Anda di halaman 1dari 18

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam makalah kami yang berjudul Sumber sumber Ajaran Agama Islam ini akan
menguraikan mengenai pengertian Agama Islam, sumber hukum Islam dan ajarannya, serta cara
untuk memahaminya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji
secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini
penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan
untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam. Selain itu dalam makalah kali ini yang berjudul
SUMBER SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM akan di paparkan mengenai pengertian
agama Islam itu sendiri dan juga sumber-sumber hukum Islam, dan ini tentunya hanya
mengulang untuk mengingatkan kembali pelajaran yang telah lewat karena makalah yang akan
kami bahas kali ini sudah sering kita pelajari dan hanya untuk mengingatkan kembali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber sumber ajaran Agama Islam?
2. Apa ciri ciri dan kelebihan dari Al Quran?
3. Apa fungsi Al Quran?
4. Apa saja isi kandungan yang terdalam Al Quran?
5. Apa fungsi Al Sunnah?
6. Apa saja bagian bagian dari Al Sunnah?
7. Apa hubungan Al Quran dan Al Sunnah?
8. Apa yang membedakan antara Al Quran dengan Al Sunnah?
9. Apa itu ijhihad?
1

Makalah Pendidikan Agama Islam

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber sumber ajaran Agama Islam.

Makalah Pendidikan Agama Islam

BAB II.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam


Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi
kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
3

Makalah Pendidikan Agama Islam

bentuk

aslama

yang

berarti

berserah

diri

masuk

dalam

kedamaian.

Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab,
terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama
yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti
segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh,
dan taat disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya
taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin
keselamatannya di dunia dan akhirat. Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan
arti kata agama yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dihami dari firman Allah
yang terdapat pada ayat 202 surat AI-Baqarah yang artinya, Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkahlangkah

syaitan,

sesungguhnya

syaitan

itu

musuh

yang

nyata

bagimu.

[2]

Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan
mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan herserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari
keselamatan dan kebaliagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan
atas kcsadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai
panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak clalam kandungan sudah menyatakan
patuh dan tunduk kepada Tuhan.

B. Sumber Sumber Ajaran Agama Islam


Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling sempurna,
karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan yang paling kecil sampai urusan
negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Allah berfirman, Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
4

Makalah Pendidikan Agama Islam

Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3) Bukti kesempurnaan Islam itu
tercermin dari ajaran dan tuntunan kehidupan yang komprehensif dan bersumber dari kebenaran
wahyu. Agama Islam memiliki aturan-aturan sebagai tuntunan hidup manusia, baik dalam
hubungan dengan sang khaliq Allah SWT (hablu minawallah) maupun hubungan dengan
manusia yang lainnya (hablu minannas). Tuntunan itu digariskan sebagai sebuah jalan
keselamatan yang berdiri kokoh atas dasar ajaran yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya.
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah Alquran
dan Al-Sunnah. Sumber ajaran lainnya yaitu ijtihad yang dipandang sebagai sebuah proses
penalaran atau akal pikiran yang digunakan untuk memahami Alquran dan Al-Sunnah. Dalil
tentang sumber ajaran Islam tersebut tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Muadz

bin

Jabal.

Hadits

itu

banyak

diterjemahkan

sebagai

berikut:

Dari Muadz : Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda,
.Bagaimana anda nanti memberikan keputusan ?. Aku memberi keputusan dengan
kitabullah. Bagaimana kalau tidak ada dalam kitabullah?. Maka dengan sunah Rasulullah
saw. Bagaimana kalau tidak ada dalam sunah Rasulullah?. Aku berusaha dengan rayu ku
dan aku tidak akan menyerah.. Lalu Rasulullah menepuk dadanya dan bersabda, segala puji
bagi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah
B.I. Al Quran Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Quran berasal dari bahasa Arab
yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Kata Al-Quran adalah bentuk
kata benda (masdar) dari kata kerja qaraa yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini
dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al Quran, yaitu: Sesungguhnya mengumpulkan AlQuran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan
Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya.(QS
75:17-18) Secara terminologi, Dr. Dawud Al-Attar (1979) mendefinisikan Al-Quran sebagai
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lisan, makna serta gaya bahasanya
yang tertulis dalam kitab yang ditulis secara mutawattir. Definisi di atas mengandung beberapa
kekhususan sebagai berikut:
Seluruh ayat Al-Quran adalah wahyu Allah; tidak ada satu pun yang datang dari perkataan atau
pikiran Nabi Muhammad

Makalah Pendidikan Agama Islam

Al-Quran diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi
maupun redaksi Al-Quran datang dari Allah sendiri.
Al-Quran dinukilkan secara mutawattir, artinya Al-Quran disampaikan kepada orang lain
secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta
karena

banyaknya

jumlah

dan

berbeda-beda

tempat

tinggal

mereka.

Al-Quran sebagai wahyu diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para ulama
membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah
Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat
yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Ayat-ayat Al-Quran yang turun pada
periode Mekkah sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, Ciri-ciri ayat Makkiyah :
a. Ayatnya pendek-pendek
b. Kebanyakan di awali dengan ya ayyuhan nas.
c. Berisi ajaran Tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-kisah
Periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat
yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. periode Madinah sebanyak 1.456 ayat
yang tercakup dalam 28 surat. Ciri-ciri Ayat Madaniyyah :
a. Ayatnya panjang
b. Kebanyakan di awali dengan ya ayuuhal ladzina
c. Berisi ayat-ayat hukum, keadilan, masyarakat
Al-Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6666 ayat.
Selain Al-Quran, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah, sebagaimana tercantum
dalam ayat-Nya, yaitu:

Makalah Pendidikan Agama Islam

1. Al-Kitab, berarti sesuatu yang ditulis (QS. Ad-Dukhan: 2) Di dalam nama ini terkandung
isyarat perintah agar firman Allah itu ditulis nabi serta mengandung prediksi bahwa Al-Quran
akan menjadi kitab abadi yang dapat dibaca manusia.
2. Al-Kalam, berarti ucapan (QS. At-Taubah: 6) Nama ini menunjukkan bahwa Al-Quran
seluruhnya ucapan Allah. Dalam kaitan ini terkandung jaminan bahwa Al-Quran itu suci dan
seluruh

ayatnya

datang

dari

Allah

yang

Maha

Suci

dan

Maha

Benar.

3. Az-Zikra, berarti peringatan (QS. Al-Hijr: 9) Nama ini menunjukkan fungsi Al-Quran selaku
motivator amal, yaitu agar manusia beramal baik dan konsisten dengan kebajikan lantaran amal
perbuatan

manusia

akan

diminta

pertanggungjawaban

kelak

di

hari

pembalasan.

4. Al-Qasas, berarti cerita-cerita (QS. Ali Imran, 62) Al-Quran membawa cerita nyata tentang
masyarakat masa silam bahkan sejak kejadian pertama kali. Kenyataan ini membenarkan
pernyataan bahwa Al-Quran adalah kitab suci tertua
5. Al-Huda, berarti petunjuk (QS. At-Taubah: 33) Nama ini menunjukkan fungsi Al-Quran
sebagai petunjuk yang hanya dengannya manusia dapat mencapai keridaan Allah.
6. Al-Furqan, berarti pemisah/pembeda (QS. Al-Furqan: 1) Sebagai pedoman hidup dan
kehidupan manusia, Al-Quran menyajikan norma dan etika secara jelas, tegas, dan tuntas
terutama soal kebaikan dan keburukan.
7. Al-Mauizah, berarti nasihat (QS. Yunus: 57) Meskipun di sana sini terdapat peringatan dan
ancaman, namun secara umum gaya penyampaian Al-Quran amat halus. Semakin didekati AlQuran semakin menjadi teman dialog dengan nasihat-nasihatnya yang menyejukkan.
8. As-Syifa, berarti obat atau penawar jiwa (QS. Al-Isra: 82) Sesungguhya akar problematika
manusia terletak di dalam dadanya. Dan Al-Quran memberi solusi atas problematika manusia
itu

melalui

akarnya.

Ia

menembus

dada

manusia

dan

menghujam

hatinya.

9. An-Nur, berarti cahaya (QS. An-Nisa: 174) Nama ini mengisyaratkan Al-Quran sebagai
cermin yang mewadahi sinar yang terpancar dari Sang Sumber Cahaya, Allah SWT. Al-Quran
memantulkan

cahaya-Nya

dan

karenanya

ia

mampu

menembus

hati

manusia.

10. Ar-Rahman, berarti karunia (QS. An-Naml: 77) Segala pemberian Allah akan menjadi rahmat
di dunia dan akhirat, ketika pemberian itu diterima, dijalani, dan dikembangkan dengan landasan
Al-Quran
7

Makalah Pendidikan Agama Islam

11. Al Muthahharah: Kita yang Disucikan Isi Al-Quran mencakup dan menyempurnakan pokokpokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur). Sebagian
ulama mengatakan, bahwa Al-Quran mengandung tiga pokok ajaran:
a. Keimanan;
b. Akhlak dan budi pekerti; dan
c. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia. Sebagian ulama yang lain
berpendapat, bahwa Al-Quran berisi dua peraturan pokok:
1) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan
2) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya.
B.I.1. Ciri ciri dan Kelebihan Al Quran
Al-Quran mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan kitab-kitab yang lain:
la diturunkan dalam bahasa Arab. Ini membezakannya dari kitab-kitab. Samawi yang lain.
Tidak pemah terdengar wujudnya kitab yang lain ditunmkan dalam bahasa Arab. Perkara ini
dijelaskan oleh Allah swt dengan firmanNya yang bermaksud: Sesungguhnya Kami turunkan
dia,

(sebgai)

bacaan

yang

berbahasa

Arab,

supaya

kamu

berfikir

{Yusuf:2}

Al-Quraan turun sebagai Wahyu daripada Allah swt kepada Rasulullah s.a.w dengan lafaz dan
maknanya sekali.
Al-Quraan menjadi mukjizat bagi Rasulullah s.a.w. Allah telah mencabar orang-orang Arab
agar membuat satu kitab yang sama seperti Al Quraan. Tetapi mereka tidak mampu
melakukannya. Ini menjadi bukti yang jelas bahawa al-Quraan bukanlah ciptaan Nabi
Muhammad s.a.w, sebaiknya datang daipada Allah swt yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Al-Quraan disampaikan kepada kita melalui riwayat yang mutawatir dan dengan jalan
penulisan dari sisi Rasullah s.a.w hingga ke hari ini. Ketetapanya adalah diyakini, tidak diresapi
oleh pengubahan atau penukaran atau peminda Firman Allah: Sesungguhnya Kamilah yang
menumnkan Al-Quraan dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya {Al-Hijr, 9}
8

Makalah Pendidikan Agama Islam

Membaca Al-Quraan di dalam sembahyang dan di luar sembahyang adalah dikira ibadah dan
diberikan pahala. Allah swt mewajibkan kita membaca surah Al-Fatihah dalam sembahyang.
Nabi s.a.w memberitahu kepada kita bahawa seseorang muslim akan diberi ganjaran pahala
bacaannya bagi setiap hurufdengan sepuluh kebaiakan.
B.I.2. Fungsi Al Quran
Al-quran mempunyai fungsi, diantaranya adalah :
Al- Huda (petunjuk), bahwa al-quran adalah petunjuk bagi kehidupan manusia disamping
sunnah Rasul yang merupakan yang kedua yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia.
Al-Furqan (pembeda). Sebagaimana firman Allah Bulan Ramadhan adalah bulan yang
diturunkannya al-quran yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yan batil)..(QS. Al-Baqarah : 185).
Al-Syifa (obat). Sebagaimana firman Allah Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada.(QS. Yunus : 57).
Al-Mauizhah (nasihat). Sebagaiman firman Allah Al-Quran ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi yang bertaqwa. (QS. Ali Imran : 38).
B.I.3. Isi Kandungan Al Quran
Pokok-pokok isi Al-Quran dapat dikelompokan atas lima macam, sebagaimana dikemukakan
oleh Muhammad Rasyid Ridha: Al-Quran diturunkan hanya membawa lima perkara saja
(Abdul Aziz, 1988:17).
Isi Al-Quran yang lima maccam itu adalah:
a. Tentang Aqidah Tauhid : Tauhid sebagai satu hak Allah SWT. Dari sejumlah hak-Nya telah
diajarkan kepada manusia sejak Nabi Adam as hingga Nabi-nabi sesudahnya.
b. Tentang Wadu dan Waid (janji dan ancaman).
9

Makalah Pendidikan Agama Islam

c. Tentang ibadat; ibadah bagi manusia disamping menjadi tujuan hidupnya, juga berfungsi
sebagai bukti nyata syukurnya kepada Allah SWT. Atas segala nikmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan.
d. Tentang cara dan jalan mencapai kebahagiaan; Al-Quran mengandung hukum-hukum yang
mengatur tata cara pergaulan hidup bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
e. Tentang sejara umat masa lalu; dalam Al-Quran terdapat kisah-kisah para Nabi dan Rasul dan
orang-orang

shalih

lainnya

agar

kita

dapat

mengambil

hikmah

dan

pelajaran.

Menurut Harun Nasution, kandungan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan periode penurunannya


dapat dibagi kedalam bagian-bagian besar berikut ini:
a. Ayat-ayat mengenai dasar-dasar keyakinan atau credo dalam Islam, yang kemudian melahirkan
teologi
b.

Ayat-ayat

mengenai

soal

hukum

yang

melahirkan

ilmu

hukum

Islam

c. Ayat-ayat mengenai soal pengabdian kepada Tuhan yang membawa ketentuan-ketentuan


tentang ibadah dalam Islam
d. Ayat-ayat mengenai budi pekerti luhur yang melahirkan etika Islam
e. Ayat-ayat mengenai dekat dan rapatnya hubungan manusia dengan Tuhan yang kemudian
melahirkan mistisisme Islam
f. Ayat-ayat mengenai tanda-tanda dalam alam yang menunjukkan adanya Tuhan, yang
membicarakan soal kejadian alam di sekitar manusia. Ayat-ayat yang serupa ini menumbuhkan
pemikiran filosofis dalam Islam
g. Ayat-ayat mengenai hubungan golongan kaya dengan golongan msikin, dan ini membawa
pada ajaran-ajaran sosiologis dalam Islam

10

Makalah Pendidikan Agama Islam

h. Ayat-ayat yang ada hubungannya dengan sejarah terutama mengenai nabi-nabi dan umat
mereka, sebelum Nabi Muhammad SAW. dan umat-umat lainnya yang hancur karena
keangkuhan mereka. Dari ayat-ayat ini dapat diambil pelajaran.
i. Ayat-ayat mengenai hal-hal lainnya.
B.II. Al Sunnah
Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab ( sunnah). Secara bahasa, kata ( alsunnah) berarti perjalanan hidup yang baik atau yang buruk. Pengertian di atas didasarkan
kepada

Hadts

Nabi

Saw

yang

diriwayatkan

oleh

Muslim

sebagai

berikut:

Artinya: Barang siapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya dan
pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.
Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang
yang

mengamalkannya

sesudahnya

tanpa

mengurangi

dosa

mereka

sedikit

pun.

Al Sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah sama dengan hadits yaitu: Apa-apa yang
diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan,
ketetapan,

dan

sifat

baik

khalqiyah

(bentuk)

atau

khuluqiyah

(akhlak).

Dilihat dari hierarki sumber hukum Islam, Al-Sunnah menempati tempat kedua setelah AlQuran. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat di antara keduanya. Dilihat dari segi
kualitas periwayatannya al-Quran bersifat relative. Al-Syatibi menyatakan bahwa Al-Sunnah
sebagai penjelas dan penjabar Al-Quran.
Dalam hubungan dengan Al-Quran, maka Al-Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan
penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi Al-Sunnah dalam
hubungan dengan Al-Quran itu adalah sebagai berikut :
1. Bayan Tafsir
Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : Shallu
kamaa ro-aitumuni ushalli (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah
merupakan tafsiran daripada ayat Al-Quran yang umum, yaitu : Aqimush-shalah (Kerjakan
11

Makalah Pendidikan Agama Islam

shalat). Demikian pula hadits: Khudzu anni manasikakum (Ambillah dariku perbuatan hajiku)
adalah tafsir dari ayat Al-Quran Waatimmulhajja ( Dan sempurnakanlah hajimu ).
2. Bayan Taqrir
Yaitu Al-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Quran. Seperti
hadits yang berbunyi: Shoumu liruyatihiwafthiru liruyatihi (Berpuasalah karena melihat
bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat Al-Quran dalam surat AlBaqarah : 185.
3. Bayan Taudhih,
Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Quran, seperti pernyataan Nabi : Allah
tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati,
adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Quran dalam surat at-Taubah: 34, yang artinya
sebagai berikut : Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak
membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih. Pada
waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini,
maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
B.II.1. Fungsi Al Sunnah
Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, Al-Sunnah memiliki fungsi yang
diantaranya adalah :
Untuk memperkuat Al-quran
Menjelaskan isi Al-quran (bayan tafsir) Dalam kaitan ini, hadist berfungsi memerinci petunjuk
dan isyarat Al-quran yang bersifat global, sebagai pengecuali terhadap isyarat Al-quran yang
bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat Alquran yang bersifat mutlak dan sebagai
pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak di jumpai dalam Al-quran.
B.II.2. Macam macam Al Sunnah

12

Makalah Pendidikan Agama Islam

a. Ucapan
Al Hadist Qauliyah adalah perkataan Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bidang seperti,
hukum, akhlak, dan lain-lain.
Contohnya : Bahwasanya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan hanya bagi setiap orang itu
memperoleh

apa

yang

ia

niatkan

dan

seterusnya

HR.

Bukhari

dan

Muslim

b. Perbuatan Al Hadist Filiyah adalah perbutan Nabi Muhammad SAW yang mrupakan
penjelasan dari peraturan syariah yang belum jelas pelaksanaannya. Cara bersembahyang dan
cara menghadap kiblat dalam sembahyang sunat.
c. Penetapan dan PembiaranArti Taqriri ialah menetapkan, mendiamkan, yakni tidak
mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau dikatakan oleh para
sahabat dihadapan Nabi Muhammad. Contoh Taqrir Nabi Muhammad SAW tentang perbuatan
sahabat yang dilakukan dihadapannya dalam salah satu jamuan makan dirumah Khalid Bin Walid
yang menyajikan daging biawak. Nabi Muhammad menyaksikan dan tidak menyanggahnya
tetapi beliau enggan memakannya karena jijik.
d. Sifat, keadaan, dan Himmah Rasulullah
Sifat dan Keadaan beliau yang termasuk unsur Al Sunnah Rasulullah SAW itu adalah
sebaik-baik manusia mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi
dan bukan pula orang pendek HR. Bukhari dan Muslim
Silsilah, Nama dan tahun Kelahiran Nabi Muhammad SAW telah ditetapkan oleh para sahabat
dan ahli tarikh
Himmah (hasrat/cita-cita) beliau yang belum sempat direalisasikan. Misalnya hasrat beliau
untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura.
B.III. Hubungan antara Al-Quran dan Al-Sunnah
Al-Sunnah menguatkan hukum yang ditetapkan Al-Quran.
13

Makalah Pendidikan Agama Islam

Al-Sunnah memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-Quran, misalnya Al-Quran


menetapkan hukum puasa dalam firman-Nya : Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(QS. Al-Baqarah ayat 183) Ayat al-quran tersebut dikuatkan oleh As Sunnah yakni :
Islam didirikan atas 5 perkara : Persaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa pada bulan ramadhan
dan naik haji ke Baitullah HR Bukhari Muslim
Al-Sunnah memberikan rincian terhadap pernyataaan Al-Quran yang bersifat Misalnya AlQuran menyatakan perintah shalat dalam firman-Nya :
Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah zakat (QS. Al-Baqarah ayat 110). Shalat
dalam ayat diatas masih bersifat umum. As-Sunnah merincinya secara operasional misalnya
shalat

mana

saja

yang

hukumnya

wajib

dan

yang

mana

yang

sunnat.

Al-Sunnah memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-Quran yang bersifat umum.


Misalnya Al-Quran mengharamkan memakan bangkai dan darah dalam firman-Nya :
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging yang disembelih atas
nama selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang dimakan
binatang buas kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang disembelih untuk berhala.
Dan diharamkan pula bagimu mengundi nasib dengan anak panah, karena itu sebagian
kefasikan. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Al-Sunnah menetapkan hukum yang tidak ditetapkan oleh Al-Quran.
Al-Quran yang bersifat global, banyak hal yang tidak ditetapkan hukumnya secara pasti oleh AlQuran. Dalam hal iniAs-Sunnah berperan menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh AlQuran, seperti sabda Nabi SAW : Rasulullah SAW melarang semua mempunyai taring dari
binatang dan semua burung yang bercakar. (HR. Muslim)
B.IV. Perbedaan Al-Quran dan Al-Sunnah

14

Makalah Pendidikan Agama Islam

Sekalipun al-Quran dan al-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara
keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain sebagai berikut :
a. Al-Quran bersifat Qathi ( mutlak ) kebenarannya.
b. Al-Sunnah bersifat Dzhanni ( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.
a. Seluruh ayat al-Quran mesti dijadikan sebagai pedoman hidup.
b. Tidak seluruh Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada
pula Hadits yang Dhaif
a. Al-Quran sudah pasti autentik lafadz dan maknanya.
b. Al-Sunnah belum tentu autentik lafadz dan maknanya.
a. Apabila al-Quran berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka
setiap muslim wajib mengimaninya.
b. Apabila al-Sunnah berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka
setiap muslim tidak diharuskan mengimaninya seperti halnya mengimani al-Quran.
Berdasarkan perbedaan tersebut, maka :
a. Penerimaan seorang muslim terhadap al-Quran hendaknya didasarkan pada keyakinan yang
kuat, sedangkan;
b. Penerimaan seorang muslim terhadap as-Sunnah harus didasarkan atas keragu-raguan
( dugaan-dugaan ) yang kuat. Hal ini bukan berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu apakah Hadits
itu benar-benar berasal dari Nabi atau tidak karena adanya proses sejarah kodifikasi hadits yang
tidak cukup memberikan jaminan keyakinan sebagaimana jaminan keyakinan terhadap alQuran.
C. Ijtihad
Secara etimologi, kata ijtihad terbentuk dari kata dasar jahada yang berarti seseorang telah
mencurahkan segala kemampuannya untuk memperoleh hakikat sesuatu. Sedangkan menurut
15

Makalah Pendidikan Agama Islam

istilah dalam ilmu fiqih, ijtihad berarti mengarahkan tenaga dan fikiran dengan sungguh-sungguh
untuk menyelidiki dan mengeluarkan (mengistimbatkan) hukum-hukum yang terkandung dalam
Al-Quran

dan

hadits

dengan

syarat-syarat

tertentu.

Ijtihad mengandung pengertian bahwa mujtahid mengerahkan kemampuannya. Artinya


mencurahkan kemampuan seoptimal mungkin sehingga ia merasakan bahwa dirinya tidak
sanggup lagi melebihi dari tingkat itu.
Adapun syarat-syarat menjadi mujtahid adalah:
Memahami al-Quran dan asbab an-nuzulnya serta ayat-ayat nasikh dan mansukh.
Memahami hadits dan sebab-sebab wurudnya serta memahami hadits nasikh dan mansukh
Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab
Mengetahui tempat-tempat ijtihad
Mengetahui ushul fiqih
Memahami masyarakat dan adat istiadat dan bersifat adil dan taqwa.
Macam-macam Mujtahid :
a. Mujtahid Mustaqil
b. Mujtahid Muntasib
c. Mujtahid Madzhab
d. Mujtahid Murajjih
Objek ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Al-Quran dan AsSunnah. Hal ini memberi pengertian bahwa suatu perbuatan yang hukumnya telah ditunjuk
secara jelas, tegas, dan tuntas oleh ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah tidak termasuuk objek
ijtihad. Reaktualisasi hukum atas sesuatu perbuatan tertentu yang telah diatur secara final oleh

16

Makalah Pendidikan Agama Islam

Al-Quran dan As-Sunnah termasuk kategori perubahan dan pergantian alias penyelewengan dari
Al-Quran dan As-Sunnah.
Ijtihad perlu dilakukan oleh umat Islam dalam perjuangannya untuk mencapai suatu tujuan
kebaikan dan kebenaran, mengingat pentingnya ijtihad sebagai sarana mengelola dinamika
masyarakat. Tradisi ijtihad terus berkembang, dan mengalami masa keemasannya pada abad ke-2
sampai abad ke-4 H. Yang paling banyak dilakukan pada masa tersebut muncullah nama-nama
mujtahid besar, yang kemudian dikenal dengan iman-imam madzhab seperti imam hanafi, imam
syafii, imam hambali dan lain-lain.
Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya menjelaskan bahwa
periode ijtihad dan kemajuan bersamaan masanya dengan periode kemajuan Islam I, 700
1000M. Periode ini disebut juga periode pengumpulan hadis, ijtihad dan fatwa sahabat dan
tabiin (generasi sesudah sahabat). Sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam, berbagai
macam bangsa masuk Islam dengan membawa berbagai macam adat istiadat, tradisi dan sistem
kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk mengatasinya ulamaulama banyak mengadakan ijtihad. Ijtihad mereka didasarkan atas Al-Quran, sunnah Nabi dan
sunnah sahabat. Dengan demikian timbullah ahli-ahli hukum mujtahid yang disebut imam atau
faqih (fuqaha) dalam Islam.
Aktifitas ijtihad di satu pihak mengembangkan ilmu pengetahuan yang luas dan membuka ruang
bagi dinamika masyarakat yang sepi, tetapi dipihak lain ijtihad itu menimbulkan perbedaan
pendapat yang tajam.
Maka sesudah abad ke-4 H munculah wacana untuk menutup ijtihad dengan anggapan bahwa
hasil-hasil kajian ilmu yang dilakukan sampai masa itu sudah cukup untuk menjawab berbagai
masalah yang timbul kemudian. Apalagi pada masa itu tidak ada lagi mujahid besar selain
keempat imam yang mampu menjadi lokomotif untuk menggerakkan gerbang pembawa gerakan
ijtihad. Ada ulama terkemuka yaitu Ibnu Taimiyah (611-728 H) yang mendobrak kebekuan
dengan suaranya yang keras untuk membuka kembali pintu ijtihad.

17

Makalah Pendidikan Agama Islam

Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relative. Relativitas
ijitihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai yang bersifat dinamis. Pintu ijtihad selalu
terbuka, termasuk membuka kembali hukum-hukum fikih yang merupakan produk ijtihad lama.
Dr. Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa terdapat dua agenda besar ijtihad yang dituntut oleh
peradaban modern dewasa ini, yakni ijtihad di bidang hubungan keuangan dan ekonomi serta
bidang ilmu pengetahuan. Satu hal yang disepakati para ulama bahwa ijtihad tidak boleh berlaku
bagi perumusan hukum aktifitas ibadah formal kepada Allah, seperti sholat. Sebab ibadah formal
merupakan hak Allah. Allah sendiri yang memiliki hak untuk menentukan macam dan cara
ibadah kepada-Nya. Tata ibadah formal telah dicontohkan secara final oleh Rasulullah.
BAB III.
PENUTUP

A.Kesimpulan
Setelah kita menjabarkan mulai dari pengertian dari agama sampai dengan sumber-sumber
hukum agama Islam maka dapatlah kita simpulkan bahwa agama Islam yang merupakan nama
Islam itu sendiri ialah Allah lah yang membuat nama agama tersebut sesuai dengan firmannya
yang terdapat dalam Surah Ali Imron : 19 dan Allah hanya meridhoi agama Islam. Kemudian,
mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu yang
berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-quran yang
merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara mutawatir dan
diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan Al-Sunnah
sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan
Al-quran dan lain sebagainya.
B.Saran
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-quran dan Al-sunnah
sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama
Islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.

18

Makalah Pendidikan Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai