakit yang bisa menimbulkan
demam tersebut dengan menilai keuntungan dan kerugian untuk dilakukan
pengobatan secara empiris. Perlu diingat pada penanganan FUO klasik
adalah tetap dilakukan observasi dan prosedur diagnostik, dengan
menghindari terapi empiris. Akan tetapi, tanda vital yang tidak stabil atau
neutropenia merupan indikasi dilakukannya terapi empiris dengan
menggunakan fluoroquinolon dikombinasi dengan piperacillin.
52
53
Resiko
Kultur darah dilakukan di laboratorium. Tidak ada risiko bagi pasien.
Untuk informasi mengenai risiko yang berkaitan dengan pengambilan
sampel darah, lihatvenipuncture.
Pertimbangan
Bakteri penginfeksi darah kadang-kadang datang dan pergi, sehingga
serangkaian (tiga kali) kultur darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi
hasil.
Sedangkan untuk interprestasi dari PMN 93% adalah menunjukkan adanya
tanda infeksi yang akut atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
54
Pada keadaan pajanan dari mikroorganisme asing hal yang paling berperan
adalah repson dari PMN (neutrofil) begitu infeksi berlanjut terus hingga
menjadi kronik, makan tugas di alihkan ke MN (limfosit).
Namun interprestasi lain juga dapat membantu, yakni perbedaan antara
infeksi bakteri dan virus pada awal pajanan. Infeksi bakteri ditunjukkan
dengan terjadinya peningkatan sel PMN sedangkan infeksi virus
ditunjukkan dengan peningkatan MN dari sel limfosit sitotoksik atau
natural killer, serta pembentukan antibody.
55
Daftar Pustaka
Guyton, Arthur C.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC.
Sherwood.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed.2.EGC:Jakarta
Kumala, Poppy. Nuswantari, Dyah., 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 25th
ed. Jakarta: EGC.
56