PENDAHULUAN
2.
3.
desentralisasi, mungkin adalah lebih berguna untuk focus pada apa yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi melalui desentralisasi. Yaitu, masalah tersebut sebaiknya adalah
mengenai perilaku apa yang diinginkan oleh organisasi dari para menejernya. Definisi
keperilakuan dari desentralisasi sebagai suatu system yang mendorong berbagai manjer
dalam suatu hierarki untuk berfikir dan bertindak secara independen sementara pada saat
bersamaan merupakan bagian dari suatu tim. R. F. Vancil menangkap semangat ini ketika
ia menyatakan bahwa tujuan dari desentralisasi adalah mengembangkan seorang manajer
yang mempunyai keyakinan untuk bertindak sendiri pada beberapa kesempatan,
kebijakan untuk mencari nasihat pada kesempatan yang lain, dan akal sehat untuk
membedakan satu kesempatan dengan kesempatan yang lain
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Desentralisasi
Istilah desentralisasi digunakan dalam sejumlah besar literatur yang beragam. Untuk
membatasi lingkup desentralisasi ini, maka hanya akan dibahas dalam konteks perusahaan
bisnis. Definisi desentralisasi oleh H.A Simon adalah suatu organisasi administratif yang
tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi
tersebut; terdesentralisasi sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada
tingkatan wewenang eksekutif yang lebih rendah.
Komponen
Ciri-ciri
Konteks
Respons
Lingkungan
Lingkungan
Organisasi
Organisasi
Tugas :
Tersedianya sumber
Konflik dalam
kecepatan
(Penyedia sumber/
hubungan-hubungan
respons
Mitra pertukaran)
aktor konsentrasi
perubahan dalam
informasi
Kekuasaan
hubungan-hubungan
spesialisasi
Pengambilan
risiko
informasi
Komunitas :
hambata-hambatan
model
(Faktor-faktor
pada perilaku
pemerintah
hukum&Budaya/
sumber-sumber
upacara keagamaan
Keabsahan)
Gambar diatas menunjukkan bahwa karakteristik utama dari lingkungan tugas adalah
kelimpahan sumber daya, saling keterikatan dari aktor sosial,dan konsentrasi kekuasaan. Fitur
utama dari komunitas adalah sekelompok nilai dan kepercayaan yang dianutnya. Lingkungan
menentukan suatu konteks dari suatu organisasi. Penyedia sumber daya menentukan tingkat
konflik dan perubahan; serta sistem nilai mendefinisikan sekelompok batasan. Konteks pada
gilirannya akan menetukan perilaku yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisasi.
Pilihan atas struktur desentralisasi yang sesuai membutuhkan dua keputusan inti, yaitu :
1) bagaimana membagi tugas/keputusan dalam suatu organisasi, dan 2) system akuntanbilitas
seperti apa yang sebaiknya diterapkan sebagai sumber daya yang digunakan dalam
melaksanakan berbagai tugas/keputusan.
A. Pembagian Tugas atau Keputusan
Komplikasi tambahan dalam membagi tugas/keputusan pada kebanyakan organisasi
besar adalah penyebaran geografis dari unit-unitnya. Geografi menambah masalah
koordinasi, terutama ketika unit-unit tersebut melewati batas-batas Negara. Perusahaan
sekarang harus diatur berdasarkan wilayah, dimana setiap wilayah memiliki organisasi
fungsional atau produk yang lebih lanjut. Suatu masalah yang sulit timbul ketika hanya
ada beberapa produk saja dari banyak produk perusahaan tersebtu yang dijual diberbagai
wilayah. Dalam situasi semacam itu, organisasi dihadapkan pada pilihan yang sulit antara
menduplikasikan divisi produknya disemua wilayah atau menggunakan divisi geografis
untuk seluruh produknya.
B. Merencanakan Akuntabilitas Sumber Daya
Langkah kedua dalam memilih suatu struktur adalah merencanakan suatu system yang
sesuai untuk akuntanbilitas sumber daya pada berbagai sub unit fungsional, produk, atau
wilayah. Biasanya, suatu struktur akuntanbilitas sumber daya mengikuti logika dari
distribusi fisik aktivitas dan keputusan yang dicapai oleh penciptaan subunit. Empat jenis
unit akuntansi sumber daya yang dikenal dalam literature terdiri atas : pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
2.4 Pengembangan Anggaran Dasar
1) Pendelegasian aktivitas
Dalam teori, system terdesentralisasi penuh akan mendelegasikan seluruh aktivitas yang
dapat dipisahkan kepada subunit, dengan hanya sedikit atau tidak sama sekali peran dari
manajemen sentral.
2) Menetapkan norma-norma keperilakuan
Norma-norma keperilakuan yang paling penting adalah sosialisasi, spesialisasi,
standarsisasi, dan formalisasi.
3) Klasifikasi hubungan antarunit
Anggaran dasar yang baik juga memberikan peraturan-peraturan dasar untuk mengelola
pertukaran antarunit. Pertukaran ini adalah perlu ketika subunit-subunit saling bergantung
satu sama lain untuk input atau output.
4) Pendekatan kompetitif vesrsus kolaboratif
Pendekatan kompetitif, mengandalkan pada mekanisme pasar dan mensubsitusi pasar internal
yang fiktif dengan pasar eksternal. Pendekatan kolaboratif, menekankan pada keanggotaan
organisasional dan mendorong individu untuk bekerja sebagai satu tim dengan menggunakan
aturan, penghargaan, dan nilai yang sesuai.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
a. Tersedianya Pasar Eksternal
Sikap kompetitif diantara subunit-subunit mungkin hanya jika ada pasar eksternal
untuk produk atau jasa yang diperdagangkan secara internal. Tersedianya kompetisi aktif
dipasar eksternal membuat kompetisi internal menjadi lebih mungkin dan praktis.
Ada dua alasan mengapa jenis pasar eksternal yang dapat diperbandingkan semacam
ini sulit ditemukan dalam peraktek. Pertama, sejumlah unit internal diciptakan untuk
kemudahan administratif. Hal ini menghasilkan unit-unit yang secara teknologi tidak dapat
dipisahkan, tetapi secara administratif terpisah. Produk yang akan diperdagangkan dalam
situasi seperti ini mungkin tidak memiliki pasar eksternal karena produk tersebut merupakan
hasil dari kecurangan administratif. Kedua, pasar eksternal tidak dianggap aktif jika pasar
tersebut melibatkan pertukaran diantara sejumlah kecil pelaku pasar. Disini, keputusan untuk
melakukan internalisasi dibuat untuk menghindari ketergantungan yang mungkin terjadi pada
satu sumber pembeli atau penjual tunggal.
masalah yang dihadapi oleh unit pembeli, tetapi tidak melakukan apa-apa untuk
mengkangkap penurunan lebih lanjut dalam kualitas penjual. Dalam situasi semacam ini,
pendekatan kompetitif harus diperketat untuk memaksa baik pihak pembeli maupun pihak
penjual untuk meningkatkan kualitas internal.
6) Desentralisasi dan penentu harga transfer
Harga transfer mendukung dan mendorong jenis-jenis perilaku tertentu dalam organisasi.
Biaya variabel mungkin optimal secara ekonomi karena biaya tersebut mendekati
biaya produksi marginal dalam jangka pendek. Akan tetapi, biaya variabel secara
motivasional tidak mendukung unit penjual karena biaya tersebut tidak memungkinkan unit
penjual untuk menunjukkan laba.
d. Harga yang dinegoisasikan
Harga transfer yang dinegosiasikan akan mendorong keterampilan bernegosiasi
dengan mengorbankan produktifitas karena negosiator yang paling baik dapat mengenal
harga yang lebih tinggi. Menurut N.Dopouch dan R.Drake, harga transfer yang
dinegosiasikan merupakan dasar yang tidak memuaskan bagi evaluasi kinerja dari subunit
karena harga tersebut sebenarnya mengimplikasikan evaluasi terhadap kekuatan untuk
melakukan negosiasi dibandingkan dengan kinerja itu sendiri.
e. Harga yang diputuskan atau diperintahkan
Digunakan ketika dua subunit tidak mencapai kesepakatan mengenai harga transfer
yang memuaskan kedua belah pihal atau jika satu divisi menolak untuk melakukan transaksi
dengan divisi lain. Dalam kasusu semacam ini merupakan praktik umum bagi manajemen
puncak untuk menetukan suatu solusi yang tepat guna menyelesaikan perselisihan ini. Ketika
hal ini dilakukan, para manajer yang terlibat tidak lagi mempunyai tanggung jawab penuh
atas aktifitas dari divisi mereka. Hal ini menimbulkan masalah-masalah keprilakuan langsung
dalam hal semangat dan motivasi. Hal itu juga berarti bahwa kinerja divisional dievaluasi,
para manajer tersebut akan tetap dianggap bertanggungjawab atas akibat dari keputusan yang
tidak mereka buat.
Diperlukan
1. Harga kompetitif berbasis pasar digunakan
oleh harga.
unit.
berkolaborasi.
5. Harga transfer yang diperintahkan untuk
menggabungkan unit-unit yang terpisah.
Bagian ini menyatakan bahwa elemen utama dari desentralisasi adalah kebutuhan
untuk mengembangkan anggaran dasar yang sesuai. Anggaran dasar yang semacam itu harus
memutuskan aktivitas dan keputusan manakah yang akan dibuat oleh kantor pusat dan
manakah yang akan didelegasikan kepadaunit-unit individual; menyediakan norma perilaku
yang sesuai untuk diikuti oleh unit-unit dalam melaksanakan aktifitas yang ditugaskan; dan
menetapkan apakah pertukaran antar unit akan diatur terutama oleh aturan-aturan kompetisi
atau kolaborasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desentralisasi adalah satu dari dua pola organisasi. Lewat desentralisasi, berbagai hal
yang terkait dengan organisasi telah didelegasikan ke tingkat yang lebih rendah. Meskipun
demikian, terdapat aspek keperilakuan dari pihak penerima. Untuk menghindari perilaku
disfungsional yang pada gilirannya dapat merugikan organisasi secara keseluruhan. Terdapat
banyak pihak yang diuntungkan dan dirugikan oleh desentralisasi. Masing-masing pihak
bertahan pada pendiriannya masing-masing karena mereka memiliki lingkungan yang
berbeda. Kondisi inilah yang sangat potensial akan menimbulkan perilaku yang disfungsional
ketika satu ukuran tunggal digunakan dalam proses penilaian kinerja dari masing-masing
bagian. Untuk itu, diperlukan berbagai kebijakan dan keputusan yang sesuai dalam proses
penilaian kinerja dari masing-masing bagian yang terdesentralisasi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA