Anda di halaman 1dari 25

TUGAS ARSITEKTUR BALI 3

IDENTIFIKASI NILAI ATB DAN


ARSITEKTUR MODERN SEBAGAI NILAI
AMK

Disusun oleh

1. Kadek Agus Martha Wiryawan

1419251059

2. A.A.Ngr.Agung Putra Kresnadana

1419251070

3. Made Diadnyana

1419251073

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat IDA HYANG WIDHI atas kuasa atas segalanya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan essay tentang bangunan arsitektur Bali dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga essay ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah
teknik arsitektur Bali 3 ini.
Harapan saya semoga essay ini membantu menambah pengetahuan tentang
arsitektur bali dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi essay ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Essay ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Essay
ini.

Denpasar, 25 Ferbruari 2016

Penyusun

PERUBAHAN ARSITEKTUR PADA


BANGUNAN TRADISIONAL BALI

Bali merupakan daerah yang sangat menjunjung tinggi kebudayan, serta adat
istiadat. Dalam proses pembangunan rumah bali pun harus dalam aturan-aturan tertentu.
Seiring perkembangan jaman banyak bangunan tradisional yang telah berubah atau
terjadi modifikasi, hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang terus berkembang.
Perkembangan tersebut memunculkan suatu gaya baru yang mengubah arsitektur
tradisional bali menjadi sebuah era post modern. Era post modern ini merupakan masa
peralihan dari era modern dan tradisional, hal itu terlihat dari bangunannya yang lebih
menunjukkan bahwa masa kini dan masa lalu saling berhubungan dan mencipkatan
sebuah karya atau bentuk baru yang lebih baik dari sebelumnya.

Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari


wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara
turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman
dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik
yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya,
sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih
selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud.
KONSEP DASAR:
Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam
menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:
1. Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala
Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional
Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:
1. Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)
2. Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya
Matahari)

3. Sumbu natural: Gunung dan Laut


2. Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu
3. Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri Angga
1. Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma,
Angga dan Khaya).Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau
area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali.
a. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi,
kepala.
b. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.
c. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.
Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala
manusiaDalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala
bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia.
Beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah : Astha, Tapak,
Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi
yang lainnya. sebuah desain bangunan tradidsional,harus memiliki
aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.
Berikut

komponen-komponen

bangunan

yang

membangun

arsitektur tradisional Bali beserta perubahan yang terjadi pada


bangunan yaitu sebagai berikut.

GAMBAR LAYOUT PLAN BANGUNAN


1. Bale Dangin
Bangunan perumahan tradisional Bali
yang komposisinya berada di sisi timur
disebut dengan bale dangin, Type yang
dibangun

type

sake

perumahan tergolong

nem

dalam

sederhana bila

bahan dan penyelesaiannya sederhana,


dapat pula digolongkan madia bila
ditinjau dari penyelesaiannya dibangun
dengan

bahan

penyelesaian

madia.

Untuk areal perumahan yang besar digunakan type Sake roras yang sering disebut dengan
bale gede Sake roras dalam perumahan tergolong utama.

Type Sake roras / Bale Gede bentuk bangunan bujur sangkar, dengan ukuran 4,8 m x 4,8
m, dengan tinggi lantai sekitar 0,8 m dengan dua atau tiga anak tangga kearah natah,

lantai lebih rendah dari bangunan bale daja. Konstruksi terdiri dari dua belas tiang yang
dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai atau bila menggunakan satu balai-balai
rangkaian empat tiang dapat di tepi atau di tengah. Masing-masing balai-balai
memanjang kangin kauh dengan kepala kearah timur . Tiang-tiang dirangkaikan dengan
sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistim lait pada
pepurus sunduk dengan lubang tiang. Untuk tiang yang tidak dirangkai balai-balai
menggunakan senggawang sebagai stabiltas konstruksi. Bangunan dengan dinding penuh
pada sisi timur dan sisi selatan.

Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :


a. Bebaturan.
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi
tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai
bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul
adalah amusti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm .
Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari.
Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari
pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi
lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, kini lantai menggunakan
bahan-bahan produk industri . Pada bebaturan yang terjadi perubahan yaitu sebagai
berikut.
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik

2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana


3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
b. Tembok.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias
dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun
terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila
terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu
padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .Pada tembok yang terjadi
perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

c. Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 220
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Penyelesaian
pengerjaan tiang dengan kekupakan lelengisan yang sederhana atau dengan ragam ukiran.
Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka),
patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan
kedudukan perangkat kerajaan. Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

d. Lambang/Pementang,
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap
yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut
sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut petake. Untuk mendapatkan bidang atap,
lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk
bersambung yang disebut gerantang. . Penutup atap menggunakan alang-alang atau atap
genteng.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji.

2. Bale Delod

Dalam komposisi bangunan rumah saka kutus ini menempati letak bagian kelod
yang juga disebut Bale delod, dalam proses pembangunan bale delod letaknya dari bale

meten diukur dengan menggunakan tapak kaki dengan pengurip angandang tergantung
dari kecenderungan penghuni rumah. Bale delod difungsikan sebagai sumanggem,
bangunan untuk upacara adat, tamu dan tempat bekerja atau serbaguna.
Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 355 m x 570 m, dengan
tinggi lantai sekitar 0,8 m dengan tiga anak tangga kearah natah. Konstruksi terdiri
delapan tiang tiga deret di depan dan ditengah dua deret dibelakang, dengan satu balai
balai mengikat empat tiang hubungan balai balai dengan konstruksi perangkai sunduk
waton dan empat tiang lainnya berdiri dengan senggawang sebagai stabilitas. Bangunan
dengan dinding penuh pada luan sisi kangin dan sisi kelod dan terbuka kearah natah,
konstruksi atap limas.

Bagian bagian yang mengalami perubahan bangunan :


a.

Bebaturan.
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi

tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai


bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul
adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm .
Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari.
Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari
pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi
lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, lantai menggunakan
bahan-bahan produk industri .Pada bebaturan yang terjadi perubahan yaitu sebagai
berikut.
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

b. Tembok.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias
dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun
terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila
terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu
padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .Pada tembok yang terjadi
perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

c.

Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,

Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 250
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk
bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati.
Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan
perangkat kerajaan , di puncak konstruksi dibagian tengah dan dibawah. Bentuk hiasan
tiang dari yang paling sederhana kayu dolken , sampai tiang berhiaskan ornamen
berukir.Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

d.

Lambang/Pementang,
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap

yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut

sineb. Balok tarik yang membentang ditengah-tengah mengikat jajaran tiang tengah di
sebut pementang. Balok yang mengikat pementang berakhir di atas tiang tengah di sebut
tada paksi. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Rusuk-rusuk yang menempati sudut
sudut atap dari tiang-taiang sudut kepuncak disebut pemucu. Rusuk-rusuk yang
menempati dipertengahan bidang atap kepuncak disebut pemade. Untuk mendapatkan
bidang atap, lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat
rusuk bersambung yang disebut gerantang. Raab adalah penutup atap bahan yang dipakai
genteng pres.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji dengan perkembangan arsitektur tradisional
dibutuhkan menggunakan paku untuk penguat konstruksi.

4. Bale Meten

Bangun

rumah

yang

paling

awal

dibangun

dalam

perumahan, type bangunan sake


kutus diklasifikasikan sebagai
bangunan madia dengan fungsi
tunggal sebagai tempat tidur
yang

disebut

bale

meten.

Komposisinya berada di sisi


kaja natah (halaman tengah)
menghadap kelod berhadapan
dengan sumanggem/bale delod.
Dalam proses membangun rumah bale meten merupakan bangunan awal. Jaraknya
delapan tapak kaki dengan pengurip angandang diukur dari tembok pekarangan sisi kaja.
Selanjutnya bangunan yang lainnya di bangun dengan jarak yang diukur dari bale meten.
Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m, dengan tinggi
lantai sekitar 1,2 m dengan empat atau lima anak tangga kearah natah lantai lebih tinggi
dari bangunan lainnya untuk estetika. Konstruksi terdiri delapan tiang yang dirangkai
empat empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai-balai memanjang kaja kelod
dengan kepala kearah luan kaja. Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar
likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistim lait pada pepurus sunduk dengan
lubang tiang senggawang tidak ada pada bale sekutus. Bangunan dengan dinding penuh
pada
Bagian

keempat
bagian

sisi
yang

dan

pintu

mengalami

keluar
perubahan

masuk
pada

kearah

natah.

bangunan

a. Bebaturan.
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi
tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai
bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul
adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm .
Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari.
Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari

pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi
lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, kini lantai menggunakan
bahan-bahan produk industry.Pada bebaturan yang terjadi perubahan yaitu sebagai
berikut.
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

b. Tembok.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias
dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun
terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila
terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu
padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .Pada tembok yang terjadi
perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
c. Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 11,5 cm panjang tiang sekitar 250
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk
bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati.
Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan
perangkat kerajaan. Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.

1. Bahan yang dipakai pada bangunan


2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

d. Lambang/Pementang
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap
yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut
sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Untuk mendapatkan bidang atap,
lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk
bersambung yang disebut gerantang. Konstruksi atap dengan sistim kampiyah
difungsikan untuk sirkulasi udara selain udara yang melalui celah antara atap dan kepala
tembok.

Penutup

atap

menggunakan

alang-alang

atau

atap

genteng.

Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji.

4. Bale Dauh / Loji

Bale

Dauh

ini

terletak di bagian Barat ( Dauh


natah umah ), dan sering pula
disebut dengan Bale Loji,

serta

Tiang

Sanga. Fungsi Bale Dauh ini


adalah untuk tempat menerima
tamu

dan

juga

digunakan

sebagai tempat tidur anak


remaja

atau

anak

muda.

Fasilitas pada bangunan Bale


Dauh ini adalah 1 buah bale bale
yang terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan Bale Dauh adalah persegi panjang,
dan menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari kayu. Bila tiangnya berjumlah 6
disebut sakenem, bila berjumlah 8 disebut sakutus / astasari, dan bila tiangnya
bejumlah 9 disebut sangasari. Bangunan Bale Dauh adalah rumah tinggal yang
memakai bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin serta Bale
Meten.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
4. Bahan yang di pakai pada bangunan

5. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana


6. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

5. Lumbung ( Jineng )

Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil panen yang berupa gabah di bagian
atapnya. Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale untuk tempat bersantai dan
bercengkrama bersama keluarga. Orang orang yang memiliki jineng ini biasanya
golongan petani yang memiliki hasil panen setiap tahun.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

6. Dapur ( Paon )
Paon ( Dapur ) yaitu tempat memasak
bagi keluarga. Bagian yang
terpenting dari rumah dapur orang
bali tempatnya terpisah dengan
bagian bagian rumah yang lain.
Dapur
biasanya
ditempatkan
disebelah
barat
bale
delod
berdekatan dengan pintu masuk
rumah atau dalam bahasa bali biasa
disebut lebuh. Fungsi dapur di bali
memang sama dengan dapur
dapur pada umumnya akan tetapi
bagian bagian dapur tradisional
bali harus memiliki tungku dalam bahasa bali disebut Bungut Paon. Tungku ini
fungsinya sebagai pengganti kompor atau hanya symbol saja tetapi tidak digunakan.
Tungku ini juga berfungsi sebagai tempat meletakan yadnya sesa atau banten jotan
( sesajen setelah selesai memasak di pagi hari ). Diatas bungut paon itu biasa
dibuatkan Langgatan ( sejenis rak tradisional ). Jika memasak menggunakan bungut
paon langgatan berfungsi sebagai tempat meletakan kayu bakar yang sudah kering dan
siap digunakan.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan

2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana


3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

7. Pengaling aling

Aling aling adalah bagian pintu gerbang yang berfungsi sebagai pengalih jalan
masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini
dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
4. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
5. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana

6. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.


Tembok :
8. Bahan yang di pakai pada bangunan
9. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
10. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
4. Bahan yang di pakai pada bangunan
5. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
6. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
8. Candi Bentar / Angkul angkul / Gapura

Angkul angkul yaitu Pintu Gerbang yang berfungsi seperti candi bentar pada pura
yaitu sebagai gapura jalan masuk.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
7. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik

8. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana


9. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

9.Bangunan Suci ( Sanggah / Sanggar / Merajan / Penugun Karang )


Fungsi

bangunan Merajan ini adalah sebagai tempat


suci atau pemujaan kepada Tuhan dan roh
suci leluhur. Pada unit bangunan suci
ini terdapat beberapa bangunan dengan
fungsinya masing masing serta
jumlah bangunan bangunan ini
sangat bervariasi dan tergantung dari
pemilik. Namun demikian, yang
mutlak terdapat dalam satu unit
bangunan suci terdiri dari : Penglurah,
Kemulan, Padmasari, Peliangan, Taksu
dan Piyasan. Pamerajan ini adalah
tempat upacara yang dipakai untuk
keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai
pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang.
Selain dari banguan Suci utama, Ada juga bangunan suci lainnya seperti Pelinggih
Penugun Karang. Pelinggih Penugun Karang ini biasanya diletakkan berdekatan dengan
Merajan, Namun diluar Area Banguan merajan. Kebanyakan Pelinggih Penugun Karang
terletak paling barat atau pojok barat utara ( Barat daya ). Fungsi dari penugun karang ini
adalah tempat dimana kita melaksanakan pemujaan kepada dewa yang menghuni tempat
tinggal atau tanah yang kita tempati.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :

Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :


Perubahan merupakan fase atau proses yang menjadikan sesuatu hal
berbeda apakah itu menjadi baik maupun buruk. Era post modern ini
merupakan masa peralihan dari era modern dan tradisional, hal itu terlihat
dari bangunannya yang lebih menunjukkan bahwa masa kini dan masa lalu
saling berhubungan dan mencipkatan sebuah karya atau bentuk baru yang
lebih baik dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai