Sterilisasi saluran akar secara kimia merupakan metode yang paling banyak dilakukan
diklinik. Saluran akar disterilkan dengan bahan-bahan sterilisasi. Bahan sterilisasi saluran
akar adalah obat atau medikamen intra saluran akar sebagai tindakan pelengkap pada
tindakan desinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluran akar merupakan tindakan untuk
menghilangkan mikroorganisme patogenik yang harus didahului oleh pembersihan pada
jaringan pulpa dan debris yang memadai, dilanjutkan pembersihan dan pelebaran saluran
dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Desinfeksi saluran akar
adalah tahap penting dalam perawatan endodontik.
Ada dua tipe dasar obat-obatan yang digunakan untuk membantu membersihkan
bakteri yaitu antibiotik dan antiseptik. Kelebihan dari antibiotik adalah antibiotik mempunyai
indeks terapeutik yang luas, tetapi kekurangannya adalah efeknya hanya mengenai organisme
tertentu. Antiseptik mempunyai spektrum aksi yang lebih luas tetapi umumnya lebih toksik
terhadap host
Adapun syarat suatu medikamen intrakanal yang ideal adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak mengiritasi
Tidak mempengaruhi jaringan periapikal
Tidak merusak struktur gigi
Dapat memasuki jaringan-jaringan yang lebih dalam
Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
Efek mikrobial lama dan dapat menyerang mikroorganisme dengan baik
Aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
antibakterial. Menthol dalam Chkm mampu mengurangi iritasi yang disebabkan oleh
chlorophenol serta dapat mengurangi rasa sakit.
Klorofenol cair dianggap sebagai desinfektan yang kuat. Bila digunakan dalam
saluran akar dapat menembus jauh ke dalam dentin yang sudah terinfeksi bakteri , tetapi
dapat juga ke foramen apikal dan ke jaringan periapikal. Pengaruh fenol terhadap
antibakteri mungkin berdasarkan kemampuan lipid dalam menghancurkan membran sel.
Pada konsentrasi yang tinggi dapat mendenaturasi sel protein. Pada konsentrasi yang
lebih rendah dapat melemahkan sistem enzim pada bakteri dan dinding sel bakteri.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi
dan sifat mengiritasi yang kecil dan mempunyai spektrum antibakteri yang luas sehingga
dapat digunakan dalam semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan
apikal. Adapun kekurangan dan kelbihan dari Chkm yaitu :
KELEBIHAN
1. sifat mengiritasi jaringannya lebih kecil daripada formokresol
2. mempunyai spektrum antibakteri yang luas dan efektif terhadap jamur
3. mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar
4. Dalam bentuk gas, ia mampu menembus tubuli dentinalis dan kanal meduler,
mencapai
terkontaminasi
KEKURANGAN
1. Memiliki efek sitotoksisitas jika digunakan untuk jangka panjang
B. FORMOKRESOL
Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam
perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat
itu telah digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan
yang tinggi.Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet
sebagai suatu modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet
melaporkan bahwa adanya keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651
kasus.
Gliserin yang juga ditambahkan dalam larutan ini, digunakan sebagai pengemulsi
danmencegah
polimerisasi
formaldehid
menjadi
paraformaldehid.
Dimana
paraformaldehid yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan
menjadi keruh. Perawatan pulpotomi vital dengan menggunakan formokresol ini
mempunyai indikasi dan kontraindikasi dari
INDIKASI
1. Perawatan gigi sulung dengan pulpa yang masih vital.
2. Perawatan gigi sulung yang pulpanya terlibat, dengan manifestasi klinis berupa
perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota atau pembukaan mekanis
pada waktu prosedur operatif.
3. Pada gigi posterior permanen untuk perawatan pulpalgia yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit pada keadaan darurat. Dalam hal ini, formokresol
memfiksasi pulpa dalam saluran akar dan sehingga mengurangi rasa sakit.
KONTRAINDIKASI
1. Gigi sulung yang sangat sensitif terhadap panas dan dingin.
2. Gigi sulung dengan pulpagia kronis.
3. Gigi yang sensitif terhadap perkusi dan palpasi.
4. Adanya perubahan radiografik yang disebabkan oleh perluasan penyakit pulpa.
5. Gigi dengan kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit.
Mekanisme kerja dari formokresol yaitu bekerja melalui kelompok aldehid jenis
formaldehid, dengan mengikat bahan asam amino dari protein bakterinya ataupun sisa
dari jaringan pulpa gigi. Kemudian menonaktifkan enzim-enzim oksidatif di dalam pulpa
yang berdekatan dengan daerah amputasi. Hal ini memberikan efek hialuronidase
sehingga jaringan pulpa menjadi fibrousdan asidofilik dalam beberapa menit setelah
aplikasi formokresol. Reaksi ini diinterpretasikan sebagai fiksasi dari jaringan pulpa
vital.
Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat
menyebabkan fiksasi dari jaringan vital. Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi,
formokresol menyebabkan nekrose koagulasi dari jaringan yang secara langsung
berkontak dengannya. Selanjutnya formokresol merembes ke saluran akar sehingga
menyebabkan perluasan reaksi jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel dan
perubahan bentuk morfologi pulpa yang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi.
Sekitar ujung akar terjadi penumpukan sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan
fibrous yang diikuti dengan penyembuhan pada ujung akar. Reaksi ini terjadi empat hari
setelah dilakukan perawatan pulpotomi vital.
Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun
1959, tentang perbedaan lamanya waktu pemberian formokresol ketika melakukan
perawatan pulpotomi vital, diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi
dalam waktu lima menit.
Bahan Formokresol mempunyai kekurangan dan kelebihan yaitu:
KELEBIHAN
Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini
memiliki efek antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu,
formokresol ini dapat mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai
bakterisid yang kuat dan kaustik. Sifat kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi
bakteri dan jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang terlibat.
KEKURANGAN
Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong
aldehid ini tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada
pemakaian medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat
toksisitasnya baik secara local maupun sistemis.
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi
aldehid tidak begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang
mengalami dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik
terfiksasi oleh aldehid, jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping
itu, Menurut Ansari & Ranjpour (2010), kegagalan formokresol lebih tinggi
dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab pada penggunaan formokresol akan
terjadi resorpsi internal.
Gambar kegagalan perawatan pulpotomi dengan menggunakan formokresol pada molar pertama desidui rahang
bawah. Akar mengalami resorpsi dan adanya kehilangan tulang interradikular (tanda panah)
tersedia dalam bentuk serbuk kering, suatu pasta yang dicampur dengan air, ataus uatu
pasta yang dikemas secara komersial seperti Pulpdent, Dycal, atau Life. serbuk kalsium
hidroksida dapat digunakan sendiri atau dengan suatu bahan radiopak, seperti barium
sulfat, agar campuran lebih dapat dilihat pada gambaran radiografi.
Dari sejumlah bahan yang dipelajari secara eksperimental oleh Hunter,
kalsiumhidroksida merupakan salah satu bahan yang dapat menghasilkan jembatan
dentin. Menurut Hunter, kedua anion kalsium dan magnesium merangsang pembuatan
jembatan karena pH tinggi kedua bahan tersebut dan kation kelihatannya tidak begitu
penting selama tetap lemah.
Kalsium hidroksida yang pertama kali diperkenalkan oleh Herman ini, dapat
memacu penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan keras diatas pulpa
radikular yang telah diamputasi. Karena sifat basanya (pH12), bahan ini sangat kaustik
sehingga bila berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada lapisan
superficial pulpa.
Gambaran histologi yang menunjukkan adanya jembatan dentin setelah perawatan pulpotomivital
dengan menggunakan kalsium hidroksida
KELEBIHAN
1. Mempunyai efek dapat mengubah dan melarutkan jaringan
2. Memiliki sifat antimikroba dengan menghambat pertumbuhan bakteri saluran
akar danmengubah kandungan biologis lipopolisakarida bakteri
3. Dapat membentuk suatu jembatan yang menutup dan melindungi pulpa
sehingga dapat memelihara vitalitas pulpa
4. Mudah dibersihkan
KEKURANGAN
Gambar Resorpsi internal (tanda panah) pada gigi molar mandibula desidui setelah perawatan pulpotomi vital dengan
menggunakan kalsium hidroksida
D. CRESOPHENE
Cresophene merupakan agen antimicrobial yang digunakan unutk perawatan
saluran akar yang terinfeksi. Cresophene merupakan agen antimikroba golongan phenol
compound, karena mengandung kandungan fenol di dalamnya, cresophene memiliki
aktivitas antibakteri terutama pada golongan bakteri gram positif.
Sifat-sifat dari bahan ini memiliki efek iritan yang rendah dan reaksinya rendah
terhadap apikal. Dexamethasone yang dikandung dalam cresophene merupakan
kortikosteroid yang jauh lebih aktif dibandingkan dengan hidrokortison dan dapat
mengurangi inflamasi. Keuntungan lainnya adalah :
1. Mengandung dexamethasone yang bersifat antiinflamasi.
2. Mengandung thymol dan camphor yang berfungsi sebagai antiseptic.
3. Dapat mensterilkan ruang pulpa selama aplikasi pulpektomi vital.
4. Dapat digunakan dalam sterilisasi kavitas yang dalam.
Kerugianya
teratogenik.