LATARBELAKANG
Berbagai pemberitaan yang muncul di media, maupun
kasus-kasus yang menjadi perhatian masyarakat yang sampai di pengadilan,
umumnya melibatkan sengketa tentang penyalahgunaan kewenangan yang
dilakukan oleh pihak direksi dalam perusahaan maupun badan hukum privat yang
aktif
menjalankan
kegiatannya
di
tengah-tengah
masyarakat.
Praktik
tentang
doktrin
hukum
yang
melandasi
dan
membatasi
1.2.
PERMASALAHAN
Yang akan dibahas dalam tulisan ini meliputi sejumlah pertanyaan tentang
doktrin ultra vires yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
1.3.
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Ultra Vires berasal dari bahasa latin yang dalam bahasa Inggris
The term ultra vires in the proper sense, denotes some act or transaction
on the part of corporation wich although not unlaw full orcontrary to public
policy if done or executed by an individual, is jet beyond the legitimate powers of
the corporation as they are defined by the statute under which it is formed, or
which are applicable , or by its charter or incorporation papers2
Ultra vires dalam keputuskaan hukum seringkali disebut sevagai extra
vires, karena extra vires juga memiliki makna yang sama dengan ultra vires yaitu
beyond the power atau melampaui kewenangan.
Berdasarkan defenisis tersebut, dapat dilihat bahwa jika ternyata sebuah
perusahaan melalui organ perusahaan tersebut melakukan perbuatan di luar
kewenangan, atau melampaui kewenangan atau cakupan bidang usaha yang
ditetapkan dalam Anggaran Dasar perseroan tersebut (intra vires) sebagai contoh,
perusahaan yang didirikan untuk berusaha dalam bidang pertambangan sesuai
amanat yang dicantumkan dalam Anggaran Dasar nya, maka perusahaan tersebut
telah melakukan perbuatan yang dimaksud dengan ultra vires tersebut. Jika
perusahaan terebut dalam menjalankan usaha ansuransinya membuat kontrak
dengan pihak lain yang berkaitan dengan bisnis asuransi yang tidak diatur dalam
Anggaran Dasarnya, maka penanda tanganan kontrak kontrak itu adalah sebuah
perbuatan melanggar hukum dengan konsekuensi kontrak itu dianggap tidak ada
(void) atau dapat dibatalkan (voidable-vernietig), hal itu adalah merupakan
kewenangan hakim untuk memutuskan, berdasrkan gugatan yang diajukan oleh
salah satu pihak yang diragukan.
Pada tahun 1875 terjadi perubahan yang fundamental di Inggri berkaitan dengan
pemahaman dan penerapan doktrin ultra vires, karena doktrin ultra vires oleh
[Type text]
things which the legislature has authorized, ought not to be held, by judicial
contruction, to be ultra vires. Sesudah putusan kasus Attorney General v. Great
Eastern Railway Co. Maka selanjutnya pelaksanaan doktrin ultra vires mengalami
pencerahan karena sejak itu maka penerapan doktin ultra vires lebih
diperlonggar: a company incoroporated under company Compamy Act has
power to carry out the object set out its memorandum and also everythings is
reaasonably necessary to enable it to carry those objects 1. Putusan yang menjadi
preseden dalam common law tersebutb, menegaskan bahwa perusahaan memiliki
kewenangan apa yang diatur dalam Anggaran Dasar (intra view), serta melakukan
sesuatu yang mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
c.
saat
of
association
ini,
(akta
kewajiban
pendirian)
ini
suatu
masih
perseroan.
berlaku.
terhadap
doktrin
tersebut
adalah
untuk
[Type text]
isi
memorandum
of
association),
karena
dianggap
perseroan.
terhadap
Pasal
Pasal
36
sampai
36c
dengan
KUHDagang
Pasal
56
lama.
ditetapkan:
"De akte van oprichting vermeldt de naam, de plaats van vestiging en het
doel der vennootschap".(Akta pendirian harus menyebutkan nama, tempat
kedudukan dan tujuan perseroan).
Akan tetapi, sebagaimana halnya dalam KUHDagang 1838, dalam
KUHDagang 1928 tidak ada peraturan yang secara tegas mengatur
akibatnya jika suatu perseroan melakukan tindakan di luar maksud dan
tujuan yang dinyatakan dalam anggaran dasar.
[Type text]
Hingga tahun 1976, para akhli hukum memecahkan masalah ini dengan
menyatakan bahwa maksud dan tujuan yang dinyatakan dalam anggaran
dasar merupakan batasan mengenai kewenangan Direksi dalam melakukan
tindakan untuk perseroan. Direksi perseroan tidak berwenang untuk
melakukan tindakan yang berada di luar maksud dan tujuan dalam
anggaran dasar dan tindakan demikian tidak mengikat terhadap perseroan.
Terdapat perbedaan antara pendapat yang menyatakan bahwa kewenangan
Direksi untuk mewakili perseroan dibatasi oleh maksud dan tujuan
perseroan (selanjutnya disebut "Doktrin Kewenangan Direksi") dengan
doktrin
"ultra
vires".
atas
dikesampingkan.
Eykenduynen
arrest
menimbulkan
banyak
diskusi
dalam
op
deze
grond
tot
vernietiging
doen".-
(Suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh suatu badan hukum dapat
dibatalkan jika dengan tindakan tersebut tujuan badan hukum tersebut
[Type text]
dilanggar dan pihak lawan dalam transaksi mengetahui atau tanpa harus
melakukan penyelidikan harus mengetahui hal tersebut; hanya badan
hukum itu saja yang berhak untuk menuntut pembatalan berdasarkan
alasan
hukum
ini).
ketentuan
Pasal
BW
Belanda
tersebut:
kepada
pihak
ketiga
yang
beritikad
baik.
tujuan
dalam
anggaran
dasar
bukan
hal
yang
menentukan. Dengan demikian, maka masalah ini akan diputus atas dasar
kasus demi kasus.
11
negeri Belanda
dalam
dilakukan
di
Indonesia.
terhadap
tindakan
yang
melanggar
tujuan
perseroan;
[Type text]
serta
pembatasan-pembatasan
yang
dilakukan
terhadap
kewenangan tersebut baik dalam Anggaran Dasar maupun dalam UUPT karena
semua pelangaran terhadap pembatasan kewenangan tersebut dapat berakibat
padat tuntutan perdata maupun pidana oleh pihak-pihak yang dirugikan.
Dengan perkembangan problematik yang makin kompleks di dalam dunia
perusahaan akan banyak menimbulkan implikasi yuridis juga terhadap tanggung
jawab dari organ-organ yang ada di dalamnya. Perseroan terbatas (PT) merupakan
jenis perusahaan yang permodalannya terbagi dalam saham. Dalam Pasal 24
Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) berbunyi (1)
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, (2) Saham
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas
tunjuk.. Saham tersebut merupakan modal yang paling penting bagi eksistensinya
sebuah PT.
Hal yang tidak kalah penting dalam menjalankan sebuah Perseroan Terbatas (PT)
adalah pertanggung jawaban Direksi Perseroan PT. Selain bertanggung jawab pada
saham yang ada secara eksternal ia juga punya tanggung jawab pada pihak ketiga.
13
Adapun Tugas dan tanggung jawab Direksi Perseroan Terbatas terhadap pihak
ketiga terwujud dalam kewajiban untuk melakukan kerterbukaan (disclosure) pada
pihak ketiga atas setiap kegiatan perseroan yang dianggap dapat mempengaruhi
kekayaan perseroan. Kewajiban-kewajiban tersebut yaitu :
1.
2.
Pada pasal 105 ayat 2 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang hakikatnya perseroan ingin melakukan penggabungan, peleburan
dan pengambilalihan
3.
Seorang
pemegang
kuasa
yang
melaksanakan
kewajibannya
berdasarkan
kepercayaan yang diberikan oleh pemberi kuasa untuk bertindak sesuai dengan
perjanjian pemberian kuasa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal
ini berkaitan dengan tanggung jawab direksi sebagai pemegang fiduciary duties dari
pemegang saham perseroan. Dalam hal ini punya tanggung jawab penuh atas
pengurusan dan pengelolaan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan
dan untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh anggaran dasar
perseroan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasar uraian di atas, hukum perusahaan merupakan hal yang penting dalam
menyikapi segala problema terkait mekanisme tanggung jawab terhadap masalah
yang timbul dalam sebuah perusahaan. Perseroan terbatas (PT) adalah salah satu
bentuk perusahaan yang terbagi dalam saham. prosedur dan mekanisme yang
dijalani dalam menjalankannya tidak lepas dari tanggung jawab Direksi PT yang
punya kewenangan penuh. Hal ini terkait wewenang secara internal. Selain itu ada
kewenangan yang dimiliki oleh Direksi PT berupa eksternal untuk berhubungan
dengan pihak ketiga. Dari arahan ini maka prosedur penggunaan fidusia juga akan
menjadi tanggung jawab dari Direksi PT terkait wewenangnya tersebut. Terkait
dengan hal tersebut, lalu yang menjadi permasalahan ialah
bagaimanakah
penerapan piercing the corporate veil dalam prespektif tanggung jawab perseroan
tebatas?
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena
[Type text]
dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk
mendirikan PT / perseroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya
Dari pengertian di atas jelas terlihat bahwa tanggung jawab hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya, hal ini berati tidak melibatkan harta Direktur utama perseroan juga.
Berdasar Pasal 1 UU No. 40/2007 pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan)
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. Dari pengertian tersebut, hal penting yang perlu
digarisbawahi adalah pada kata badan hukum. Dari pengertian tersebut dapat
dianalisis mengenai sebatas mana tanggung jawab perseroan dan tanggung jawab
Direksi.
Badan hukum berbeda dengan badan usaha. Hal yang membedakan antara badan
hukum dengan badan usaha ialah dalam hal pemisahan kakayaan / harta pribadi,
dimana pada badan usaha tidak terdapat pemisahan antara kekayaan pribadi
pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti pula
utang pemiliknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh harta kekayaan
pemilik menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya. Oleh karena itu, pemilik
Perusahaan Perorangan/ Perusahaan Dagang memiliki tanggung jawab yang tidak
terbatas. Sebagai contohnya ialah perusahaan perseorangan, Firma, Commanditer
Vennotschap (CV). Lain halnya dengan badan usaha, badan hukum terdapat
pemisahan antara kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan perusahaan dimana
tanggung jawab PT merupakan tanggung jawab terbatas, yaitu hanya terbatas pada
modal yang disetor.
Tanggung jawab pemegang saham, dalam UU Nomor 40 tahun 2007 (UUPT) di atur
dalam Pasal 3, sedangkan dalam UU Nomor 1 tahun 1995 (UUPTL) di atur dalam
Pasal 3, dan dalam WvK terdapat pada pasal 40 ayat (2). Berdasarkan pada pasal 3
UUPT dapat di ketahui bahwa pemegang saham PT bertanggung jawab terbatas
sebesar
saham
yang
di
milikinya.
Disebutkan
dalam
pasal
ayat
(1)
UUPT: Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang di buat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Pada dasarnya hal sama di atur pula dalam pasal 3 ayat (1) UUPT dengan
kalimat melebihi saham yang di ambilnya, sedangkan pasal 3 ayat (1) UUPT dengan
kalimat melebihi saham yang di miliki. Perbedaan pada istilah di ambil (UUPTL)
15
dengan dimiliki (UUPT) . Perbedaan tersebut menurut penulis tidak terlalu mendasar,
karena prinsipnya sama,
barangkali istilah yang dipergunakan lebih tepat, karena sesuatu yang diambil belum
tentu merupakan hak miliknya.
Dengan perkembangan problematik yang makin kompleks di dalam dunia
perusahaan akan banyak menimbulkan implikasi yuridis juga terhadap tanggung
jawab dari organ-organ yang ada di dalamnya. Perseroan terbatas (PT) merupakan
jenis perusahaan yang permodalannya terbagi dalam saham. Dalam Pasal 24
Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) berbunyi (1)
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, (2) Saham
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas
tunjuk.. Saham tersebut merupakan modal yang paling penting bagi eksistensinya
sebuah PT.
Hal yang tidak kalah penting dalam menjalankan sebuah Perseroan Terbatas (PT)
adalah pertanggung jawaban Direksi Perseroan PT. Selain bertanggung jawab pada
saham yang ada secara eksternal ia juga punya tanggung jawab pada pihak ketiga.
Adapun Tugas dan tanggung jawab Direksi Perseroan Terbatas terhadap pihak
ketiga terwujud dalam kewajiban untuk melakukan kerterbukaan (disclosure) pada
pihak ketiga atas setiap kegiatan perseroan yang dianggap dapat mempengaruhi
kekayaan perseroan. Kewajiban-kewajiban tersebut yaitu :
1.
2.
Pada pasal 105 ayat 2 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang hakikatnya perseroan ingin melakukan penggabungan, peleburan
dan pengambilalihan
3.
Seorang
pemegang
kuasa
yang
melaksanakan
kewajibannya
berdasarkan
kepercayaan yang diberikan oleh pemberi kuasa untuk bertindak sesuai dengan
perjanjian pemberian kuasa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal
ini berkaitan dengan tanggung jawab direksi sebagai pemegang fiduciary duties dari
pemegang saham perseroan. Dalam hal ini punya tanggung jawab penuh atas
pengurusan dan pengelolaan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan
dan untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh anggaran dasar
perseroan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
[Type text]
Berdasar uraian di atas, hukum perusahaan merupakan hal yang penting dalam
menyikapi segala problema terkait mekanisme tanggung jawab terhadap masalah
yang timbul dalam sebuah perusahaan. Perseroan terbatas (PT) adalah salah satu
bentuk perusahaan yang terbagi dalam saham. prosedur dan mekanisme yang
dijalani dalam menjalankannya tidak lepas dari tanggung jawab Direksi PT yang
punya kewenangan penuh. Hal ini terkait wewenang secara internal. Selain itu ada
kewenangan yang dimiliki oleh Direksi PT berupa eksternal untuk berhubungan
dengan pihak ketiga. Dari arahan ini maka prosedur penggunaan fidusia juga akan
menjadi tanggung jawab dari Direksi PT terkait wewenangnya tersebut. Terkait
dengan hal tersebut, lalu yang menjadi permasalahan ialah
bagaimanakah
penerapan piercing the corporate veil dalam prespektif tanggung jawab perseroan
tebatas?
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena
dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk
mendirikan PT / perseroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya
Dari pengertian di atas jelas terlihat bahwa tanggung jawab hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya, hal ini berati tidak melibatkan harta Direktur utama perseroan juga.
Berdasar Pasal 1 UU No. 40/2007 pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan)
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. Dari pengertian tersebut, hal penting yang perlu
digarisbawahi adalah pada kata badan hukum. Dari pengertian tersebut dapat
dianalisis mengenai sebatas mana tanggung jawab perseroan dan tanggung jawab
Direksi.
Badan hukum berbeda dengan badan usaha. Hal yang membedakan antara badan
hukum dengan badan usaha ialah dalam hal pemisahan kakayaan / harta pribadi,
dimana pada badan usaha tidak terdapat pemisahan antara kekayaan pribadi
pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti pula
utang pemiliknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh harta kekayaan
pemilik menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya. Oleh karena itu, pemilik
Perusahaan Perorangan/ Perusahaan Dagang memiliki tanggung jawab yang tidak
17
saham
yang
di
milikinya.
Disebutkan
dalam
pasal
ayat
(1)
UUPT: Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang di buat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Pada dasarnya hal sama di atur pula dalam pasal 3 ayat (1) UUPT dengan
kalimat melebihi saham yang di ambilnya, sedangkan pasal 3 ayat (1) UUPT dengan
kalimat melebihi saham yang di miliki. Perbedaan pada istilah di ambil (UUPTL)
dengan dimiliki (UUPT) . Perbedaan tersebut menurut penulis tidak terlalu mendasar,
karena prinsipnya sama,
barangkali istilah yang dipergunakan lebih tepat, karena sesuatu yang diambil belum
tentu merupakan hak miliknya
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Glen Petrica Endru (2012) Doktrin Ultra Vires dan Implikasi
Penerapannya dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Masters thesis, University of Surabaya
van der Heijden & van der Grinten , "Handboek Voor de Naamloze Vennootschap
Naar Nederlands Recht, cetakan kelima, 1955
H.V.A.Vollmar, Het Nederlands Handelsrecht, cetakan ke-8, 1953
Keputusan Menteri Kehakiman RI Dan Contoh Akta Pendirian Perseroan Terbatas
yang diterbitkan oleh Dharma Wanita, Unit Departemen Kehakiman RI, sekitar
tahun 1996.
Ahmad, Yani dkk. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003
[Type text]