Atb 3
Atb 3
Disusun oleh
1419251059
1419251070
3. Made Diadnyana
1419251073
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat IDA HYANG WIDHI atas kuasa atas segalanya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan essay tentang bangunan arsitektur Bali dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga essay ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah
teknik arsitektur Bali 3 ini.
Harapan saya semoga essay ini membantu menambah pengetahuan tentang
arsitektur bali dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi essay ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Essay ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Essay
ini.
Penyusun
Bali merupakan daerah yang sangat menjunjung tinggi kebudayan, serta adat
istiadat. Dalam proses pembangunan rumah bali pun harus dalam aturan-aturan tertentu.
Seiring perkembangan jaman banyak bangunan tradisional yang telah berubah atau
terjadi modifikasi, hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang terus berkembang.
Perkembangan tersebut memunculkan suatu gaya baru yang mengubah arsitektur
tradisional bali menjadi sebuah era post modern. Era post modern ini merupakan masa
peralihan dari era modern dan tradisional, hal itu terlihat dari bangunannya yang lebih
menunjukkan bahwa masa kini dan masa lalu saling berhubungan dan mencipkatan
sebuah karya atau bentuk baru yang lebih baik dari sebelumnya.
komponen-komponen
bangunan
yang
membangun
type
sake
perumahan tergolong
nem
dalam
sederhana bila
bahan
penyelesaian
madia.
Untuk areal perumahan yang besar digunakan type Sake roras yang sering disebut dengan
bale gede Sake roras dalam perumahan tergolong utama.
Type Sake roras / Bale Gede bentuk bangunan bujur sangkar, dengan ukuran 4,8 m x 4,8
m, dengan tinggi lantai sekitar 0,8 m dengan dua atau tiga anak tangga kearah natah,
lantai lebih rendah dari bangunan bale daja. Konstruksi terdiri dari dua belas tiang yang
dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai atau bila menggunakan satu balai-balai
rangkaian empat tiang dapat di tepi atau di tengah. Masing-masing balai-balai
memanjang kangin kauh dengan kepala kearah timur . Tiang-tiang dirangkaikan dengan
sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistim lait pada
pepurus sunduk dengan lubang tiang. Untuk tiang yang tidak dirangkai balai-balai
menggunakan senggawang sebagai stabiltas konstruksi. Bangunan dengan dinding penuh
pada sisi timur dan sisi selatan.
c. Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 220
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Penyelesaian
pengerjaan tiang dengan kekupakan lelengisan yang sederhana atau dengan ragam ukiran.
Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka),
patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan
kedudukan perangkat kerajaan. Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
d. Lambang/Pementang,
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap
yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut
sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut petake. Untuk mendapatkan bidang atap,
lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk
bersambung yang disebut gerantang. . Penutup atap menggunakan alang-alang atau atap
genteng.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji.
2. Bale Delod
Dalam komposisi bangunan rumah saka kutus ini menempati letak bagian kelod
yang juga disebut Bale delod, dalam proses pembangunan bale delod letaknya dari bale
meten diukur dengan menggunakan tapak kaki dengan pengurip angandang tergantung
dari kecenderungan penghuni rumah. Bale delod difungsikan sebagai sumanggem,
bangunan untuk upacara adat, tamu dan tempat bekerja atau serbaguna.
Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 355 m x 570 m, dengan
tinggi lantai sekitar 0,8 m dengan tiga anak tangga kearah natah. Konstruksi terdiri
delapan tiang tiga deret di depan dan ditengah dua deret dibelakang, dengan satu balai
balai mengikat empat tiang hubungan balai balai dengan konstruksi perangkai sunduk
waton dan empat tiang lainnya berdiri dengan senggawang sebagai stabilitas. Bangunan
dengan dinding penuh pada luan sisi kangin dan sisi kelod dan terbuka kearah natah,
konstruksi atap limas.
Bebaturan.
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi
b. Tembok.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias
dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun
terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila
terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu
padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .Pada tembok yang terjadi
perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
c.
Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 250
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk
bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati.
Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan
perangkat kerajaan , di puncak konstruksi dibagian tengah dan dibawah. Bentuk hiasan
tiang dari yang paling sederhana kayu dolken , sampai tiang berhiaskan ornamen
berukir.Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
d.
Lambang/Pementang,
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap
yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut
sineb. Balok tarik yang membentang ditengah-tengah mengikat jajaran tiang tengah di
sebut pementang. Balok yang mengikat pementang berakhir di atas tiang tengah di sebut
tada paksi. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Rusuk-rusuk yang menempati sudut
sudut atap dari tiang-taiang sudut kepuncak disebut pemucu. Rusuk-rusuk yang
menempati dipertengahan bidang atap kepuncak disebut pemade. Untuk mendapatkan
bidang atap, lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat
rusuk bersambung yang disebut gerantang. Raab adalah penutup atap bahan yang dipakai
genteng pres.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji dengan perkembangan arsitektur tradisional
dibutuhkan menggunakan paku untuk penguat konstruksi.
4. Bale Meten
Bangun
rumah
yang
paling
awal
dibangun
dalam
disebut
bale
meten.
keempat
bagian
sisi
yang
dan
pintu
mengalami
keluar
perubahan
masuk
pada
kearah
natah.
bangunan
a. Bebaturan.
Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi
tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai
bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul
adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm .
Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari.
Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari
pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi
lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, kini lantai menggunakan
bahan-bahan produk industry.Pada bebaturan yang terjadi perubahan yaitu sebagai
berikut.
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
b. Tembok.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias
dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun
terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila
terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu
padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .Pada tembok yang terjadi
perubahan yaitu sebagai berikut.
1. Bahan yang dipakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
c. Tiang (Sesaka).
Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl,
Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 11,5 cm panjang tiang sekitar 250
cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari
kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk
bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati.
Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan
perangkat kerajaan. Pada tiang yang terjadi perubahan yaitu sebagai berikut.
d. Lambang/Pementang
Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap
yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut
sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai
dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya
menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Untuk mendapatkan bidang atap,
lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk
bersambung yang disebut gerantang. Konstruksi atap dengan sistim kampiyah
difungsikan untuk sirkulasi udara selain udara yang melalui celah antara atap dan kepala
tembok.
Penutup
atap
menggunakan
alang-alang
atau
atap
genteng.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk
masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu
kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi
dikerjakan dengan sistim pasak, baji.
Bale
Dauh
ini
serta
Tiang
dan
juga
digunakan
atau
anak
muda.
5. Lumbung ( Jineng )
Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil panen yang berupa gabah di bagian
atapnya. Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale untuk tempat bersantai dan
bercengkrama bersama keluarga. Orang orang yang memiliki jineng ini biasanya
golongan petani yang memiliki hasil panen setiap tahun.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
6. Dapur ( Paon )
Paon ( Dapur ) yaitu tempat memasak
bagi keluarga. Bagian yang
terpenting dari rumah dapur orang
bali tempatnya terpisah dengan
bagian bagian rumah yang lain.
Dapur
biasanya
ditempatkan
disebelah
barat
bale
delod
berdekatan dengan pintu masuk
rumah atau dalam bahasa bali biasa
disebut lebuh. Fungsi dapur di bali
memang sama dengan dapur
dapur pada umumnya akan tetapi
bagian bagian dapur tradisional
bali harus memiliki tungku dalam bahasa bali disebut Bungut Paon. Tungku ini
fungsinya sebagai pengganti kompor atau hanya symbol saja tetapi tidak digunakan.
Tungku ini juga berfungsi sebagai tempat meletakan yadnya sesa atau banten jotan
( sesajen setelah selesai memasak di pagi hari ). Diatas bungut paon itu biasa
dibuatkan Langgatan ( sejenis rak tradisional ). Jika memasak menggunakan bungut
paon langgatan berfungsi sebagai tempat meletakan kayu bakar yang sudah kering dan
siap digunakan.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
7. Pengaling aling
Aling aling adalah bagian pintu gerbang yang berfungsi sebagai pengalih jalan
masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini
dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
4. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
5. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
Angkul angkul yaitu Pintu Gerbang yang berfungsi seperti candi bentar pada pura
yaitu sebagai gapura jalan masuk.
Bagian bagian yang mengalami perubahan pada bangunan :
Bebaturan :
7. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
Bebaturan :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan seperti keramik
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Tembok :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
Kap :
1. Bahan yang di pakai pada bangunan
2. Bentuk ukiran yang dipasang pada bangunan lebih sederhana
3. Cara pemasangan bahan pada bangunan lebih mudah.
KESIMPULAN