Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAHAN AJAR
PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA
Penyusun :
Erlis Saputra, S.Si, M.Si
Agung Satriyo N., S.Si
Asisten:
Gilang Adi Nugroho
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
dan rahmat_Nya, sehingga kami berkesempatan untuk menyelesaikan buku ini. Modul
praktikum mata kuliah Geografi Regional Indonesia ini disusun guna menunjang
pemahaman mahasiswa tentang enam fenomena geografi (atmosfer, litosfer, pedosfer,
hidrosfer, biosfer, dan antroposfer). Selain itu didalam modul ini juga disampaikan
pemahaman tentang wilayah-wilayah strategis nasional di Indonesia baik pada bidang
ekonomi sampai dengan pada bidang pertahanan dan keamanan. Modul ini merupakan
hasil revisi dari modul praktikum Geografi Regional tahun 2012. Modul ini disusun
dalam beberapa kegiatan, yang diawali dengan pengenalan region, pembuatan
regionalisasi dan tipologi wilayah, kemudian berturut-turut pemahaman tentang pusat
kegiatan strategis nasional di Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman
objek material geografi (geosfera). Selain itu terdapat pula pengenalan kondisi sosial
dan ekonomi kawasan, dan diakhiri penentuan strategi pembangunan Indonesia
berdasarkan prespektif geografi regional.
Sistematika penyajian yang demikian disusun untuk memberikan pemahaman
yang runtut dan komprehensif terhadap mahasiswa geografi tentang kondisi umum
kawasan sampai dengan fenomena geografi di atas, disertai dengan penyusunan strategistrategi pengembangan wilayah. Disamping itu pula, diharapkan mahasiswa dapat
melakukan regionalisasi yang merupakan ilmu dasar dalam bidang pembangunan
wilayah.
Atas selesainya modul ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu mengkritisi modul
sebelumnya yang menjadi dasar perbaikan dalam pengembangan modul ini.
Yogyakarta, November 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI
Penyusunan modul ini dilakukan dengan panduan yang telah dikeluarkan oleh
pemberi hibah. Beberapa mekanisme dalam penyusunan modul ini terdiri dari 3 (tiga)
bagian utama yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Setiap bagian akan dipisahkan
kedalam beberapa sub pokok bagian. Dikarenakan mata kulaih yang disampaikan dalam
modul ini lebih bersifat praktikum, maka pada bagian penyajian banyak memberikan
petunjuk dan langkah-langkah pengerjaan di masing-masing acara. Secara lebih detail
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Manfaat
Relevansi
Learning outcomes
Penyajian
Pengantar Konsep dan Teori
Aktivitas Praktikum (langkah kerja)
Penutup
Tes formatif dan kunci tes formatif
Petunjuk penilaian dan umpan balik
Tindak lanjut
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab IX
Bab X
Bab XI
BAB I
PEMAHAMAN REGION DAN POSISI
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan dalam Bab I memberikan pemahaman mahasiswa tentang region,
pengertian kawasan, wilayah dan daerah, definisi dan perbedaan posisi absolut dan
relatif. Mahasiswa juga akan diberi contoh kawasan, wilayah dan daerah serta posisi
relatif dan absolut.
Manfaat
Mahasiswa dapat memahami definisi kawasan, wilayah, daerah, posisi aboslut dan
relatif. Pemahaman tersebut menjadi dasar untuk analisis data dan perencanaan.
Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman lingkup kajian dalam analisis data
sehingga dalam menganalisis sesuai dengan lingkup kajian.
Learning Outcome
Memiliki pemahaman dan pengertian umum tentang kedudukan dan fungsi region
dalam ilmu geografi.
2. PENYAJIAN
Pengertian region dan posisi
- Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional (UU Penataan Ruang)
- Kawasan merupakan ruang muka bumi yang mempunyai fungsi tertentu
- Daerah merupakan ruang muka bumi yang memiliki batasan administratif
- Posisi absolut adalah posisi suatu daerah yang dinyatakan dengan koordinat
- Posisi relatif adalah posisi suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya
Gambar 1.1
Peta Administrasi Provinsi DIY
Sumber : p2ibdiy.com
Gambar 1.2
Peta Rencana Kawasan Ekonomi Khusus
Sumber (penataanruang.com)
Gambar 1.3
Peta Wilayah Rawan Bencana
Sumber bnpb.com
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1. Cermati naskah dokumen yang Anda pelajari beserta peta (peta Indonesia) dan
tabel yang tersedia.
2. Buatlah berbagai definisi daerah, kawasan, dan wilayah (masing-masing minimal
2 definisi), dengan menyebutkan sumbernya.
3. Cermati definisi-definisi yang sudah Anda buat, kemudian sertakan contoh
penggunaannya (masing-masing minimal 5 contoh).
Tabel 1.1 Definisi daerah, kawasan, dan wilayah beserta contoh penggunaannya
No.
1.
Definisi
Daerah:
2.
Kawasan:
3.
Wilayah:
Contoh Penggunaan
1) .....................................................................
s/d
5) .....................................................................
1) .....................................................................
s/d
5) .....................................................................
1) .....................................................................
s/d
5) .....................................................................
4. Carilah perbedaan dan persamaan antara berbagai definisi yang Anda pilih dengan
memasukkannya ke dalam tabel berikut:
Tabel 1.2 Persamaan dan perbedaan definisi daerah, kawasan, dan wilayah
Daerah
Daerah
Persamaan
Perbedaan
Kawasan
Persamaan
Kawasan
Wilayah
Persa-
Perbe-
Persa-
Perbe-
Persa-
Perbe-
maan
daan
maan
daan
maan
daan
a)
a)
b)
b)
...dst
...dst
a)
a)
b)
b)
...dst
...dst
a)
a)
b)
b)
10 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Daerah
Wilayah
Persa-
Perbe-
Persa-
Perbe-
Persa-
Perbe-
maan
daan
maan
daan
maan
daan
Perbedaan
Wilayah
Kawasan
...dst
...dst
a)
a)
b)
b)
...dst
...dst
Persamaan
Perbedaan
a)
a)
b)
b)
...dst
...dst
a)
a)
b)
b)
...dst
...dst
5. Berdasarkan peta yang Anda miliki, tentukan posisi relatif dan absolut 5 (lima)
propinsi yang berbeda pulau terhadap propinsi lain.
6. Tentukan posisi strategis dan fungsi 5 (lima) propinsi secara lebih spesifik dalam
lingkup kawasan dan Indonesia.
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Buatlah laporan tentang hasil pemahaman region dan posisi yang telah Anda
lakukan dengan menjelaskan definisi, perbedaan, dan persamaan masing-masing.
Selanjutnya tambahkan contoh peta untuk masing-masing pengertian tersebut
(minimal 1 lembar peta) pada lampiran laporan.
Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Format Penilaian Pre-Test
1. Nilai 60 % apabila jawaban belum tepat sesuai dengan pertanyaan
2. Nilai 75 % apabila pertanyaan berssifat definisi
3. Nilai 85 % apabila jawaban tepat dan logis sesuai dengan pertanyaan
Format Penilaian Laporan
Struktur penilaian laporan
1. Dasar Teori (20)
- 60 % apabila tidak berkaitan dengan pokok bahasan
11 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
12 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. AA Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia: Geografi Indonesia, Jurusan
Geografi UI, PT Indograph Bakti, Jakarta.
2. Hadi Sabari Yunus, 1991, Konsepsi Wilayah dan Pewilayahan, PT. Hardana
Ekacitra Tunggal, Yogyakarta.
3. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM.
13 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB II
REGIONALISASI DAN TIPOLOGI WILAYAH
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan Bab II mengenalkan kepada mahasiswa cara untuk melakukan
regionalisasi dan tipologi wilayah. Regionalisasi dan penyusunan tipologi wilayah
akan memudahkan untuk memahami karakteristik wilayah. Mahasiswa akan
diberikan rumus-rumus untuk melakukan klasifikasi wilayah.
Manfaat
Materi regionalisasi dan tipologi akan memberikan pemahaman mahasiswa tentang
pentingnya regionalisasi, jenis-jenis dan cara untuk melakukan regionalisasi.
Relevansi
Regionalisasi dan tipologi memberikan pemahaman tentang karakteristik daerah
yang akan menjadi dasar kegiatan perencanaan pengembangan wilayah
Learning Outcomes
Memiliki pemahaman dan pengertian berkaitan dengan metode regionalisasi dalam
mempelajari geografi regional untuk kegunaan berikutnya.
2. PENYAJIAN
Definisi Regionalisasi
Regionalisasi adalah usaha untuk membagi permukaan bumi atau bagian permukaan
bumi tersebut untuk tujuan tertentu. Tujuan regionalisasi adalah mempermudah
menganalisis ataupun mengenali karakteristik suatu daerah.
Tipe Regionalisasi
- Wilayah Seragam (homogenous regions)
Pandangan pertama bertujuan untuk mendeliniasi daerah-daerah yang seragam.
Kriteria pokok yang digunakan untuk membedakan antardaerah mungkin dapat
14 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Metode Regionalisasi
- Regional generalization
Regionalisasi/pewilayahan dengan cara penyamarataan wilayah merupakan usaha
menggolongkan wilayah ke dalam bagian-bagian tertentu dengan cara
menonjolkan karakter-karakter tertentu dan unsur-unsur yang kurang relevan
dihilangkan.
- Regional classification
Regionalisasi atau perwilayahan dengan cara klasifikasi wilayah adalah usaha
menggolongkan wilayah secara sistematis ke dalam bagian-bagian tertentu dengan
memperhatikan semua unsur. Teknik yang digunakan dalam melakukan regional
classification adalah :
1. Equal Count (kesamaan perhitungan)
Setiap jarak diperkirakan berisi catatan bentuk yang sama. Jika bentuk yang
dicatat tidak dapat terbagi oleh bentuk dari jarak-jaraknya
2. Equal Ranges (kesamaan jarak)
Perbedaan antara nilai atas dan bawah di setiap jarak adalah sama.
3. Natural Break (perubahan alami)
Perubahan-perubahan jarak ditetapkan sesuai perhitungan algoritma yang mana
perbedaan antara nilai data dan rata-ratanya adalah pengecilan pada setiap basis
jarak.
15 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1. Pelajarilah naskah-naskah dan dokumen yang Anda persiapkan tentang
regionalisasi dan tipologi wilayah.
2. Buatlah dan jelaskan pengertian regionalisasi dan tipologi beserta pembagiannya.
3. Berdasarkan tabel berikut, buatlah regionalisasi berdasarkan teknik regional
generalization
(penyamarataan
wilayah)
dan
regional
classification
(pengklasifikasian wilayah) dari Tabel 2.1. Gunakan dua atau lebih periode waktu
untuk membuatnya.
Tabel 2.1
Penduduk Indonesia menurut Propinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010
Propinsi
Penduduk (jiwa)
1971
Nangroe Aceh
1980
1990
1995
2000
2010
2.008.595
2.611.271
3.416.156
3.847.583
3.930.905
4.494.410
Sumatera Utara
6.621.831
8.360.894
10.256.027
11.114.667
11.649.655
12.982.204
Sumatera Barat
2.793.196
3.406.816
4.000.207
4.323.170
4.248.931
4.846.909
Riau
1.641.545
2.168.535
3.303.976
3.900.534
4.957.627
5.538.367
Jambi
1.006.084
1.445.994
2.020.568
2.369.959
2.413.846
3.092.265
Sumatera Selatan
3.440.573
4.629.801
6.313.074
7.207.545
6.899.675
7.450.394
519.316
768.064
1.179.122
1.409.117
1.567.432
1.715.518
Lampung
2.777.008
4.624.785
6.017.573
6.657.759
6.741.439
7.608.405
Kep. Bangka
900.197
1.223.296
1.679.163
4.579.303
6.503.449
8.259.266
9.112.652
8.389.443
9.607.787
Darussalam
Bengkulu
Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
16 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Propinsi
Penduduk (jiwa)
1971
1980
1990
1995
2000
2010
Jawa Barat
21.623.529
27453525
35.384.352
39.206.787
35.729.537
43.053.732
Jawa Tengah
21.877.136
25372889
28.520.643
29.653.266
31.228.940
32.382.657
2.489.360
2.750.813
2.913.054
2.916.779
3.122.268
3.457.491
25.516.999
29188852
32.503.991
33.844.002
34.783.640
37.476.757
8.098.780
10.632.166
Bali
2.120.322
2.469.930
2.777.811
2.895.649
3.151.162
3.890.757
Nusa Tenggara
2.203.465
2.724.664
3.369.649
3.645.713
4.009.261
4.500.212
2.295.287
2.737.166
3.268.644
3.577.472
3.952.279
4.683.827
2.019.936
2.486.068
3.229.153
3.635.730
4.034.198
4.395.983
Kalimantan Tengah
701.936
954.353
1.396.486
1.627.453
1.857.000
2.212.089
Kalimantan Selatan
1.699.105
2.064.649
2.597.572
2.893.477
2.985.240
3.626.616
733.797
1.218.016
1.876.663
2.314.183
2.455.120
3.553.143
1.718.543
2.115.384
2.478.119
2.649.093
2.012.098
2.270.596
Sulawesi Tengah
913.662
1.289.635
1.711.327
1.938.071
2.218.435
2.635.009
Sulawesi Selatan
5.180.576
6.062.212
6.981.646
7.558.368
8.059.627
8.034.776
714120
942.302
1.349.619
1.586.917
1.821.284
2.232.586
Gorontalo
835.044
1.040.164
Sulawesi Barat
1.158.651
1.089.565
1.411.006
1.857.790
2.086.516
1.205.539
1.533.506
Maluku Utara
785.059
1.038.087
Papua Barat
760.422
923440
1.173.875
1.648.708
1.942.627
2.220.934
2.833.381
119.208.229
147.490.298
179.378.946
194.754.808
206.264.595
237.641.326
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Maluku
Papua
INDONESIA
Catatan :
Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
4. Gambarkan hasil regionalisasi Anda (pada langkah ke-3) pada peta yang sudah
tersedia (satu lembar untuk masing-masing teknik).
5. Selanjutnya buatlah regionalisasi dengan cara yang sama untuk Tabel 2.2 berikut.
17 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
1980-1990
1990-2000
2,93
2,72
1,46
Sumatera Utara
2,6
2,06
1,32
Sumatera Barat
2,21
1,62
0,63
Riau
3,11
4,3
4,35
Jambi
4,07
3,4
1,84
Sumatera Selatan
3,32
3,15
2,39
Bengkulu
4,39
4,38
2,97
Lampung
5,77
2,67
1,17
0,97
DKI Jakarta
3,93
2,42
0,17
Jawa Barat
2,66
2,57
2,03
Jawa Tengah
1,64
1,18
0,94
1,1
0,57
0,72
1,49
1,08
0,7
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
3,21
Bali
1,69
1,18
1,31
2,36
2,15
1,82
1,95
1,79
1,64
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,29
Kalimantan Tengah
3,43
3,88
2,99
Kalimantan Selatan
2,16
2,32
1,45
Kalimantan Timur
5,73
4,42
2,81
Sulawesi Utara
2,31
1,6
1,33
Sulawesi Tengah
3,86
2,87
2,57
Sulawesi Selatan
1,74
1,42
1,49
Sulawesi Tenggara
3,09
3,66
3,15
Gorontalo
Maluku
1,59
2,88
2,79
Maluku Utara
Papua
0,08
0,48
2,67
18 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3,46
3,22
Propinsi
INDONESIA
1980-1990
2,31
1990-2000
1,98
1,49
6. Gambarkan hasil regionalisasi Anda (pada langkah ke-5) pada peta yang sudah
tersedia (satu lembar untuk masing-masing teknik).
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Buatlah laporan tentang hasil pemahaman region dan posisi yang telah Anda
lakukan dengan menjelaskan definisi, perbedaan, dan persamaan masingmasing. Selanjutnya tambahkan contoh peta untuk masing-masing pengertian
tersebut (minimal 1 lembar peta) pada lampiran laporan.
2) Buatlah laporan tentang hasil regionalisasi Anda berdasarkan masing-masing
teknik, yang dilengkapi peta.
3) Bedakan pengertian dan tipologi wilayah berdasarkan tipe, hirarki, dan kategori.
4) Lengkapi laporan Anda dengan masing-masing satu contoh tipologi wilayah
berdasarkan tipe, hirarki, dan kategori. Tampilkan pada peta, masing-masing
contoh pembuatan tipologi wilayah berdasarkan tipe, hirarki, dan kategori.
Catatan: Pembagian Tipologi wilayah:
a. Tipologi berdasarkan tipe: homogenitas dan heterogenitas
b. Tipologi berdasarkan hirarki: ukuran dan fungsi
c. Tipologi berdasarkan kategori: single topic region, combined topic region,
multiple topic regions, total region, compage region.
19 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
(NP)
Nilai Tugas Praktikum
(TG)
Nilai Laporan Praktikum
(NL)
Nilai Responsi Praktikum
(NR)
20 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. AA Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia: Geografi Indonesia, Jurusan
Geografi UI, PT Indograph Bakti, Jakarta.
2. Hadi Sabari Yunus, 1991, Konsepsi Wilayah dan Pewilayahan, PT. Hardana
Ekacitra Tunggal, Yogyakarta.
3. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM.
21 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB III
PEMAHAMAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan Bab III mengenalkan kepada mahasiswa, kawasan strategis yang ada
di Indonesia. Kawasan Strategis Indonesia dibagi dalam 5 bidang utama yaitu
ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan SDA dan teknologi, serta
pertahanan dan keamanan.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam Bab III adalah mahasiswa mengetahui kawasan
strategis di Indonesia dan memahami mengapa kawasan tersebut dikategorikan
strategis.
Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman mahasiswa tentang nilai strategis
kawasan berdasarkan potensi dan ancaman khususnya yang terkait dengan
kedaulatan negara.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Pendefinisian Kawasan Strategis
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
Kawasan strategis nasional terdiri dari 5 bidang utama yaitu : bidang ekonomi,
lingkungan hidup, sosial budaya, Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi
Tinggi, serta Pertahanan dan Keamanan.
22 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1. Pelajari dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tentang Kawasan
Strategis Nasional.
2. Klasifikasikan KSN ekonomi berdasarkan sektor perekonomian utama (pertanian,
industri, perdagangan dan jasa)
3. Identifikasikan sektor-sektor unggulan yang ada di PKSN tersebut
Tabel 3.1 Kawasan Strategis Nasional Ekonomi
No
1
Lokasi
Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh
Kode
I/A/2
Darussalam)
2
I/A/2
I/A/2
I/A/1
I/A/2
Riau)
6
23 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
III/A/2
Sektor Unggulan
No
7
Lokasi
Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk
Kode
I/A/1
I/A/1
Barat)
9
I/A/1
I/A/1
I/A/1
I/A/2
I/A/2
I/A/2
I/A/2
I/A/2
I/A/2
I/A/2
I/A/2
Sulawesi Tengah)
20
I/A/1
I/A/2
24 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
I/A/2
Sektor Unggulan
No
23
Lokasi
Kode
Sektor Unggulan
I/A/2
Maluku)
24
I/A/2
Papua)
Sumber : RTRWN 2008
Keterangan Kode
I IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan
Ekonomi
A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Nama Tempat
Kode
Komuditas
Kota terdekat
Kota Terdekat di
PKSN
Unggulan
di Indonesia
Negara Tetangga
Sabang
I/A/2
Dumai
I/A/1
Batam
I/A/1
Ranai
I/A/2
Atambua
I/A/1
Kalabahi
II/A/2
Kefamenanu
I/A/2
Paloh Aruk
I/A/2
Jagoibabang
I/A/2
10
Nangabadau
I/A/2
11
Entikong
I/A/1
25 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
No
Nama Tempat
Kode
Komuditas
Kota terdekat
Kota Terdekat di
PKSN
Unggulan
di Indonesia
Negara Tetangga
12
Jasa
II/A/2
13
Nunukan
I/A/1
14
Simanggaris
I/A/2
15
Long Midang
I/A/2
16
Long Pahangai
II/A/2
17
Long Nawan
II/A/2
18
Melonguane
I /A/2
19
Tahuna
I/A/2
20
Saumlaki
I/A/2
21
Ilwaki
II/A/2
22
Dobo
II/A/2
23
Daruba
I/A/2
24
Jayapura
I/A/1
25
Tanah Merah
I/A/1
26
Merauke
I/A/1
Keterangan Kode
I IV:Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A/2 : Pengembangan Baru
A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
(
: Jayapura,Merauke, dll
: ....................................
dll.
5. Gambarkan hasil regionalisasi KSN kedalam peta Indonesia beserta simbolsimbolnya sesuai kaidah kartografis.
26 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3. PENUTUP
Tes formatif
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terbagi
kedalam berapa bidang PKSN di Indonesia?
2. Apa fungsi adanya PKSN terhadap pembangunan di Indonesia?
3. Bagaimana pola distribusi sektor unggulan di bidang perekonomian Indonesia?
Jelaskan
4. Bagaimana pola distribusi komoditas unggulan yang ada di beberapa kota
PKSN?
5. Wilayah manakah yang memiliki hubungan yang lebih unggul daripada wilayah
terdekat di negara tetangga?
6. Wilayah-wilayah manakah yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam
pembangunan perbatasan?
7. Dimanakah wilayah-wilayah yang rawan konflik lintas negara?
8. Bagaimana seharusnya permberlakuan sistem pertahanan dan kemanan di
wilayah-wilayah potensi konflik diatas?
27 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Kriteria Penilaian
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM.
28 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
2. AC Dit Jen Penataan Ruang. 2008. Peraturan Presiden RI No. 26 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kementerian Pekerjaan
Umum. Jakarta
29 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB IV
PEMAHAMAN FENOMENA HIDROSFER
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Bab IV membahas tentang sistem perairan dan persebaran sungai, danau dan laut di
Indonesia. Mangrove, batu karang dan pesisir juga dibahas dalam pokok bahasan ini.
Pembahasan meliputi persebaran potensi akan tetapi persebaran potensi kerusakan
mangrove dan karang.
Manfaat
Mahasiswa dapat memahami sistem perairan di Indonesia serta potensi maupun
masalah perairan di Indonesia sehingga dapat menjadi dasar untuk mendukung
kegiatan pengembangan wilayah.
Relevansi
Pokok Bahasan Bab IV memberikan pemahaman tentang kondisi perairan, potensi
dan masalah di Indonesia.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Definisi Unsur Hidrosfer
- Pesisir adalah kawasan peralihan antara ekosistem darat dengan ekosistem laut.
- Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu varietas komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin.
30 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
- Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau,
rawa, atau ke sungai yang lain
- Terumbu karang didefinisikan sebagai batuan sedimen kapur di dasar laut yang
terbentuk dari proses biogenic.
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1.
Pelajari dan pahami peta sebaran sungai-sungai besar di Indonesia dan kawasan
Asia Tenggara yang sudah disediakan (lihat Gambar 4.1). Selanjutnya lengkapi
peta tersebut dengan menambahkan sebaran sungai pada masing-masing pulau
besar di Indonesia (masing-masing ditampilkan pada peta tersendiri).
2.
Pelajari dan pahami peta sebaran dan potensi pesisir dan laut (pantai, mangroves,
dan coral reefs) dari peta yang sudah disediakan pada Gambar 4.2.
3.
Pelajari dan pahami peta sebaran ancaman kerusakan coral reefs dan batimetri di
Indonesia dari peta yang sudah disediakan pada Gambar 4.3.
4.
Bahaslah Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 dengan melengkapi matriks sebaran yang
memperlihatkan kondisi seluruh pulau besar di Indonesia di bawah ini.
Tabel 4.1 Matriks Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
Sebaran
No.
Pulau Besar
dan potensi
pantai
1.
Sumatera
2.
3.
Kalimantan
4.
Sulawesi
5.
Maluku
6.
Nusa Tenggara
7.
Papua
5.
Sebaran
dan
potensi
mangrove
Sebaran
Ancaman
dan potensi
kerusakan
coral reefs
coral reefs
Batimetri
Selanjutnya pelajari Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 yang sudah disediakan.
31 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
6.
7.
32 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 4.1
Sebaran Sungai-Sungai Besar di Indonesia dan Kawasan Asia Tenggara
33 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 4.2
Sebaran Pantai, Mangroves, dan Coral Reefs di Kawasan Asia Tenggara
34 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 4.3
Sebaran Ancaman kerusakan coral reefs dan batimetri di Indonesia
35 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 4.4
Sebaran Mangrove di Indonesia
36 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 4.5
Sebaran kerusakan potensi kelautan dan kepesisiran di kawasan Asia Tenggara
37 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3. PENUTUP
Tes formatif
1. Dimanakah kecenderungan terdapat sungai-sungai besar di Indonesia?
Dan bagaimana cara pengelolaannya untuk pembangunan?
2. Bagaimana pola distribusi coral reef dan mangrove yang ada di
Indonesia? Di wilayah manakah kebanyakan terdapat potensi kedua
komoditas tersebut?
3. Bagaimana cara pengelolaan (termasuk pemanfaatan) terhadap
wilayah-wilayah potensial coral reef dan mangorve di Indonesia?
4. Jika dikaitkan dengan keberadaan kota-kota besar di Indonesia, apakah
terdapat keterkaitan antara potensi kerusakan wilayah pesisir dengan
keberadaan kota-kota tersebut?
5. Masukkan beberapa analisis anda kedalam pembahasan dalam laporan
praktikum ini.
38 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah
dalam melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di
kelas menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju
sub pokok bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki
nilai C atau D, maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian
materi ulang dengan mekanisme perbaikan nilai.
39 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
DAFTAR PUSTAKA
1. AA
40 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB V
PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok Bahasan Bab V membahas tentang biosfer, khususnya mengenai flora
dan fauna di tiap pulau-pulau besar di Indonesia yang pembagiannya
berdasarkan Garis Webber dan Wallace. Selain itu BAB V juga juga
membahas kondisi hutan. Pembahasan meliputi jenis-jenis dan persebaran flora
fauna tiap pulau-pulau besar di Indonesia.
Manfaat
Materi
pemahaman
biosfer
memberikan
manfaat
untuk
memahami
karakteristik flora dan fauna serta kondisi dan persebaran hutan di Indonesia.
Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kondisi biosfer di Indonesia
sehingga dapat menjadi dasar pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Definisi dan penjelasan unsur Biosfer
a. Garis Weber-Wallace
Garis Weber dan Wallace membagi jenis/tipe flora fauna berdasarkan
kesamaan biogeografi. Indonesia mempunyai perbedaan jenis fauna antara
bagian barat, tengah, dan timur. Wallace membagi fauna di Indonesia
menjadi 3 type, yaitu: (1) Fauna tipe Asiatis (Asiatic); (2) Fauna tipe
Peralihan (Austral Asiatic); dan (3) Fauna tipe Australis (Australic). Garis
41 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Wallace adalah sebuah garis khayal yang memisahkan wilayah hewan asia
dengan Australasia, sedangkan garis Webber untuk memisahkan hewan
antara paparan sahul dengan bagian barat Indonesia.
b. Hutan
Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan alam hayati beserta alam lingkungan
dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan.
c. Lahan Kritis
Lahan kritis adalah kondisi lahan yang terjadi karena tidak sesuainya
kemampuan lahan dengan penggunaan lahannya, sehingga mengakibatkan
kerusakan lahan secara fisik, kimia, maupun biologi.
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan
langkah-langkah berikut:
1.
2.
Pulau
1.
Sumatera
2.
3.
Kalimantan
4.
Sulawesi
Jenis Flora
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
42 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Jenis Fauna
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
No.
3.
Pulau
5.
Maluku
6.
Nusa Tenggara
7.
Papua
Jenis Flora
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
Jenis Fauna
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
dst
4.
Kemudian pelajarilah data luas kawasan hutan dan perairan yang sudah
disediakan pada Tabel 5.2.
5.
6.
Kriteria klas yang digunakan adalah 1) klas tinggi, > (X + Sd/2); 2) klas
sedang, (X Sd/2) (X + Sd/2); dan 3) klas rendah, < (X Sd/2).
Variabel X adalah rerata aritmetrik dan Sd adalah standar deviasi.
Tabel
Contoh tampilan hasil perhitungan klasifikasi penggunaan lahan hutan
Klas Luas Lahan Hutan di Indonesia
Sd
Sd/2
X
(X+Sd/2)
A
B
c
d
Kategori Tinggi = > ??
Kategori Sedang = ? - ??
43 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
(X-Sd/2)
e
7.
8.
Pelajari Tabel 5.3, kemudian buatlah Klas Luas dan Penyebaran Lahan
Kritis pada tahun 2007 dan tahun 2011.
9.
Lakukan plotting klas yang sudah dibuat pada peta dasar yang digunakan.
44 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
PROPINSI
LUAS DARATAN
PROPINSI
(Ha)
Tanggal
Jumlah
Perairan
1.066.733,00
HPT
DI Aceh
5.539.000,00
170/Kpts-II/2000
29 Juni 2000
231.400,00
SUMBAR
4.289.800,00
422/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
846.175,00
806.275,00
910.533,00
246.383,00
Jambi
5.343.600,00
421/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
676.120,00
676.120,00
191.130,00
340.700,00
444.882,00
444.882,00
252.042,00
189.075,00
39.900,00
Bengkulu
1.978.900,00
420/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
Lampung
3.538.500,00
256/Kpts-II/2000
23 Agustus 2000
DKI Jakarta
66.400,00
220/Kpts-II/2000
2 Agustus 2000
Jawa Barat
4.317.700,00
419/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
252.604,00
46.187,35
JATENG
3.254.900,00
435/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
115.086,00
110.117,30
230.248,30
462.030,00
835.333,00
108.272,34
1.844.500,00
462.030,00
108.000,00
HPK
37.300,00
317.615,00
272,34
3.318.413,00
407.849,00
189.346,00
2.560.386,00
971.490,00
2.179.440,00
34.965,00
920.964,00
191.732,00
1.004.735,00
158,35
33.358,00
475,45
206.416,65
240.402,00
213.412,00
338.653,00
998.883,65
4.968,70
75.538,00
174.185,00
396.751,00
651.442,70
315.505,30
811.452,70
1.357.206,30
16.819,52
Jawa Timur
4.792.300,00
417/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
DI Yogyakarta
318.600,00
171/Kpts-II/2000
29 Juni 2000
11
Bali
563.300,00
433/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
26.293,59
12
NTB **)
2.015.300,00
418/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
13
NTT
4.734.900,00
423/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
14
KALBAR
14.680.700,00
259/Kpts-II/2000
23 Agustus 2000
15
KALSEL
3.653.500,00
453/Kpts-II/1999
17 Juni 1999
175.565,00
16
SULSEL
6.248.300,00
890/Kpts-II/1999
14 Oktober 1999
789.066,00
17
SULUT
2.748.800,00
452/Kpts-II/1999
17 Juni 1999
518.130,00
18
SULTRA
3.814.000,00
454/Kpts-II/1999
17 Juni 1999
1.664.069,00
19
SULTENG
6.368.900,00
757/Kpts-II/1999
23 September 1999
676.248,00
20
Maluku
7.787.100,00
415/Kpts-II/1999
15 Juni 1999
443.345,00
21
Irian Jaya
42.198.100,00
891/Kpts-II/1999
14 Oktober 1999
9.704.300,00
22
SUMSEL
10.925.400,00
76/Kpts-II/2001
15 Maret 2001
714.416
23
KALTIM
21.098.500,00
79/Kpts-II/2001
15 Maret 2001
2.165.198
24
SUMUT
7.168.000,00
25
Riau
9.456.100,00
26
KALTENG
15.356.400,00
JUMLAH
192.257.000,00
29.037.397,02
16.215.977,26
27.823.177,43
13.670.535,00
910,34
230.248,30
44,76
601.280,00
JUMLAH LUAS
DARATAN
KAWASAN HUTAN
10
45 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
HP
Daratan
**)
*)
Surat Keputusan
910,34
2.057,90
13.851,28
3.415,00
22.878,59
95.766,06
6.719,26
1.907,10
127.271,01
139.025,00
11.064,00
127.961,00
421.854,00
334.409,00
126.278,00
1.010.502,00
350.330,00
253.922,00
96.408,00
731.220,00
197.250,00
428.360,00
101.830,00
1.555.068,00
1.645.580,00
77.000,00
-
2.307.045,00
2.445.985,00
2.265.800,00
514.350,00
9.101.760,00
175.565,00
554.139,00
155.268,00
688.884,00
265.638,00
1.839.494,00
580.765,00
208.301,00
1.944.416,00
855.730,00
188.486,00
102.073,00
3.299.006,00
89.065,00
429.065,00
341.447,00
552.573,00
168.108,00
34.812,00
1.526.005,00
1.471.800,00
192.269,00
1.061.270,00
419.244,00
633.431,00
212.123,00
2.518.337,00
676.248,00
1.489.923,00
1.476.316,00
500.589,00
251.856,00
4.394.932,00
324.747,00
1.809.634,00
1.653.625,00
1.053.171,00
2.304.932,00
7.146.109,00
7.777.825,00
10.619.090,00
2.054.110,00
10.585.210,00
9.262.130,00
40.298.365,00
118.598,00
1.926.475,00
500,00
23.214.626,57
1.568.580,00
714.416
760.523
217.370
2.293.083
431.445,00
2.164.698
2.751.702
4.612.965
5.121.688
5.068.208,65
18.146.417,92
4.416.837,00
14.651.053,00
104.893.504,63
Tabel 5.3 Luas dan Penyebaran Lahan Kritis tahun 2007 dan 2011 (diganti excel)
Sumber: Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial
46 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
47 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Gambar 5.2 Sebaran Tipe Hutan di Indonesia dan Sekitarnya tahun 1990
48 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
49 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Uraikan kondisi fenomena biosfer dengan peta Wallaces and Webers
Line yang disediakan serta data dan peta kondisi fisik umum yang
sudah ada.
2) Sebutkan dan jelaskan apakah fungsi Wallaces and Webers Line
dalam persebaran dan karakteristik flora dan fauna di Indonesia.
Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Format Penilaian Pre-Test
1. Nilai 60 % apabila jawaban belum tepat sesuai dengan pertanyaan
2. Nilai 75 % apabila pertanyaan berssifat definisi
3. Nilai 85 % apabila jawaban tepat dan logis sesuai dengan pertanyaan
Format Penilaian Laporan
Struktur penilaian laporan
1. Dasar Teori (20)
- 60 % apabila tidak berkaitan dengan pokok bahasan
- 90 % sesuai dan berkaitan dengan pokok bahasan
2. Langkah Kerja (10)
3. Hasil Praktikum (25)
4. Pembahasan (30)
- 60 % apabila hanya mendeskripsikan data hasil praktikum
- 90 % apabila menganalisis data hasil praktikum
5. Kesimpulan (10)
- 60 % apabila tidak ada kaitan dengan pembahasan
- 90 % apabila ada kaitan dengan pembahasan
6. Daftar Pustaka (5)
Kriteria Penilaian
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
50 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
100
10 %
100
30 %
100
30 %
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah
dalam melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di
kelas menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju
sub pokok bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki
nilai C atau D, maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian
materi ulang dengan mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. AA
51 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB VI
PEMAHAMAN FENOMENA LITOSFER DAN PEDOSFER
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan bab VI memberikan penjelasan tentang karakteristik geologi di
Indonesia. Jenis tanah, batuan, kemiringan lereng, dan ketinggian merupakan
sub pokok bahasan yang dipelajari dalam bab ini. Pembahasan meliputi jenis
dan persebaran karakteristik geologi pulau-pulau besar di Indonesia.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan adalah mahasiswa dapat memahami karakteristik
geologi pulau-pulau besar di Indonesia sehingga dapat menudung analisis
untuk kegiatan pengembangan wilayah
Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan landasan pemahaman kondisi geologi di
Indonesia sehingga menjadi dasar pengembangan wilayah sesuai dengan
karateristik geologi.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Kondisi Lempeng dan Geologi Indonesia
Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren yang telah terkonsolidasi
dan tidak dapat digali dengan cara biasa. Pada pengertian lainnya, batuan
adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada
didalamnya. Batuan dapat dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf.
52 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
53 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
bahan organic di daerah yang selalu tergenang air, tanah jenis ini sebagian
besar terdapat di Pesisir Timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Tanah Terarosa merupakan tanah hasil pelapukan batuan kapur, tanah jenis ini
banyak ditemukan di Jawa bagian selatan sebelah timur yaitu di Pegunungan
Seribu. Topografi makro di Indonesia juga sangat beragam. Pulau Sumatera
dapat diringkas menjadi dua bagian yaitu bagian timur dan barat. Bagian barat
pulau sumatera memiliki topografi berbukit sedangkan bagian timur landai.
Pulau Jawa dapat dibagi dua zona yaitu zona utara dan selatan, bagian utara
pulau jawa relatif landai sedangkan dibagian tengah dan selatan memiliki
topografi bergunung dan berbukit. Pulau Kalimantan sebagian besar memiliki
topografi landai, sedangkan Sulawesi memiliki topografi berbukit dan
bergunung. Pulau Papua dapat dibagi dua zona yaitu zona utara selatan dan
tengah. Zona tengah Papua memiliki topografi berbukit dan bergunung karena
terdapat Pegunungan Jayawijaya.
54 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan
langkah-langkah berikut:
1.
2.
No.
Pulau Besar
1.
Sumatera
2.
3.
Kalimantan
4.
Sulawesi
5.
Maluku
6.
Nusa Tenggara
55 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
No.
7.
3.
Pulau Besar
Papua
4.
56 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Tabel 6.2
Jenis dan Nama Batuan di Indonesia
Jenis dan Nama Batuan
No.
1.
Pulau Besar
Sumatera
Batuan Beku
Batuan
Batuan Sedimen
Metamorf
1)
1)
1)
2)
2)
2)
... dst
... dst
... dst
1)
2.
2)
... dst
1)
3.
Kalimantan
2)
... dst
1)
4.
Sulawesi
2)
... dst
1)
5.
Maluku
2)
... dst
1)
6.
Nusa Tenggara
2)
... dst
1)
7.
Papua
2)
... dst
5.
Jelaskan fenomena yang terjadi pada Tabel 6.2 yang sudah Anda buat.
6.
7.
57 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tabel 6.3
Jenis Tanah dan Sebarannya di Indonesia
Pulau Besar
Jenis tanah
1)
2)
Sumatera
3)
... dst
1)
2)
Jawa dan Bali
3)
... dst
1)
2)
Kalimantan
3)
... dst
1)
2)
Sulawesi
3)
... dst
1)
2)
Maluku
3)
... dst
1)
2)
Nusa Tenggara
3)
... dst
1)
2)
Papua
3)
... dst
Gambarkan peta sebaran dan jenis tanah di Indonesia pada peta dasar yang
telah disediakan (gunakan dasar generalisasi jenis tanah).
9.
10. Pilihlah salah satu pulau yang memiliki fenomena litosfer sangat menarik
menurut asumsi Anda, kemudian jelaskan secara lebih rinci.
58 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
59 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
60 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
61 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
63 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Buatlah deskripsi tentang fenomena litosfer Indonesia dengan pertimbangan
gambar-gambar yang sudah diberikan
2) Bagaimana hubungan antara sebaran jenis batuan dan sebaran jenis tanah di
Indonesia? Adakah hubungan antara kedua hal tersebut? Jelaskan!
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
64 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
30 %
100
30 %
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah
dalam melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di
kelas menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju
sub pokok bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki
nilai C atau D, maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian
materi ulang dengan mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. AA
65 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
BAB VII
PEMAHAMAN FENOMENA ATMOSFER
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan penjelasan mengenai karakteristifik iklim di
Indonesia. Pembahasan meliputi jenis dan persebaran unsur iklim umum
seperti kecepatan angin, suhu dan curah hujan tiap provinsi di Indonesia.
Manfaat
Materi bahasan bab VII diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
mahasiswa untuk mengenali karakteristik iklim tiap provinsi sehingga dapat
memahami potensi dan masalah terkait dengan iklim.
Relevansi
Pokok bahasan bab VII memberikan pemahaman terhadap kondisi karakteristik
iklim tiap provinsi di Indonesia.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Iklim adalah Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang
secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang
berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference,
1979). Unsur-unsur iklim meliputi gerakan angin, suhu dan curah hujan. Siklus
hidrologi merupakan salah satu bagian dari iklim, gambar 7.1 dan keterangan
menggambarkan tentang siklus hidrologi
66 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan
langkah-langkah berikut:
1.
2.
Buatlah rincian masing-masing unsur iklim (angin, suhu, dan curah hujan)
masing-masing propinsi di Indonesis ke dalam Tabel 7.1 berikut.
67 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Tabel 7.1
Rincian Unsur Iklim di Indonesia
Unsur Iklim Umum
Propinsi
Kecepatan Angin
Rata-rata
68 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
Suhu Ratarata
Curah Hujan
Tahunan Rata-rata
3.
4.
Buatlah grafik yang dapat menggambarkan pola persebaran iklim masingmasing pulau (pilih jenis grafik yang cocok)
69 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
71 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
72 | P r o d i P e m b a n g u n a n W i l a y a h
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Jelaskan secara deskriptif kondisi iklim makro di Indonesia berdasarkan
klasifikasi pulau-pulau besar.
2) Bagaimana keterkaitan antara fenomena atmosfer di Indonesia dengan kondisi
kemiskinan di setiap propinsi? Cari literatur dan data terkait kemiskinan untuk
melengkapi jawaban Anda!
72
Kriteria Penilaian
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
73
DAFTAR PUSTAKA
1. AA Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia: Geografi Indonesia, Jurusan
Geografi UI, PT Indograph Bakti, Jakarta.
2. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM
3. Tjahyono, Bayong. 1999. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung
74
BAB VIII
PEMAHAMAN FENOMENA ANTROPOSFER
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok
bahasan
Bab
VIII
memberikan
penjelasan
tentang
kareteristik
2. PENYAJIAN
Pendefinisian
Antroposfer merupakan salah satu obyek dan kajian geografi yang mempelajari
dinamika penduduk seperti kematian, kelahiran dan migrasi. Indikator fenomena
antroposfer sekaligus definisinya dijabarkan dalam keterangan di bawah ini :
Jumlah penduduk merupakan jumlah jiwa yang tinggal di suatu daerah.
Laju Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, migrasi
masuk dan migrasi keluar.
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per luas unit wilayah.
75
Aktivitas
1.
2.
Pelajari Tabel 8.1 berikut, kemudian deskripsikan secara ringkas dan jelas
pola perkembangan penduduk berdasarkan tabel tersebut.
Tabel 8.1
Jumlah Penduduk Indonesia tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010
Propinsi
Nangroe Aceh
Penduduk
1971
1980
1990
1995
2000
2010
2.008.595
2.611.271
3.416.156
3.847.583
3.930.905
4.494.410
Sumatera Utara
6.621.831
8.360.894
10.256.027
11.114.667
11.649.655
12.982.204
Sumatera Barat
2.793.196
3.406.816
4.000.207
4.323.170
4.248.931
4.846.909
Riau
1.641.545
2.168.535
3.303.976
3.900.534
4.957.627
5.538.367
Jambi
1.006.084
1.445.994
2.020.568
2.369.959
2.413.846
3.092.265
Sumatera Selatan
3.440.573
4.629.801
6.313.074
7.207.545
6.899.675
7.450.394
519.316
768.064
1.179.122
1.409.117
1.567.432
1.715.518
Lampung
2.777.008
4.624.785
6.017.573
6.657.759
6.741.439
7.608.405
Kep. Bangka
900.197
1.223.296
1.679.163
DKI Jakarta
4.579.303
6.503.449
8.259.266
9.112.652
8.389.443
9.607.787
Jawa Barat
21.623.529
27453525
35.384.352
39.206.787
35.729.537
43.053.732
Jawa Tengah
21.877.136
25372889
28.520.643
29.653.266
31.228.940
32.382.657
2.489.360
2.750.813
2.913.054
2.916.779
3.122.268
3.457.491
25.516.999
29188852
32.503.991
33.844.002
34.783.640
37.476.757
Darussalam
Bengkulu
Belitung
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
Jawa Timur
76
Propinsi
Banten
Penduduk
1971
1980
1990
1995
2000
2010
8.098.780
10.632.166
Bali
2.120.322
2.469.930
2.777.811
2.895.649
3.151.162
3.890.757
Nusa Tenggara
2.203.465
2.724.664
3.369.649
3.645.713
4.009.261
4.500.212
2.295.287
2.737.166
3.268.644
3.577.472
3.952.279
4.683.827
2.019.936
2.486.068
3.229.153
3.635.730
4.034.198
4.395.983
701.936
954.353
1.396.486
1.627.453
1.857.000
2.212.089
1.699.105
2.064.649
2.597.572
2.893.477
2.985.240
3.626.616
733.797
1.218.016
1.876.663
2.314.183
2.455.120
3.553.143
1.718.543
2.115.384
2.478.119
2.649.093
2.012.098
2.270.596
Sulawesi Tengah
913.662
1.289.635
1.711.327
1.938.071
2.218.435
2.635.009
Sulawesi Selatan
5.180.576
6.062.212
6.981.646
7.558.368
8.059.627
8.034.776
714120
942.302
1.349.619
1.586.917
1.821.284
2.232.586
Gorontalo
835.044
1.040.164
Sulawesi Barat
1.158.651
1.089.565
1.411.006
1.857.790
2.086.516
1.205.539
1.533.506
Maluku Utara
785.059
1.038.087
Papua Barat
760.422
923440
1.173.875
1.648.708
1.942.627
2.220.934
2.833.381
119.208.229
147.490.298
179.378.946
194.754.808
206.264.595
237.641.326
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Maluku
Papua
INDONESIA
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
3.
77
4.
5.
1980-1990
1990-2000
2,93
2,72
1,46
Sumatera Utara
2,6
2,06
1,32
Sumatera Barat
2,21
1,62
0,63
Riau
3,11
4,3
4,35
Jambi
4,07
3,4
1,84
Sumatera Selatan
3,32
3,15
2,39
Bengkulu
4,39
4,38
2,97
Lampung
5,77
2,67
1,17
0,97
DKI Jakarta
3,93
2,42
0,17
Jawa Barat
2,66
2,57
2,03
Jawa Tengah
1,64
1,18
0,94
1,1
0,57
0,72
1,49
1,08
0,7
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
3,21
Bali
1,69
1,18
1,31
2,36
2,15
1,82
1,95
1,79
1,64
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,29
Kalimantan Tengah
3,43
3,88
2,99
78
Propinsi
1980-1990
1990-2000
Kalimantan Selatan
2,16
2,32
1,45
Kalimantan Timur
5,73
4,42
2,81
Sulawesi Utara
2,31
1,6
1,33
Sulawesi Tengah
3,86
2,87
2,57
Sulawesi Selatan
1,74
1,42
1,49
Sulawesi Tenggara
3,09
3,66
3,15
Gorontalo
Maluku
1,59
2,88
2,79
Maluku Utara
0,08
0,48
Papua
2,67
3,46
3,22
INDONESIA
2,31
1,98
1,49
6.
7.
Lengkapi Tabel 8.2 di atas dengan menambahkan kolom klas pada masingmasing tahun pengukuran. Kemudian buatlah satu grafik yang menunjukkan
hasil pengklasan tersebut.
8.
9.
10. Jelaskan pengaruh dari isi Tabel 8.3 tersebut terhadap Tabel 8.1 dan Tabel 8.2
dalam realita. Tuangkan juga pembahasan Tabel 8.3 tersebut dalam bentuk
grafik.
79
Tabel 8.3
Migrasi Risen (Recent Migration) Neto Tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000 dan 2005
Propinsi
1
1985
1990
1995
2000
2005
16.423
6.937
-19.980
-146.212
1)
Sumatera Utara
-104.258
-169.765
-95.615
-218.634
-94.568
Sumatera Barat
-57.528
-44.171
-6.076
-124.929
-20.506
Riau
46.225
152.562
21.146
435.431
115.073
Jambi
20.487
72.364
4.362
26.188
14.980
Sumatera Selatan
-6.581
13.355
-59.202
11.294
-40.778
Bengkulu
19.304
54.236
30.194
33.001
2.686
Lampung
41.541
76.391
-51.715
-245
-19.011
Bangka Belitung
2)
2)
2)
2.763
2.115
10
Kepulauan Riau
3)
3)
3)
3)
145.686
11
DKI Jakarta
285.264
-160.348
-228.503
-148.141
-159.411
12
Jawa Barat
210.386
854.869
668.836
465.268
287.839
13
Jawa Tengah
-436.059
-774.941
-380.473
-663.290
-334.589
14
DI Yogyakarta
9.878
40.963
54.305
67.056
102.149
15
Jawa Timur
-170.446
-318.741
27.837
-343.071
-94.111
16
Banten
4)
4)
4)
412.941
158.009
17
Bali
-3.123
9.840
12.879
39.872
37.630
18
11.040
548
10.998
9.250
-5.393
19
-4.548
-18.513
-10.507
14.921
3.148
20
Kalimantan Barat
797
-877
10.722
3.520
-16.506
21
Kalimantan Tengah
15.022
41.776
-6.594
99.484
-15.760
22
Kalimantan Selatan
4.970
21.883
12.884
26.708
20.750
23
Kalimantan Timur
53.520
126.339
62.618
112.681
101.911
24
Sulawesi Utara
-15.447
-16.536
-26.290
15.674
-2.950
25
Sulawesi Tengah
16.059
41.996
42.816
44.773
24.833
26
Sulawesi Selatan
-41.366
-41.595
-11.807
-89.906
-36.127
27
Sulawesi Tenggara
56.776
34.462
18.131
88.038
10.031
28
Gorontalo
5)
5)
5)
-24.191
-4.534
80
Propinsi
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Papua Barat
1985
1990
1995
2000
2005
6)
6)
6)
6)
6)
-687
29.802
-22.968
-74.124
-20.802
7)
7)
7)
-13.716
-6.164
34.011
42.145
26.802
33.674
17.761
8)
8)
8)
8)
8)
11. Selanjutnya pahami Tabel 8.4, kemudian tambahkan kolom jumlah penduduk
laki-laki, jumlah penduduk perempuan, dan sex ratio pada tahun 2009 dan
2010.
Tabel 8.4.
Persentase Penduduk menurut Propinsi dan Jenis Kelamin, tahun 2009 dan 2010
Propinsi
Perempuan
Laki-laki
2009
2010
2009
2010
48,73
49,88
51,27
50,12
Sumatera Utara
49,36
50,00
50,64
50,00
Sumatera Barat
48,98
49,41
51,02
50,59
Riau
51,39
51,50
48,61
48,50
Kepulauan Riau
51,27
50,20
48,73
49,80
Jambi
50,18
51,10
49,82
48,90
Sumatera Selatan
49,94
50,76
50,06
49,24
50,74
51,73
49,26
48,27
Bengkulu
50,78
50,80
49,22
49,20
Lampung
50,67
51,41
49,33
48,59
DKI Jakarta
49,05
49,90
50,95
50,10
Jawa Barat
49,96
50,43
50,04
49,57
Banten
50,72
51,06
49,28
48,94
Jawa Tengah
49,06
49,56
50,94
50,44
DI Yogyakarta
48,59
49,31
51,41
50,69
Jawa Timur
48,63
49,45
51,37
50,55
81
Perempuan
Laki-laki
Propinsi
2009
2010
2009
2010
Bali
49,97
50,42
50,03
49,58
47,40
48,59
52,60
51,41
49,50
49,94
50,50
50,06
Kalimantan Barat
49,95
51,24
50,05
48,76
Kalimantan Tengah
50,11
51,82
49,89
48,18
Kalimantan Selatan
49,25
50,70
50,75
49,30
Kalimantan Timur
51,43
52,42
48,57
47,58
Sulawesi Utara
50,52
51,22
49,48
48,78
Gorontalo
50,40
50,46
49,60
49,54
Sulawesi Tengah
50,84
51,24
49,16
48,76
Sulawesi Selatan
48,12
48,48
51,88
51,52
Sulawesi Barat
50,46
50,19
49,54
49,81
Sulawesi Tenggara
49,43
49,92
50,57
50,08
Maluku
50,14
50,43
49,86
49,57
Maluku Utara
50,70
50,59
49,30
49,41
Papua
51,72
52,47
48,28
47,53
Papua Barat
50,96
53,11
49,04
46,89
Indonesia
49,53
50,17
50,47
49,83
12. Hitunglah angka pada masing-masing kolom di tiap propinsi pada tahun 2009
dan 2010, kemudian jelaskan maknanya. Lengkapi pemahaman Anda dengan
memperhatikan Tabel 8.5 yang sudah disediakan.
Rumus sex ratio yang digunakan:
Jumlah Penduduk Laki Laki
x 100
Jumlah Penduduk Perempuan
Sex Ratio
13. Gambarkan klas sex ratio pada peta dasar yang sudah disediakan.
82
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Bagaimana hubungan antara migrasi dengan kepadatan penduduk dalam suatu
propinsi?
2) Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi keinginan penduduk untuk
melakukan migrasi!
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
83
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
84
DAFTAR PUSTAKA
1. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM
2. AA Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia: Geografi Indonesia, Jurusan
Geografi UI, PT Indograph Bakti, Jakarta.
3. Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
85
BAB IX
PEMAHAMAN KONDISI SOSIAL REGIONAL INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan penjelasan mengenai kondisi sosial tiap provinsi di
Indonesia. Pemahaman kondisi sosial meliputi buta huruf, kematian bayi, angka
fertilitas, penduduk miskin dan indeks pembangunan manusia.
Manfaat
Materi Bab IX diharapkan dapat memberikan mahasiswa kemampuan untuk
memahami kondisi sosial regional Indonesia untuk mendukung pengembangan
wilayah dan mengenalkan indikator-indikator perkembangan sosial
Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kondisi sosial tiap provinsi di
Indonesia dan regional.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Kondisi sosial menggambarkan pembangunan manusia di tiap daerah yang
mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas SDM akan berdampak
terahadap pengembangan suatu daerah. Definisi indikator untuk memahami
kondisi sosial di Indonesia sebagai berikut :
86
87
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1.
2.
Pelajarilah Tabel 9.1 berikut, kemudian buatlah deskripsi tabel tersebut serta
tuangkan dalam grafik.
3.
88
Tabel 9.1
Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 20092011
Umur < 15
Propinsi
Umur 15-45
2009
2010
2011
2009
2010
3,61
3,12
4,16
0,88
0,74
Sumatera Utara
2,85
2,68
3,17
0,61
Sumatera Barat
3,19
2,91
3,80
Riau
1,89
1,65
Kepulauan Riau
3,92
Jambi
Umur 45+
2009
2010
2011
1,28
10,79
9,30
12,21
0,51
1,66
7,80
7,65
6,85
0,69
0,55
1,30
7,68
7,29
8,67
2,39
0,38
0,30
1,01
6,40
5,99
7,01
2,81
2,33
0,94
0,65
1,01
12,53
11,12
8,06
4,49
4,12
4,48
0,78
0,68
1,46
13,66
12,67
12,82
Sumatera Selatan
2,79
2,64
3,35
0,51
0,37
1,16
8,27
8,10
9,02
4,59
4,54
4,40
0,86
0,65
2,02
13,25
14,03
10,73
Bengkulu
5,10
4,70
4,87
1,03
0,82
1,37
14,95
14,27
14,07
Lampung
5,63
5,36
4,98
0,68
0,63
1,11
16,13
15,53
13,93
DKI Jakarta
1,06
0,87
1,17
0,28
0,19
0,45
3,07
2,77
3,25
Jawa Barat
4,02
3,82
4,04
0,54
0,42
0,95
11,25
11,54
11,24
Banten
4,05
3,80
3,75
0,85
0,67
1,12
13,23
13,01
12,11
10,54
10,05
9,66
1,53
1,32
1,56
24,49
23,52
22,96
9,82
9,16
8,51
0,67
0,62
0,60
22,81
21,95
20,49
Jawa Timur
12,20
11,66
11,48
2,59
2,39
2,52
27,20
26,22
26,28
Bali
12,78
11,60
10,83
2,86
2,63
3,15
29,31
28,40
25,40
19,82
18,95
16,76
7,08
6,48
5,65
47,19
46,33
42,70
Nusa Tenggara
12,04
11,41
12,37
4,44
3,95
5,81
27,55
26,70
25,98
10,30
9,74
9,97
3,68
3,29
4,24
26,42
25,46
25,03
Kalimantan Tengah
2,61
2,52
3,14
0,48
0,45
1,22
8,58
8,54
9,10
Kalimantan Selatan
4,59
4,06
4,34
0,94
0,78
1,50
13,36
12,36
11,81
Kalimantan Timur
3,11
2,95
3,01
0,91
0,78
1,11
9,36
9,27
8,92
Sulawesi Utara
0,78
0,70
1,15
0,30
0,29
0,67
1,62
1,43
2,06
Nangroe Aceh
2011
Darussalam
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Timur
Kalimantan Barat
89
Umur < 15
Propinsi
Umur 15-45
2009
2010
2011
2009
2010
Gorontalo
4,29
4,00
5,31
1,86
1,30
Sulawesi Tengah
4,22
3,92
5,49
1,55
Sulawesi Selatan
12,98
12,25
11,93
Sulawesi Barat
12,41
11,52
Sulawesi Tenggara
8,49
Maluku
Maluku Utara
Papua
Umur 45+
2011
2009
2010
2011
3,29
9,91
10,58
10,59
1,14
3,15
11,07
10,94
11,71
4,72
4,04
4,84
30,02
29,21
27,61
12,39
5,48
4,94
6,49
29,43
29,29
28,39
8,15
8,71
2,03
1,96
3,15
25,37
24,43
24,43
2,58
2,54
3,37
1,05
0,80
1,93
5,87
6,58
6,93
4,26
3,92
3,99
0,85
0,59
1,87
13,24
13,11
10,31
29,71
31,73
35,92
29,2
30,73
34,83
31,70
36,14
40,95
3
Papua Barat
7,06
4,88
7,59
5,01
3,34
5,53
13,40
9,91
14,90
Indonesia
7,42
7,09
7,19
1,80
1,71
2,30
18,68
18,25
17,89
4.
5.
6.
Lima Tahun
1994
1997
1998
1999
58,4
45,5
41
39
Sumatera Utara
61,4
45,2
43
Sumatera Barat
67,6
65,8
50
1990
1994
1997
1999
78
79
58,6
48,23
41
82
96,9
71,9
52,45
48
103
97,9
95,1
62,2
90
Propinsi
Lima Tahun
1994
1997
1998
1999
Riau
71,7
60,4
40
38
Jambi
60,2
68,3
45
Sumatera Selatan
59,6
53
Bengkulu
74,1
Lampung
1994
1997
89
94,1
82,4
47,65
43
102
87,5
82,4
55,07
51
48
98
92
70,4
62,39
72,3
51
49
96
124,2
115
63
38,1
48,2
49
46
96
57,6
64
59,8
DKI Jakarta
29,8
26,1
26
24
55
50,3
41,7
28,56
Jawa Barat
88,8
60,6
56
53
129
119,6
77,2
69,32
Jawa Tengah
51,1
45,2
48
36
89
74,8
59,9
44,93
DI Yogyakarta
30,4
23,4
27
25
53
35,1
30,3
30,28
Jawa Timur
62,1
35,8
50
48
87
78,8
52,5
62,51
58
39,5
33
31
67
62,9
44
38,06
109,8
111
85
81
216
159,5
150
113,63
70,6
59,7
59
56
108
107,5
90,1
74,89
Kalimantan Barat
96,8
70,3
56
54
114
135
88,2
71,18
Kalimantan Tengah
16,4
55,3
33
32
77
37,8
68,9
37,98
Kalimantan Selatan
82,9
70,7
67
63
130
111
87,3
85,67
Kalimantan Timur
61,1
50,7
34
33
78
76,4
66,2
39,32
Sulawesi Utara
65,6
47,6
39
37
86
82,7
61
46,05
Sulawesi Tengah
87,4
94,5
63
60
132
126,5
121
80,32
Sulawesi Selatan
63,7
63
38
36
97
85,8
79
45,08
Sulawesi Tenggara
78,9
78,1
53
50
108
104,8
94,2
65,83
68
29,5
48
40
107
90,8
48,4
49,89
Papua
61,3
64,7
55
52
113
88,1
92,3
68,52
INDONESIA
66,4
52,2
49
46
99
92,8
70,6
59,55
Bali
Maluku
1990
1999
91
7.
1990
1991
1994
1998
1999
3,76
3,3
2,78
2,69
Sumatera Utara
4,17
3,88
3,08
Sumatera Barat
3,6
3,19
2,94
2,87
Riau
n.a
3,1
2,85
2,77
Jambi
n.a
2,97
2,87
2,8
Sumatera Selatan
3,43
2,87
2,78
2,71
Bengkulu
n.a
3,45
2,83
2,77
Lampung
3,2
3,45
2,74
2,66
DKI Jakarta
2,14
1,9
Jawa Barat
3,17
2,61
2,55
Jawa Tengah
2,85
2,77
2,41
2,37
DI Yogyakarta
2,04
1,79
Jawa Timur
2,22
2,02
2,02
Bali
2,14
3,82
3,64
3,12
3,05
n.a
3,87
3,15
3,06
Kalimantan Barat
3,94
3,34
2,92
2,81
Kalimantan Tengah
n.a
2,31
2,86
2,81
Kalimantan Selatan
2,7
2,33
2,58
2,53
Kalimantan Timur
n.a
3,21
2,6
2,55
Sulawesi Utara
2,25
2,62
2,38
2,36
Sulawesi Tengah
n.a
3,08
2,78
2,72
Sulawesi Selatan
3,01
2,92
2,7
2,65
Sulawesi Tenggara
n.a
3,5
2,87
92
Propinsi
1990
1991
1994
1998
1999
Maluku
n.a
3,7
2,92
2,82
Papua
n.a
3,15
3,03
2,96
INDONESIA
2,85
2,65
2,59
Sumber : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994
8.
9.
Tabel 9.4
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) Propinsi dan
Nasional, 2005-2010
Indeks Pembangunan Manusia
Propinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
69,05
69,41
70,35
70,76
71,31
71,70
Sumatera Utara
72,03
72,46
72,78
73,29
73,80
74,19
Sumatera Barat
71,19
71,65
72,23
72,96
73,44
73,78
Riau
73,63
73,81
74,63
75,09
75,60
76,07
Jambi
70,95
71,29
71,46
71,99
72,45
72,74
Sumatera Selatan
70,23
71,09
71,40
72,05
72,61
72,95
Bengkulu
71,09
71,28
71,57
72,14
72,55
72,92
Lampung
68,85
69,38
69,78
70,30
70,93
71,42
Bangka Belitung
70,68
71,18
71,62
72,19
72,55
72,86
Kepulauan Riau
72,23
72,79
73,68
74,18
74,54
75,07
DKI Jakarta
76,07
76,33
76,59
77,03
77,36
77,60
Jawa Barat
69,93
70,32
70,71
71,12
71,64
72,29
Jawa Tengah
69,78
70,25
70,92
71,60
72,10
72,49
DI Yogyakarta
73,50
73,70
74,15
74,88
75,23
75,77
Jawa Timur
68,42
69,18
69,78
70,38
71,06
71,62
Banten
68,80
69,11
69,29
69,70
70,06
70,48
93
Propinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Bali
69,78
70,07
70,53
70,98
71,52
72,28
62,42
63,04
63,71
64,12
64,66
65,20
63,59
64,83
65,36
66,15
66,60
67,26
Kalimantan Barat
66,20
67,08
67,53
68,17
68,79
69,15
Kalimantan Tengah
73,22
73,40
73,49
73,88
74,36
74,64
Kalimantan selatan
67,44
67,75
68,01
68,72
69,30
69,92
Kalimantan Timur
72,94
73,26
73,77
74,52
75,11
75,56
Sulawesi Utara
74,21
74,37
74,68
75,16
75,68
76,09
Sulawesi Tengah
68,47
68,85
69,34
70,09
70,70
71,14
Sulawesi Selatan
68,06
68,81
69,62
70,22
70,94
71,62
Sulawesi Tenggara
67,52
67,80
68,32
69,00
69,52
70,00
Gorontalo
67,46
68,01
68,83
69,29
69,79
70,28
Sulawesi Barat
65,72
67,06
67,72
68,55
69,18
69,64
Maluku
69,24
69,69
69,96
70,38
70,96
71,42
Maluku Utara
66,95
67,51
67,82
68,18
68,63
69,03
Papua Barat
64,83
66,08
67,28
67,95
68,58
69,15
Papua
62,08
62,75
63,41
64,00
64,53
64,94
Indonesia
69,57
70,10
70,59
71,17
71,76
72,27
10. Buatlah grafik perubahan Human Development Index (HDI) tahun 2005-2010.
Jelaskan sebaran angka HDI pada masing-masing propinsi dengan mengacu
pada angka HDI Nasional!
11. Buatlah ranking Human Development Index (HDI) masing-masing propinsi
pada salah satu tahun. Kemudian gambarkan pada peta dasar yang sudah
disediakan.
12. Pelajari Tabel 9.5 dan Tabel 9.6 berikut. Jelaskan perkembangan jumlah dan
persentase penduduk miskin berdasarkan kedua tabel tersebut.
94
Desa
K+D
% Penduduk Miskin
Kota
Desa
K+D
218
864
1 083
18,68
29,87
26,65
Sumatera Utara
833
935
1 768
14,21
13,63
13,90
Sumatera Barat
149
380
529
9,78
13,01
11,90
Riau
246
328
574
9,53
12,90
11,20
Jambi
137
144
281
15,42
7,81
10,27
Sumatera Selatan
545
785
1 331
20,30
18,43
19,15
Bengkulu
135
235
370
23,00
21,66
22,13
Lampung
366
1 295
1 661
18,11
23,70
22,19
Bangka Belitung
38
56
95
8,09
10,87
9,54
Kepulauan Riau
76
71
148
10,08
10,54
10,30
405
405
4,61
4,61
Jawa Barat
2 654
2 803
5 457
11,21
16,88
13,55
Jawa Tengah
2 687
3 869
6 557
17,23
23,45
20,43
335
298
633
15,63
25,03
18,99
2 575
4 579
7 155
14,71
25,02
19,98
Banten
399
486
886
6,79
12,52
9,07
Bali
119
109
229
6,01
7,47
6,63
570
547
1 118
30,44
21,06
24,99
124
1 038
1 163
16,41
29,95
27,51
Kalimantan Barat
144
440
584
11,45
13,47
12,91
Kalimantan Tengah
51
159
210
6,72
10,76
9,38
Kalimantan Selatan
83
150
233
6,01
7,72
7,01
Kalimantan Timur
136
188
324
7,44
16,98
11,04
Sulawesi Utara
79
171
250
8,31
13,80
11,42
Sulawesi Tengah
67
490
557
12,86
24,97
22,42
Sulawesi Selatan
152
930
1 083
6,18
17,87
14,11
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Jawa Timur
95
Propinsi
Desa
K+D
% Penduduk Miskin
Kota
Desa
K+D
Sulawesi Tenggara
31
434
465
6,24
25,84
21,33
Gorontalo
30
211
241
11,08
34,76
27,35
Sulawesi Barat
55
134
189
16,53
20,29
19,03
Maluku
49
355
404
14,49
37,02
31,14
Maluku Utara
11
98
109
4,29
15,22
11,97
11
255
266
7,14
48,82
39,31
Papua
35
758
793
7,97
50,47
40,78
13 559
23 609
37 168
12,52
20,37
16,58
INDONESIA
Tabel 9.6
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Propinsi, 2011
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Propinsi
Kota
Kota +
Desa
Desa
Desa
Kota +
Desa
176
718
894
13,69
21,87
19,57
Sumatera Utara
691
790
1 481
10,75
11,89
11,33
Sumatera Barat
140
301
442
7,42
10,07
9,04
Riau
141
340
482
6,37
9,83
8,47
Jambi
108
164
272
11,19
7,53
8,65
Sumatera Selatan
409
665
1 074
15,15
13,73
14,24
Bengkulu
95
208
303
17,74
17,39
17,50
Lampung
241
1 056
1 298
12,27
18,54
16,93
Bangka Belitung
25
46
72
4,11
7,35
5,75
Kepulauan Riau
106
23
129
7,35
7,65
7,40
DKI Jakarta
363
363
3,75
Jawa Barat
2 654
1 993
4 648
9,26
13,32
10,65
Jawa Tengah
2 092
3 014
5 107
14,12
17,14
15,76
304
256
560
13,16
21,82
16,08
1 768
3 587
5 356
9,87
18,19
14,23
335
354
690
4,61
9,75
6,32
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
3,75
96
Desa
Kota +
Desa
Desa
Kota +
Desa
92
73
166
3,91
4,65
4,20
448
446
894
23,67
16,90
19,73
117
895
1 012
12,50
23,36
21,23
Kalimantan Barat
84
295
380
6,33
9,59
8,60
Kalimantan Tengah
29
117
146
3,91
7,89
6,56
Kalimantan selatan
59
135
194
3,84
6,34
5,29
Kalimantan Timur
92
155
247
4,06
11,21
6,77
Sulawesi Utara
77
117
194
7,46
9,37
8,51
Sulawesi Tengah
61
361
423
9,46
17,89
15,83
Sulawesi Selatan
137
695
832
4,61
13,57
10,29
Sulawesi Tenggara
29
300
330
4,80
18,24
14,56
Gorontalo
19
178
198
5,37
25,65
18,75
Sulawesi Barat
29
135
164
10,77
14,83
13,89
Maluku
59
300
360
10,24
30,54
23,00
89
97
2,80
11,58
9,18
Papua Barat
10
239
249
6,05
39,56
31,92
Papua
35
909
944
4,60
41,58
31,98
11 .046
19. 972
30. 018
9,23
15,72
12,49
Maluku Utara
Indonesia
3. PENUTUP
Tes formatif
1) Jelaskan sebaran kondisi sosial masyarakat di pulau-pulau besar di Indonesia!
2) Apakah faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kondisi IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) di tiap propinsi di Indonesia?
Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Format Penilaian Pre-Test
1. Nilai 60 % apabila jawaban belum tepat sesuai dengan pertanyaan
2. Nilai 75 % apabila pertanyaan berssifat definisi
97
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
98
Hasil penilaian akhir kemudian dikonversi ke dalam nilai huruf dengan ketentuan
sebagai berikut.
Nilai A
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah dalam
melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di kelas
menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju sub pokok
bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki nilai C atau D,
maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan penyampaian materi ulang dengan
mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM
2. AA
99
BAB X
PEMAHAMAN KONDISI EKONOMI REGIONAL INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Pokok bahasan Bab X memberikan penjelasan tentang kondisi ekonomi regional
Indonesia. Pembahasan kondisi ekonomi menggunakan data PDRB, yaitu PDRB
harga konstan dan PDRB harga berlaku.
Manfaat
Materi Bab X diharapkan memberikan manfaat kepada mahasiswa dalam
memahami kondisi ekonomi tiap provinsi di Indonesia dan mengenalkan salah satu
indikator ekonomi regional.
Relevansi
Pokok Bahasan Bab X membahas tentang kondisi ekonomi tiap provinsi di
Indonesia.
Learning Outcomes
Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang potensi dan
permasalahan region.
2. PENYAJIAN
Pengenalan kondisi ekonomi suatu daerah sangat penting untuk memmahami
potensi dan masalah ekonomi. Analisis Kondisi ekonomi suatu daerah sering
menggunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk
Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi
di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari
wilayah tersebut atau tidak.
100
Analisis PDRB selain untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dapat juga untuk
mengetahui struktur ekonomi suatu daerah. Perhitungan PDRB menggunakan
beberapa pendekatan salah satunya pendekatan produksi/lapangan usaha. PDRB
dengan pendekatan lapangan usaha membagi PDRB ke dalam 9 sektor yaitu 1)
pertanian (dalam arti luas), 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas
dan air bersih, 5) bangunan, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7) pengangkutan
dan komunikasi, 8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa-jasa.
Kegiatan ekonomi di era globalisasi sudah tidak mengenal batas negara karena
kemudahan teknologi. Kegiatan ekspor impor juga menjadi salah satu faktor
pendorong kegiatan ekonomi suatu negara. Faktor yang menjadi pendorong
kegiatan ekspor impor adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
karena tidak semua barang bisa dipenuhi dalam negeri. Perbedaan SDA, SDM dan
kebutuhan terdapat perbedaan hasil dan keterbatasan produksi. Kelebihan produk
dalam negeri merupakan alasan untuk melakukan ekspor sekaligus meningkatkan
pendapatan negara. Manfaat dari ekspor impor adalah memenuhi kebutuhan dalam
negeri, pendapatan negara bertambah, meningkatkan perekonomian rakyat dan
mendorong berkembangnya kegiatan industri.
Kegiatan ekspor Indonesia selama tahun 2012 mencapai $ 190,04 milyar menurun
6,61 % dari tahun 2011 yang mencapai $ 203,5 Milyar. 63,05 % ekspor non migas
Indonesia disumbang oleh komoditas BBM, lemak dan minyak lemak nabati,
mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, komoditi bijih, kerak dan abu
logam, kertas dan karton, dan pakaian jadi bukan rajutan. Negara tujuan utama
ekspor Indonesia adalah China, Jepang, USA dan India. Impor Indonesia mencapai
$ 191,67 Milyar atau meningakt 8,02 % dibandingkan tahun 2011. Komoditas
yang menjadi impor Indonesia adalah besi dan baja, kapal terbang dan bagiannya,
101
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum sesuai dengan langkahlangkah berikut:
1.
2.
3.
102
Tabel 10.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Provinsi, 2005 - 2010 (Juta Rupiah)
Provinsi
Aceh
2005
2006
2007
2008
2009
2010
56,951,611.99
69,353,346.00
71,093,359.40
73,547,550.72
71,694,544.56
77,505,598.25
Sumatera Utara
139,618,313.64
160,376,799.09
181,819,737.32
213,931,696.78
236,353,615.83
275,700,207.28
Sumatera Barat
44,674,569.24
53,029,588.10
59,799,045.30
70,954,515.42
76,752,937.71
87,221,253.05
Riau
139,018,996.15
167,068,188.89
210,002,560.30
276,400,129.95
297,173,028.31
342,691,448.53
Jambi
22,487,011.44
26,061,773.93
32,076,677.16
41,056,483.56
44,127,005.65
53,816,693.03
Sumatera Selatan
81,531,510.00
95,928,763.00
109,895,707.00
133,664,987.00
137,331,848.00
157,772,133.00
Bengkulu
10,134,450.00
11,397,004.00
12,874,344.46
14,915,886.85
15,920,849.25
18,036,964.48
Lampung
40,906,788.93
49,118,988.91
60,921,966.22
73,719,258.60
87,842,779.58
107,277,261.61
Kepulauan Bangka
14,171,629.64
15,920,528.74
17,895,016.56
21,421,340.26
22,982,017.78
25,705,625.51
Kepulauan Riau
40,984,738.06
46,216,076.08
51,826,271.88
58,574,996.29
63,892,937.49
71,614,514.31
Sumatera
590,479,619.09
694,471,056.74
808,204,685.59
978,186,845.43
1,054,071,564.16
1,217,341,699.03
DKI Jakarta
433,860,253.00
501,771,740.87
566,449,360.08
677,044,743.16
757,696,594.05
862,158,910.75
Jawa Barat
389,244,653.84
473,187,292.62
526,220,225.16
633,283,483.36
689,841,314.34
770,660,479.99
Jawa Tengah
234,435,323.31
281,996,709.10
312,428,807.09
367,135,954.90
397,903,943.75
444,396,468.19
25,337,603.43
29,417,348.99
32,916,736.41
38,101,684.50
41,407,049.50
45,591,853.06
403,392,350.77
470,627,493.61
534,919,332.95
621,391,674.61
686,847,557.72
778,455,772.46
84,622,288.47
97,867,273.39
107,499,652.42
139,861,486.97
151,979,883.85
170,525,381.89
1,570,892,472.83
1,854,867,858.59
2,080,434,114.11
2,476,819,027.50
2,725,676,343.20
3,071,788,866.34
Belitung
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Jawa
101
Provinsi
Bali
2005
2006
2007
2008
2009
2010
33,946,467.53
37,388,484.90
42,336,424.40
51,916,170.34
60,292,239.32
66,690,598.13
1,604,838,940.36
1,892,256,343.49
2,122,770,538.51
2,528,735,197.83
2,785,968,582.52
3,138,479,464.48
Kalimantan Barat
33,869,468.05
37,714,996.83
42,478,600.88
49,132,965.97
54,234,103.52
60,475,251.81
Kalimantan Tengah
20,983,169.93
24,480,038.35
27,931,949.58
32,760,167.75
37,114,185.67
42,567,204.79
Kalimantan Selatan
31,794,068.90
34,670,494.29
39,438,767.06
45,843,793.53
51,460,175.70
58,541,818.60
Kalimantan Timur
180,289,090.00
199,588,125.31
222,628,920.93
314,813,520.84
284,966,500.80
321,090,818.42
Kalimantan
266,935,796.87
296,453,654.78
332,478,238.46
442,550,448.09
427,774,965.69
482,675,093.62
Sulawesi Utara
18,763,479.10
21,216,489.61
24,081,132.54
28,697,756.23
33,033,609.80
36,834,792.63
Sulawesi Tengah
17,116,580.93
19,310,254.75
22,757,593.46
28,727,505.31
32,395,370.30
36,856,442.86
Sulawesi Selatan
51,780,442.52
60,902,823.80
69,271,924.56
85,143,191.27
99,954,589.75
117,830,270.49
Sulawesi Tenggara
12,981,046.47
15,270,350.75
17,953,074.41
26,052,666.47
30,103,527.20
33,269,481.18
Gorontalo
3,480,566.61
4,062,284.96
4,760,695.43
5,906,736.28
7,069,054.18
8,056,514.92
Sulawesi Barat
4,422,946.41
5,124,812.71
6,192,785.57
8,296,605.60
9,403,378.61
10,986,624.75
108,545,062.03
125,887,016.58
145,017,205.97
182,824,461.17
211,959,529.84
243,834,126.83
25,682,674.61
28,596,881.52
33,522,225.01
35,188,289.98
42,410,914.75
49,362,706.42
14,810,472.10
16,904,073.23
19,136,982.17
21,655,695.43
24,178,964.76
27,710,331.32
Maluku
4,570,664.05
5,079,836.95
5,698,799.37
6,269,957.84
7,069,642.15
8,084,807.44
Maluku Utara
2,583,101.62
2,818,416.83
3,160,041.71
3,862,243.13
4,690,567.72
5,387,443.93
Papua Barat
7,913,776.80
8,945,539.50
10,367,278.69
13,975,126.50
17,214,137.63
22,527,364.81
43,615,319.21
46,895,228.88
55,380,453.41
61,516,238.47
77,728,564.53
89,451,248.76
99,176,008.37
109,239,976.92
127,265,780.36
142,467,551.36
173,292,791.54
202,523,902.67
Sulawesi
Papua
Nusa Tenggara,
102
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2,669,975,426.73
3,118,308,048.52
3,535,736,448.88
4,274,764,503.88
4,653,067,433.75
5,284,854,286.62
4. Selanjutnya perhatikan Tabel 10.2 berikut, kemudian jelaskan perbedaan nilai yang ditunjukkan pada Tabel 10.2
dan Tabel 10.1.
5. Buatlah kolom baru (kolom klas) yang memperlihatkan klas penerimaan PDRB untuk masing-masing propinsi
pada tahun awal dan akhir penghitungan (tahun 2005 dan tahun 2010). Gunakan standar deviasi untuk pengklasan.
Table 10.2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Provinsi, 2005-2010 (Juta Rupiah)
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Aceh
36,287,915.29
36,853,868.66
35,983,090.79
34,097,992.47
32,220,883.29
33,071,136.66
Sumatera Utara
87,897,791.21
93,347,404.39
99,792,273.27
106,172,360.10
111,559,224.81
118,640,902.74
Sumatera Barat
29,159,480.53
30,949,945.10
32,912,968.59
35,176,632.43
36,683,238.69
38,860,187.68
Riau
79,287,586.75
83,370,867.26
86,213,259.46
91,085,381.75
93,786,236.58
97,701,683.19
Jambi
12,619,972.18
13,363,620.73
14,275,161.35
15,297,770.57
16,272,907.71
17,465,253.43
Sumatera Selatan
49,633,536.00
52,214,848.00
55,262,114.00
58,065,455.00
60,452,944.00
63,735,999.00
Bengkulu
6,239,361.00
6,610,628.57
7,037,404.03
7,444,485.08
7,923,129.60
8,330,345.23
Lampung
29,397,248.40
30,861,360.40
32,694,889.62
34,443,151.77
36,221,138.80
38,305,277.00
103
Provinsi
Kepulauan Bangka
2005
2006
2007
2008
2009
2010
8,707,309.00
9,053,553.48
9,464,539.15
9,899,925.78
10,266,450.99
10,866,810.93
Kepulauan Riau
30,381,500.21
32,441,003.07
34,713,813.64
37,014,735.92
38,318,828.63
41,083,258.84
Sumatera
369,611,700.57
389,067,099.65
408,349,513.89
428,697,890.87
443,704,983.10
468,060,854.69
DKI Jakarta
295,270,547.00
312,826,712.76
332,971,254.83
353,723,390.53
371,469,499.10
395,664,497.61
Jawa Barat
242,883,881.74
257,499,445.75
274,180,307.83
291,205,836.70
303,405,250.51
321,875,841.47
Jawa Tengah
143,051,213.88
150,682,654.74
159,110,253.76
168,034,483.29
176,673,456.57
186,995,480.65
16,910,876.87
17,535,749.31
18,291,511.71
19,212,481.03
20,064,256.65
21,042,267.31
256,442,606.28
271,249,317.01
287,814,183.91
305,538,686.62
320,861,168.91
342,280,765.51
58,106,948.22
61,341,658.64
65,046,775.77
79,699,684.03
83,440,214.37
88,393,769.65
1,012,666,073.99
1,071,135,538.21
1,137,414,287.81
1,217,414,562.20
1,275,913,846.11
1,356,252,622.19
21,072,444.79
22,184,679.28
23,497,047.07
25,910,325.54
27,290,945.61
28,880,686.20
1,033,738,518.78
1,093,320,217.49
1,160,911,334.88
1,243,324,887.74
1,303,204,791.72
1,385,133,308.39
Kalimantan Barat
23,538,350.41
24,768,374.85
26,260,647.97
27,438,791.32
28,754,359.80
30,292,393.42
Kalimantan Tengah
14,034,632.14
14,853,726.14
15,754,508.67
16,726,459.03
17,647,321.23
18,788,977.84
Kalimantan Selatan
23,292,544.50
24,452,264.79
25,922,287.52
27,593,092.50
29,051,630.55
30,674,123.86
Kalimantan Timur
93,938,002.00
96,612,841.61
98,386,381.51
103,206,871.34
105,368,810.57
110,579,888.26
154,803,529.06
160,687,207.39
166,323,825.68
174,965,214.18
180,822,122.15
190,335,383.37
Sulawesi Utara
12,744,549.77
13,473,114.27
14,344,302.07
15,902,073.26
17,149,624.49
18,371,201.12
Sulawesi Tengah
11,752,235.68
12,671,548.91
13,683,882.46
15,047,428.54
16,177,335.03
17,437,129.13
Sulawesi Selatan
36,421,787.37
38,867,679.22
41,332,426.29
44,549,824.55
47,326,078.38
51,197,034.67
Belitung
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Jawa
Bali
Kalimantan
104
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sulawesi Tenggara
8,026,856.22
8,643,330.06
9,331,719.95
10,506,374.97
11,301,220.06
12,226,376.73
Gorontalo
2,027,722.84
2,175,815.19
2,339,217.51
2,520,672.95
2,710,737.05
2,917,412.57
Sulawesi Barat
3,120,765.24
3,321,147.32
3,567,816.12
3,998,502.00
4,239,460.87
4,744,309.49
Sulawesi
74,093,917.12
79,152,634.96
84,599,364.40
92,524,876.29
98,904,455.90
106,893,463.73
15,183,788.94
15,603,774.90
16,369,220.45
16,831,600.88
18,869,075.88
20,056,796.12
9,867,308.52
10,368,504.89
10,902,404.44
11,429,772.58
11,920,601.87
12,531,629.66
Maluku
3,259,244.35
3,440,114.10
3,633,475.12
3,787,271.11
3,993,139.25
4,251,356.30
Maluku Utara
2,236,803.64
2,359,483.02
2,501,175.13
2,651,107.75
2,811,445.78
3,035,124.59
Papua Barat
5,307,329.12
5,548,900.50
5,934,315.82
6,399,528.24
6,848,555.91
8,685,647.99
22,209,192.69
18,402,197.42
19,200,297.42
18,931,841.59
23,237,114.94
22,620,295.88
58,063,667.26
55,722,974.83
58,540,888.39
60,031,122.15
67,679,933.63
71,180,850.55
1,690,311,332.78
1,777,950,134.32
1,878,724,927.24
1,999,543,991.22
2,094,316,286.50
2,221,603,860.72
Nusa Tenggara
Timur
Papua
Nusa Tenggara,
Maluku & Papua
Jumlah 33 Provinsi
105
6.
7.
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Aceh
2,13
2,22
2,01
1,72
1,54
1,47
Sumatera Utara
5,23
5,14
5,14
5,00
5,08
5,22
Sumatera Barat
1,67
1,70
1,69
1,66
1,65
1,65
Riau
5,21
5,36
5,94
6,47
6,39
6,48
Jambi
0,84
0,84
0,91
0,96
0,95
1,02
Sumatera Selatan
3,05
3,08
3,11
3,13
2,95
2,99
Bengkulu
0,38
0,37
0,36
0,35
0,34
0,34
Lampung
1,53
1,58
1,72
1,72
1,89
2,03
Kepulauan Bangka
0,53
0,51
0,51
0,50
0,49
0,49
1,54
1,48
1,47
1,37
1,37
1,36
22,12
22,27
22,86
22,88
22,65
23,03
DKI Jakarta
16,25
16,09
16,02
15,84
16,28
16,31
Jawa Barat
14,58
15,17
14,88
14,81
14,83
14,58
Jawa Tengah
8,78
9,04
8,84
8,59
8,55
8,41
DI. Yogyakarta
0,95
0,94
0,93
0,89
0,89
0,86
15,11
15,09
15,13
14,54
14,76
14,73
3,17
3,14
3,04
3,27
3,27
3,23
58,84
59,48
58,84
57,94
58,58
58,12
1,27
1,20
1,20
1,21
1,30
1,26
60,11
60,68
60,04
59,15
59,87
59,39
Kalimantan Barat
1,27
1,21
1,20
1,15
1,17
1,14
Kalimantan Tengah
0,79
0,79
0,79
0,77
0,80
0,81
Kalimantan Selatan
1,19
1,11
1,12
1,07
1,11
1,11
Kalimantan Timur
6,75
6,40
6,30
7,36
6,12
6,08
Kalimantan
10,00
9,51
9,40
10,35
9,19
9,13
0,70
0,68
0,68
0,67
0,71
0,70
Belitung
Kepulauan Riau
Sumatera
Jawa Timur
Banten
Jawa
Bali
Jawa & Bali
Sulawesi Utara
106
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sulawesi Tengah
0,64
0,62
0,64
0,67
0,70
0,70
Sulawesi Selatan
1,94
1,95
1,96
1,99
2,15
2,23
Sulawesi Tenggara
0,49
0,49
0,51
0,61
0,65
0,63
Gorontalo
0,13
0,13
0,13
0,14
0,15
0,15
Sulawesi Barat
0,17
0,16
0,18
0,19
0,20
0,21
4,07
4,04
4,10
4,28
4,56
4,61
0,96
0,92
0,95
0,82
0,91
0,93
0,55
0,54
0,54
0,51
0,52
0,52
Maluku
0,17
0,16
0,16
0,15
0,15
0,15
Maluku Utara
0,10
0,09
0,09
0,09
0,10
0,10
Papua Barat
0,30
0,29
0,29
0,33
0,37
0,43
Papua
1,63
1,50
1,57
1,44
1,67
1,69
3,71
3,50
3,60
3,33
3,72
3,83
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sulawesi
Nusa Tenggara,
Maluku & Papua
Jumlah 33 Provinsi
8.
Tahun
2006
2007
2008
Rata-rata
2009
2010
2006-2010
Aceh
1,56
(2,36)
(5,24)
(5,51)
2,64
(1,78)
Sumatera Utara
6,20
6,90
6,39
5,07
6,35
6,18
Sumatera Barat
6,14
6,34
6,88
4,28
5,93
5,92
Riau
5,15
3,41
5,65
2,97
4,17
4,27
Jambi
5,89
6,82
7,16
6,37
7,33
6,72
Sumatera Selatan
5,20
5,84
5,07
4,11
5,43
5,13
Bengkulu
5,95
6,46
5,78
6,43
5,14
5,95
Lampung
4,98
5,94
5,35
5,16
5,75
5,44
3,98
4,54
4,60
3,70
5,85
4,53
Kepulauan Riau
6,78
7,01
6,63
3,52
7,21
6,23
5,26
4,96
4,98
3,50
5,49
4,84
Sumatera
107
Provinsi
Tahun
2006
2007
2008
Rata-rata
2009
2010
2006-2010
DKI Jakarta
5,95
6,44
6,23
5,02
6,51
6,03
Jawa Barat
6,02
6,48
6,21
4,19
6,09
5,80
Jawa Tengah
5,33
5,59
5,61
5,14
5,84
5,50
DI. Yogyakarta
3,70
4,31
5,03
4,43
4,87
4,47
Jawa Timur
5,80
6,11
6,16
5,01
6,68
5,95
Banten
5,57
6,04
22,53
4,69
5,94
8,95
5,78
6,19
7,03
4,81
6,30
6,02
5,28
5,92
10,27
5,33
5,83
6,52
5,77
6,18
7,10
4,82
6,29
6,03
Kalimantan Barat
5,23
6,02
4,49
4,79
5,35
5,18
Kalimantan Tengah
5,84
6,06
6,17
5,51
6,47
6,01
Kalimantan Selatan
4,98
6,01
6,45
5,29
5,58
5,66
Kalimantan Timur
2,85
1,84
4,90
2,09
4,95
3,32
3,80
3,51
5,20
3,35
5,26
4,22
Sulawesi Utara
5,72
6,47
10,86
7,85
7,12
7,60
Sulawesi Tengah
7,82
7,99
9,96
7,51
7,79
8,21
Sulawesi Selatan
6,72
6,34
7,78
6,23
8,18
7,05
Sulawesi Tenggara
7,68
7,96
12,59
7,57
8,19
8,80
Gorontalo
7,30
7,51
7,76
7,54
7,62
7,55
Sulawesi Barat
6,90
7,43
12,07
6,03
11,91
8,87
6,85
6,88
9,37
6,89
8,08
7,61
2,77
4,91
2,82
12,11
6,29
5,78
5,08
5,15
4,84
4,29
5,13
4,90
Maluku
5,55
5,62
4,23
5,44
6,47
5,46
Maluku Utara
5,48
6,01
5,99
6,05
7,96
6,30
Papua Barat
4,55
6,95
7,84
7,02
26,82
10,64
(17,14)
4,34
(1,40)
22,74
(2,65)
1,18
(4,03)
5,06
2,55
12,74
5,17
4,30
5,19
5,67
6,43
4,74
6,08
5,62
Jawa
Bali
Jawa & Bali
Kalimantan
Sulawesi
Papua
Nusa Tenggara, Maluku
& Papua
Jumlah 33 Provinsi
108
Tabel 10.5
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Miliar Rupiah), 2007-2011
No.
1.
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
541,931.5
716,656.2
857,196.8
985,448.8
1,093,466.0
440,609.6
541,334.3
592,060.9
718,136.8
886,243.3
1,068,653.9
1,376,441.7
1,477,541.5
1,595,779.4
1,803,486.3
34,723.8
40,888.6
46,680.0
49,119.0
55,700.6
2.
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan
Pertambangan & Penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
5.
Konstruksi
304,996.8
419,711.9
555,192.5
660,890.5
756,537.3
6.
592,304.1
691,487.5
744,513.5
882,487.2
1,022,106.7
264,263.3
312,190.2
353,739.7
423,165.3
491,240.9
305,213.5
368,129.7
405,162.0
466,563.8
534,975.0
398,196.7
481,848.3
574,116.5
654,680.0
783,330.0
3,950,893.2
4,948,688.4
5,606,203.4
6,436,270.8
7,427,086.1
4,427,633.5
5,141,414.4
5,936,237.8
6,794,373.4
7.
8.
9.
3,534,406.5
Produk Domestik Bruto
Tanpa Migas
Catatan : Angka dalam format internasional
10. Bedakan pembahasan Anda pada Tabel 10.5 dengan Tabel 10.6 berikut.
Jelaskan perbedaan kedua tabel tersebut.
Tabel 10.6
Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan
Usaha (Miliar Rupiah), 2007-2011
No.
1.
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
2007
2008
2009
2010
2011
271,509.3
284,619.1
295,883.8
304,736.7
313,727.8
dan Perikanan
2.
171,278.4
172,496.3
180,200.5
186,634.9
189,179.2
3.
Industri Pengolahan
538,084.6
557,764.4
570,102.5
597,134.9
634,246.9
4.
13,517.0
14,994.4
17,136.8
18,050.2
18,920.5
5.
Konstruksi
121,808.9
131,009.6
140,267.8
150,022.4
160,090.4
6.
340,437.1
363,818.2
368,463.0
400,474.9
437,250.7
7.
142,326.7
165,905.5
192,198.8
217,977.4
241,285.2
8.
183,659.3
198,799.6
209,163.0
221,024.2
236,076.7
109
No.
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
Perusahaan
9.
Jasa-jasa
181,706.0
193,049.0
205,434.2
217,782.4
232,464.6
1,964,327.3
2,082,456.1
2,178,850.4
2,313,838.0
2,463,242.0
1,821,757.7
1,939,625.9
2,036,685.5
2,171,010.3
2,321,793.0
Migas
Catatan : Angka dalam format internasional
11. Carilah pada sumber lain, jenis komoditas ekspor dan impor masingmasing propinsi (minimal 5 jenis). Kemudian tuangkan dalam bentuk
matriks.
12. Lengkapi matriks tersebut dengan daerah tujuan ekspor dan daerah asal
impor masing-masing komoditas.
13. Gambarkan pada peta jalur perdagangan ekspor dan impor masing-masing
komoditas dengan menarik garis daerah asal dan tujuannya. Gunakan peta
dunia yang sudah disediakan.
3. PENUTUP
Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Format Penilaian Pre-Test
1. Nilai 60 % apabila jawaban belum tepat sesuai dengan pertanyaan
2. Nilai 75 % apabila pertanyaan berssifat definisi
3. Nilai 85 % apabila jawaban tepat dan logis sesuai dengan pertanyaan
Struktur penilaian laporan
1. Dasar Teori (20)
- 60 % apabila tidak berkaitan dengan pokok bahasan
- 90 % sesuai dan berkaitan dengan pokok bahasan
2. Langkah Kerja (10)
3. Hasil Praktikum (25)
4. Pembahasan (30)
- 60 % apabila hanya mendeskripsikan data hasil praktikum
- 90 % apabila menganalisis data hasil praktikum
110
5. Kesimpulan (10)
- 60 % apabila tidak ada kaitan dengan pembahasan
- 90 % apabila ada kaitan dengan pembahasan
6. Daftar Pustaka (5)
Kriteria Penilaian
Unsur
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain diatas menjadi pertimbangan dalam menentukan beberapa langkah
dalam melanjutkan pelaksanaan materi praktikum ini. Jika nilai rata-rata di
kelas menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat dilanjutkan menuju
sub pokok bahasan selanjutnya. Akan tetapi jika mahasiswa rata-rata memiliki
111
DAFTAR PUSTAKA
1. AA
112
BAB XI
PENENTUAN STRATEGI PENGEMBANGAN GEOGRAFI REGIONAL
INDONESIA
1. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Sub pokok bahasan (acara) ini merupakan output terakhir dari pelaksanaan
pratikum ini. Fungsi dari acara ini merupakan sintesa akhir dari kesepuluh
acara yang telah dilaksanakan sebelumnya. Acara ini membahas dan
mendiskusikan strategi pembangunan wilayah didasarkan pada kondisi fisik,
sosial dan ekonomi masing-masing daerah.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan adalah mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
proses merumuskan strategi pembangunan wilayah
Relevansi
Mahasiswa dapat membuat strategi pembangunan wilayah berdasarkan
perspektif geografi regional
Learning outcomes
Mampu mempersiapkan konsep-konsep pemecahan masalah regional serta
mampu memberikan usulan untuk pembangunan dan pengembangan region.
2. Penyajian
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut
Brundtland Report dari PBB, 1987). KTT Dunia tahun 2005 mendeskripsikan
bahwa pembangunan berkelanjutan memiliki 3 tiang uatama yaitu sosial,
lingkungan
dan
Ekonomi.
World
Commision
on
Environment
and
113
Development
mendefinisikan
pembangunan
yang
pembangunan
mempertemukan
berkelanjutan
kebutuhan
generasi
kini
sebagai
tanpa
S (Strength)
Apa Kekuatan utama organisasi
ini secara internal
(Dari dulu sampai sekarang)
O (Opportunity)
Apa Kesempatan eksternal yang
diraih organisasi ini ?
(Mulai sekarang sampai masa
datang)
W (Weakness)
Apa
Kelemahan
utama
organisasi ini secara internal ?
(Dari dulu sampai sekarang)
T (Treat)
Apa ancaman eksternal terhadap
organisasi ini ?
Kompetitif
adalah
merujuk
pada
kemampuan sebuah
114
Aktivitas
1. Persiapkan beberapa hasil dari acara 1-10 yang telah anda lakukan.
2. Lakukan tumpang susun (overlay) beberapa informasi yang terkait dengan
data-data sebagai berikut. Jika data tidak tersedia, maka bisa didapatkan dari
beberapa referensi baik pada materi perkuliahan maupun yang berasal dari
sumber-sumber lain.
Jumlah Penduduk
Penduduk miskin
Fisiografis wilayah
Mangrove
Coral reef
Hutan
Lahan kritis
115
Bencana
zonasi
baru
kawasan-kawasan
unggulan
di
Indonesia
Zona
1
2
3
Barat
Tengah
Timur
Potensi
Program
Pembangunan
Wilayah Sasaran
116
Output
Berdasarkan aktivitas atau langkah kerja diatas, dapat ditentukan beberapa output
dari acara ini diantaranya:
1. Peta zonasi kawasan berdasarkan sektor unggulannya
2. Peta zonasi
berkelanjutan
3. Peta potensi interaksi kawasan unggulan di Indonesia
4. Tabel potensi program pembangunan Indonesia berdasarkan prespektif
geografi regional
Penutup
Tes formatif dan kunci tes formatif
1. Bagaimana pola persebaran sektor unggulan berdasarkan zonasi
kawasan di Indonesia?
2. Sebutkan unit analisis yang anda gunakan dalam melakukan zonasi
kawasan tersebut, dan jelaskan alasan ada memilih unit tersebut
3. Bagaiaman
pola
persebaran
zona-zona
pengembangan
setelah
dibandingkan
dengan
dokumen-dokumen
perencanaan
117
Bobot
Skor Maksimal
Persentase
100
10 %
100
20 %
100
10 %
100
30 %
100
30 %
118
= 80,1 - 100
Nilai B
= 70,1 80,0
Nilai C
= 60,1 70,0
Nilai D
= 50,1 60,0
Nilai E
Tindak Lanjut
Penilain pada sub pokok bahasan terakhir diatas menjadi pertimbangan dalam
menentukan beberapa langkah untuk mengevaluasi pelaksanaan materi
praktikum ini. Hal ini dikarenakan materi terkahir ini merupakan output utama
dari pelaksanaan praktikum. Tindak lanjut dapat dilakukan jika nilai rata-rata
di kelas menunjukkan nilai B. maka materi praktikum dapat diakhiri dan
dilanjutkan dengan tes terakhir yaitu responsi. Akan tetapi jika mahasiswa ratarata memiliki nilai C atau D, maka praktikum dapat ditindaklanjuti dengan
penyampaian materi ulang dengan mekanisme perbaikan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baiquni, 1994. Pendekatan dan Metode Participatory Action Research
(PAR) untuk Pendampingan Masyarakat. Makalah
2. Saputra, Erlis. 2010. Bahan Ajar Praktikum Geografi Regional Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Geografi. UGM.
3. Robinson Tarigan. 2009. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi
Aksara. Jakarta
4. WCED. 1987. Our Common Future. Oxford University Press. Oxford
119