Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 SEJARAH BETON


Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan tergantung pada bagai
mana orang menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno semen mentah di
buat dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur juga
mengacu hancur, batu kapur dibakar. Ketika pasir dan air di tambahkan ke
semen tersebut, mereka menjadi mortir, yang merupakan bahan plester seperti
digunakan untuk mematuhi batu satu sama lain. Selama ribuan tahun, bahan
tersebut diperbaiki, dikombinasikan dengan bahan lain dan, padaakhirnya,
berubah menjadi beton modern.
Beton diciptakan oleh para pendahulu pada sekitar 1300 SM ketika
Pembangun Timur Tengah menemukan bahwa ketika mereka dilapisi bagian
luar benteng ditumbuk-liat dan dinding rumah dengan tipis, lapisan basah batu
kapur di bakar,itu bereaksi secarakimia dengan gas di udara untuk membentuk
keras,permukaan pelindung.Ini tidak nyata, tapi itu adalah awal dari perkembangan semen.
Material komposit awal semen biasanya termasuk mortir-hancur, batu kapur
dibakar, pasir dan air, yang digunakan untuk bangunan dengan batu,sebagai

lawan pengecoran material dalam cetakan, yang pada dasarnya adalah


Bagaimana beton modern digunakan, dengan cetakan menjadi bentuk beton.
Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah sekitar untuk
waktu yang lama. Sekitar 12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut
Israel, deposito alam dibentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpih minyak
yang dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun, semen tidak konkret.
Beton merupakan bahan bangunan komposit dan bahan-bahan, yang
semen adalah salah satu, telah berubah dari waktu kewaktu dan beruba bahkan
sekarang. Kara kteristik kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang
berbeda bahwa beton akan perlu melawan. Kekuatan ini dapat dilakukan secara
bertahap atau intens, mereka mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah
(tanah naik-turun), sisi (beban lateral), atau mereka mungkinmengambil
bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia. Bahan-bahan beton dan proporsi
mereka disebut campuran desain.
1.1.1. Penggunaan Awal Beton
Beton pertama-seperti struktur dibangun oleh pedagang Nabataea atau
Badui yang diduduki dan dikuasai serangkaian oasis dan mengembangkan
kerajaan Kecil di wilayah selatan Suriah dan Yordania utara di sekitar
6500 SM.
Mereka kemudian menemukan keuntungan dari kapur hidrolik yaitu,Semen
yang mengeras di bawah air - dan 700 SM, mereka membangun kiln untuk
memasok mortir untuk pembangunan rumah-puing dinding, lantai beton, dan

waduk tahan air bawah tanah. Waduk dirahasiakan dan salah satu alasan
Nabataea yang mampu tumbuh subur di padang pasir.Dalam pembuatan beton,
Nabataea yang memahami kebutuhan untuk menjaga campuran sebagai kering
atau kemerosotan serendah mungkin,karena kelebihan air memperkenalkan
void dan kelemahan ke beton. Praktek bangunan mereka termasuk tamping
beton baru ditempatkan dengan alat khusus.
Proses tamping menghasilkan lebih gel, yang merupakan bahan pengikatyang
dihasilkan oleh reaksi kimia yang terjadi selama hidrasi yang ikatan partikel
dan agregat bersama.
Seperti Romawi memiliki 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki
bahan yang tersedia secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen
Mereka tahan air. Dalam wilayah mereka deposito permukaan utama pasir
silika halus. Tanah merembes melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan
pozzolan, Yang merupakan abu vulkanik berpasir. Untuk membuat semen,yang
terletak Nabataea deposito dan meraup materi ini dan dikombinasi kan dengan
kapur, kemudian dipanaskan dalam tanur sama mereka digunakan untuk
membuat tembikar mereka, karena suhu sasaran berbaring dalam kisaran yang
sama.
Adapun negara terdahulu yang menemukan beton yaitu:
-Mesir
Sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan

jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan
adobe dari beton. Namun, mereka juga Menggunakan mortir gipsum dan
kapur dalam membangunpiramida, meskipun sebagian besar dari kita
berpikir mortar dan beton sebagai dua bahan yang berbeda. Piramida Besar
di Gizadiperlukan sekitar 500.000 ton mortar, yang digunakan sebagai bahan
Tempat tidur untuk batu casing yang membentukpermukaan terlihat dari
piramida selesai. Hal ini memungkinkan tukang batu untuk mengukir dan
mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih luas dari 1/50-inch.
- Cina
Tentang hal ini saat yang sama, Cina utara menggunakan bentuk semen di
perahu-bangunan dan dalam membangun Tembok Besar. Spektrometer
pengujian telah mengkonfirmasi bahwa bahan utama dalam mortar yang
digunakan dalam Great Wall dan struktur lain Cina kuno glutenous,
ketan. Beberapa struktur ini telah bertahan dalam ujian waktu dan telah
menolak bahkan upaya yang modern di pembongkaran.
- Roma
Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur, tapi orang-orang
Yunani adalah tempat dekat sebagai produktif dalam membangun dengan beton
sebagai Roma. Pada 200 SM, Roma sedang membangun sangat berhasil
menggunakan beton, tapi itu tidak seperti beton kita gunakan saat ini. Itu bukan
plastik, bahan dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir, tetapi lebih seperti

puing-puing disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar struktur


mereka dengan menumpuk batu berbagai ukuran dan tangan mengisi ruang
antara batu dengan mortar.Di atas tanah, dinding dilapisi dalam dan luar
dengan batu bata tanah liat yang juga menjabat sebagai bentuk untuk
beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada nilai struktural dan penggunaannya
terutama kosmetik. Sebelum saat ini, dan di sebagian besar tempat pada waktu
itu (termasuk 95% dari Roma), mortir umum digunakan adalah semen kapur
sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari bereaksi dengan karbon dioksida
di udara. Benar hidrasi kimia tidak terjadi. Ini mortir lemah.
Untuk struktur megah dan lebih berseni bangsa Romawi, serta
infrastruktur berbasis tanah mereka membutuhkan lebih banyak daya tahan,
mereka membuat semen dari pasir vulkanik alami reaktif disebut harena
fossicia. Untuk struktur laut dan mereka yang terkena air tawar, seperti
jembatan, dermaga, badai saluran air dan saluran air, mereka menggunakan
pasir vulkanik yang disebut pozzuolana. Kedua bahan mungkin mewakili
penggunaan berskala besar pertama dari bahan pengikat yang benar-benar
cementicious. Pozzuolana dan harena fossicia bereaksi secara kimia dengan
kapur dan air untuk melembabkan dan memantapkan menjadi massa batuanseperti yang dapat digunakan di bawah air. Bangsa Romawi juga menggunakan
bahan-bahan untuk membangun struktur yang besar, seperti Roman Baths,
Pantheon, dan Colosseum, dan struktur ini masih berdiri saat ini. Sebagai
admixtures, mereka menggunakan lemak hewani, susu dan darah - bahan yang

mencerminkan metode yang sangat sederhana. Di sisi lain, selain


menggunakan pozzolans alami, orang-orang Romawi belajar untuk
memproduksi dua jenis pozzolans buatan - dikalsinasi kaolinitik tanah liat dan
batu vulkanik dikalsinasi - yang, bersama dengan prestasi spektakuler
bangunan bangsa Romawi, adalah bukti dari tingkat tinggi kecanggihan teknis
untuk waktu itu.
Pada tahun 1886,seorang warga negara Jerman yang bernama Koenen
menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton.
Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
* Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
* J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit
(gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama sama
memikul beban);
* F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan kubah;
* Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok T untuk mengurangi beban akibat berat sendiri;
* Neuman melakukan analisis letak garis netral;
* Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
* E. Freyssinet memperkenalkan dasar dasar beton pratekan.

Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya:


* Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;
* Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (pro

duk dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);


* Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
* Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
* Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

BAB II
DEFENISI DAN PENGERTIAN
2.1 DEFENISI BETON
Beton adalah pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.
Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability )
beton merupakan fungsi dari banyak faktor diantaranya adalah nilai banding
campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya,
dan beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar
9% 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen
struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja
sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan tarik. Dengan demikian tersusun pembagian
tugas, dimana batang tulangan bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik,
sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan. Komponen
ini disebut dengan beton bertulang. Dalam perkembangannya, didasarkan pada

tujuan peningkatan kemampuan kekuatan komponen, sering juga dijumpai beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada bagian struktur dimana
keduanya menahan gaya tekan.
Dengan sendirinya untuk mengatur kerja sama antar dua macam bahan
yang berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan
perilaku struktural untuk mendukung beban, diperlukan cara perhitungan yang
berbeda dengan apabila hanya digunakan satu macam bahan saja seperti halnya
pada struktur baja, kayu, aluminium dan sebagainya.
Kerja sama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud
dengan didasarkan pada keadaan seperti berikut :
1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang
membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya.
Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap air sehingga
mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja.
2. Angka muai kedua bahan yang hampir sama, dimana untuk setiap kenaikkan suhu satu derajat celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013
sedangkan baja 0,000012 sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan
nilai dapat diabaikan.
Sebagai konsekuensi dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan didae
rah tarik satu komponen struktur akan terjadi retak-retak beton didekat
baja tulangan. Retak yang halus demikian dapat diabaikan sejauh tidak
mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.

Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai perbandingan


campuran bahan susun harus ditentukan agar yang dihasilkan memberikan:
1. Kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, perataan, dan pemadatan ) dengan mudah kedalam acuan
dan sekitar tulangan baja tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya
segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding air.
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus ( kedap air, korosi dan
lain-lain ).
3. Memenuhi uji kuat yang hendak dicapai.Untuk kepentingan
pengendalian mutu disamping pertimbangan ekonomis, beton dengan
nilai kuat tekan fc lebih dari 20 MPa. Perbandingan campuran bahan
susun beton baik pada percobaan maupun produksinya harus didasarkan
pada penakaran berat. Untuk beton dengan nilai fc s/d 20 MPa pada
pelaksanaan produksinya boleh menggunakan teknik penakaran
volume, dimana volume tersebut adalah hasil dari konversi takaran
berat sewaktu membuat rencana campuran.
Dalam pelaksanaan pekerjaan beton dimana angka perbandingan
antarfraksi bahan susunannya didapatkan dari percobaan campuran
rencana, harus diperhatikan bahwa jumlah semen minimum dan nilai
faktor air semen maksimum yang digunakan harus disesuaikan dengan
keadaan sekeliling.
Persyaratan Beton Sebagai Bahan Bangunan Kelas Dan Mutu Beton:

10

Kelas

Mutu

BO

Non Struktural

II

B1

Struktural

III

K - 125

Struktural

K 175

bk kg/cmMinimum

bk = bm 1,64 S

Tujuan Pemeriksaan

Struktural

K 225

Struktural

K > 225

Struktural

Pada proyek ini beton yang digunakan pada gambar kerja, kekuatan dan
penggunaan beton adalah beton structural yang meliputi pekerjaan beton biasa.
Keterangan :
bk

= Tegangan beton karakteristik

bm

= Tegangan beton minimum

= Standar deviasi

2.2 BAHAN-BAHAN PEMBUAT BETON


Pembuatan beton secara umumnya terdiri dari:
2.2.1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri

11

dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips


sebagai bahan tambahan.
sumber gambar:

http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg
Bahan Baku Semen dan Senyawa-Senyawa Semen

Batu kapur (CaO)

Pasir silikat (SiO2)

Tanah Liat (Al2O3)

Bijih Besi (Fe2O3)

Magnesia (MgO)

Sulfur (SO3)

Soda atau Potash (Na2O + K2O)

Kandungan Senyawa-Senyawa Semen dalam Semen

Trikalium silikat (3 CaO.SiO2)

Dikalium silikat (2CaO.SiO2)

Trikalium aluminat (3CaO.Al2O3)

12

Tetra kalsium (4CaO)

Alumina ferit (Al2O3.Fe2O3)

Kapur bebas (CaO)

Batu tahu (CaCO4 C3S)

2.2.2.1 Jenis-Jenis Semen Portland


Jenis-jenis semen portland dapat diperoleh dengan mengadakan
variasi-variasi dalam proporsi relatif dari komponen-komponen senyawa
kimia serta derajat kehalusan penggilingan bahan klinkernya.Sesuai
dengan pemakaiannysemen portland dibedakan menjadi lima type (jenis),
yakni;
- Jenis I
Semen portland jenenis umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland untuk penggunaan dalam kontruksi beton secara umum tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar,
urung-urung, pasangan bata, dan sebagainya.
- Jenis II
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified portland cement). Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal tebal seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding
tanah tanah tebal, dan sebagainya retak-retak pengerasan. Jenis ini juga

13

dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki sulfat agak tinggi.
- Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (hogh-early-strength-portland-cement). Jenis ini memperoleh kekuatan besar delam waktu singkat,
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan-bangunan beton
yang perlu segara digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas.
- Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low-heat portlandcement). Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yag memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk bangunan beton massa seperti bendunganbendungan garavitasi besar.
- Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate-resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yag maksudnya hanya untuk penggunaan pada
bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air tang tinggi
kadar alkalinya. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen portlan
biasa.

2.2.2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pen-

14

gisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat aduk dan beton
dapat juga didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi atau
pengkurus, dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu
massa yang keras, padat bersatu, yang disebu adukan beton.
2.2.2.1. Klasifikasi Agregat dari Besar Butirannya
Pengukuran besar butiran agregat didasarkan atas suatu pemeriksaan
yang dilakukan dengan menggunakan alat yang berupa ayakan dengan besar lubang yang telah ditetapkan. Ukuran butir agregat, tanpa memperhatikan bentuknya, didefinisikan sebagai butiran yang dapat lolos pada suatu
ukuran ayakan tertentu. Dengan demikian jika misalnya suatu butiran lolos
pada ayakan dengan ukuran 3 mm, maka ukuran butiran itu adalah 3 mm.
Jika suatu agregat telah lolos pada ayakan 4 mm dan tertahan (tertinggal)
pada ayakan 3 mm, maka agregat tersebut memiliki butiran yang besarnya
antara 3 mm dan 4 mm. Dengan demikian agregat dapat dibedakan menjadi tiga, yakni;
1. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan
dengan lubang 4,8 mm.

15

sumber gambar: http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg


Agregat halus dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
- Pasir Galian
Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan anah, atau
dengan cara menggali dari dalam tanah. Pasir ini pada umumnya tajam,
bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam yang
membahayakan. Namun karena pasir ini diperoleh dengan cara
menggali maka pasir ini sring bercampur dengan kotoran atau tanah,
sehingga sering harus dicuci terlebiha dulu sebelum digunakan.
- Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsunga dari dasar sungai . pasir sungai
pada umumnya berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses
gesekan yang terjadi. Karena butirannya halus, maka baik untuk
plesteran tembok. Namun karena bentuk yang bulat itu, daya lekat
antarbutir menjadi agak kurang baik.

16

- Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Bentuk butirannya
halus dan bulat, karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak
mengandung saram, oleh karena itu kurang baik untuk bahan bangunan.
Garam yang ada dalam pasir ini menyerap kandungan air dari udara,
sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan juga
menyebabkan penembangan setelah bangunan selesai dibangun. Oleh
karena itu, sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan untuk bahan
bangunan.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan butir-butir tertinggal di atas ayakan
dengab lubang 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 40 mm.

sumber gambar:http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg

3. Batu
Batu adalah agregat yang besar butirannya lebih besar dari 40 mm. Cara yang

17

paling banyak dilakukan untuk membedakan jenis agregat, adalah dengan didasarkan atas besar butiran-butirannya. Jadi yang umum digunakan adalah
agregat kasar dan agregat halus. Adapun istilah batu umumnya digunakan
pada batuan yang bukan berbentuk (berfungsi sebagai agregat).

4. Gradasi
Agregat
sumber
gambar:http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg
Gradasi Agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut
pengkelompokkan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase
dari total agregat atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih
besar dari masing-masing seri bukaan saringan.
Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat halus terhadap total agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi luas permukaan agregat yang sekaligus akan mempengaruhi jumlah pasta/air yang lebih sedikit
karena luas permukaan lebih kecil. Apabila ditinjau dari volume pori (ruang
kosong) antara agregat maka butir yang bervariasi akan mengakibatkan
volume pori lebih kecil dengan kata lain kemampatan menjadi tinggi. Hal ini
berbeda dengan ukuran agregat yang seragam yang akan mempunyai volume
ruang kosong yang lebih besar.

18

Gradasi Agregat dapat digolongkan menjdai tiga macam;


Gradasi kontinu, dimana ukuran butirab pada agregat kasar dan agregat halus
bervariasi mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil.
Gradasi seragam, diamana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat
halus maupun agregat kasar.
Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana satu atau lebih agregat dalam
ukuran tertentu tidak ada.
2.2.3. Air
Air merupakan bahan yang pentinga pada beton yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak diminum, dapat dipakai untuk campuran beton. Akan tetapi dalam pelaksanaan
banyak air tidak layak untuk diminum memuaskan dipakai untuk campuran
beton. Apabila terjadi keraguan akan kualitas air untuk campuran beton sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air diadakan trial mix untuk campuran
dengan menggunakan air tersebut.

19

sumber gambar: http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg


Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Air harus bersih
2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda-benda merusak lainnya
yang dapat dilihat secatra visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan
khlorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari
1000 p.p.m.
5. Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling, maka
penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak
boleh lebih dari 10%
6. Air yang mutunya diragukan harus dianalisia secara kimia dan dievaluasi
mutunya.
7. Khusus untuk beton prategang, kecuali syart-syarat tersebut diatas, air tidak
boleh mengandunga Clorida lebih dari 50 p.p.m.

20

BAB III
SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI BETON
3.1. SIFAT-SIFAT UMUM BETON
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton setelah
mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain;
1. Tahan Lama (Durability)
Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Dalam hal ini perlu pembatasan nilai faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosisi semen minimum yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan.sifat tahan lama pada beton dapat dibedakan dalam
beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

21

1. Tahan Terhadap Pengaruh Cuaca


Pengaruh cuaca yang dimaksud adalah pengaruh yang berupa hujan dan
pembekuan pada musim dingin, serta pengembangan dan penyusutan
yang diakibatkan oleh basah dan kering silih berganti.
2. Tahan Terhadap Pengaruh Zat Kimia
Daya perusak kimiawi oleh bahan-bahan seperti air laut, raw-rawa dan
air limbah, zat-zat kimia hasil industri dan air limbahnya, buangan air
kotor kota yang berisi kotoran manusia, gemuk, susu, gula, dan sebagainya perlu diperhatikan terhadap keawetan beton.
3. Tahan Terhadap Erosi
Beton dapat mengalami kikisan yang diakibatkan oleh adanya orang yang
berjalan kaki dan lalu lintas diatasnya, gerakan ombak laut, atau oleh
partikel-partikel yang terbawa oleh angin dan atau air.
2. Kuat Tekan
Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial bend
uni silinder beton diameter 150 mm, tinggi 300mm dengan satuan Mpa
(N/mm2) untuk SKSNI 91.
3. Kuat Tarik
Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari pada kuat tekannya, yaitu sekitar
10%-15% dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang
penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25%-50% dari kuat tekan

22

beton.
5. Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat dimana beton mengalami deformasi terus
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
6. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
7. Kemampuan Dikerjakan (Workability)
Workability adalah bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama,
menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan
mudah diangkut, dituang atau dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan
pekerjaannya tanpa terjadinya perubahan yang meninbulkan kesukaran atau
penurunan mutu. Sifat mampu dikerjakan (workability) dati beton sangat
terganggu pada sifat bahan, perbandinagn campuran, dan cara pengadukan
serta jumlah seluruh air bebas. Dengan kata lain, sifat dapat mudah
dikerjakan suatu adukan beton dipengaruhi oleh:
1. Konsistensi normal PC
2. Mobalitas, setelah aliran dimulai (sebaliknya adalah sifat kekasaran atau
perlawanan terhadap gerak)
3. Kohesi atau perlawanan terhadap pemisahan bahan-bahan
4. Sifat saling lekat (ada hubungannya dengan kohesi), berarti bahan penyusunanya tidak akan terpisah-pisah sehingga memudahkan pengerjaan-pen-

23

gerjaan yang perlu dilakukan.


Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat pemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang (dicetak), dan dipadatkan.
Perbandingan bahan-bahan ataupun sifat bahan-bahan itu secara bersamasama mempengaruhi sifat dapat dikerjakan beton segar.unsur-unsur yang
mempengaruhi sifat mudah dikerjakan antara lain sebagai berikut:
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton
Makin banyak air yang digunakan, makin mudah beton itu dikerjakan.
Penambahan semen ke dalam adukan beton
Hal ini juga menambah kemudahan dikerjakan pada beton, karena biasanya
penambahan semen diikuti dengan penambahan air untuk memperoleh harga
faktor air semen tetap.
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halusJika campuran pasir
dan krikil mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan yang
dipakai, adukan beton akan mudah dikerjakan.
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan betonPemakaian butir maksimum agregat kasar, akan berpengaruh
terhadap kemudahan dikerjakan pada aduk beton.
Cara pemadatan beton dan atau jenis alat yang digunakan
Jika pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan alat getar misalnya,
diperlukan tingkat kelecekan yang berbeda dibandingkan menggunakan alat
yang lain.

24

3.2. KLASIFIKASI BETON


Menurut PBI tahun 1971, beton dapat diklasifikasi menjadi tiga, antara
lain:
- Beton Kelas I
Merupakan beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan bahan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu beton kelas I
dinyatakan denga beton mutu B0.
- Beton Kelas II
Merupakan beton untuk perkerjaan-perkerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125, K175, dan K225.
pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang terhadap kuat desak tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan
K225 pengawasan mutu terdiri dari pengawasan ketat terhadap mutu bahan,
dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan beton secara kontinu menurut
pasal 4.7 PBI 1971.

25

- Beton Kelas III


Merupakan beton untuk pekerjaan struktural dimana dipakai mutu beton
dengan kuat desak karateristik yang lebih tinggi dari 225 ka/cm2. pada pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan
tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan
yang lengkap, dan dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
3.2.1. Keuntungan Dan Kerugian Beton
Keuntungan dari beton antara lain:
1. Bahan-bahan mudah diperoleh.
2. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
3. Harga relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
4. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi
5. Adukan beton mudah diangkut dan mudah dicetak dalam bentuk yang
diinginkan.
6. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu untuk
memikul beban yang berat.
7. Dalam pelaksanaannya adukan beton dapat disemprotkan dan dipompakan ke tempat tertentu yang cukup sulit.
8. Biaya perawatan yang cukup rendah

26

Kerugian dari beton antara lain:


1. Kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, dengan demikian perlu diberi baja tulangan.
2. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat expansion joint untuk struktur yag panjang.
3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
4. Beton bersifat getas (tidak daktail).
5. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah kembali.

27

BAB IV
KESIMPULAN
Beton merupakan pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar
yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran
yang merupakan komponen utama beton.
Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability ) beton merupakan fungsi
dari banyak faktor diantaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan
susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan
kondisi perawatan pengerasannya.

28

Anda mungkin juga menyukai