DISUSUN OLEH :
Annisa Pama P (2015-16130)
Amelia DW
(2015-16-128)
Astie Irena
(2015-16-132)
Dewi Tari M
(2015-16-135)
Charina C.
(2015-16-134)
Dania Tria F
(2015-16-075)
Femita rya
(2015-16-140)
PEMBIMBING :
Drg. M. T. Sugiharto, Sp. BM.
Drg. Kadaryati, Sp.BM
BAB I
PENDAHULUAN
Osteomyelitis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu osteon (bone) dan
muelinos (marrow) yang menggambarkan suatu infeksi pada bagian ruang medula dari
tulang. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi etiologi dan menyebabkan inflamasi dari
ruang medula seperti trauma/faktur, radiasi, dan beberapa bahan kimia, tetapi istilah
osteomyelitis didalam literatur kedokteran digunakan untuk menggambarkan suatu
infeksi tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme pyogenik. Mikroorganisme
pyogenik yang biasa menjadi penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus albus dan Actinomyces dan beberapa
patogen rongga mulut lain juga berperan. Oleh karena itu oeteomyelitis saat ini dianggap
sebagai suatu infeksi polimikroba dimana banyak patogen rongga mulut yang banyak
ditemukan dalam keadaan normal berhubungan dengan ostemomyelitis.
Jika dilihat dari besarnya insiden infeksi odontogen dan hubungan erat antara gigi
dengan ruang medula, maka terdapat pendapat bahwa osteomyelitis tidak terjadi sesering
mungkin. Pada mandibula biasanya lebih sering terjadi Osteomyelitis dibandingkan
maksila. Hal ini dipengaruhi oleh kepadatan dan suplai darah pada tulang.1,2
Disini terdapat peranan faktor predisposisi pada agen maupun host. Insiden yang
rendah disebabkan oleh daya tahan tubuh host. Selain faktor virulensi mikroorganisme,
kondisi sistemik yang mempengaruhi daya tahan tubuh sangat berperan dalam onset dan
keparahan osteomyelitis.
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang osteomyelitis beserta
laporan kasus osteomyelitis mandibular dekstra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteomyelitis rahang adalah suatu infeksi yang sifatnya ekstensif pada
tulang rahang, yang mengenai spongiosa, sumsum tulang, korteks,dan periosteum.
Infeksi terjadi pada bagian tulang yang terkalsifikasi ketika cairan dalam rongga
medula atau di bawah periosteum mengganggu suplai darah. Tulang yang
terinfeksi menjadi nekrosis ketika terjadi iskemia. Perubahan pertahanan host
yang mendasar terdapat pada mayoritas pasien yang mengalami ostemielitis pada
rahang. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi persarafan tulang menjadikan pasien
rentan terhadap berlangsungnya ostemielitis. Kondisi tersebut, antara lain sinar
radiasi, osteoporosis, osteopetrosis, penyakit tulang Paget, dan tumor ganas tulang.
Sumber lain mendefinisikan Osteomyelitis sebagai suatu inflamasi tulang dan
sum-sum tulang, yang berkembang setelah infeksi kronis.
2.2 Etiologi
Penyebab utama yang paling sering dari Osteomyelitis adalah penyakit
periodontal, seperti gingivitis, pyorrhea, atau periodontitis. Bakteri yang berperan
terhadap proses terjadinya penyakit ini yang tersering adalah Staphylococcus
aureus. Kuman yang lain adalah Streptococcus, Pneumococcus, Klebsiela spp,
Bacteroides spp, dan bakteri anaerob lainnya. Lewat penyakit periodontal, juga
dapat menyebabkan penyakit jantung melalui perjalanan infeksinya. Kekurangan
vitamin C dan bioflavanoid dapat menyebabkan sariawan yang merupakan salah
Selain penyebab Osteomyelitis di atas, infeksi berikut juga bisa disebabkan oleh
trauma berupa patah tulang yang terbuka, penyebaran dari stomatitis, tonsilitis,
infeksi sinus, furunkolosis maupun infeksi hematogen. Inflamasi yang diebabkan
oleh bakteri piogenik ini meliputi semua struktur pembentuk tulang, mulai dari
medula, korteks dan periosteum, dan semakin parah pada keadaan penderita
dengan daya tahan tubuh rendah
Osteomyelitis adalah minimnya aliran darah yang menuju daerah infeksi pada
rahang tersebut, sehingga mencegah antibiotik mencapai sasarannya.
2.4 Klasifikasi
Osteomyelitis dapat diklasifikasikan menjadi supuratif atau non-supuratif
dan sebagai proses akut atau kronis. Osteomyelitis akut terjadi jika proses
inflamasi akut menyebar ke ruang medula sehingga tidak ada waktu untuk tubuh
bereaksi terhadap timbulnya infiltrat inflamasi. Osteomyelitis kronis timbul jika
terdapat respon pertahanan tubuh sehingga menghasilkan jaringan granulasi yang
akan menjadi jaringan parut padat sebagai usaha pertahanan dan mengisolasi
daerah infeksi. Daerah nekrotik yang terisolasi berfungsi sebagai penampungan
bakteri dimana sulit untuk antibiotik mencapai daerah tersebut.
Jika dilihat dari besarnya insiden infeksi odontogen dan hubungan erat
antara gigi dengan ruang medula, maka terdapat kesenjangan bahwa osteomyelitis
tidak terjadi sesering mungkin. Di sini terdapat peranan faktor predisposisi pada
agen maupun host. Insiden yang rendah disebabkan oleh daya tahan tubuh host.
Selain faktor virulensi mikroorganisme, kondisi sistemik yang mempengaruhi
daya tahan tubuh dan kondisi yang merubah vaskularisasi tulang rahang sangat
berperan dalam onset dan keparahan osteomyelitis.
Osteomyelitis Supuratif
Osteomyelitis Nonsupuratif
Osteomyelitis sclerosis kronis
Fokal
Difus
Primer
- Sekunder
Osteomyelitis Pada Anak
Osteomyelitis Aktinimikosa
Osteomyelitis Radiasi
2.5 Patogenesis
Dari sumber infeksi dapat mencapai tulang melalui beberapa jalan, antara
lain :
a. Secara langsung melalui perluasan penyakit,
b. Secara hematogen,
c. Dari fraktur tulang yang terbuka kemudian terkontaminasi.
Invasi bakteri pada tulang spongiosa menyebabkan inflamasi dan edema
dirongga sumsum (marrow spaces) sehingga menekan pembuluh darah tulang dan
selanjutnya menghambat suplai darah. Kegagalan mikrosirkulasi pada tulang
spongiosa merupakan faktor utama terjadinya osteomyelitis, karena area yang
terkena
menjadi
iskemik
dan
tulang
bernekrosis.
Selanjutnya
bakteri
berproliferasi karena mekanisme pertahanan yang banyak berasal dari darah tidak
sampai pada jaringan dan osteomyelitis akan meyebar sampai dihentikan oleh
tindakan medis.
2.6 Penatalaksanaan
Prinsip
penalataksanaan
osteomyelitis
adalah
untuk
mencapai
keseimbangan antara pathogen dan daya tahan tubuh sehingga tubuh dapat
mengatasi infeksi. Penatalaksanaan osteomyelitis biasanya membutuhkan tata
laksana medis maupun bedah. Keadaan sistemik pasien harus dievaluasi untuk
mencari adanya kelainan yang mempengaruhi daya tahan tubuh.
a. Osteomyelitis Supuratif Akut
Penatalaksaannya terdiri dari:
1. Pengobatan antibiotika efektif
Obat harus diberikan secepat mungkin dengan dosis masif secara
parenteral. Mikroorganisme penyebab diperiksa sensifirasnya. Sebelum
didapatkan hasil tes, penisilin dapat diberikam sebagai obat pilihan
pertama. Lama pemberian antibiotika tidak terbatas, waktu yang definitif
biasanya selama 2 minggu dan diteruskan sesuai dengan keparahan
penyakitnya.
2. Drainase
Pada fase akut dilakukan pengompresan panas dapat mempercepat
terlokalisasinya infeksi. Sebaliknya kompres dingin merupakan kontra
indikasi. Drainase harus segera dibuat untuk mengeluarkan pus sehinga
mengurangi rasa sakit, mengurangi absorbsi bahan-bahan toksik dan
mencegah penyebaran infeksi. Tindakan ini tidak diperkenankan tanpa
2. Prosedur pembedahan
Pada rahang bawah insisi intraoral dapat dilakukan dan cukup memadai
bila penyakit hanya mengenai tulang alveolar saja. Insisi dibuat pada
gingival kemudian gingival dipisahnkan dari tulang, jaringan tulang yang
nekrotik diangkat bersama gigi yang terlibat, bekas luka dibersihkan dan
diirigasi kemudian ditutup jahitan. Fistula yang ada mulai dari muara
sampai seluruh salurannya dieksisi. Penutupan luka operasi bias dijahit
rapat bila sequester kecil dan tidak memerlukan drainase. Bila luka besar
diperlukan drainase dengan karet yang dimasukkan ke dalam bekas
sequester untuk keluarnya pus.
Bila penyakit melibatkan tepi bawah korpus mandibula insisi ekstra
oral diperlukan, diatas kulit, 1 cm dibawah tepi tulang. Jaringan granulasi
dan jaringan nekrotik dibersihkan dengan kuret sampai tulang sehat terasa
dan terlihat. Tindakan lainya yang mungkin adalah sausarisasi yaitu
tindakan untuk menghilangkan kavitas yang besar dengan jalan
membuang dinding kavitas bekas sequester yang overhange sehinga pada
penutupan luka, periosteum dan jaringan lunak dapat berkontak dengan
tulang untuk mempercepat penyembuhan. Luka operasi ditutup lapis demi
lapis secara anatomis dengan jahitan primer. Pemasangan drain diperlukan
pada luka yang besar dimana masih ada supurasi, dan jaringan nekrotik.
LAPORAN KASUS
No RM
: 833836
Nama Pasien
Tanggal Lahir
: 22 Februari 1966
Usia
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Tanggal operasi
: 9 september 2016
Dokter operator
Asisten 1
: Nur Rizki
Asisten 2
: Femita Rya G.
I.
Data Dasar
1
Keluhan Utama :
Nyeri dan bengkak pada gusi.
2
II
III
Riwayat Kesehatan:
1
Alergi : Tidak
Pemeriksaan Fisik:
1
Airway : Bersih
Breathing : Ada
Circulation : Kuat
Kesadaran : Normal
GCS :4 E:6
M:5
V:15
IV
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20 x/menit
Nyeri
1
:
Nyeri : (+)
Status Fungsional:
VI
Cacat tubuh
: (-)
IV.
Pemeriksaan Penunjang :
1
Foto Panoramik
2 Laboratorium :
a Hematologi
a Darah Rutin
Hemoglobin 12,1 g/dl
Leukosit 87 10^3/l
Laju endap darah 85* mm/jam
b Hitung Jenis
Basofil Eosinofil 1 %
Neutrofil batang Neutrofil segmen 61%
Limfosit 31%
Monosit 7%
c
d
b
Kimia Klinik
SGOT : 10,3 u/l
SGPT : 6,7 u/l
Ureum : 34 mg/d
Creatinine : 0,7 mg/d
Glucosa darah sewaktu : 86 mg/d
VII
2
3
4
6
7
8
Insisi triangular pada bagian intra oral, kemudian flap dibuka dengan
rasparatorium.
Setelah itu melakukan pengangkatan pada bagian gigi yang terinfeksi.
Pengeburan pada daerah yang terdapat sequerter, dengan bur low speed
dan membuang tulang.
12 Kauterasi jaringan.
17 Suturing pada bagian ekstra oral dan intra oral dengan penjahitan simple
interupted.
18 Operasi selesai
19 Terapi obat :
infus RL
inj. Ceftriaxone 2x1 gr
inj. Metronidazole 3x500 gr
inj. Ketorolac 3x1
inj. Transamin 2x500mg
20 Instruksi post-operasi:
Awasi TTV dan pendarahan.
BAB III
KESIMPULAN
Osteomyelitis rahang adalah suatu infeksi yang sifatnya ekstensif pada tulang
rahang, yang mengenai spongiosa, sumsum tulang, korteks, dan periosteum. Penyebab
utama yang paling sering dari Osteomyelitis adalah penyakit periodontal, seperti
gingivitis, pyorrhea, atau periodontitis. Di samping itu, penyebab lain osteomyelitis
adalah tertinggalnya bakteri di dalam tulang rahang setelah pencabutan gigi.
Osteomyelitis lebih sering terjadi pada mandibula daripada maksila. Alasan
utamanya adalah bahwa peredaran darah menuju maksila lebih banyak dan terbagi atas
beberapa arteri, dimana membentuk hubungan kompleks dengan pembuluh darah utama.
Dibandingkan dengan maksila, mandibula cendrung mendapat suplai darah dari arteri
alveolar inferior. Alasan lainnya adalah padatnya overlying cortical bone mandible
mengambat penetrasi pembuluh daerah periosteal. Gejala klinis osteomyelitis berupa rasa
nyeri dan pembengkakan yang sifatnya bervariasi, adanya limpadenopati regional, rasa
panas dan malaise, gigi goyang dan sensitif terhadap perkusi, adanya fistel, pembesaran
mandibula, dan rahang asimetris. Perjalanan penyebarannya dapat secara langsung
melalui perluasan penyakit, secara hematogen, dan dari fraktur tulang yang terbuka
kemudian terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Osteomielitis
rahang.
Available
from:
URL
6. Putra RF, Sulisytani DS. Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak dan
dewasa. Jurnal PDGI.2009; 58(3): 20-24
7. Topazian RG, Goldberg MH. Oral and Maxillofacial Infections. 3th ed.
Philadelphia.Saunders.1994: 251-288
8.
Archer, W.H. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol 1, 5th ed. Philadelphia:
W.B. Saunders Company. 1975: 1630-1645.
9. Mead, S.V. Oral Surgery. 4th ed. St. Louis : The C.V. Mosby Co. 1969: 792829.
10.
2009:5-56
11. Clark, H.B. 1963. Practical Oral Surgery. 2nd ed. Philadelphia : Lea and
Fabiger. 414-416.
12.