Tempe terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi
dari apa yang secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Lewat proses fermentasi ini, biji
kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah
dicerna.Adapuntujuandaripraktikuminiadalah membuat tempe dari kacang-kacangan dan
mengetahui pengaruh bahan dasar, media pembungkus, banyaknya ragi, dan lain-lain
terhadap pembuatan tempe.
Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi produksi enzim fitase oleh
Rhizopus oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu
mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam
tubuh.Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan
mampu menghasilkan asam laktat. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen).Inkubasi dilakukan pada suhu 25 -37 selama
36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan
komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk
inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan
pertumbuhan jamur
Pada praktikum ini, alat yang digunakan ialah beaker glass dan pengaduk. Langkah
pertama yang dilakukan ialah membersihkan kedelai dari batu dan kotoran lainnya.
Kemudian dicuci, dan direndam 8-10 jam, lalu ditiriskan. Mengupas kulitnya sampai bersih,
lalu dicuci lagi agar kulit arinya hilang semua. Dikukus atau direbus selama 30 menit dan
menggunakan air secukupnya. Dikeringkan, kemudian menyebar kedelai (1-2 cm) agar
mempercepat pengeringan. Kacang kedelai akan mendingin jika tampak kering (tidak kering
lagi) maka sudah bisa diinokulasi. Menambahkan ragi tempe. Mengaduk sampai rata.
Membungkus dengan pembungkus (sesuai variabel), inkubasi selama 3 hari. Mencatat dan
mengamati perubahan setiap harinya (berat, warna, aroma, tekstur miselium pada tempe).
Dari hasil percobaan diperoleh semakin lama waktu fermentasi, maka berat tempe
akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena pada saat fermentasi terjadi pengurangan
kadar air pada tempe yaitu mencapai 62%-65%. Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
hasil terbaik dari percobaan tempe yang kami lakukan ialah tempe dengan bahan baku kacang
tanah , yang dibungkus dengan daun pisang tanpa perendaman CH 3COOH. Saran untuk
praktikum ini ialah pastikan kulit ari tempe benar-benar hilang. Agar miselium bisa lebih
mudah menembus bahan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tempe adalah salah satu hasil pangan dari Indonesia yang proses pembuatannya
dengan cara fermentasi dari kacang kedelai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tempe.
Tempe
mengandung
antioksidan
yang
dapat menghambatoksidasi
kolesterol LDL darah manusia. Dengan demikian bisa menghambat infiltrasi lemak atau
LDL teroksidasi ke dalam jaringan pembuluh darah. Ini dapat mencegah terjadinya
penyempitan pembuluh darah yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Pengolahan kedelai menjadi tempe dapat memberikan nilai lebih. Selama proses
fermentasi
kedelai
menjadi
tempe
terjadi
produksi
enzim
fitase
oleh Rhizopus
oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat
beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh.
Kedelai yang merupakan bahan dasar tempe mengandung protein 35% bahkan
pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan
beras, jagung, singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur, kedelai punya
kandungan protein yang lebih tinggi.
No
Bahan Baku
JenisTempe
1.
Kedelai (Glycine max)
Tempe kedelai
2.
Ampas tahu (kedelai)
Tempe gembus
3
Bungkil kacang tanah
Tempe bungkil (Jateng)
4.
Ampas kelapa
Tempe bongkrek
5
Bungkil kacang + ampas tahu
Tempe enjes (Malang)
6.
Koro benguk(Mucuna pruriens)
Tempe benguk (Yogya)
7.
Lamtoro (Laucaena glau)
Tempe lamtoro (Yogya)
Sumber : Suprapti,2003
II.3. Landasan Teori
a. Teori Rhizopus oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga
disebut juga kapang (mold) Rhizopus oligosporus. Kapang ini digunakan dalam
pembuatan tempe melalui fermentasi dengan bahan dasar kedelai. Rhizopus
oligosporus
1. Jenis kedelai yang digunakan adalah jenis atau varietas Amerika yang
mempunyai ciri- ciri biji berwarna kuning, ukurannya lebih besar dari kedelai
lokal.
2. Dipilih kedelai yang tua dan baru (tidak terlalu lama di gudang, karena kalau
terlalu lama di gudang telah tengik atau berjamur)
3. Dilakukan pemilahan berdasarkan standarisasikedelai, kedelai yang muda dan
cacat dibuang.
4. Benda asing dibuang, seperti serangga dan bagian-bagian tubuhnya, kerikil,
pecahan gelas atau kayu, dan juga biji-bijian.
dapat
menghambat
pertumbuhan
kapang
tempe,sehingga
dapat
Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam industri tempe (rata -rata
kebutuhan antara kedelai :air = 1: 12), yang berguna untukperendaman, perebusan,
pencucian, dll. Air yang digunakan hendaknyayang memenuhi persyaratan airuntuk
industri pangan atau untuk air minum. Umumnya kapang tempe tumbuh baik pada
kondisi air yang sedikit mengandung klorin dan mineral. Namun perlu diingat
bahwa air yangmendapatkan perlakuan klorinasi yang terlalu kuat dan juga air
yang kesadahannya tinggi dapat menyebabkan kegagalan proses pembuatan tempe,
karena kapang tempe dapat terhambat pertumbuhannya atau bahkan mati pada air
yang berkadar klorin dan bersadah tinggi, karena klorin merupakan bahan yang
tergolong zat antimikroba atau desinfektan.
kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena
degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi
(ATP)
(Sutikno, 2009)
II.5Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Pembuatan Tempe
Penggunaan bahan baku dan campuran sangat menentukan kadar protein,lemak,
karbohidrat, dan serat yang terkandung pada tempe. Semakin banyakbahan campuran yang
ditambahkan semakin rendah kadar proteinnya
a. Cara pemasakan ( perebusan / pengukusan ) mempengaruhi kehilanganprotein selama
proses pembuatannya. Semakin lama pengukusansemakin banyak protein yang hilang.
Antara pengukusan dan perebusantidak jauh berbeda dalam kehilangan proteinnya.
Dengan carapengukusan akan lebih cepat kering dibandingkan dengan perebusan.
b. Inokulum yang digunakan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini karenapengaruh strain
kapang dalam inokulum yang berbeda-beda satu samalain.
c. Kenampakan tempe putih / agak kuning dipengaruhi oleh jenis kedelai,bahan
campuran, inokulum, dan juga selama proses pembuatannya jugameliputi cara
perendaman, pengupasan kulit, pemasakan, inokulasi,pengukusan, serta inkubasi.
Selain hal-hal di atas, waktu melakukan praktikum perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Proses pencucian dan perendaman amat diperlukan untukmenghilangkan inhibitor
dari kedelai serta untuk mempermudahpengelupasan kulit.
b. Kedelainya harus dipilih yang baik ( tidak busuk dan tidak kotor ).
c. Air yang digunakan harus bersih, tidak berbau, dan tidak mengandung kuman
penyakit.
d. Bibit tempe yang digunakan harus masih aktif (bila diremas tidak menggumpal ).
e. Cara pengerjaannya harus bersih.
kedelai.
Bila
masih
ada
cukup
banyak
air
akanmengakibatkan
baik
untuk
pencernaan
dan
juga
mengandung
senyawa
E,
yang
karotenoid,
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
1. Beaker glass
2. Timbangan
3. Pengaduk
III.1.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Timbangan
Baker Glass
III.2. Variabel
1. Kacang kedelai, daun pisang, ragi 0,5 %w
2. Kacang kedelai, daun pisang, ragi 2 %w
3. Kacang kedelai, plastik, ragi 0,5 %w
4. Kacang kedelai, plastik, ragi 2 %w
5. Kacang kedelai, daun jati, ragi 0,5 %w
6. Kacang kedelai, daun jati, ragi 2 %w
7. Kacang kedelai, aluminium foil, ragi 0,5 %w
8. Kacang kedelai, aluminium foil, ragi 2 %w
9. Ampas kelapa, daun pisang, ragi 0,5 %w
10. Ampas kelapa, daun pisang, ragi 2 %w
11. Ampas kelapa, plastik, ragi 0,5 %w
12. Ampas kelapa, plastik, ragi 2 %w
13. Ampas kelapa, daun jati, ragi 0,5 %w
14. Ampas kelapa, daun jati, ragi 2 %w
15. Ampas kelapa, aluminium foil, ragi 0,5 %w
16. Ampas kelapa, aluminium foil, ragi 2 %w
Pengaduk
Membersihkan kedelai dan ampas kelapa dari batu dan kotoran lainnya.
Dicuci, kemudian direndam 8-10 jam, lalu ditiriskan.
Mengupas kulitnya sampai bersih, lalu dicuci lagi agar kulit arinya hilang semua.
Dikukus atau direbus selama 30 menit dan menggunakan air secukupnya.
Dikeringkan, kemudian menyebar kedelai (1-2 cm) agar mempercepat pengeringan.
Kacang kedelai akan mendingin jika tampak kering (tidak kering lagi) maka sudah
bisa diinokulasi.
7. Menambahkan ragi tempe.
8. Mengaduk sampai rata.
9. Membungkus dengan pembungkus (sesuai variabel), inkubasi selama 3 hari.
10. Mencatat dan mengamati perubahan setiap harinya (berat,warna,aroma,tekstur
miselium pada tempe).
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil Percobaan
Untuk parameter warna, aroma, dan tekstur miselium menggunakan skala 1-4
Untuk tekstur miselium dan aroma
Untuk warna
0 25 %
=1
Awal
=1
25 50 %
=2
Hampir = 2
50 75 %
=3
Sedang = 3
75 100%
=4
Akhir
=4
Keterangan :
Variabel 1 : Kacang kedelai, daun pisang, ragi 0,5 %w
Variabel 2 : Kacang kedelai, daun pisang, ragi 2 %w
Variabel 3 : Kacang kedelai, plastik, ragi 0,5 %w
Variabel 4 : Kacang kedelai, plastik, ragi 2 %w
Variabel 5 : Kacang kedelai, daun jati, ragi 0,5 %w
Variabel 6 : Kacang kedelai, daun jati, ragi 2 %w
Variabel 7 : Kacang kedelai, aluminium foil, ragi 0,5 %w
Variabel 8 : Kacang kedelai, aluminium foil, ragi 2 %w
Variabel 9 : Ampas kelapa, daun pisang, ragi 0,5 %w
Variabel 10 : Ampas kelapa, daun pisang, ragi 2 %w
Variabel 11 : Ampas kelapa, plastik, ragi 0,5 %w
Variabel 12 : Ampas kelapa, plastik, ragi 2 %w
Variabel 13 : Ampas kelapa, daun jati, ragi 0,5 %w
Variabel 14 : Ampas kelapa, daun jati, ragi 2 %w
Variabel 15 : Ampas kelapa, aluminium foil, ragi 0,5 %w
Variabel 16 : Ampas kelapa, aluminium foil, ragi 2 %w
IV.1.1 Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Hari ke 0
Variabel
Berat (gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
55,32
48,65
42,49
42,59
47,77
47,84
41,38
42,11
47,44
49,50
40,67
40,8
43,93
42,97
41,04
43,53
Warna
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Skala Pengamatan
Tekstur
miselium
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Aroma
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berat (gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
50,68
44,14
42,12
42,29
42,63
43,17
40,83
41,11
44,21
44,49
40,35
39,91
40,11
38,89
40,14
42,85
Warna
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Skala Pengamatan
Tekstur
miselium
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Aroma
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
IV.2
Variabel
Berat (gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
46
38,5
41,62
41,87
36,9
38,5
39,29
39,87
41,45
38,8
39,9
39,7
36,03
33,6
39,1
42,3
Pembahasan
Warna
3
2
2
2
2
2
3
4
1
1
1
1
1
1
1
1
Skala Pengamatan
Tekstur
miselium
3
2
3
2
2
2
3
3
1
2
1
1
1
1
1
2
Aroma
3
3
2
2
2
3
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
IV.2.1
140
variabel 1
120
variabel 2
variabel 3
100
variabel 4
variabel 5
variabel 6
80
variabel 7
berat (gram)
variabel 8
60
variabel 9
variabel 10
40
variabel 11
variabel 12
20
variabel 13
variabel 14
variabel 15
variabel 16
Grafik 4.1. Grafik perbandingan antara waktu fermentasi dengan berat tempe
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu fermentasi, maka berat tempe
akan semakin turun. Hal tersebut disebabkan karena pada saat fermentasi terjadi
pengurangan kadar air pada tempe, kadar air yang berkurang adalah setengah kadar air asli.
Hal ini terjadi karena terjadinya kenaikan kadar air 2 kali lipat akibat dari perendaman saat
penyiapan kacang tanah dan kacang kedelai, serta karena adanya lubang-lubang kecil pada
pembungkusnya menyebabkan kadar airnya keluar dari lubang tersebut dan mempengaruhi
berat tempe tersebut. Hal ini ditandai dengan kondisi pembungkus yang menjadi basah
setelah dilakukan fermentasi. Selain itu faktor jenis pembungkus juga dapat mempengaruhi,
karena tiap pembungkus memiliki kekedapannya masing-masing dan berbeda.
(Erna, 2010)
Penurunan berat pada tempe tersebut terjadi karena dalam proses fermentasi, rhizopus
oligosporus yang terdapat pada ragi tempe melakukan proses pemecahan protein dalam
bahan baku menjadi monomernya.
a
Pembungkus yang pertama yaitu kertas HVS, kertas HVS merupakan salah satu bahan
yang kurang baik digunakan sebagai pembungkus tempe. Karena meskipun sudah diberi
lubang aerasi, sifat dari kertas HVS itu sendiri kedap,sehingga akan menyebabkan
fermentasi yang tidak sempurna. Karena bahan pembungkus terlalu kedap, panas yang
dihasilkan saat fermentasi tidak bisa keluar seluruhnya. Hal ini menyebabkan kapang
mati dan bahan baku menjadi rusak. Sehingga penurunan berat cukup besar.
Pembungkus dengan menggunakan daun pisang. Bahan ini adalah bahan yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe. Karena bila menggunakan bahan ini sudah
mempunyai pori untuk aerasi serta menambah aroma tempe. Dari grafik tempe yang
menggunakan pembungkus ini cukup stabil. Tempe yang dihasilkan juga cukup baik. Hal
ini karena pisang memiliki pori yang merata diseluruh permukaannya. Sehingga aerasi
sempurna, menyebabkan tempe tidak terlalu panas, tidak basah, dan miselium tumbuh
c
menutupi tempe.
Pembungkus yang terakhir adalah daun jati. Sama seperti daun pisang ,daun jati memiliki
pori yang merata sehingga tempe yang dihasilkan cukup baik. Penurunan beratnya pun
stabil. Namun, pori yang ada pada daun jati lebih besar daripada daun pisang, sehingga
pertumbuhan spora terlalu banyak karena oksigen yang didapat juga banyak dan
menyebabkan adanya bintik-bintik hitam.
IV.2.2
Gambar 4.5
Pembungkus
daun pisang
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dan telah di analisa. Kami menggunakan
variabel kacang tanah yang tidak direndam sebagai bahan baku dengan perbandingan
pembungkus berupa kertas HVS baru, kertas HVS bekas, daun pisang, dan daun jati
Pembungkus yang pertama yaitu kertas HVS baru. Kertas HVS yang kami gunakan cukup
tebal sehingga walaupun kami telah melubangi secara merata disekitar HVS baru untuk
aerasi. Ciri fisik yang dimiliki HVS baru yang kedap udara menyebabkan penyebaran
miselium tidak merata dan sedikit udara yang bisa masuk, sehingga miselium yang terbentuk
tidak sesuai yang diinginkan, sehingga kami menyimpulkan kertas HVS baru yang digunakan
kurang cocok sebagai pembungkus tempe karena memperlambat proses fermentasi.
Pembungkus yang kedua adalah kertas HVS tinta. Secara fisis kertas HVS tinta memiliki
ciri yang sama dengan pembungkus pertama yaitu kedap udara hal yang menjadi pembeda
dengan pembungkus pertama adalah adanya tinta di sekitar permukaan HVS. Tinta sendiri
adalah bahan kimia. Bahan kimia yang dimiliki tinta menyebabkan proses fermentasi
berjalan sangat lambat hal ini bisa terlihat dari gambar percobaan kami yang menggunakan
pembungkus HVS tinta, terlihat miselium tidak terbentuk, hal ini menindenfikasikan tidak
terjadi proses fermentasi.
Pembungkus yang ketiga adalah daun pisang. Bahan ini adalah bahan yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe. Karena bila menggunakan bahan ini sudah mempunyai
pori untuk aerasi serta menambah aroma tempe.. Hal ini karena pisang memiliki pori yang
Pengaruh perendaman pada kualitas tempe dapat kita lihat dari perbandingan antara tempe 5
dan tempe 6.
Pada variabel 5 dan 6 bahan baku yang digunakan adalah kacang tanah dan bahan
pembungkusnya adalah daun pisang. Pada variabel 5 tidak dilakukan perendaman
sedangkan pada bahan 6 dilakukan perendaman bahan baku (kacang tanah) pada asam cuka
(CH3COOH) sebelum dilakukan fermentasi. Dari gambar diatas terlihat bahwa kualitas
produk tempe variabel 6 lebih baik daripada variabel 5. Hal ini terjadi karena adanya
pengaruh dari perendaman bahan baku dalam asam cuka sebelum proses fermentasi.
asam cuka dapat berperan sebagai pengawet dimana asam akan menurunkan pH bahan
pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jumlah asam yang
cukup akan menyebabkan denaturasi protein bakteri. Asam cuka juga dapat berfungsi untuk
menambah cita rasa, mengurangi rasa manis dan dapat pula memperbaiki tekstur (Winarno,
1984).
IV.2.5
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dalam pembuatan tempe antara lain :
a. Oksigen
Oksigen memang diperlukan untuk pertumbuhan kapang, tetapi bila berlebihan proses
metabolisme kapang menjadi lebih cepat sehingga menghasilkan panas berlebihan dan
tidak seimbang dengan pembuangannya (panas yang ditimbulkannya menjadi lebih besar
daripada panas yang dibuang dari bungkusan). Bila hal ini terjadi, suhu kacang kedelai
yang sedang mengalami fermentasi menjadi tinggi dan akan mengakibatkan kapangnya
mati. Oleh karena itu pada pembutan tempe selalu menggunakan kantong plastik
berlubang yang dibuat pada kantung plastik sesuai dengan kebutuhannya. Sebaliknya
jika oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan kapang kurang, maka pertumbuhan
kapang akan terhambat (lambat).
b. Suhu
Kapang tempe bersifat mesofilik, yaitu untuk tumbuhnya memerlukan suhu antara 25
30 atau suhu kamar, oleh sebab itu suhu ruangan tempat pemeraman perlu
diperhatikan dengan memberikan ventilasi cukup baik.
c. Pembungkus
Setiap pembungkus memiliki kekedapannya masing-masing. Pembungkus yang baik
dalam proses pembuatan tempe yaitu memiliki pori yang merata diseluruh
permukaannya. Sehingga aerasi sempurna, menyebabkan tempe tidak terlalu panas, tidak
basah, dan miselium tumbuh menutupi tempe.
Untuk menjelaskan kegagalan pada pembuatan tempe ini akan digunakan variabel 1 sebagai
contoh. Dalam proses pembuatan tempe lubang pada pembungkus terlalu besar sehingga
terjadi proses metabolisme yang cepat pada kapang sehingga terjadi peningkatan suhu,
padahal kapang tempe memerlukan suhu 25-30 untuk tumbuh. Terlebih lagi
pembungkus yang digunakan yaitu HVS memiliki pori yang kecil sehingga walaupun sudah
ada lubang aerasi panas yang dihasilkan tetap tidak dapat keluar secara sempurna sehingga
berakibat pada matinya kapang dan rusaknya bahan baku.
BAB V
PENUTUP
V. 1
Kesimpulan
1 Semakin lama waktu fermentasi, maka berat tempe akan semakin turun. Hal tersebut
disebabkan karena pada saat fermentasi terjadi pengurangan kadar air pada tempe
2
V. 2
Saran
1. Lakukan praktikum sesuai prosedur yang benar.
2. pastikan kulit ari tempe benar-benar hilang. Agar miselium bias lebih mudah
menembus bahan.
3. Taburkan ragi secara merata di permukaan bahan.
d DAFTAR PUSTAKA
e
f Ayu, Erna. 2011. Karakteristik Kimia Bahan Sensori Tempe dengan Variasi
Bahan Baku Kedelai/ Beras dan Penambahan Angkak serta Variasi lama
Fermentasi.
BSN. 2012. Tempe : Persembahan Indonesia Untuk Dunia. Badan Standarisasi
Nasional
h Harli, Muhammad. 2004. Intisari Kado Tempe Buat Mama. PT. Gramedia:
Jakarta
Jurnal LIPI. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tempe.
j Jurnal Penelitian. Aktivitas -Glukosidase pada Pembuatan Tempe. (Nari
Cahyanti)
Jurnal Penelitian. Penetration of Rhizopus oligosporus into Soybean in Tempeh.
m
n