Anda di halaman 1dari 77

Perencanaan Kuda-kuda # 1

Bentang rencana (L)


Jarak kuda-kuda (JK)
Panjang bangunan
Sudut ()
Kode mutu kayu
Kelas mutu kayu
Atap dari
Plapon dari

= 10 m
=3m
= 20 m
= 300
= E15
=A
: genteng
: eternity

Alat sambungan baut dengan kuat lentur baut (Fyb)= 320 N/mm2 dan diameter baut ( )12,7 mm.
Bangunan tersebut akan dibangun di lokasi yang jauh dari pantai. Dengan tipe kuda-kuda seperti
Gambar di bawah ini :

10 m

Dari gambar tipe kuda-kuda di atas dapat dibuat kuda-kuda dengan bentuk seperti dibawah ini :
Perhitungan :

Tinggi atap = tan

Sisi miring kuda-kuda =

=
2m

2m
1,769 m

= 5,769 m

Perencanaan Kuda-kuda # 2

J
K

L
A

21

20
8

Jumlah batang
Jumlah titik buhul

= 21
= 12
Perhitungan panjang batang :
Batang 2, 3, 4, dan 5 = 2 m
Batang 1 dan 6 = 1,769 m
Batang 7 dan 12 =

Batang 8, 9,10, dan 11 =

Batang 21, dan 13 =

4
17

2
19

18

15
16

10

5
14
11

13
12

Perencanaan Kuda-kuda # 3

Batang 20 dan 14 =

Batang 19 dan15 =

Batang 18 dan 16 =

Batang 17 = 2,88 m

Nama Batang
2, 3, 4, 5
1,6
8, 9, 10, 11,
7, 12
21, 13
20, 14
19, 15
18, 16
17

Panjang Batang (m)


2
1,769
1,733
1,533
0,883
1,944
1,881
2,551
2,88

Bab II

PERENCANAAN GORDING

Perencanaan Kuda-kuda # 4

Menentukan dimensi gording :


Diasumsikan akan digunakan balok 10/16
b= 100 mm

d=160 mm

Pembebanan pada gording :


Beban mati ( D )
Berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, berat bahan untuk atap
dari genteng dengan reng dan usuk adalah 50 kg/m2
Beban genteng dengan reng dan usuk yang bekerja pada gording :

qatap genteng = 50kg/m2

jarak antar gording

= 50 kg/m2

2 m = 100 kg/m2

Berdasarkan tabel 2.1 kode kayu E15 maka Ew = 14000 MPa = 14000 N/mm2
Berdasarkan tabel 2.2 maka Ew = 16000 G0,7
14000 = 16000 G0,7

G adalah berat jenis kayu pada kadar air (m) 15%

Perencanaan Kuda-kuda # 5

0,744+0,099Gm = Gm

0,744=0,901Gm

Gm = 0,826

Berat gording =
= 949,9 kg/m3

(0,10 m 0,16 m) = 15,198 kg/m

qD = q atap genteng + berat gording = 100 + 15,198 = 115,198 kg/m


Beban mati (qD) diuraikan kedua arah :

qDx

qD

qDy

Sumbu Y

qDy = qD cos = 115,198

cos 30 = 99,764 kg/m

Sumbu X

qDx = qD sin = 115,198

sin 30 = 57,599 kg/m

Beban hidup di atap (La)


Berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, beban hidup terpusat pada atap
adalah 100 kg.PL=100 kg.

Perencanaan Kuda-kuda # 6
Beban mati (La) diuraikan kdua arah :

PLax

PLay

PLa
Sumbu Y
PLaY = PL

cos = 100

cos 30 = 86,602 kg

sin = 100

sin 30 = 50 kg

Sumbu X
PLaX = PL

Beban Hujan (H)


Beban merata untuk air hujan = Wah = 40-0,8(30) = 16 kg/m2.

qH = Wah

jarak gording = 16 kg/m2

2 m = 32 kg/m

Beban hujan (H) diuraikan kedua arah :

qHx

qHy
qH

Sumbu Y

qHy = qH

cos = 32

cos 30 = 27,712 kg/m

sin = 32

sin 30 = 16 kg/m

Sumbu X

qHx = qH

Perencanaan Kuda-kuda # 7
Beban angin (W)
Karena bangunan tersebut jauh dari pantai, berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia
untuk gedung, tekanan tiup minimumnya adalah 25 kg/m2.
Diasumsikan :

Tekanan angin adalah (W) 30 kg/m2


Bangunan tertutup

+0,02 0,4

-0,4

+ 0,9

Bid angin
-0,4

650
Koefisien angin tekan = c = 0,02 0,4 = 0,02(30)-0,4 = 0,2
Angin tekan : C

W = 0,2

qw1 = angin tekan


= 6 kg/m2

30 kg/m2 = 6 kg/m2

jarak antar gording

2 m = 12 kg/m

Angin hisap: C W = -0,4

qw2 = angin hisap


= -12 kg/m2

30 kg/m2 = -12 kg/m2

jarak antar gording


2 m = -24 kg/m

Angin tekan
Sumbu y
qwy = qw1 = 12 kg

qwx = 0
Angin hisap
qwy = qw2 = -24 kg/m

qwx = 0
Karena, beban mati > beban angin hisap, maka untuk perencanaan gording beban hisap tidak
di perhitungkan.

Perhitungan gaya-gaya dalam


Akibat beban mati (D) :

Perencanaan Kuda-kuda # 8

qD

sumbu kuat (x-x)

Sumbu lemah (y-y)

Jadi M, timbul akibat beban qy


Dan M, timbul akibat beban qx

qDx
qD

qDy

Momen

Geser

Akibat beban hidup di atap (La) :


PLa

Sumbu lemah (y-y)


Sumbu kuat
(x-x)
Mx, timbul akibat beban Py

PLax
PLay
PLa
Momen

My, timbul akibat beban Px

Perencanaan Kuda-kuda # 9

Geser

Akibat beban hujan (H)

qH
Sumbu lemah (y-y)
Sumbu kuat (x-x)

Mx, timbul akibat beban qHy


My, timbul akibat beban qHx

qHx
qHy
qH
Momen

Geser

Akibat beban angin (W1) :

qW

qw

Sumbu kuat (x-x)

Sumbu lemah (y-y)

Jadi Mx timbul akibat beban qy


Dan My timbul akibat beban qx

Perencanaan Kuda-kuda # 10

Momen
MWy = 0

Geser
VWy = 0

Kombinasi Pembebanan pada gording :


1) 1,4 D
Momen
Mux = 1,4 MDx = 112,234 kg/m 1,4 = 157,127 kg/m
Muy = 1,4 MDy = 64,798 kg/m 1,4 = 90,717 kg/m
Geser
Vux =1,4 VDx = 149,646 kg/m 1,4 = 209,504 kg
Vuy = 1,4 VDy = 86,398 kg/m 1,4 = 120,957 kg
3) 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W)
Untuk momen, karena momen yang timbul akibat La lebih besar dari H, maka yang
digunakan dalam kombinasi pembebanan adalah akibat La. Sedangkan untuk L atau W,
karena L=0 maka yang digunakan adalah momen akibat W.
Mux = 1,2 MDx + 1,6 MLax + 0,8 MWx
Mux = 1,2 (112,234) + 1,6 (64,951) + 0,8 (13,5) = 249,402 kg/m
Muy = 1,2 MDy + 1,6 MLay + 0,8 MWy
Muy = 1,2 (64,798) + 1,6 (37,500) + 0,8 (0) = 137,757 kg/m
Untuk geser, karena gaya geser yang timbul akibat La lebih besar dari H maka yang
digunakan adalah gaya geser akibat La. Sedangkan untuk L atau W, karena L=0 maka
yang digunakan adalah momen akibat W.
Vux = 1,2 VDx + 1,6 VLax + 0,8 VWx
Vux = 1,2 (149,646) + 1,6 (43,301) + 0,8 (18) = 263,256 kg
Vuy = 1,2 VDy + 1,6 VLay + 0,8 VWy
Vuy = 1,2 (86,398) + 1,6 (25) + 0,8 (0) = 143,677 kg
6) 0,9 D (1,3 W atau 1,0 E)
Karena tidak terdapat beban gempa maka, yang digunakan adalah momen dan gaya geser
akibat beban angin (W).
Momen

Perencanaan Kuda-kuda # 11
Mux = 0,9 MDx + 1,3 MWx
Mux = 0,9 (112,234) + 1,3 (13,5) = 118,560 kg

Muy = 0,9 MDy + 1,3 MWy


Muy = 0,9 (64,798) + 1,3 (0) = 58,318 kg/m
Geser
Vux = 0,9 VDx + 1,3 VWx
Vux = 0,9 (149,646) + 1,3 (18) = 158,081 kg
Vuy = 0,9 VDy + 1,3 VWy
Vuy = 0,9 (86,398) + 1,3 (0) = 77,758 kg
Berdasarkan kombinasi pembebanan diatas, momen yang terjadi pada kombinasi 3 memiliki
nilai terbesar, maka Mu dan Vu yang digunakan adalah Mu dan Vu pada kombinasi 3.
Mux = 249,402 kg/m
Vux = 263,256 kg
Muy = 137,757 kg/m
Vuy = 143,677 kg
Kontrol tahanan lentur dan geser lentur serta lendutan
Kontrol momen lentur
Untuk balok kayu yang terlentur terhadap sumbu kuat dan sumbu lemahnya, maka harus
direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut :

d/b = 16/10 = 1,6, karena d/b 2 maka tidak diperlukan pengekang lateral.
Sumbu kuat (x-x)
Mx = CL . Sx . F*bx

Berdasarkan table 2.1 untuk kode kayu E15, maka EW = 14000.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
125 mm dan T 380, maka Cm = 1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).
EW = (EW . rasio tahanan) . Cm . Ct . Cpt . Crt
EW = (140000,80)1111
EW = 11200 N/mm2
Ey05 = 0,69 . EW = 0,69 11200
Ey05 = 7728 N/mm2

Perencanaan Kuda-kuda # 12
Iy =13333333,333 mm4

Berdasarkan tabel 3.3, untuk 1/d 14,3 maka :


Ie = 1,63 Iu + 3.d
Ie = 1,63 3000 + 3 160 = 5370 mm.

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka Fb =32


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasrkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125
mm125 mm, T 380 dan Fb/Cf = 32/1, maka Cm =1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
S = 0,85
b = 0,85

Sumbu lemah (y-y)

Perencanaan Kuda-kuda # 13

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka EW = 14000.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasrkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih kecil dari 125 mm
125 mm dan T 38o, maka Cm = 1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).
asio tahanan).

Berdasarkan tabel 3.3, untuk l/b14,3, maka :

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka Fb = 32.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasrkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih kecil dari 125 mm
125 mm dan T 38o dan Fb/CF =32/1, maka Cm = 1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
S = 0,85
b = 0,85

Perencanaan Kuda-kuda # 14

Gording tersebut tahan terhadap momen lentur


Kontrol geser lentur

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV = 5,1.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasrkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih kecil dari 125 mm
125 mm dan T 38o dan Fb/CF =32/1, maka Cm = 1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3 maka didapat :
= 0,80
V = 0,85

263,256 2959,360 kg
143,677 2959,360 kg
Struktur tersebut aman terhadap geser lentur.

Kontrol lendutan

Perencanaan Kuda-kuda # 15
Lendutan struktur bangunan akibat berat sendiri dan muaqtan tetap dibatasi untuk gording,
1/200.l

Berat sendiri dan muatan tetap adalah beban mati :


qDy = 99,764 kg/m
qDx = 57,599 kg/m
EW = 11200 N/mm2 = 1120200000,120 kg/m2
IX = 34133333,333 mm4 = 0,000034133 m4
IY = 13333333,333 mm4 = 0,000013333 m4
l=3m

qDy
qDx
Sumbu
Kuat (x-x)

jadi struktur tersebut aman terhadap lendutan

Bab III

Sumbu
lemah (y-y)

fmax

Perencanaan Kuda-kuda # 16

Perencanaan Kuda-Kuda
Pembebanan pada kuda-kuda :

Beban mati (D)


Berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, berat bahan untuk atap dari
genteng dengan reng dan usuk = 50 kg/m 2, Berat eternity (dengan ketebalan maksimum 4
mm) = 11 kg/m2 dan berat penggantung = 7 kg/m 2. Dimensi gording yang digunakan adalah
8/12.
Beban genteng dengan reng dan usuk yang bekerja pada gording :
PDa = 50 kg/m2 jarak antar gording jarak antar kuda-kuda

PDa1 = 50 kg/m2 1,38 m 3 m = 207 kg


PDa2 = 50 kg/m2 1,769 m 3 m = 265,35 kg
PDa3 = 50 kg/m2 2 m 3 m = 300 kg
PDa3
PDa3

PDa3
PDa2

PDa2

PDa1

PDa1

Beban gording = 15,198 kg/m


PDb = qgording jarak antar kuda-kuda
= 15,198 kg/m 3 m = 45,594 kg
PDb
PDb

PDb

PDb

PDb

PDb

PDb

Berat kuda-kuda :

Perencanaan Kuda-kuda # 17

K
L

A
B

Titik simpul atas : A, G, L, H, K, I, J


Titik simpul bawah : B, C, D, E, F
Pkuda-kuda=

12 cm

L kuda-kuda = 1/2 (jumlah panjang batang yang dipikul oleh titik buhul)
Berat sambungan dianggap 10% dari berat kuda-kuda

8 cm

Titik simpul

Beban

L kuda-kuda (m)

P kuda-kuda (kg)
(9,119L kudakuda)

A, G

PDc1

1,651

15,055

P kudakuda+sambungan
(kg)(P kudakuda1,1)
16,560

B, F

PDc2

2,074

18,912

20,803

C, E

PDc3

3,645

33,238

36,561

PDc4

5,724

52,197

57,416

L, H
K, I

PDc5
PDc6
PDc7

3,298
4,216

30,074
38,445

33,081
42,289

3,44

31,369

34,505

PDc7
PDc6

Perencanaan Kuda-kuda # 18
PDc6
PDc5

PDc5
PDc1

PDc1

PDc2

PDc3

PDc4

PDc3

PDc2

Berat pelafon dan penggantung :


Berat pelafon + penggantung = (11 + 7) = 18 kg/m2
PDd = 18 kg/m2 jarak titik buhul bawah jarak antar kuda-kuda

PDd1=18 kg/m20,765 m 3 m = 41,31 kg


PDd2=18 kg/m21,533 m 3m = 82,782 kg
PDd3=18 kg/m21,733m 3m = 93,582 kg

PDd1

PDd2

PDd3

PDd3

PDd3

PDd2

PDd1

Beban mati pada titik A dan G :


PDa (Kg)

PDb (kg)

PDc (kg)

PDd (kg)

PD=(PDa+PDb+PDc+PDd)
(kg)

Titik
Simpul

Nama
Beban

207
207

45,594
45,594

16,560
16,560

41,31
41,31

310,464
310,464

A
G

PD1
PD7

Beban mati pada titik simpul atas :

Perencanaan Kuda-kuda # 19

PDa
(kg)

PDb
(kg)

PDc
(kg)

PD=(PDa+PDb+PDc)
(kg)

Titik
Simpul

Nama
Beban

265,35

45,594

33,081

344,025

PD2

300

45,594

42,289

387,883

PD3

300

45,594

34,505

380,099

PD4

300

45,594

42,289

387,883

PD5

265,35

45,594

33,081

344,025

PD6

Beban mati pada titik simpul bawah :

PDc
(kg)

PDd
(kg)

PD=(PDc+PDd)
(kg)

Titik
Simpul

Nama
Beban

20,083
36,561
57,416
36,561
20,803

82,782
93,582
93,582
93,582
82,782

102,865
130,143
150,998
130,143
102,865

B
C
D
E
F

PD8
PD9
PD10
PD11
PD12

PD4
PD5

PD3
PD2

PD6

PD1

PD7

PD8

PD9

PD10

PD11

PD12

Beban Hidup di atap (La)


Berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia untuk Gedung, beban hidup tepusat pada atap
adalah 100 kg. PL = 100 kg.

PLa

Perencanaan Kuda-kuda # 20

PLa

PLa

PLa

PLa

PLa

PLa

Beban Hujan (H)


Beban merata untuk air hujan = Wah = 40-0,8 = 40-0,8(30) = 16 kg/m2

PH = Wah jarak antar gording jarak antar kuda-kuda


PH1 = 16 kg/m2 1,38 m 3 m = 66,24 kg
PH2 = 16 kg/m2 1,769 m 3 m = 84,912 kg
PH3 = 16 kg/m2 2 m 3 m = 96 kg
PH3
PH3

PH1

PH3

PH2

PH2
PH1

Beban angin (W)


Karena bangunan tersebut jauh dari pantai, berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia
untuk Gedung, tekanan tiup minimumnya adalah 25 kg/m2.
Jika diasumsikan :
Tekanan angin adalah (W) 30 kg/m2
C bangunan tertutup

+0,02-0,4

-0,4

Perencanaan Kuda-kuda # 21

+0,9

Bid. Angin

-0,4

650
Koefisien angin tekan = C = 0,02-0,4 = 0,02(30)-0,4=0,2
Koefisien angin hisap = -0,4
Beban angin terbagi ke dua arah :
PW-tekan

PW-hisap-y

PW-tekan-y

PW-hisap
PW-hisap-x

PW-tekan-x

Angin tekan

Angin hisap

Angin tekan : CW = 0,2 30 kg/m2 = 6 kg/m2


PW tekan = angin tekan jarak antar gording jarak antar kuda-kuda
Sumbu x

Sumbu y

PW-tekan

PW-tekan x=PW-tekan.cos 300

PW-tekan-y=PW-tekan.sin 300

(kg)

(kg)

(kg)

PW1-tekan

12,42

10,75

6,21

PW2-tekan

31,842

27,57

15,92

PW3-tekan

36

31,17

18,00

Nama
Beban

Angin hisap : CW = -0,4 30 kg/m2 = -12 kg


PW-hisap = angin hisap jarak antar gording jarak antar kuda-kuda
Naman
Beban

PW-hisap

Sumbu x

Sumbu y

(kg)

PW-hisap-x=PW-hisap.cos 300

PW-hisap-y=PW-hisap.sin 300

Perencanaan Kuda-kuda # 22
(kg)

(kg)

PW1-hisap

-24,84

-21,51

-12,42

PW2-hisap

-63,684

-55,151

-31,842

PW3-hisap

-72

-62,35

-36,00

Angin tiup kanan :

PW3-tekan-y
PW3-tekan-x PW3-tekan-y

PW3-hisap-y PW3-hisap-x
PW2-hisap-y

PW3-hisap-x

PW3-hisap-y

PW3-tekan-x

PW1-hisap-y P 2
W -hisap-x

PW2-tekan-y
PW2-tekan-x

PW1-hisap-x

PW1-tekan-y

PW1-tekan-x

PW3-tekan-y

Angin tiup kiri :

PW3-tekan-y PW3-tekan-x
PW2-tekan-y

PW3-hisap-x

PW3-tekan-x

PW3-hisap-y
PW3-hisap-x

PW2-hisap-y

PW3-hisap-y
PW1-tekan-y

PW2-tekan-x

PW2-hisap-x PW1-hisap-y

PW1-tekan-x

Kombinasi Pembebanan
1,4 PD
P
PD
(kg)
1
310,464

PW1-hisap-x

P = 1,4 PD
(kg)
434,650

Perencanaan Kuda-kuda # 23
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

344,025
387,883
380,099
387,883
344,025
310,464
102,865
130,143
150,998
130,143
102,865

481,635
543,036
532,138
543,036
481,635
434,650
144,011
182,200
211,397
182,200
144,011

1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W)


Pada bagian titik buhul bawah beban yang bekerja pada perencanaan ini adalah hanya akibat
beban mati saja. Sehingga pada bagian titik buhul bawah kombinasi yang digunakan adalah
kombinasi 1 saja.
Karena , La lebih besar dari H, maka yang digunakan dalam kombinasi pembebanan adalah
La.
Karena L tidak ada maka yang digunakan adalah beban akibat W.
PW-y adalah besar gaya akibat angin yang searah sumbu y (baik angin hisap maupun angin
tekan).

Akibat angin tiup kiri :


P
PD
(kg)
1
310,464
2
344,025
3
387,883
4
380,099
5
387,883
6
344,025
7
310,464
8
102,865
9
130,143
10
150,998
11
130,143
12
102,865

PLa
(kg)
100
100
100
100
100
100
100
-

PW-y
(kg)
6,21
15,92
18,00
-18,00
-36,00
-31,842
-12,42
-

P = 1,2PD+1,6PLa+0,8PW-y
(kg)
537,524
585,566
639,860
601,718
596,659
547,356
522,620
123,438
156,171
181,197
156,171
123,438

Akibat angin tiup kanan :


P
PD
(kg)
1
310,464
2
344,025
3
387,883

PLa
(kg)
100
100
100

PW-y
(kg)
-12,42
-31,842
-36,00

P=1,2PD+1,6PLa+0,8PW-y
(kg)
522,620
547,356
596,659

Perencanaan Kuda-kuda # 24
4
5
6
7
8
9
10
11
12

380,099
387,883
344,025
310,464
102,865
130,143
150,998
130,143
102,865

100
100
100
100
-

-18,00
18,00
15,92
6,21
-

601,718
639,860
585,566
537,524
123,438
156,171
181,197
156,171
123,438

0,9D (1,3W atau 1,0 E)


Karena E tidak ada maka yang digunakan adalah beban W, dan karena angin hisap
negative, maka yang digunakan adalah PW akibat angin tekan saja.
PW-y adalah besar gaya akibat angin yang searah sumbu y (baik angin hisap maupun angin
tekan).

Akibat angin tiup kiri :


P
PD
(kg)
1
310,464
2
344,025
3
387,883
4
380,099
5
387,883
6
344,025
7
310,464
8
102,865
9
130,143
10
150,998
11
130,143
12
102,865

PW-y
(kg)
6,21
15,92
18,00
-18,00
-36,00
-31,842
-12,42
-

P=0,9PD+1.3PW-y
(kg)
287,490
330,318
372,494
318,689
302,294
268,227
263,271
92,578
117,128
135,898
117,128
92,578

Akibat angin tiup kanan :


P
PD
PW-y
(kg)
(kg)
1
310,464
-12,42
2
344,025
-31,842
3
387,883
-36,00
4
380,099
-18,00
5
387,883
18,00
6
344,025
15,92
7
310,464
6,21
8
102,865
9
130,143
10
150,998
11
130,143
12
102,865
-

P=0,9PD+1.3PW-y
(kg)
263,271
268,227
302,294
318,689
372,494
330,318
287,490
92,578
117,128
135,898
117,128
92,578

Perencanaan Kuda-kuda # 25
P
1
434,650
481,635
543,036
532,138
543,036
481,635
434,650
144,011
182,200
211,397
182,200
144,011
4314,599

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

3-a.tiup kiri
537,524
585,566
639,860
601,718
596,659
547,356
522,620
123,438
156,171
181,197
156,171
123,438
4771,718

Kombinasi
3-a.tiup kanan
522,620
547,356
596,659
601,718
639,860
585,566
537,524
123,438
156,171
181,197
156,171
123,438
4771,718

6-a.tiup kiri
287,490
330,318
372,494
318,689
302,294
268,227
263,271
92,578
117,128
135,898
117,128
92,578
2698,093

6-a.tiup kanan
263,271
268,227
302,294
318,689
372,494
330,318
287,490
92,578
117,128
135,898
117,128
92,578
2698,093

Dari perbandingan jumlah beban dari kombinasi pada tabel di atas, beban yang paling besar
terdapat pada kombinasi ke 3. Sehingga P yang digunakan adalah P pada kombinasi ke 3.
P4
P3 PW3-tekan-x

PW3-hisap-x P5
PW3-hisap-x

PW3-tekan-x

P2

P6
PW2-hisap-x P7

P1 PW2-tekan-x
PW1-tekan-x

PW1-hisap-x

P8

P9

P10

P11

P12

Gambar pembebanan akibat kombinasi 3-a.tiup kiri.


P4
P3 PW3-hisap-x
P2 PW3-hisap-x
P1 PW2-hisap-x
PW1-hisap-x

PW3-tekan-x

P5
PW3-tekan-x

P6
PW2-tekan-x P7
PW1-tekan-x

Perencanaan Kuda-kuda # 26

P8

P9

P10

P11

P12

Gambar pembebanan akibat kombinasi 3-a.tiup kanan.


Perhitungan gaya dalam :
3
2
1

20

21
7

18

19

4
17
15
16

5
14

10

11

13

12

L = 10 m
Jumlah batang (m) = 21
Jumlah titik buhul (j) = 12
Jika m = 2.j-3, maka rangka batang tersebut termasuk rangka batang statis tertentu dalam.
21 = (2 12) - 321 = 21 (statis tertentu dalam).
Perhitungan untuk kombinasi 3 dengan angin tiup kiri.
P4
P3

PW3-tekan-x

PW3-hisap-x

P5

PW3-tekan-x

PW3-hisap-x

P2
PW2-tekan-x
P1

P6
PW2-hisap-x P
7

PW1-tekan-x

Ah

PW1-hisap-x

P8
Av

Reaksi perletakan :

P9

P10

P11

P12
Bv

Perencanaan Kuda-kuda # 27

Perhitungan gaya-gaya dalam :


Diasumsikan s1 dan s7 adalh batang tarik
P1
s1
PW1-tekan-x

s7

Ah

Asumsi salah, s1 adalah batang tekan

AV
3287,62
Sin = 0,8845/1,769 = 0,5
Cos = 1,533/1,769 = 0,87

Asumsi benar, s7 adalah batang tarik

Diasumsikan S21 dan S2 adalah batang tarik


S21
S8

S7

P8

Asumsi benar, s21 dan s8 adalah batang tarik

Perencanaan Kuda-kuda # 28

Diasumsikan s2 dan s20 adalah batang tarik


P2

PW2-tekan-x

S2

S1
1

S20

S21

Sin1 = 0,8845/1,769 =0,5


Cos1= 1,533/1,769 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Sin = 1,733/1,944 = 0,90
Cos= 0,8845/1,944=0,45

Asumsi salah, s2 adalah batang tekan

Asumsi salah, s20 adalah batang tekan

Diasumsikan s19 dan s9 adalah batang tarik


S19
S20
S8

S9
Asumsi benar, s19 dan s9 adalah batang tarik
P9

Perencanaan Kuda-kuda # 29

Sin = 0,8845/1,944 = 0,45


Cos = 1,733/1,944 = 0,90
Diasumsikan s3 dan s18 adalah batang tarik
P3
S3
PW3-tekan-x
S2

S18

S19

Sin1 = 1/2 =0,5


Cos1= 1,733/2 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Sin = 1,733/2,551 = 0,67
Cos= 1,881/2,551=0,73

Asumsi salah,s3 adalah batang tekan

Asumsi salah, s18 adalah batang tekan

Diasumsikan s17 dan s4 adalah batang tarik


P4
PW3-tekan-x

S3

Asumsi salah, s4 adalah batang tekan


PW3-hisap-x

2
S17

S4
Asumsi benar, s17 adalah batang tarik

Perencanaan Kuda-kuda # 30

Sin1 = 1/2 =0,5


Cos1= 1,733/2 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Diasumsikan s6 dan s12 adalah batang tarik
P7

S6

S12

PW1-hisap-x

Asumsi salah, s6 adalah batang tekan


BV
Sin = 0,8845/1,769 = 0,5
Cos = 1,533/1,769 = 0,87

Asumsi benar, s12 adalah batang tarik

Diasumsikan s11 dan s13 adalah batang tarik


S13
S11

S12

P12

Asumsi benar, s11 dan s13 adalah batang tarik

Diasumsikan s5 dan s14 adalah batang tarik


Asumsi salah, s5 adalah batang tekan
P6
S5
Sin1 = 0,8845/1,769 =0,5
PW2-hisap-x
2
Cos1= 1,533/1,769
= 0,87

Sin2 = 1/2 =0,5


Cos2 = 1,733/2 =0,87 S6
S14
1
Sin = 1,733/1,944 = 0,90
Cos= 0,8845/1,944=0,45
SS13P1511

Asumsi salah, s14 adalah batang tekan

Perencanaan Kuda-kuda # 31

Diasumsikan s10 dan s15 adalah batang tarik


S14
S10

S11

Sin = 0,8845/1,944 = 0,45


Cos = 1,733/1,944 = 0,90

Asumsi benar,s10 dan s15 adalah batang tarik

Diasumsikan s16 adalah batang tarik


P5
S4
PW3-hisap-x

S16

1
S15

S5

Asumsi salah, s16 adalah batang tekan

Perencanaan Kuda-kuda # 32
Perhitungan untuk kombinasi 3 dengan angin tiup kanan.
P4

PW3-tekan-x

PW3-hisap-x

P5

P3

PW3-hisap-x

PW3-tekan-x
P6
P7

P2

PW2-tekan-x

PW2-hisap-x P
1

PW1-tekan-x

PW1-hisap-x

P12

P11

P10

P9

AV

BV

Reaksi perletakan

Perhitungan gaya-gaya dalam :

Asumsi salah, s6 adalah batang tekan

Diasumsikan s6 dan s12 adalah batang tarik


P7

Sin
= 0,8845/1,769 = 0,5
PW1-tekan-x

BV
Cos = 1,533/1,769 = 0,87

Ah

P8

S6

S12

Asumsi benar, s12 adalah batang tarik

Perencanaan Kuda-kuda # 33

Diasumsikan s13 dan 11 adalah batang tarik


S13

S12

S11

P12

Asumsi benar, s13 dan s11 adalah batang tarik

Diasumsikan s5 dan s14 adalah batang tarik


P6

PW2-tekan-x

S5
2

S6 Sin
1 1 = 0,8845/1,769
S14 =0,5
Cos1= 1,533/1,769 = 0,87
Sin2 =S
13 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Sin = 1,733/1,944 = 0,90
Cos= 0,8845/1,944=0,45

Asumsi salah, s5 adalah batang tekan

Asumsi salah, s14 adalah batang tekan

Perencanaan Kuda-kuda # 34

Diasumsikan s15 dan s10 adalah batang tarik


S15

S14
S11

S10

P11
Sin = 0,8845/1,944 = 0,45
Cos = 1,733/1,944 = 0,90

Asumsi benar, s15 dan s10 adalah batang tarik

Diasumsikan s4 dan s16 adalah batang tarik


P5
PW3-tekan-x

S4
2

S 5 1

S16
S15

Asumsi salah,s4 adalah batang tekan

Sin1 = 1/2 =0,5


Cos1= 1,733/2 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Sin = 1,733/2,551 = 0,67
Cos= 1,881/2,551=0,73
PSW3-tekan-x
4

P4

PW3-hisap-x

Asumsi salah, s16 adalah batang tekan

Perencanaan Kuda-kuda # 35

Diasumsikan s17 dan s3 adalah batang tarik

S3

Asumsi salah, s3 adalah batang tekan

S17
Sin1 = 1/2 =0,5
Cos1= 1,733/2 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87

Asumsi benar, s17 adalah batang tarik

Diasumsikan s1 dan s7 adalah batang tarik


S1

S7

P1

PW1-hisap-x

Asumsi salah, s1 adalah batang tekan


Ah

AV
Sin = 0,8845/1,769 = 0,5
Cos = 1,533/1,769 = 0,87

Asumsi benar, s7 adalah batang tarik

Diasumsikan s21 dan s8 adalah batang tarik


S21

S7

Perencanaan Kuda-kuda # 36

S8

P8
Asumsi benar, s21 dan s8 adalah batang tarik

Diasumsikan s2 dan s20 adalah batang tarik


P2

S2

PW2-hisap-x

S20

1 S 1
S21

Sin1 = 0,8845/1,769 =0,5


Cos1= 1,533/1,769 = 0,87
Sin2 = 1/2 =0,5
Cos2 = 1,733/2 =0,87
Sin = 1,733/1,944 = 0,90
Cos= 0,8845/1,944=0,45

Asumsi salah, s2 adalah batang tekan

Asumsi salah, s20 adalah batang tekan


Diasumsikan s19 dan s9 adalah batang tarik
Asumsi benar,s19 dan s9 adalah batang tarik

Perencanaan Kuda-kuda # 37

S19
S9

S20

S8

P9
Sin = 0,8845/1,944 = 0,45
Cos = 1,733/1,944 = 0,90
Diasumsikan s18 adalah batang tarik
S3

P3

PW3-hisap-x

Asumsi salah, s18 adalah batang tekan

1 S 2

S18
S19

Nama
Batanr
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19

Kombinasi 3-a.tiup kiri


Tekan (-)(kg)
Tarik (+)(kg)
3778,874
3040,742
2283,75
2391,24
2902,51
3644,274
3578,891
3578,891
2977,92
2601,84
3192,02
3192,02
123,438
655,75
451,25
792,27
1735,77
1029,47
490,03

Kombinasi 3-a.tiup kanan


Tekan (-)(kg)
Tarik (+)(kg)
3644,274
2902,51
2848,98
2741,48
3376,90
3808,68
2889,99
2889,99
2299,82
2899,64
3302,85
3302,85
123,438
448,02
357,78
871,62
2193,52
1021,14
451,25

Perencanaan Kuda-kuda # 38
S20
S21

741,93

655,75
123,438

123,438

Dari tabel di atas dipilih lagi gaya dalam terbesar dari kedua kombinasi tersebut, yaitu :
Nama
Gaya Dalam
Gaya Dalam
Tekan
(-)(kg)
Tarik
(+)(kg)
Tekan
(-)(kN)
Tarik (+)(kN)
Batanr
S1
3778,874
37,78
S2
3040,742
30,40
S3
2848,98
28,48
S4
2741,48
27,41
S5
3376,90
33,76
S6
3808,68
38,08
S7
3578,891
35,78
S8
3578,891
35,78
S9
2977,92
29,77
S10
2899,64
28,99
S11
3302,85
33,02
S12
3302,85
33,02
S13
123,438
1,23
S14
655,75
6,50
S15
451,25
4,45
S16
871,62
8,71
S17
2193,52
21,93
S18
1029,47
10,29
S19
490,03
4,90
S20
741,93
7,41
S21
123,438
1,23

Kontrol komponen struktur tekan dan tarik


Dari tabel gaya dalam akibat kombinasi 3 diatas, dipilih gaya-gaya tebesar untuk control tehadap
gaya tarik dan tekan sebagai berikut :
Untuk gaya tarik :
Karena dalam mengontrol kuat tarik, panjang dari batang yang akan dikontrol tidak
mempengaruhi kemampuan batang menerima tarik, maka dipilih Nu terbesar dari batang yang
menerima tarik, yaitu :
Batang 7 dengan, Nu = 3578,891 kg = 35,78 KN dengan panjang batang 1,533 m.
Untuk gaya tekan :
Karena dalam mengontrol kuat tekan, panjang dari batang yang akan dikontrol mempengaruhi
kemampuan batang menerima tekan, maka dipilih Pu terbesar dari masing-masing batang yang
memiliki panjang berbeda, yaitu :
Batang yang
Panjang
Batang yang
Gaya tekan (-) Gaya tekan (-)

Perencanaan Kuda-kuda # 39
menerima tekan
1, 6
2, 3, 4, 5
14, 20
16, 18

batang (m)
1,769
2
1,944
2,551

mewakilkan
6
5
20
18

(kg)
3808,68
3376,90
741,93
1029,47

(kg)
38,08
33,76
7,41
10,29

Komponen struktur tarik


Ketentuan untuk perencanaan komponen struktur tarik adalah :
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka ft = 31 MPa = 31 N/mm2.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih kecil dari 125 mm
x 125 mm, T 38o dan Fb/Cf = 32/1, maka Cm = 1 dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
t = 0,80

Jadi komponen struktur tersebut aman terhadap tarik.


Komponen struktur tekan
Ketentuan untuk perencanaan komponen struktur tekan adalah :
Untuk batang 6 dengan panjang 1,769 m
Kontrol kelangsingan kolom :
Kekangan ujungnya adalah jepit-jepit.
Dimana jari-jari girasi (r) untuk penampang persegi adalah : 0,2887.b dengan b < d 8< 12
r = 0,2887 80 = 23,096 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 40

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FC =31.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,90
S = 0,85

Untuk batang kayu massif, maka C = 0,80

Untuk batang 20 dengan panjang 1,944 m


Kontrol kelangsingan kolom :
Kekangan ujungnya adalah jepit-jepit

Perencanaan Kuda-kuda # 41
Dimana jari-jari girasi (r) untuk penampang persegi adalah : 0,2887.b dengan b < d 8 < 12
r = 0,2887 80 = 23,096 mm

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FC =31.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,90
S = 0,85

Untuk batang kayu massif, maka C = 0,80

Untuk batang 5 dengan panjang 2 m


Kontrol kelangsingan kolom :
Kekangan ujungnya adalah jepit-jepit.
Dimana jari-jari girasi (r) untuk penampang persegi adalah : 0,2887.b dengan b < d 8 < 12

Perencanaan Kuda-kuda # 42
r = 0,2887 80 = 23,096 mm

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FC =31.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,90
S = 0,85

Untuk batang kayu massif, maka C = 0,80

Untuk batang 18 dengan panjang 2,551 m


Kontrol kelangsingan kolom :
Kekangan ujungnya adalah jepit-jepit.

Perencanaan Kuda-kuda # 43
Dimana jari-jari girasi (r) untuk penampang persegi adalah : 0,2887.b dengan b < d 8 < 12
r = 0,2887 80 = 23,096 mm

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FC =31.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no.3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,90
S = 0,85

Untuk batang kayu massif, maka C = 0,80

Nama batang
6
5
20
18

Panjang batang
1,769
2
1,944
2,551

PU
38,08
33,76
7,41
10,29

170,902
170,902
170,731
170,731

Ok
Ok
Ok
Ok

Perencanaan Kuda-kuda # 44

Jadi komponen struktur tersebut aman terhadap gaya tekan.

Bab IV
Perencanaan Sambungan
D
C
B
A
F

Gambar potongan-potongan sambungan


Dari besar gaya-gaya yang ada pada setiap sambungan akan dipilih gaya terbesar yang terjadi
pada setiap sambungan pada gambar potongan.
Gambar Sambungan pada potongan A :

PU = 37,78 KN
30 mm
60 mm
30 mm

60 mm
60 mm
60 mm
200 mm

30 mm
30 mm
60 mm
30 mm

60 mm

Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3 h = 4 cm
Dalam gigi yang digunakan 3 cm
jadi memenuhi syarat.

Perencanaan Kuda-kuda # 45

Panjang kayu muka (lm) 1,5 h dan lm 200 mm


Panjang lm yang digunakan 200 mm jadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
1m/D 6 1,5D dan 1m/D 6 yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7= 6,2991,5D = 19,05mm atau jarak antar baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm
jadi memenuhi syarat.
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm
Jarak ujung yang digunakan 60 mm .jadi memenuhi syarat.
3. Spasi dalam baris alat pengencang (Sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris digunakan 60 mm..jadi memenuhi syarat.
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D <127 mm 1,5D = 19,05 mm
Jarak antar baris yang digunakan 60 mm..jadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok
Untuk sambungan sejajar arah serat

Perencanaan Kuda-kuda # 46

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 3.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 32 = 6

Untuk sambungan dengan sudut 300

Perencanaan Kuda-kuda # 47

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 22 = 4

Faktor koreksi geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a =aopt maka C = 1
Sambungan baut :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut :
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan yang
menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu 4/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.
Fyb = 320 MPa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Untuk sambungan sudut sejajar serat Fe
Zu = 37,78 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm
tS = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 48

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Sambungan untuk sudut .


Fe ( = 300)
NU = 37,78

tm = 80 mm
tS = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 49

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 25675,791 N = 25,675 KN
Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Perencanaan Kuda-kuda # 50

Gambar Sambungan pada potongan B :

PU = 30,40 KN
PU = 7,41KN

Perencanaan Kuda-kuda # 51

30 mm
100 mm
60 mm
180
60 mm
60 mm
60 mm
100 mm

mm

3
2
1

30 mm
60 mm
30 mm

PU = 37,78 KN
PU = 1,23 KN
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
Dalam gigi yang digunakan 3 cm ..jadi memenuhi syarat.
Panjang kayu muka (lm) 1,5h dan lm 200 mm
1,5h = 180 mm
Panjang lm yang digunakan 180 mmjadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Jarak tepi (bopt)
Lm/D6 1,5D dan lm/D6 yang terbesar antara 1,5D atau jarak antara baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7 = 6,299 1,5D = 19,05 mm atau jarak antara baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.

Jarak ujung (aopt)


Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 52
Jarak ujung yang digunakan 100 mm.jadi memenuhi syarat.
Spasi dalam baris alat pengencang (S0pt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris yang digunakan 60 mmjadi memenuhi syarat.
Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D <127 mm 1,5D = 19,05 mm
Jarak antar baris yang digunakan 60 mmjadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok
Untuk sambungan sejajar arah serat

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 3.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 32 = 6

Perencanaan Kuda-kuda # 53

Untuk sambungan tegak lurus arah serat


Karena hanya digunakan 1 baut maka Cg = 1
Faktor koreksi geometric
Untuk sambungan sejajar arah serat
Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a = aopt maka C =1
Untuk sambungan tegak lurus arah serat
Karena hanya digunakan 1 baut maka C = 1
Untuk sambungan dengan sudut 2

Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm

Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.


Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Perencanaan Kuda-kuda # 54

untuk sambungan sudut sejajar serat Fe


Zu = 37,78 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Perencanaan Kuda-kuda # 55

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Untuk sambungan dengan sudut 1

tm = 80 mm
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Perencanaan Kuda-kuda # 56
Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 25675,791 N = 25,675 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Gambar Sambungan pada potongan C :

PU = 28,48 KN

Perencanaan Kuda-kuda # 57

30 mm
100 mm
60 mm
180

mm

60 mm
100 mm

2
1

30 mm
60 mm
30 mm

PU = 30,40 KN

PU = 10,29 KN
PU = 4,90 KN

Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
Dalamnya gigi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Panjang kayu muka (lm) 1,5h dan lm 200 mm
1,5h = 180 mm
Panjang lm yang digunakan 180 mmjadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D6yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7 = 6,299 1,5D = 19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.

Jarak ujung (aopt)


Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm
Jarak ujung yang digunakan 100 mmjadi memenuhi syarat.
Spasi dalam baris alat pengencang (Sopt)

Perencanaan Kuda-kuda # 58
Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
Jarak antar baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok
Unjtuk sambungan sejajar arah serat

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 22 = 4

Perencanaan Kuda-kuda # 59

Untuk sambungan tegak lurus arah serat


Karena hanya digunakan 1 baut maka Cg = 1
Faktor koreksi geometric
Untuk sambungan sejajar arah serat
Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a = aopt maka C =1
Untuk sambungan tegak lurus arah serat
Karena hanya digunakan 1 baut maka C = 1
Untuk sambungan dengan sudut 2

Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Perencanaan Kuda-kuda # 60

Untuk sambungan sudut sejajar serat Fe


ZU = 30,40 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN

Perencanaan Kuda-kuda # 61
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Untuk sambungan dengan sudut 1

tm = 80 mm
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Perencanaan Kuda-kuda # 62
Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 25675,791 N = 25,675 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Gambar Sambungan pada potongan D :

Perencanaan Kuda-kuda # 63

200 mm
60 mm
100 mm

60 mm
100 mm

30 mm
60 mm
30 mm

30 mm
60 mm
30 mm
30 mm

PU = 28,48 KN

30 mm

PU = 27,41 KN

PU = 21,93 KN

Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
Dalamnya gigi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Panjang kayu muka (lm) 1,5h dan lm 200 mm
1,5h = 180 mm
Panjang lm yang digunakan 200 mmjadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D6yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7 = 6,299 1,5D = 19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm
Jarak ujung yang digunakan 100 mmjadi memenuhi syarat.
Spasi dalam baris alat pengencang (Sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.

Jarak antar baris alat pengencang


Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 64
Jarak antar baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok
Unjtuk sambungan sejajar arah serat

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 22 = 4

Untuk sambungan tegak lurus arah serat


Karena hanya digunakan 1 baut maka Cg = 1

Perencanaan Kuda-kuda # 65
Faktor koreksi geometric
Untuk sambungan sejajar arah serat
Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a = aopt maka C =1
Untuk sambungan tegak lurus arah serat
Karena hanya digunakan 1 baut maka C = 1
Sambungan untuk sudut 1
Fe ( = 600)

NU = 28,48 KN

tm = 80 mm
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan


Untuk moda kelelehan, Im, maka tekanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Perencanaan Kuda-kuda # 66
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :
Z = 28667,989 N = 28,667 KN
Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe


NU = 28,48 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 67
tS = 40 mm

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Gambar Sambungan pada potongan E :

PU =10,29 KN
PU = 21,93 KN
30 mm

PU = 8,71 KN

30 mm

PU = 28,93 KN

Perencanaan Kuda-kuda # 68

PU = 29,77 KN
30 mm

30 mm
60 mm
30 mm

60 mm
30 mm

100 mm 60 mm

400 mm

60 mm 100 mm

Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
Dalamnya gigi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Panjang kayu muka (lm) 1,5h dan lm 200 mm
1,5h = 180 mm
Panjang lm yang digunakan 400 mmjadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D6yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7 = 6,299 1,5D = 19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm
Jarak ujung yang digunakan 100 mmjadi memenuhi syarat.
Spasi dalam baris alat pengencang (Sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
Jarak antar baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok
Unjtuk sambungan sejajar arah serat

Perencanaan Kuda-kuda # 69

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 22 = 4

Untuk sambungan tegak lurus arah serat


Karena hanya digunakan 1 baut maka Cg = 1
Faktor koreksi geometric
Untuk sambungan sejajar arah serat

Perencanaan Kuda-kuda # 70
Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a = aopt maka C =1
Untuk sambungan tegak lurus arah serat
Karena hanya digunakan 1 baut maka C = 1
Untuk sambungan dengan sudut 1

NUcos2 = 10,29 0,737 = 7,583 KN


Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe


NU = 29,77 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm
tS = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 71

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Untuk tegak lurus serat, Fe


Zu = 21,93 KN
Fe = 212 G1,45D-0,5 = 212(0,826)1,45(25)-0,5 = 32,135
tm = 80 mm
ts = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 72

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 53344,100 N = 53,344 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Sambungan pada potongan F :

PU = 4,90 KN
PU = 7,41 KN

Perencanaan Kuda-kuda # 73

PU = 35,78 KN
180 mm

PU = 29,77 KN

30 mm
60 mm
30 mm

30 mm
60 mm
30 mm

100 mm 60 mm

30 mm

60 mm 100 mm

Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan takikan
(gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
Dalamnya gigi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Panjang kayu muka (lm) 1,5h dan lm 200 mm
1,5h = 180 mm
Panjang lm yang digunakan 200 mmjadi memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D6yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
80/12,7= 6,299 1,5D = 19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
Jarak tepi yang digunakan 30 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D
4D = 50,8 mm
Jarak ujung yang digunakan 100 mmjadi memenuhi syarat.

Spasi dalam baris alat pengencang (Sopt)


Syarat : 4D = 50,8 mm
Spasi dalam baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
Jarak antar baris yang digunakan 60 mm.jadi memenuhi syarat.
Faktor koreksi aksi kelompok

Perencanaan Kuda-kuda # 74
Unjtuk sambungan sejajar arah serat

Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = ni nr = 22 = 4

Untuk sambungan tegak lurus arah serat


Karena hanya digunakan 1 baut maka Cg = 1
Faktor koreksi geometric
Untuk sambungan sejajar arah serat
Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a = aopt maka C =1

Perencanaan Kuda-kuda # 75
Untuk sambungan tegak lurus arah serat
Karena hanya digunakan 1 baut maka C = 1
Untuk sambungan dengan sudut 1

NUcos2 = 7,41 0,454 = 3,364 KN


Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan
ketentuan :
Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no 3, maka didapat :
= 0,80
V = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 untuk kode kayu E15, maka FV =5,1.
Berdasarkan tabel 2.3 untuk kelas mutu kayu A, maka rasio tahanan = 0,80.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih besar dari 125 mm
x 125 mm, T38o dan Fb/CF = 32/1, maka Cm = 1dan Ct = 1.
Sedangkan untuk Cpt dan Crt ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok (dianggap adalah 1).

Untuk sambungan sudut sejajar serat Fe


Zu = 35,78 KN
Fe = 77,25.G = 77,25 0,826 = 63,809
tm = 80 mm
tS = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 76

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 27682,899 N = 27,682 KN

Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Untuk sudut tegak lurus serat Fe


Zu = 4,90 KN
Fe = 212 G1,45D-0,5 = 212(0,826)1,45(12,7)-0,5 = 45,087
tm = 80 mm

ts = 40 mm

Perencanaan Kuda-kuda # 77

Persamaan yang digunakan :


Untuk moda kelelehan, Im , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IIIS , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Untuk moda kelelehan, IV , maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut :

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu :


Z = 21120,722 N = 21,120 KN
Berdasarkan tabel 2.6 dan 2.7 untuk kombinasi pembebanan no3, maka didapat :
= 0,80
C = 0,65

Anda mungkin juga menyukai