Pendahuluan
Kabupaten Aceh Besar terletak 5,2o 5,8o LU dan 9,5o 95,8o BT, dengan sisi
barat berbatasan dengan Samudera Hindia, sisi timur dan utaranya berbatasan
dengan Selat Malaka dan Teluk Benggala. Sedangkan untuk wilayah darat, Aceh
Besar berbatasan dengan kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di
sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.Aceh Besar
memiliki panjang pantai 334 km, luas perairan laut 1.598,88 km2, Pulau-pulau kecil
21 buah dan pulau-pulau besar 2 buah. Jumlah kecamatan yang memiliki wilayah
pesisir ada 8 kecamatan dengan jumlah desanya 83 desa. Selain dari itu wilayah
pesisir laut Aceh Besar memiliki keanekaragaman hayati yang begitu bervariasi,
dimana Aceh Besar mempunyai tutupan terumbu karang seluas 1.155 ha dan
ekosistem mangrove seluas 133,94 ha (DKP Aceh Besaret al.,2012).Salah Satu
Kawasan di Kabupaten Aceh Besar yang memiliki hutan mangrove adalah di
Gampong Lamreh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar tepatnya di
kawasan pesisir Amat Rhangmanyang.
Kondisi pesisir pada kawasan tersebut semakin memprihatinkan karena
abrasi yang terjadi pada muara sungai semakin meluas.Abrasi tersebut juga semakin
buruk
akibat
adanya
alih
fungsi
lahan
mangrove
menjadi
lahan
pertambakan.Ceritakan sekilas tentang peranan mangrove terhadap transpor
sedimen: missal, salah satunya akar mangrove dapat menghambat sedimen dari
arus atau..Kerapatan mangrove yang rendah akan menyebabkan tingginya
transpor sedimen yang bisa mempengaruhi kecerahan pada perairan
tersebut.Rendahnya kecerahan dan tingginya kekeruhan tersebut disebabkan oleh
banyaknya sedimen melayang yang terangkut oleh arus dan pasang
surut(Referensinya ?).Hal tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya
pendangkalan muara dan mempengaruhi produktivitas perairan pada kawasan
tersebut.Berdasarkan hal ini maka perlu adanya penelitian tentang hubungan
kerapatan mangrove dengan transpor sedimen melayang yang terjadi pada kawasan
tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan mangrove dan transpor
sedimen serta hubungan antara keduanya. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi beserta data tentang vegetasi dan kondisi mangrove yang
terdapat di Gampong Lamreh dan transpor sedimen yang terjadi didaerah tersebut
Metode
Pengambilan Data Mangrove
Pengambilan vegetasi mangrove dengan menggabungkan dua metode yaitu
metode transek (transect methods) dan metode kuadrat (quadrat methods) yang
selanjutnya disebut metode transek kuadrat. Pada penelitian ini mangrove yang
diidentifikasi hanya untuk kategori pohon dikarenakan tingginya kerapatan
mangrove kategori tersebut pada lokasi penelitian. Menurut Onrizal (2008) ukuran
transek yang digunakan dalam analisis vegetasi mangrove untuk kategori pohon
adalah 10 x 10 m2 dengan diameter pohon >10 cm dengan tinggi >1,5 m, ukuran
transek 5 x 5 m2 untuk anakan dengan diameter <10 cm dan tinggi > 1,5 m, ukuran
transek 2 x 2 m2 untuk semai dengan tinggi < 1,5 m. Individu pohon yang terdapat
dalam transek kuadrat diambil contoh daunnya, jika terdapat buah atau bunga pada
individu tersebut maka juga dapat diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik
untuk mempermudah proses identifikasi jenis mangrove.
Di=
ni
A
Dimana Di= kerapatan jenis (ind/m2), ni = jumlah total individu dari jenis ke-I dan A
= luas area total pengambilan contoh
Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis ke-i (n i)
dan total tegakan seluruh jenis (n):
5
RDi =
ni
x 100
n
RDi= kerapatan Relatif (ind/m2), ni= jumlah individu jenis ke-I dan n = Jumlah total
seluruh individu
(JIKA ADA, tuliskan referensi pada rumus tersebut).
Transpor Sedimen Melayang
Sampel sedimen yang diambil menggunakan sedimen trap dianalisis di
laboratorium dan dihitung dengan rumus sebagai berikut (English, 1994 dalam
Hartoni dan Agussalim 2007):
V=
W
L
t
Dan
W =ab
Gambar 4.Hubungan X dan Y dalam korelasi product moment (1) korelasipositif, (2)
korelasi negatif, (3) tidak ada korelasi (Spiegel et al., 1996)
Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif, bila nilai suatu variabel
ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan hubungan dua
variabel atau lebih dinyatakan negatif, bila nilai satu variabel dinaikkan maka akan
menurunkan nilai variabel yang lain dan juga sebaliknya. Pedoman interprestasi
terhadap koefisien korelasi disajikan dalam tabel 1.berikut ini:
Tabel 1. Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat Rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60- 0,799
Kuat
0,80 1,0
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2002).
Analisa korelasi product moment dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Spiegel et al., 1996):
r=
xy
( x2 )( y 2 )
(x ix)
dan y =
( y i y )
Nama Spesies
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Rhizopora stylosa
Total
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Heritiera Littoralis
Rhizopora stylosa
Total
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Rhizopora stylosa
Total
Di
(ind/100m2)
1
1
2
8
12
2
11
2
1
8
24
10
5
8
9
32
RDi
(%)
8,33
8,33
16,67
66,67
100
8,33
45,83
8,33
4,17
33,33
100
31,25
15,63
25
28,13
100
Sub stasiun 1
Sub stasiun 2
Sub stasiun 3
0.00
Min ggu 1 (29 Maret 2014)
Wak tu pen gamatan
dan sub stasiun 3 4,87-5,52 g/cm 2/hari.Tingginya transpor sedimen yang terjadi
pada sub stasiun 1 diduga karena rendahnya kerapatan mangrove pada sub stasiun
tersebut sehingga kemampuan akar mangrove untuk menjerat sedimen sangat
rendah selain itu kencangnya arus pada muara juga mengikis tepian muara
sehingga menyebabkan sedimen ikut terbawa ke zona mangrove.Arus yang terjadi
pada sub stasiun 1 selama penelitian berkisar antara 0,21-0,19 m/s.Pasang surut
yang terjadi pada sub stasiun 1 berkisar antara 10-59 cm. Pasang surut yang terjadi
pada kawasan ini merupakan tipe pasang surut harian ganda atau semi diurnal tide.
Surut terendah terjadi pada sub stasiun 2 pada tanggal 29 Maret 2014 (minggu 1)
yaitu 60 cm (surut menuju pasang) pada jam 16.00 wib dengan kecepatan arusnya
sebesar 0,05 m/s. Arief (2003) mengatakan bahwa arus dalam keadaan pasang dan
surut sangat mempengaruhi terbentuknya substrat. Arus inilah yang menyebabkan
semakin kecilnya partikel debu, karena arus dalam keadaan pasang dan surut yang
tinggi dapat menghambat pengendapan partikel debu.Pada waktu pasang, ombak
membawa partikel debu ke zona belakang mangrove, dan ketika terjadi surut,
partikel-partikel debu tersebut ikut tertarik kembali.Sedangkan partikel pasir lebih
dulu mengendap.Ini dikarenakan partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat
daripada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel
dalam suspense lebih lama dari arus yang lemah.
Rendahnya transpor sedimen pada sub stasiun 3 disebabkan karena tingginya
kerapatan mangrove pada kawasan tersebut. Rata-rata arus pada sub stasiun 3
adalah 0,15-0,19 m/s. A. marina yang medominasi pada sub stasiun ini memiliki
peranan penting dalam menjerat sedimen. Hal ini di dukung oleh (Murtiono et al.,
2012) yang mengatakan bahwa plot Api-api (Avicennia sp.) mampu menjerat
sedimen yang paling besar, kemudian di ikuti oleh plot Bogem (Soneratia sp.) dan
yang terendah plot Bakau (Rhizopora sp.).Mangrove selain berfungsi sebagai
sebagai pelindung garis pantai dan mencegah intrusi air laut juga berfungsi sebagai
perangkap sedimen dengan akarnya. Hal ini didukung oleh (Triatmodjo, 1999) akarakar pohon mangrove akan menahan sedimen atau lumpur yang terbawa arus
sehingga akan terjadi pengendapan di sekitar pepohonan mangrove. Bentuk-bentuk
perakaran Rhizopora sp. yang menjangkar dan rapat juga menyebabkan
terbentuknya sedimen. Perakaran inilah yang menjadikan proses penangkapan
partikel debu di tegakan Rhizopora sp. berjalan sempurna. Ketika terjadi arus balik,
partikel-partikel debu terhambat oleh perakaran-perakaran tersebut.
Kawasan pesisir Gampong Lamreh yang berada pada perairan utara aceh
langsung berhadapan dengan Samudera Hindia memiliki tiga musim yang berbeda
yaitu musim timur, musim barat dan musim peralihan.Selama 1 bulan penelitian
pada Maret-April kawasan pesisir Gampong Lamreh mengalami musim peralihan
timur-barat.Kondisi lingkungan pada musim peralihan atau musim pancaroba relatif
stabil namun pada waktu-waktu tertentu bisa terjadinya hujan. Turunnya hujan yang
terjadi pada kawasan tersebut akan meningkatkan transpor sedimen melayang yang
terjadi, ini terlihat dari transpor sedimen melayang yang meningkat setiap
minggunya.
Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Transpor Sedimen
korelasi antara kedua koefisien (Kerapatan mangrove dengan transpor
sedimen melayang) bersifat negatif yang menandakan bahwa semakin tinggi
kerapatan mangrove maka semakin rendah transpor sedimen yang terjadi pada
kawasan tersebut begitu juga sebaliknya bila nilai kerapatan mangrove rendah akan
menyebabkan nilai transpor sedimen pada kawasan tersebut tinggi. Nilai korelasi
pada kawasan pesisir Gampong Lamreh berkisar antara -0,863 sampai -0,999 yang
menandakan kerapatan mangrove dan transpor sedimen melayang memiliki
hubungan yang sangat kuat.
Tabel 3. Korelasi Product Moment
Aspek
Sedimen
9
R
R
Korelasi Product
moment
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
-0,863
0,74477
74%
-0,997
0,99401
99%
-0,993
0,98605
99%
Minggu
4
-0,999
0,998
100%
Nilai korelasi tertinggi pada kawasan tersebut terdapat pada minggu ke 4 dan
nilai terendah terdapat pada minggu ke 1. Nilai korelasi pada minggu ke 4 adalah
100% (lampiran 9), hal ini menunjukkan bahwa pada minggu ke 4 kemampuan
mangrove pada kawasan tersebut untuk menjerat sedimen bernilai 100% sedangkan
nilai korelasi pada minggu ke 1 adalah 74%. Perbedaan nilai korelasi mangrove
dalam menjerat sedimen setiap minggunya terjadi karena beberapa faktor
lingkungan lainnya, seperti pasang surut, arus dan juga musim yang terjadi pada
kawasan tersebut.Hal ini seperti dikatakan Widjojo (2010) bahwa transpor sedimen
dipantai dibangkitkan oleh gelombang, arus laut atau kombinasi keduanya
sedangkan transpor sedimen di muara sungai disebabkan oleh arus pasang surut,
gelombang dan arus sungai air tawar.Laju transpor sedimen di daerah pantai
dipengaruhi oleh karakteristik sedimen, kemiringan pantai, besarnya gelombang
dan arus.
Kesimpulan
Mangrove yang dominan pada lokasi penelitian adalah Rhizopora apiculata,
Brugueira gymnorrhiza, Avicennia marina dan mangrove yang paling mendominasi
pada lokasi penelitian adalah Rhizopora apiculata. Transpor sedimen melayang
tetinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai rerata kerapatan mangrove sebesar 12
ind/100m2 dengan transpor sedimennya berkisar 5,54-6,63 g/cm 2/hari dan terendah
pada stasiun 3 dengan rata-rata kerapatan mangrove sebesar 32 ind/100m 2 serta
transpor sedimennya berkisar 4,87-5,52 g/cm 2/hari. Hubungan kerapatan mangrove
dengan transport sedimen melayang memiliki nilai korelasi negatif dengan nilainya
berkisar -0,863 sampai -0,999, yang berarti semakin tinggi nilai kerapatan mangrove
maka nilai transpor sedimen semakin rendah.
Daftar Pustaka
Arief, A. 2003.Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya.Kanisius. Yogyakarta
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Besar, Wildlife Conservation Society, Jaringan
Kuala,
WWF-Indonesia.
2012.
Semiloka
pengelolaan
perikanan
berkelanjutanKabupaten
Aceh
Besar.http://news.kuala.or.id/blog/2012/03/29/semiloka-pengelolaanperikanan-berkelanjutan-kabupaten-aceh-besar/.html.
Tanggal
akses
11
Februari 2014.
Hartoni, A. Agussalim. 2007. Laju sedimen melayang di wilayah pembangunan
pelabuhan
tanjung
api-api
muara
sungai
Banyuasin
Kabupaten
Banyuasin.Jurnal Penelitian Sains; Vol. 10 No. 2. Hal 204-211
Indawan, E., Ahmadi, R.A.D. Novitawati. 2012. Komposisi mangrove pada lahan
tercemar BTEX dan logam berat. Jurnal Natur Indonesia Vol. 14 No. 3.ISSN
1410-9379.
Murtiono, U.G, G. Tjakrawarsa, U.H. Pahlana. 2012. Kajian peran dominasi jenis
mangrove dalam penjeratan sedimen terlarut di Segara Anakan Cilacap.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan DAS.
ISBN 978-602-99218-6-1
Noor., Y.R., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan pengenalan mangrove di
Indonesia. Direktorat Jenderal PKA dan Wetlands International-Indonesia
Program. Bogor.
10
Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove. pelatihan
pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan untuk petugas. Penyuluh
Kehutanan Di Tanjung Pinang.
Petra, J.L, S. Sastrawibawa, I. Riyantini. 2012. Pengaruh kerapatan mangrove
terhadap laju sedimen transpor di Pantai Karangsong Kabupaten Indramayu.
Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. 3 No. 3: 329-337
Spiegel, M.R, I.N. Susila, E. Gunawan. 1996. Seri buku schaum teori dan soal-soal:
statistika edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk penelitian. CV Alfabeta. Bandung
Triatmodjo. B. 1999. Teknik pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Widjojo, J.B, Sunardi. 2010. Transportasi sedimen oleh kombinasi aliran permanen
beraturan dan gelombang seragam. Media Teknik Sipil, Volume X. ISSN 14120976
11