LP Askep Kterus Neonatorum 2 B Kelompok 3
LP Askep Kterus Neonatorum 2 B Kelompok 3
Anggota:
1. Retno Susilowati
(P17420213059)
2. Ridi Anti
(P17420213060)
3. Rizal Nugroho
(P17420213061)
4. Rizka Dwi A
(P17420213062)
5. Rosalina Evanti
(P17420213063)
6. Sanjay Alwighani
(P17420210364)
(P17420213066)
9. Sri Fathiyah
(P17420213067)
2B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi ikterus neonatorum?
b. Apasajakah macam-macam ikterus neonatorum?
c. Bagaimana etiologi ikterus neonatorum?
d. Bagaimana patofisiologi ikterus neonatorum?
e. Bagaimana metabolisme bilirubin ikterus neonatorum?
f. Bagaimana manifestasi klinis ikterus neonatorum?
g. Bagaimana penatalaksanaan ikterus neonatorum?
h. Bagaimana asuhan keperawatan ikterus neonatorum?
C. Tujuan
a. Mengetahui definisi ikterus neonatorum
b. Mengetahui macam-macam ikterus neonatorum
c. Mengetahui etiologi ikterus neonatorum
d. Mengetahui patofisiologi ikterus neonatorum
e. Mengetahui metabolisme bilirubin ikterus neonatorum
f. Mengetahui manifestasi klinis ikterus neonatorum
g. Mengetahui penatalaksanaan ikterus neonatorum
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan
ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun,H,A : 2005).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa
akibat penumukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalika
(Mansjoer : 2000).
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang
bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %. (Tarigan 2003)
Ikterus sering dijumpai pada neonatus. frekuensi menurut kepustakaan
pada bayi cukup bulan adalaha 50 %, pada bayi premature 80 % dalam hari
4. Ikterus hemolitik
5
E. METABOLISM
Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang
rusak. Heme dikonversi menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi)
kemudian berikatan dengan albumin dibawah ke hepar. Di dalam hepar,
dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasioleh
glukuronil transferase. Bilirubin direk (terkonjugasi) di sekresikan ke traktus
7
tubuh
kuning
Kepala dan leher
(umol/l)
100
Pusat-leher
150
Pusat-paha
200
Lengan + tungkai
250
Tangan + kaki
>250
2. Hiperbilirubinemia sedang
a. Berikan ASI secara adekuat
b. Lakukan pencegahan hipotermi
c. Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari 30
selama 3-4 hari
menit,
3. Hiperbilirubinemia Berat
a. Berikan informer consent pada keluarga untuk segera merujuk
bayinya
b. Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
c. Lakukan pencegahan hipotermi
d. Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml.
TERAPI
1. Terapi Sinar (fototerapi)
2. Terapi Transfusi Tukar
3. Terapi Obat-obatan
4. Menyusui Bayi dengan ASI
5. Terapi Sinar Matahari
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK IKTERUS NEONATORUM
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat
a. Letargi, malas.
2. Sirkulasi
a. Mungkin pucat, menandakan anemia
b. Bertempat tinggal di atas ketinggian 500 ft
3. Eliminasi
a. Bising usus hipoaktif
b. Pasase mekonium mungkin lambat
c. Feses mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin
d. Urine gelap pekat; hitam kecoklatan (sindroma bayi bronze)
4. Makanan / Cairan
a. Riwayat pelambatan / makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari
5.
11
7.
Pernapasan
a. Riwayat asfiksia.
b. Krekels, mucus bercak merah muda (edema pleura, hemoragi
pulmonal)
Keamanan
a. Riwayat positif infeksi/sepsis neonates.
b. Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intra
cranial
c. Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada
bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
8.
B. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Dapat mengalami hipotiroidis mekongenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
1. Factor keluarga; mis., keturunan enteric (oriental, Yunani, atau Korea),
riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan/sibling sebelumnya, penyakit
hepar, fibrosis kistik, kesalahan metabolism saat lahir (galaktosemia),
diskrasias darah (sferositosis, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
[G-6-PD]).
12
C. PEMERIKSAAN DISGNOSTIK
1. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir: Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibody Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah
ibu. Hasil positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sensititas (Rhpositif, anti-A, anti-B) SDM dari neonates.
2. Golongan darah bayi dan ibu: Mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total: Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1.0-1.5
mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak
terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam,
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl
pada bayi praterm (tergantung pada berat badan).
4. Protein serum total: Kadar kurang dari 3.0 mg/dl menan dakan penurunan
kapasitas ikatan, terutama pada bayi praterm.
5. Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14
g/dl) karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar
dari 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan.
6. Glukosa: Kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45% glukosa darah
lengkap kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosaserum kurang dari 40 mg/dl
13
bila bayi baru lahir hepoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak
dan melepaskan asam lemak.
7. Daya ikat karbon dioksida: Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8. Meter ikterik transkutan: Mengidentifikasi bayi yang memerlukan
penentuan bilirubin serum.
9. Jumlah retikulosit: peningkatan retikulosit menandakan peningkatan
produksi SDM dalam respon terhadap hemolisis yang berkenaan dengan
penyakit RH.
10. Smear darah perifer: dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur,
eritroblastosis pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.
11. Tes Betke-Kleihauer: Evaluasi smear darah meternal terhadap eritrosit
janin
D. DIAGNOSA
Dx I : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
Dx II : Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
Dx III : Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan
kadar bilirubin.
Dx IV : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
Dx V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
E. INTERVENSI
Dx I
atau radiasi.
Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
proses
keperawatan
diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
NOC
: Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
14
: Pressure Management
DX II
Tujuan
NOC
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan respirasi dalam batas normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit
d. Pusing berkurang/hilang.
Indicator skala :
1. Selalu terjadi
2. Sering terjadi
3. Kadang terjadi
4. Jarang terjadi
5. Tidak pernah terjadi
NIC
: Fever treatment
Intervensi
:
1. Monitor suhu sesering mingkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi
4. Monitor intake dan output
15
DX III
Tujuan
keperawtan
selama
proses
metode pengamanan
Jaga keamanan lingkungan keamanan pasien
Libatkan keluiarga untuk mencegah bahaya jatuh
Observasi tingkat kesadaran dan TTV
Dampingi pasien
Dx IV
kesehatan.
Tujuan
NOC I
Kriteria Hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan.
b. Menyingkirkan tanda kecemasan.
c. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
NOC II
: Koping
Kriteria Hasil :
a. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya.
b. Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah.
c. Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan.
Indicator Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
16
NIC
Intervensi
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
: Penurunan Kecemasan
:
1. Tenangkan klien.
2. Jelaskan seluruh prosedur pada klien/keluarga dan
perasaan
yang
mungkin
muncul
pada
saat
melakukan tindakan.
3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat
NIC II
Intervensi
kecemasan.
4. Sediakan aktivitas untuk mengurangi kecemasan.
: Peningkatan Koping.
:
1. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit.
2. Sediakan informasi actual tentang diagnosa,
penanganan.
3. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara tepat.
Dx V
paparan
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
proses
17
Dx II
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
Dx III
Kriteria Hasil :
a. Klien terbebas dari cidera (skala 5)
b. Klien mampu menjelaskan metode untuk mencegah injuri/
cidera (skala 5)
c. Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri.
(skala 5)
Dx IV
kesehatan.
18
NOC I
: Control Cemas
Kriteria Hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan. (skala 5)
b. Menyingkirkan tanda kecemasan. (skala 5)
c. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
(skala 5)
NOC II
: Koping
Kriteria Hasil :
a. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya.
skala 5
b. Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah. (skala 5)
c. Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan. (skala
5)
Dx V
paparan
Kriteria Hasil :
a.
skala 5
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar (skala 5)
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya (skala 5)
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan ditandai
adanya ikterus yang bersifat patologis. Ikterus adalah warna kuning pada kulit,
konjungtiva,
dan
mukosa
akibat
penumukan
bilirubin,
sedangkan
Bagi penulis
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini.
ii.
Bagi pembaca
Setelah membaca makalah ini diharapkan akan pembaca paham
tentang ikterus neonatorum dan diharapkan pembaca memberikan
sumbangsih pikiran demi ksempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
21