Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No.

1, November 2009

15

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung


Danang Dwi Saputro
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang

Abstrak : Potensi biomass sebagai sumber energi alternatif sedemikian melimpah, namun
belum terolah sepenuhnya. Tujuan penelitian ini adalah menguji temperatur pembakaran
briket arang tongkol jagung dengan kecepatan udara 0,2 m/s, 0,4 m/s, 0,6 m/s dan 0,8 m/s.
Penelitian awal dilakukan dengan pengujian proximate bahan baku meliputi kadar air, nilai
kalor, kadar abu, volatile matter dan kadar karbon. Hasil penelitian karakteristik pembakaran
arang briket tongkol jagung dengan variasi laju aliran massa udara adalah sebagai berikut :
perubahan temperatur pembakaran dari temperatur awal 200C sampai temperatur puncak
berkisar antara 286C -292C, laju pengurangan massa berkisar selama 21 menit-30 menit,
laju pembakaran mencapai puncak berkisar antara 0,3 gr/s-0,41 gr/s. Dari hasil penelitian
didapatkan untuk membakar 5 gr arang briket tongkol jagung dibutuhkan udara kering 20,15
gr. Stoikiometris didapatkan perbandingan antara bahan bakar dengan udara 4:1. Aliran
massa udara yang dapat memenuhi kebutuhan udara kering tersebut adalah 0,6 m/s.
Pembakaran pada aliran massa udara 0,6 m/s merupakan pembakaran dengan pencapaian
temperatur tertinggi yaitu 292C, dengan laju pembakaran selama 21 menit.
Kata Kunci: briket arang, tongkol jagung, pembakaran

1. Pendahuluan
Tingkat pemakaian bahan bakar terutama
bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat
seiring dengan semakin bertambahnya
populasi manusia dan meningkatnya laju
industrialisasi di berbagai negara di dunia.
Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran
terjadinya krisis bahan bakar. Di samping itu
kepedulian manusia terhadap lingkungannya
memunculkan pemikiran penggunaan energi
alternatif yang bersih.
Sektor agraris umumnya menghasilkan
limbah pertanian yang kurang termanfaatkan.
Limbah pertanian yang merupakan biomass
tersebut merupakan sumber energi alternatif
yang melimpah, dengan kandungan energi
yang relatif besar. Limbah pertanian tersebut
apabila diolah akan menjadi suatu bahan
bakar padat buatan yang lebih luas
penggunaannya sebagai bahan bakar
alternatif. Di samping itu sumber energi
biomassa
mempunyai
keuntungan
pemanfaatan antara lain: dapat dimanfaatkan
secara lestari karena sifatnya yang
renewable resources, tidak mengandung
unsur sulfur yang menyebabkan polusi udara
pada pengunaan bahan bakar fosil, dan

meningkatkan
efisiensi
limbah pertanian.

pemanfaatan

Penelitian telah banyak dilakukan untuk


mempelajari potensi energi dalam bentuk
padat dari berbagai limbah pertanian
dengan mengkonversinya ke bentuk briket
seperti: briket ampas tebu (Apolinario et al
1997), briket sekam padi (Estela 2002),
briket batang gandum dan rumput (Mani
et al 2002), briket batang jagung (Bix,
2007; Afifi, 2007).
Hasil penelitian tersebut berupa: 1)
berbagai parameter proses produksi briket
biomassa dan 2) briket itu sendiri. Hasil
berupa briket ini dapat digunakan untuk
proses pembakaran yang sesungguhnya,
namun untuk mendapatkan pembakaran
yang efisien diperlukan tungku yang
sesuai dengan karakter briket. Tungku
yang efisien dapat menyediakan pasokan
udara pembakaran yang tepat sehingga
pembakaran
briket
berlangsung
sempurna. Dengan adanya tungku yang
sesuai maka briket yang dihasilkan dapat
digunakan
untuk
aplikasi
yang
sesungguhnya.

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009

2. Tinjauan Pustaka
Konsep Udara Berlebih
Untuk pembakaran yang optimum, jumlah
udara pembakaran yang sesungguhnya
harus lebih besar daripada yang dibutuhkan
secara teoritis. Bagian dari gas buang
mengandung udara murni yaitu udara
berlebih yang ikut dipanaskan hingga
mencapai suhu gas buang dan meninggalkan
boiler melalui cerobong. Analisis kimia gasgas merupakan metode objektif yang dapat
membantu untuk mengontrol udara dengan
lebih baik. Dengan mengukur CO2 atau O2
dalam gas buang (menggunakan peralatan
pencatat kontinyu atau peralatan Orsat
ataubeberapa peralatan portable yang
murah) kandungan udara berlebih dan
kehilangan dicerobong dapat diperkirakan.
Udara berlebih yang dibutuhkan tergantung
pada
jenis
bahanbakar
dan
sistim
pembakaran-nya. Cara yang lebih cepat
untuk menghitung udara berlebih adalah
dengan menggunakan gambar 2 dan 3,
setelah persen CO2 atau O2 dalam gas buang
diukur.
Adapun tahapan dalam pembakaran bahan
bakar padat adalah sebagai berikut :
1. Pengeringan Dalam proses ini bahan
bakar
pengalami
proses
kenaikan
temperatur yang akan mengakibatkan
menguapnya kadar air yang berada pada
permukaan bahan bakar tersebut,
sedangkan untuk kadar air yang berada
di dalam akan menguap melalui pori-pori
bahan bakar padat.
2. Devolatilisasi yaitu proses bahan bakar
mulai mengalami dekomposisi setelah
terjadi pengeringan.
3. Pembakaran Arang, sisa dari pirolisis
adalah arang (fix carbon) dan sedikit abu,
kemudian
partikel
bahan
bakar
mengalami tahapan oksidasi arang yang
memerlukan 70%-80% dari total waktu
pembakaran.
Himawanto (2005), meneliti laju pembakaran
briket yang terbuat dari sampah pengergajian
kayu, sekam padi, kulit kacang tanah, serat
kulit kelapa dan serat kulit kelapa sawit.
Briket dibuat dengan metode piston-press

16

dengan bahan perekat starch dan


molasse. Briket yang dibuat diuji
karakteristik pembakarannya. Peneliti
menyimpulkan (1)laju pembakaran naik
seiring dengan kenaikan dwell time dan
prosentase perekat. (2) briket dari limbah
pengergajian kayu mempuyai sifat paling
baik dibandingkan dengan bahan yang
lain. Secara umum disimpulkan bahwa
briket dari biomassa mempunyai potensi
untuk dijadikan bahan bakar, tetapi setiap
material mempunyai karakteristik optimum
yang berbeda-beda.
Subroto (2006) meneliti karakteristik
pembakaran briket campuran batubara,
ampas tebu dan jerami dengan bahan
perekat tepung pati. Komposisi yang di uji
adalah biobriket dengan perbandingan
prosentase batubara : biomass (ampas
tebu dan jerami); 10% :90% ; 33,3% :
66,6% ; 50% : 50% , briket dibuat dengan
metode cetak tekan pada tekanan 100
kg/cm2. Pengujian pembakaran dilakukan
untuk
mengetahui
besarnya
laju
pengurangan
massa
dengan
laju
kecepatan udara konstan(0,3 m/s),
kemudian dilanjutkan dengan pengujian
emisi polutan Berdasarkan percobaan dan
parameter yang telah di uji, penambahan
biomass menyebabkan naiknya volatile
matter sehingga lebih cepat terbakar dan
laju
pembakaran
lebih
cepat.
Penambahan
biomass
juga
dapat
menurunkan
emisi
polutan
yang
dihasilkan pada saat pembakaran.
Komposisi biobriket terbaik yang dapat
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
adalah komposisi batubara 10% : biomass
90% karena lebih cepat terbakar, suhu
yang dicapai dapat optimal dan lebih
ramah lingkungan.
Sulistyanto
(2006),
telah
menguji
karakteristik
pembakaran
biobriket
campuran batubara dengan sabut kelapa
dengan perbandingan batubara : biomass
: 10% : 90%, 20% : 80%, 30% : 70%
dengan kecepatan udara konstan. Briket
dibuat dengan metode Piston Press pada
tekanan kompaksi sebesar 100 kg/cm2
dan bahan perekat pati. Berdasarkan
percobaan dan parameter yang telah di
uji, penambahan biomass menyebabkan
naiknya volatile matter sehingga lebih

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009

cepat terbakar dan laju pembakaran lebih


cepat. Penambahan biomass juga dapat
menurunkan emisi polutan yang dihasilkan
pada saat pembakaran. Komposisi biobriket
terbaik yang dapat digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari adalah komposisi
batubara : biomass = 10% : 90% karena lebih
cepat terbakar dan lebih ramah lingkungan,
sedangkan
untuk
kebutuhan
industri,
komposisi terbaik dengan pencapaian
temperatur tertinggi adalah komposisi
batubara : biomass = 30% : 70%.
Himawanto (2005), menguji pengaruh
temperatur karbonisasi terhadap karakteristik
pembakaran briket sampah kota. Briket
terbuat dari sampah kota dengan bahan
pengikat molasses dan batu kapur. Peneliti
menyimpulkan
(1)
proses
karbonisasi
mempengaruhi karakteristik pembakaran
briket, semakin tinggi temperatur karbonisasi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
karakteristik pembakaran (2) karakteristik
pembakaran pembakaan terbaik dicapai pada
komposisi bahan organik dan perekat
sebesar 90% : 10% pada temperatur

17

karbonisasi 1200C. Pada komposisi


campuran ini temperatur mulai terbakar
pada 176,30C dengan peak temperatur
yang dicapai sebesar 448,80C

3. Metode Penelitian
Tongkol jagung diambil dari daerah
pertanian jagung di penggilingan jagung,
desa Muntal, Gunungpati. Sebagai bahan
buangan kadar airnya bervariasi sehinga
diperlukan
pengeringan
untuk
mendapatkan kadar air yang seragam.
Pengeringan memakai Oven sampai
kadar air bahan baku mencapai 12% dari
berat kering. Berikut ini adalah sifat bahan
baku yang dipakai dalam pembuatan
briket (Tabel 1).
Bahan
baku
yang
telah
kering
dihancurkan
menggunakan
alat
penghancur. Agar didapat ukuran partikel
bahan baku sebesar 0,6 mm dilakukan
pengayakan.

4. Hasil Penelitian dan


Pembahasan
Pengujian temparatur pembakaran

Gambar 1. Alat uji pembakaran

Pada grafik di atas menunjukkan


temperatur pembakaran pada masingmasing
kecepatan
aliran
udara.
Temperatur tertinggi pada kecepatan
udara pembakaran 0,6 m/s yaitu 292C,
hal ini dipengaruhi oleh massa udara yang
dialirkan pada saat pembakaran. Udara
akan mengurangi atau memperlambat
pencapaian
temperatur
maksimum.
Sehingga semakin kecil kecepatan aliran
udara yang diberikan semakin tinggi
temperatur
yang
dicapai
pada

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009

pembakaran. Temperatur tertinggi pada


aliran 0,6 m/s dicapai selama 10 menit, hal ini
berbeda pada aliran udara 0,8 m/s dan 1,0
m/s masing-masing mencapai temperatur
tertinggi pada menit ke 13 dan 15

Gambar 2. Grafik Temperatur Pembakaran


Pembakaran arang briket di atas temperatur
awal pembakaran atau temperatur ruang
tungku (pre heat) dikondisikan 200C (lihat
Gambar 1 dan 2). Temperatur secara cepat
mengalami kenaikan, dikarenakan briket
tanpa melalui proses devolatilisasi atau
proses dekomposisi. Pembakaran briket
hanya mengalami proses pengeringan kadar
air kemudian langsung porses pembakaran
arang.
Setelah
mencapai
temperatur
tertinggi, pada umumnya suatu pembakaran
akan mengalami penurunan temperatur
seiring dengan menyusutnya massa briket.

Pengujian Laju pengurangan Massa


Pembakaran
Pengurangan massa pada pembakaran briket
berbanding
lurus
dengan
temperatur
(Gambar 3). Dimana semakin tinggi
temparatur yang dicapai maka semakin cepat
pula pengurangan massa pembakaran.
Terbukti pada grafik pengurangan massa di
atas, pembakaran paling cepat pada aliran
massa udara 0,6 m/s yaitu membutuhkan
waktu 21 menit sampai briket habis terbakar.
(Subroto, 2006), Kenaikan temperatur udara
pembakaran
menyebabkan
semakin
pendeknya waktu pembakaran. Pengurangan
massa pada masing-masing aliran udara
mengalami penurunan yang signifikan pada
menit-menit pertengahan pembakaran. Hal ini
sesuai
dengan
kenaikan
temperatur
pembakaran yang mencapai titik puncak
pada menit-menit pertengahan. Aliran 0,6 m/s
mengalami penurunan drastis pada menit ke

18

10, sedangkan aliran 0,8 m/s dan 1,0 m/s


mengalami penurunan drastis masingmasing pada menit ke 13 dan 15.

Gambar 3. Grafik Pengurangan Massa


Pembakaran

Pengujian laju Pembakaran

Gambar 4. Grafik Laju Pembakar


Pengujian di Gambar 4 menunjukkan laju
pembakaran paling cepat adalah pada
aliran massa udara 0,6 m/s. Laju
pembakaran dipengaruhi oleh temperatur,
dimana semakin tinggi temparatur maka
semakin singkat waktu yang dibutuhkan
dalam pembakaran. Tingginya temperatur
juga berpengaruh pada pencapaian titik
puncak dalam laju pembakaran. Grafik
menunjukkan titik puncak tertinggi dicapai
oleh aliran massa udara 0,6 m/s, yaitu
0,41 gr/mnt. Karakteristik bahan bakar
berpengaruh
dalam
pembakaran,
diantaranya adalah volatile matter.
(Subroto, 2006), Dalam penelitiannya
semakin banyak kandungan volatile
matter pada biobriket maka semakin
mudah biobriket untuk terbakar dan

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009

menyala. Hal ini terbukti, laju pembakaran


biobriket campuran ampas tebu dan jerami
dengan massa awal 5 gr membutuhkan
waktu 12 menit sampai biobriket habis
terbakar. Berbeda dengan laju pembakaran
arang briket yang paling cepat membutuhkan
waktu 21 menit.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
mengenai pengaruh variasi kecepatan aliran
massa
udara
terhadap
karakteristik
pembakaran arang briket tongkol jagung
dengan campuran perekat kanji, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Laju pembakaran tercepat dicapai pada
kecepatan pembakaran 0,6 m/s, hal ini
dipengaruhi oleh jumlah udara yang
dipakai untuk pembakaran lebih sedikit
sehingga proses pembakaran menjadi
lebih cepat.
2. Temperatur
tertinggi
dicapai
pada
kecepatan aliran udara 0,6 m/s dan bahan
bakar lebih cepat habis, dikarenakan
jumlah massa udara yang sedikit akan
mempermudah pencapaian temperatur
tinggi.

19

6. Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Bahan Bakar dan
Pembakaran. Pedoman Efisiensi
Energi untuk Industri di Asia
www.energyefficiencyasia.org.
Anonim. 2007. Bahan Bakar Nabati.
Panebar Swadaya. Jakarta.
Himawanto
D.A.
2005.
Pengaruh
Temperatur Karbonisasi Terhadap
Karakteristik Pembakaran Briket
Sampah Kota. Media Mesin. Vol. 6.
No.2. pp. 84-91.
Klass D.L.. 1998. Biomass for Renewable
Energy, Fuels, and Chemical.
Academic Press. Mani S., Lope G., Sokhansany S. 2004.
Grinding Performance an physical
properties of weat and barley
straws, corn stover and switchgrass.
Biomass & Bioenergy. Vol. 27. pp.
339-352.
Saputro D.D., Widayat W. 2007.
Biomassa sebagai Sumber Energi
Alternatif Terbarukan di Indonesia.
Jurnal Profesional. Vol 5. No.2. pp.
705-716.
Subroto. 2006. Karakteristik Pembakaran
Biobriket
Campuran
Batubara,
Ampas Tebu dan Jerami. Media
Mesin. Vol 7. No.2. pp. 47-54.
Sulistyanto
A.
2006.
Karakteristik
Pembakaran Biobriket Campuran
Batubara dan Sabut Kelapa. Vol 7.
No.2. pp. 77-84.

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009

20

Anda mungkin juga menyukai