Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Transpor Sedimen

Melayang di Gampong Lamreh Kecamatan Mesjid Raya


Kabupaten Aceh Besar
The Relation Mangrove Density with Suspended Sediment
Transport at Lamreh Village, Mesjid Raya Subdistrict of
Aceh Besar
Indah Permatasari*, Irma Dewiyanti, Ichsan Setiawan
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah
Kuala, Darussalam-Banda Aceh. *Email Korespondensi: indah.ip85@gmail.com
Abstract. Abrasion and mangrove land transfer in coastal area of Lamreh village
made sedimentation and feared would reduced the marine productivity. This
research aimed to determine the relation between mangrove density and sediment
transport that occurred in coastal area of Lamreh village. This research was carried
out on March to May 2014 and was used one station with 3 substations. Substation
1 was located in area has effect from the sea. Substation 1 in middle area from the
sea and mainland and the substation 3 in area close to the mainland but still has
effect from the sea. Square transect method used for observation of mangroves and
sediment trap used to ensnare sediment. The most mangroves found in this area
were Rhizophora apiculata, Brugueira gymnorrhiza and Avicennia marina. the
mangrove dominate in this area was Rhizophora apiculata and highest mangrove
density was Brugueira gymnorrhiza with average of 11 ind/100m 2 and the lowest
density was Heritiera littoralis with average of 1 ind/100m 2 in substation 2. The
highest sediment transport was in substation 1 and the lowest was in substation 3.
Mangrove density in substation 1 was 12 ind/100m 2 with transport sediment for one
month was ranged from 5,54-6,63 g/cm 2/day. Mangrove density in substation 2 was
24 ind/100m2 with transport sediment was ranged from 5,46-5,93 g/cm 2/day and
mangrove density in substation 3 was 32 ind/100m 2 with transport sediment was
ranged from 4,87-5,52 g/cm2/day. The correlation between mangrove density and
sediment transport in this area was negative correlation. Negative correlation was
indicated the high mangrove density would decrease transport sediment and the
opposite. The correlation between two coefficients was ranged from -0,863 to
-0,999.
Keywords : Lamreh village, mangrove, suspended sediment, square transect,
sediment trap.
Abstrak.Abrasi dan pengalihan lahan mangrove pada kawasan pesisir Gampong
Lamreh bisa menyebabkan sedimentasi dan dikhawatirkan akan menurunkan
produktivitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kerapatan mangrove dengan transpor sedimen yang terjadi pada kawasan pesisir
Gampong Lamreh. Penelitian ini telah dilakukan pada Maret hingga Mei 2014dan
menggunakan satu stasiun dengan 3 sub stasiun. Sub stasiun 1 berada pada daerah
yang langsung berhadapan dengan laut. Sub stasiun 2 berada pada daerah
pertengahan antara laut dan daratan dan sub stasiun 3 berada daerah yang dekat
dengan daratan namun masih memiliki pengaruh dari laut. Metode transek kuadrat
1

digunakan untuk pengamatan kerapatan mangrove dan sedimen trap digunakan


untuk menjerat sedimen. Mangrove yang banyak ditemukan pada kawasan ini
adalah Rhizopora apiculata, Brugueira gymnorrhiza dan Avicennia marina.
Mangrove yang mendominasi pada kawasan ini adalah Rhizopora apiculata dan
rerata kerapatan tertinggi terdapat pada spesies Brugueira gymnorrhiza dengan
nilai 11 ind/100m2 dan kerapatan terendah terdapat pada spesies Heritiera littoralis
dengan nilai 1 ind/100m2 pada sub stasiun 2. Sedangkan transpor sedimen tertinggi
terdapat pada sub stasiun 1 dan terendah pada sub stasiun 3. Adapun kerapatan
mangrove pada sub stasiun 1, 2 dan 3 yaitu: 12 ind/100m 2, 24 ind/100m2 dan 32
ind/100m2 dengan transpor sedimen selama satu bulan pada setiap sub stasiun
berkisar antara: 5,54-6,63 g/cm2/hari, 5,46-5,93 g/cm2/hari dan 4,87-5,52 g/cm2/hari.
Korelasi kerapatan mangrove dan transpor sedimen melayang pada kawasan
Gampong Lamreh memiliki korelasi negatif,dimana nila ikorelasi antara kedua
koefisien tersebut berkisar antara -0,863 sampai -0,999.Korelasi negatif
menandakan bahwa kerapatan mangrove yang tinggi akanmenurunkan transpor
sedimen dan juga sebaliknya.
Kata kunci : Gampong Lamreh, mangrove, sedimen melayang, transek kuadrat,
sedimen trap.

Pendahuluan

Kabupaten Aceh Besar terletak 5,2o 5,8o LU dan 9,5o 95,8o BT, dengan sisi
barat berbatasan dengan Samudera Hindia, sisi timur dan utaranya berbatasan
dengan Selat Malaka dan Teluk Benggala. Sedangkan untuk wilayah darat, Aceh
Besar berbatasan dengan kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di
sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.Aceh Besar
memiliki panjang pantai 334 km, luas perairan laut 1.598,88 km2, Pulau-pulau kecil
21 buah dan pulau-pulau besar 2 buah. Jumlah kecamatan yang memiliki wilayah
pesisir ada 8 kecamatan dengan jumlah desanya 83 desa. Selain dari itu wilayah
pesisir laut Aceh Besar memiliki keanekaragaman hayati yang begitu bervariasi,
dimana Aceh Besar mempunyai tutupan terumbu karang seluas 1.155 ha dan
ekosistem mangrove seluas 133,94 ha (DKP Aceh Besaret al.,2012).Salah Satu
Kawasan di Kabupaten Aceh Besar yang memiliki hutan mangrove adalah di
Gampong Lamreh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar tepatnya di
kawasan pesisir Amat Rhangmanyang.
Kondisi pesisir pada kawasan tersebut semakin memprihatinkan karena
abrasi yang terjadi pada muara sungai semakin meluas.Abrasi tersebut juga semakin
buruk
akibat
adanya
alih
fungsi
lahan
mangrove
menjadi
lahan
pertambakan.Ceritakan sekilas tentang peranan mangrove terhadap transpor
sedimen: missal, salah satunya akar mangrove dapat menghambat sedimen dari
arus atau..Kerapatan mangrove yang rendah akan menyebabkan tingginya
transpor sedimen yang bisa mempengaruhi kecerahan pada perairan
tersebut.Rendahnya kecerahan dan tingginya kekeruhan tersebut disebabkan oleh
banyaknya sedimen melayang yang terangkut oleh arus dan pasang
surut(Referensinya ?).Hal tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya
pendangkalan muara dan mempengaruhi produktivitas perairan pada kawasan
tersebut.Berdasarkan hal ini maka perlu adanya penelitian tentang hubungan
kerapatan mangrove dengan transpor sedimen melayang yang terjadi pada kawasan
tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan mangrove dan transpor
sedimen serta hubungan antara keduanya. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi beserta data tentang vegetasi dan kondisi mangrove yang
terdapat di Gampong Lamreh dan transpor sedimen yang terjadi didaerah tersebut

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan mangrove Gampong Lamreh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar(Tuliskan titik koordinatnya)dan
analisis konsentrasi sedimen melayang padadiLaboratorium Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai
dengan Mei 2014.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian (sumber: Google earth)


Penentuan Stasiun
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling
dimana penentuan stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan tujuan yang
diinginkan.Penelitian ini menggunakan satu stasiun pengamatan yaitu di Gampong
Lamreh dengan 3 sub stasiun.Penentuan sub stasiun pengamatan secara tegak lurus
daerah aliran sungai (muara) dari arah laut menuju ke darat. Pada setiap sub
stasiun penelitian dilakukan 3 kali ulangan untuk setiap pengambilan data. Sub
stasiun 1 terletak berhadapan langsung dengan laut, sub stasiun 2 terletak
ditengah-tengah antara laut dan daratan serta sub stasiun 3 terletak dekat dengan
daratan namun masih memiliki pengaruh dari laut. sub stasiun ditentukan dengan
asumsi terdapat perbedaan kerapatan mangrove pada setiap sub stasiun. Jarak
antara sub stasiun adalah 10 m yang disesuaikan dengan kerapatan mangrove
pada lokasi penelitian,sedangkan jarak untuk setiap ulangan yaitu 5 m.
Bahan dan Alat
Alat dan bahan yangdigunakan pada penelitian ini adalah tali rafia untuk
membuat transek identifikasi mangrove, sedimen trap untuk menjerat sedimen
melayang, kantong plastik untuk menyimpan sampel, buku identifikasi, alat tulis,
data sheet untuk penulisan data name tag, GPS, kamera, botol sampel, kertas saring
untuk penyaringan sedimen, oven dan desikator untuk pengeringan sedimen.

Metode
Pengambilan Data Mangrove
Pengambilan vegetasi mangrove dengan menggabungkan dua metode yaitu
metode transek (transect methods) dan metode kuadrat (quadrat methods) yang
selanjutnya disebut metode transek kuadrat. Pada penelitian ini mangrove yang
diidentifikasi hanya untuk kategori pohon dikarenakan tingginya kerapatan
mangrove kategori tersebut pada lokasi penelitian. Menurut Onrizal (2008) ukuran
transek yang digunakan dalam analisis vegetasi mangrove untuk kategori pohon
adalah 10 x 10 m2 dengan diameter pohon >10 cm dengan tinggi >1,5 m, ukuran
transek 5 x 5 m2 untuk anakan dengan diameter <10 cm dan tinggi > 1,5 m, ukuran
transek 2 x 2 m2 untuk semai dengan tinggi < 1,5 m. Individu pohon yang terdapat
dalam transek kuadrat diambil contoh daunnya, jika terdapat buah atau bunga pada
individu tersebut maka juga dapat diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik
untuk mempermudah proses identifikasi jenis mangrove.

Gambar 2.Transek kuadrat pengambilan data mangrove


Pengukuran transpor sedimen melayang
Pengukuran transpor sedimen menggunakan sedimen trap yang dibuat dari
pipa PVC dengan ukuran diameter 3 inci dan tinggi 11,5 cm pada bagian atas pipa
PVC dipasang baffles (sekat-sekat) dan pada bagian bawahnya diberi
penutup.Pengukuran transpor sedimen dilakukan pada setiap ulangan pengambilan
data vegetasi mangrove. Transpor sedimen diukur dengan menggunakan sedimen
trap yang telah diikat pada sebuah kayu dengan menggunakan tali dan kemudian
ditancapkan pada ketinggian 20 cm dari dasar perairan atau disesuaikan dengan
surut terendah pada perairan tersebut (Petra et al., 2012).Pengambilan data
dilakukan 1 kali dalam seminggu selama 1 bulan penelitian sehingga terdapat 4 kali
pengambilan sampel sedimen.

Gambar 3. Sedimen trap


Sedimen yang terjerat pada sedimen trap kemudian dimasukkan kedalam
botol sampel dan selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala.Sedimen yang dibawa dari lapangan tersebut dimasukkan
kedalam alat penyaringan yang diatasnya telah dilengkapi dengan kertas saring
Whatman dengan ukuran pori 0,45 m , hal ini dilakukan untuk memisahkan
sedimen dengan air yang terdapat pada sampel. Kertas saringtersebut kemudian
diambil dan dimasukkan ke dalam oven selama 17 jam dengan suhunya 150 0C
untuk menghilangkan kadar air pada sedimen.Sedimen dan kertas saring yang telah
dioven dimasukkan kedalam desikator hingga dibiarkan beberapa menit dan
kemudian ditimbang beratnya dengan timbangan digital.
Analisa Data
Vegetasi Mangrove
Kerapatan Mangrove biasanya merujuk pada ukuran seberapa banyak suatu
tumbuhan mangrove yang berada dalam suatu jumlah yang tetap dalam suatu ruang
(biasanya dalam ruang tiga dimensi).
Kerapatan jenis (Di) yaitu jumlah tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area.

Di=

ni
A

Dimana Di= kerapatan jenis (ind/m2), ni = jumlah total individu dari jenis ke-I dan A
= luas area total pengambilan contoh
Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis ke-i (n i)
dan total tegakan seluruh jenis (n):
5

RDi =

ni
x 100
n

RDi= kerapatan Relatif (ind/m2), ni= jumlah individu jenis ke-I dan n = Jumlah total
seluruh individu
(JIKA ADA, tuliskan referensi pada rumus tersebut).
Transpor Sedimen Melayang
Sampel sedimen yang diambil menggunakan sedimen trap dianalisis di
laboratorium dan dihitung dengan rumus sebagai berikut (English, 1994 dalam
Hartoni dan Agussalim 2007):

V=

W
L
t

Dan

W =ab

V = Transpor sedimen (g/cm2/hari), W = Berat kering sedimen (g), L = Luas


penampang sedimen trap (cm2), t = Lama pemasangan sedimen trap (hari), a =
berat akhir kertas saring dan berat sedimen setelah pemanasan (g) dan b = berat
kertas saring setelah pemanasan (g).

Analisa Korelasi Product Moment


Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau
ratio dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.

Gambar 4.Hubungan X dan Y dalam korelasi product moment (1) korelasipositif, (2)
korelasi negatif, (3) tidak ada korelasi (Spiegel et al., 1996)
Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif, bila nilai suatu variabel
ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan hubungan dua
variabel atau lebih dinyatakan negatif, bila nilai satu variabel dinaikkan maka akan
menurunkan nilai variabel yang lain dan juga sebaliknya. Pedoman interprestasi
terhadap koefisien korelasi disajikan dalam tabel 1.berikut ini:
Tabel 1. Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat Rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60- 0,799
Kuat
0,80 1,0
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2002).
Analisa korelasi product moment dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Spiegel et al., 1996):

r=

xy
( x2 )( y 2 )

r = Korelasi antara variabel x dengan y, x =


6

(x ix)

dan y =

( y i y )

Hasil dan Pembahasan

Komposisi dan Kerapatan Mangrove


Komposisi mangrove yang ditemukan pada setiap sub stasiun pengamatan
terdiri dari 4 famili dan 5 spesies. 4 famili mangrove yang ditemukan yaitu
Avicenniaceae, Euphorbiaceae, Rhizophoraceae, Sterculiacea. Mangrove dari kelas
Avicenniaceaeyaitu Avicennia marina (19%), Euphorbiaceae dengan spesies
Excoecaria agallocha (17%), dua spesies Rhizophoraceae yang ditemukan terdiri
dari Rhizopora apiculata (38%)dan Bruguiera gymnorhiza(26%)sedangkan spesies
untuk kelas Sterculiacea adalah Heritiera littoralis (1%).komposisi mangrove yang
paling tinggi terdapat pada jenis R. apiculta sebesar 38% dan komposisi mangrove
yang paling rendah adalah H. littoralis 1%. Banyaknya penyebaran luasan jenis
pohon R. apiculata karena jenis ini lebih baik dalam menggunakan sumberdaya atau
mampu menyesuaikan diri dengan lokasi tempat hidupnya dan spesies ini bisa hidup
pada habitat yang bervariasi.Komposisi H. littoralis yang rendah pada lokasi
penelitian diduga karena spesies ini tidak toleran pada salinitas yang tinggi dan
substrat yang tidak mendukung untuk spesies ini berkembang.Hal ini didukung oleh
Noor et al., (2006) H. littoralis yang mengatakan bahwa spesies ini menempati
bagian tepi atau berdekatan dengan hutan dataran rendah, atau pantai berkarang.
Tabel 2. Rerata Kerapatan dan kerapatan relatif mangrove
Sub Stasiun
1

Nama Spesies
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Rhizopora stylosa
Total
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Heritiera Littoralis
Rhizopora stylosa
Total
Avicennia marina
Bruguiera gymnorrhiza
Excoecaria agallocha
Rhizopora stylosa
Total

Di
(ind/100m2)
1
1
2
8
12
2
11
2
1
8
24
10
5
8
9
32

RDi
(%)
8,33
8,33
16,67
66,67
100
8,33
45,83
8,33
4,17
33,33
100
31,25
15,63
25
28,13
100

Sub stasiun 1 didominasi oleh spesies R. apiculata, sub stasiun 2 oleh B.


gymnorhizadan sub stasiun 3 oleh A. marina. Pada sub stasiun 1 R. apiculata
memiliki rerata kerapatan tertinggi dengan nilai kerapatan sebesar 8 ind/100m 2 dan
nilai kerapatan relatifnya adalah 66,67%. Nilai rerata kerapatan terendah untuk
kategori pohon pada sub stasiun ini terdapat pada B. gymnorhiza dan A. marina hal
ini diduga karena spesies ini banyak ditebang untuk pengalihan lahan . Pada sub
stasiun 2 nilai rerata kerapatan yang paling tinggi terdapat pada B. gymnorhiza
dengan nilai kerapatan 11 ind/100m2 dengan kerapatan relatif 45,83%. Hal ini
diduga karena substrat lokasi sangat mendukung spesies ini untuk
berkembang.Pada lokasi spesies ini hidup pada penggenangan saat pasang.B.
gymnorhiza mampu hidup diberbagai kondisi salinitas yang hampir tawar hingga
asin dengan berbagai penggenangan pasang surut dan sangat menyukai substrat
7

berlumpur, berpasir atau kadang-kadang lumpur bergambut.Indawan et al., (2012)


mengatakan bahwa mangrove tersebut lebih cocok hidup diwilayah bagian dalam
dengan substrat baru terbentuk baik pada tanah berliat, berlumpur dan
berhumus.Pada sub stasiun 2 ditemukan spesies yang tidak ditemukan pada sub
stasiun lainnya yaitu H. littoralis dengan kerapatan 1 ind/100m2 dan kerapatan
relatif 4,17%. Rendahnya kerapatan dari spesies ini diduga karena lingkungan yang
tidak mendukung spesies ini untuk berkembang.H. littoralis yang ditemukan pada
sub stasiun ini tumbuh berdampingan dengan B. gymnorhiza. Kerapatan tertinggi
pada sub stasiun 3 terdapat pada A. marina yaitu 10 ind/100m2 dan nilai kerapatan
relatifnya 31,25%. Spesies ini ditemukan pada tepian pasang surut dan juga
memiliki toleransi yang tinggi terhadap kadar salinitas. Menurut Noor et al., (2006)
A. marina memiliki akar napas api-api yang padat, rapat dan sangat efektif untuk
menangkap lumpur. Akar ini juga dijadikan sebagai tempat untuk mencari makan
bagi berbagai jenis biota diantaranya kepiting bakau, siput dan teritip.Nilai
kerapatan yang paling rendah pada sub stasiun 3 terdapat pada spesies B.
gymnorhiza dengan nilai kerapatan 5 ind/100m 2 dan kerapatan relatifnya sebesar
15,63%. Nilai kerapatan yang rendah untuk spesies ini diduga karena substrat yang
tidak sesuai untuk mangrove ini berkembang dan ada beberapa spesies ini ditebang
untuk pengalihan lahan.
Sub stasiun 1 yang dekat dengan laut memiliki nilai total rerata kerapatan
sebesar 12 ind/100m2, Sub stasiun 2 yang terdapat pada daerah pertengahan antara
laut dan darat memiliki nilai total rerata kerapatan 24 ind/100m 2. Total nilai rerata
kerapatan mangrove pada sub stasiun 3 sebesar 32 ind/100m 2. Dari data rerata
kerapatan tersebut, sub stasiun 1 memiliki rerata kerapatan yang paling rendah dan
pada sub stasiun 3 merupakan rerata kerapatan yang paling tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan kerapatan mangrove yang terlindung dari
hempasan gelombang (Kurang tepat, karena fungsi mangrove untuk meredam
hempasan ombak) disebabkanoleh letak masing-masing sub stasiun berdasarkan
habitat hidup mangrove itu sendiri, sehingga mangrove dapat tumbuh dengan lebih
baik(Atau.). Perbedaan tingkat dominasi ini diduga karena perbedaan substrat
pada setiap sub stasiun untuk setiap spesies berkembang dan juga beberapa faktor
alam maupun dari manusia sendiri.
(tidak boleh banyak menggunakan kata DIDUGA).
Transpor Sedimen Melayang
7.00
6.00
5.00
4.00
Tran spor sedimen (g/cm/h ari)3.00
2.00
1.00

Sub stasiun 1
Sub stasiun 2
Sub stasiun 3

0.00
Min ggu 1 (29 Maret 2014)
Wak tu pen gamatan

Gambar 4. Transpor sedimen melayang


Transpor sedimen melayang pada kawasan tersebut selama waktu
penelitian menunjukkan peningkatan setiap minggunya.transpor sedimen tertinggi
pada sub stasiun 1 dan terendah pada sub stasiun 3. Pada sub stasiun 1 rata-rata
transpor sedimen adalah 5,54-6,63 g/cm2/hari, sub stasiun 2 5,46-5,93 g/cm 2/hari
8

dan sub stasiun 3 4,87-5,52 g/cm 2/hari.Tingginya transpor sedimen yang terjadi
pada sub stasiun 1 diduga karena rendahnya kerapatan mangrove pada sub stasiun
tersebut sehingga kemampuan akar mangrove untuk menjerat sedimen sangat
rendah selain itu kencangnya arus pada muara juga mengikis tepian muara
sehingga menyebabkan sedimen ikut terbawa ke zona mangrove.Arus yang terjadi
pada sub stasiun 1 selama penelitian berkisar antara 0,21-0,19 m/s.Pasang surut
yang terjadi pada sub stasiun 1 berkisar antara 10-59 cm. Pasang surut yang terjadi
pada kawasan ini merupakan tipe pasang surut harian ganda atau semi diurnal tide.
Surut terendah terjadi pada sub stasiun 2 pada tanggal 29 Maret 2014 (minggu 1)
yaitu 60 cm (surut menuju pasang) pada jam 16.00 wib dengan kecepatan arusnya
sebesar 0,05 m/s. Arief (2003) mengatakan bahwa arus dalam keadaan pasang dan
surut sangat mempengaruhi terbentuknya substrat. Arus inilah yang menyebabkan
semakin kecilnya partikel debu, karena arus dalam keadaan pasang dan surut yang
tinggi dapat menghambat pengendapan partikel debu.Pada waktu pasang, ombak
membawa partikel debu ke zona belakang mangrove, dan ketika terjadi surut,
partikel-partikel debu tersebut ikut tertarik kembali.Sedangkan partikel pasir lebih
dulu mengendap.Ini dikarenakan partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat
daripada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel
dalam suspense lebih lama dari arus yang lemah.
Rendahnya transpor sedimen pada sub stasiun 3 disebabkan karena tingginya
kerapatan mangrove pada kawasan tersebut. Rata-rata arus pada sub stasiun 3
adalah 0,15-0,19 m/s. A. marina yang medominasi pada sub stasiun ini memiliki
peranan penting dalam menjerat sedimen. Hal ini di dukung oleh (Murtiono et al.,
2012) yang mengatakan bahwa plot Api-api (Avicennia sp.) mampu menjerat
sedimen yang paling besar, kemudian di ikuti oleh plot Bogem (Soneratia sp.) dan
yang terendah plot Bakau (Rhizopora sp.).Mangrove selain berfungsi sebagai
sebagai pelindung garis pantai dan mencegah intrusi air laut juga berfungsi sebagai
perangkap sedimen dengan akarnya. Hal ini didukung oleh (Triatmodjo, 1999) akarakar pohon mangrove akan menahan sedimen atau lumpur yang terbawa arus
sehingga akan terjadi pengendapan di sekitar pepohonan mangrove. Bentuk-bentuk
perakaran Rhizopora sp. yang menjangkar dan rapat juga menyebabkan
terbentuknya sedimen. Perakaran inilah yang menjadikan proses penangkapan
partikel debu di tegakan Rhizopora sp. berjalan sempurna. Ketika terjadi arus balik,
partikel-partikel debu terhambat oleh perakaran-perakaran tersebut.
Kawasan pesisir Gampong Lamreh yang berada pada perairan utara aceh
langsung berhadapan dengan Samudera Hindia memiliki tiga musim yang berbeda
yaitu musim timur, musim barat dan musim peralihan.Selama 1 bulan penelitian
pada Maret-April kawasan pesisir Gampong Lamreh mengalami musim peralihan
timur-barat.Kondisi lingkungan pada musim peralihan atau musim pancaroba relatif
stabil namun pada waktu-waktu tertentu bisa terjadinya hujan. Turunnya hujan yang
terjadi pada kawasan tersebut akan meningkatkan transpor sedimen melayang yang
terjadi, ini terlihat dari transpor sedimen melayang yang meningkat setiap
minggunya.
Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Transpor Sedimen
korelasi antara kedua koefisien (Kerapatan mangrove dengan transpor
sedimen melayang) bersifat negatif yang menandakan bahwa semakin tinggi
kerapatan mangrove maka semakin rendah transpor sedimen yang terjadi pada
kawasan tersebut begitu juga sebaliknya bila nilai kerapatan mangrove rendah akan
menyebabkan nilai transpor sedimen pada kawasan tersebut tinggi. Nilai korelasi
pada kawasan pesisir Gampong Lamreh berkisar antara -0,863 sampai -0,999 yang
menandakan kerapatan mangrove dan transpor sedimen melayang memiliki
hubungan yang sangat kuat.
Tabel 3. Korelasi Product Moment
Aspek
Sedimen
9

R
R
Korelasi Product
moment

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

-0,863
0,74477
74%

-0,997
0,99401
99%

-0,993
0,98605
99%

Minggu
4
-0,999
0,998
100%

Nilai korelasi tertinggi pada kawasan tersebut terdapat pada minggu ke 4 dan
nilai terendah terdapat pada minggu ke 1. Nilai korelasi pada minggu ke 4 adalah
100% (lampiran 9), hal ini menunjukkan bahwa pada minggu ke 4 kemampuan
mangrove pada kawasan tersebut untuk menjerat sedimen bernilai 100% sedangkan
nilai korelasi pada minggu ke 1 adalah 74%. Perbedaan nilai korelasi mangrove
dalam menjerat sedimen setiap minggunya terjadi karena beberapa faktor
lingkungan lainnya, seperti pasang surut, arus dan juga musim yang terjadi pada
kawasan tersebut.Hal ini seperti dikatakan Widjojo (2010) bahwa transpor sedimen
dipantai dibangkitkan oleh gelombang, arus laut atau kombinasi keduanya
sedangkan transpor sedimen di muara sungai disebabkan oleh arus pasang surut,
gelombang dan arus sungai air tawar.Laju transpor sedimen di daerah pantai
dipengaruhi oleh karakteristik sedimen, kemiringan pantai, besarnya gelombang
dan arus.
Kesimpulan
Mangrove yang dominan pada lokasi penelitian adalah Rhizopora apiculata,
Brugueira gymnorrhiza, Avicennia marina dan mangrove yang paling mendominasi
pada lokasi penelitian adalah Rhizopora apiculata. Transpor sedimen melayang
tetinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai rerata kerapatan mangrove sebesar 12
ind/100m2 dengan transpor sedimennya berkisar 5,54-6,63 g/cm 2/hari dan terendah
pada stasiun 3 dengan rata-rata kerapatan mangrove sebesar 32 ind/100m 2 serta
transpor sedimennya berkisar 4,87-5,52 g/cm 2/hari. Hubungan kerapatan mangrove
dengan transport sedimen melayang memiliki nilai korelasi negatif dengan nilainya
berkisar -0,863 sampai -0,999, yang berarti semakin tinggi nilai kerapatan mangrove
maka nilai transpor sedimen semakin rendah.
Daftar Pustaka
Arief, A. 2003.Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya.Kanisius. Yogyakarta
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Besar, Wildlife Conservation Society, Jaringan
Kuala,
WWF-Indonesia.
2012.
Semiloka
pengelolaan
perikanan
berkelanjutanKabupaten
Aceh
Besar.http://news.kuala.or.id/blog/2012/03/29/semiloka-pengelolaanperikanan-berkelanjutan-kabupaten-aceh-besar/.html.
Tanggal
akses
11
Februari 2014.
Hartoni, A. Agussalim. 2007. Laju sedimen melayang di wilayah pembangunan
pelabuhan
tanjung
api-api
muara
sungai
Banyuasin
Kabupaten
Banyuasin.Jurnal Penelitian Sains; Vol. 10 No. 2. Hal 204-211
Indawan, E., Ahmadi, R.A.D. Novitawati. 2012. Komposisi mangrove pada lahan
tercemar BTEX dan logam berat. Jurnal Natur Indonesia Vol. 14 No. 3.ISSN
1410-9379.
Murtiono, U.G, G. Tjakrawarsa, U.H. Pahlana. 2012. Kajian peran dominasi jenis
mangrove dalam penjeratan sedimen terlarut di Segara Anakan Cilacap.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan DAS.
ISBN 978-602-99218-6-1
Noor., Y.R., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan pengenalan mangrove di
Indonesia. Direktorat Jenderal PKA dan Wetlands International-Indonesia
Program. Bogor.
10

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove. pelatihan
pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan untuk petugas. Penyuluh
Kehutanan Di Tanjung Pinang.
Petra, J.L, S. Sastrawibawa, I. Riyantini. 2012. Pengaruh kerapatan mangrove
terhadap laju sedimen transpor di Pantai Karangsong Kabupaten Indramayu.
Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. 3 No. 3: 329-337
Spiegel, M.R, I.N. Susila, E. Gunawan. 1996. Seri buku schaum teori dan soal-soal:
statistika edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk penelitian. CV Alfabeta. Bandung
Triatmodjo. B. 1999. Teknik pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Widjojo, J.B, Sunardi. 2010. Transportasi sedimen oleh kombinasi aliran permanen
beraturan dan gelombang seragam. Media Teknik Sipil, Volume X. ISSN 14120976

11

Anda mungkin juga menyukai