Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENENTUAN GULA REDUKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

NAMA

: RIRI ANGGRAINI

NO. BP

: 1310412053

JURUSAN

: KIMIA

FAKULTAS

: MIPA

HARI/TANGGAL

: RABU / 25 NOVEMBER 2015

KELOMPOK

: VI (ENAM)

REKAN KERJA

: 1. INTAN PURNAMA SARI

(1310411011)

2. ANDI YURI SAPUTRA

(1310411042)

3. LENNY RAHMAWATI

(1310411103)

4. RAJIATUL AULIA

(1310411073)

ASISTEN

: FITRI YUWANDA RAMARSYEGA

LABORATORIUM PENDIDIKAN III


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan.
Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa
kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama
tersebut karbohidrat memegang peranan yang sangat penting karena merupakan
sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari. Tanpa karbohidrat tersebut
kemungkinan besar segala aktivitas yang kita lakukan ditiap harinya akan
terhambat.
Karbohidrat terdiri dari beberapa golongan penting seperti monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Pengklasifikasian tersebut berdasarkan jumlah
atom karbon. Gula yang mengandung gugus fungsional aldehid disebut aldosa dan
jika mengandung gugus fungsional keto disebut ketosa. Glukosa sendiri masuk
dalam monosakarida dan memiliki gugus aldehid. Karena gugus aldehid inilah
glukosa memiliki kemampuan dalam mereduksi suatu senyawa.
Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan termasuk
dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat digunakan untuk mereduksi ion
kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam
penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain: Luff
Schrool, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson. Untuk lebih
memahami dan membuktikan atau mengaplikasikannya secara langsung teori
tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
1. Menentukan gula reduksi dari sampel.
2. Memahami prinsip spektrofotometri dalam biokimia.
1.3 Manfaat
1. Menentukan gula darah dalam penentuan penyakit diabetes
2. Menentukan kadar gula dalam sampel yang diinginkan

BAB II
LANDASAN TEORI
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi
kondensat polimer-polimernya yang terbentuk. Nama karbohidrat dipergunakan
pada senyawa-senyawa tersebut mengingat rumus empirisnya yang berupa
CnH2nOn atau mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami hidratasi. Di
alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan
sinar matahari dan hijau daun (chlorophyll). Hasil fotosintesa ini kemudian
mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa-senyawa bermolekul besar lain
yang menjadi cadangan makanan pada tanaman. Secara alami, ada tiga bentuk
karbohidrat yang terpenting yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Polisakarida merupakan kelompok karbohidrat yang paling banyak terdapat di
alam. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari banyak
sekali satuan (unit) monosakarida. Jumlah polisakarida ini terdapat jauh lebih
banyak daripada oligosakarida maupun monosakarida.
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan
sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi
menjadi empat golongan yaitu :
1. Gula yang sederhana atau monosakarida
Kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang mengandung lima dan enam
atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon disebut heksosa.
Gula yang mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula
sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan
polihidroksi keton disebut ketosa.
2. Oligosakarida
Senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh
pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus
hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga
diperoleh trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama
gula ini disebut ikatan glikosida.
3. Polisakarida

Terikat lebih dari satu gula sederhana yang dihubungkan dalam ikatan
glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
4. Glikosida
Dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka
mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh
ikatan glikosida.
Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering
dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom
karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal
sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah
aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa.
Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa.
CHO
H

OH

HO

OH

OH
CH2OH

D glukosa
Rumus proyeksi Fischer adalah cara umum untuk menggambarkan molekul
monosakarida. Proyeksinya biasa digambar dengan sebuah rantai karbon vertikal
dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak.
Gula reduksi adalah semua gula yang memiliki kemampuan
untuk mereduksi dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton
bebas. Aldehid dapat teroksidasi langsung melalui reaksi redoks.
Namun, gugus keton tidak dapat teroksidasi secara langsung,
gugus keton, tetapi harus diubah menjadi aldehid dengan
perpindahan tautomerik yang memindahkan gugus karbonil ke
bagian akhir rantai. Monosakarida yang termasuk gula reduksi
antara lain glukosa, fruktosa, gliseraldehida, dan galaktosa.

Untuk disakarida, contohnya adalah laktosa dan maltosa.


Sedangkan yang termasuk gula non-reduksi adalah sukrosa. Gula
non-reduksi

dicirikan

dengan

tidak

adanya

struktur

rantai

terbuka, sehingga tidak rentan terhadap proses oksidasi reduksi.


Pada polimer glukosa seperti amilum dan turunan amilum
(maltodextrin dan dextrin), makromolekulnya dimulai dengan
gula

reduksi.

Umumnya

gula

pereduksi

yang

dihasilkan

berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi


aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan. Persentase gula reduksi di dalam turunan amilum/pati
disebut

dengan

dextrose

equivalent

(DE).

Rumus

umum

karbohidrat yaitu Cn(H2O)m, sedangkan yang paling banyak kita


kenal yaitu glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa :
(C6H10O5)n.
Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel yang mengandung
karbohidrat yang digunakan adalah menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat /
3,5-dinitrosalicylic acid. Metode ini adalah metode kimiawi. DNS merupakan
senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen
pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic acid, suatu senyawa
yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 540
nm. Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka
akan semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang terbentuk
dan mengakibatkan serapan semakin tinggi.
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula
sederhana, heksosa, pentose maupun karbohidrat dengan berat molekul yang
tinggi seperti pati, pectin, selulosa, dan lignin. Sumber karbohidrat utama bagi
bahan makanan kita adalah serealia dan umbi-umbian. Misalnya kandungan pati
dalam beras 78,3%, jagung 72,4%, singkong 34,6% dan talas 40%. Paa kedelai
yang sudah tua cadangan karbohidrat, khususnya pati menurun sebaliknya
terbentuklah sukrosa dan galaktosasilsukrosa. Beberapa galaktosasilsukrosa
tersebut adalah rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa.

Penentuan gula reduksi dan gula total dapat dilakukan dengan Metode
Nelson-Somogyi. Metode ini mendasarkan pada daya reduksi sederhana terhadap
ion tembaga menjadi kuprooksida dan senyawa-senyawa gula lain. Bila kemudian
kuprooksida direaksikan dengan arsenomoblidat akan membentuk senyawa
molibdenum (senyawa kompleks berwarna biru) yang dapat ditera pada
spektrofotometer.
Metode ini juga mengisyaratkan perlunya menghilangkan senyawa protein
dari larutan yang dapat dilakukan dengan cara penambahan bahan pengumpul
zink hidroksida (dengan menambah BaOH dan ZnSo4) dan kemudian
disentrifugasi untuk memisahkan endapan proteinnnya. Penentuan gula total pada
prinsipnya sama dengan penentuan gula reduksi, tetapi gula non reduksi yang ikut
ditera diuraikan dulu menjadi komponen penyusunnya agar sifat reduksinya
muncul.
Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan salah satu cara
sebagai berikut :
1.

Cara Luff Schrool, yang ditentukan bukannya koprooksida yang


mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi
dengan menggunakan Na-Tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi
sampel ekuivalen dengan gula reduksi.

2.

Cara Munson Walker, penentuan gula cara ini adalah dengan menentukan
banyaknya koprooksida yang terbentuk dengan cara penimbangan atau
dengan melarutkan kembali dengan asam nitrat kemudian menitrasi dengan
tiosulfat. Jumlah kuprooksida yang terbentuk ekuivalen dengan banyaknya
gula reduksi yang ada dalam larutan.

3.

Cara Lane-Eynon, penentuan gula cara ini adalah dengan cara menitrasi
resgen Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartrat) dengan larutan gula yang akan
diselidiki.

Banyaknya larutan contoh yang dibutuhkan untuk menitrasi

reagen Soxhlet dapat diketahui banyaknya gula yang ada dengan melihat
tabel Lane-Eynon. Agar diperoleh penentuan yang tepat maka reagen
Soxhlet perlu distandarisasi dengan larutan standar. Standarisasi ini

dikerjakan untuk menentukan besarnya faktor koreksi dengan menggunakan


tabel Lane-Eynon.
Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk
memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisa
karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara
kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan
sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan,
kelekatan, stabilitas larutan, dan tekstur hasil olahannya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik,
cara enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat
yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan
pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida.
Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu
keadaan yang tertentu.
Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran
konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktometri maupun
berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti
metode Luff-Schorl, Seliwanoff, Nelson-Somogi dan lain-lain). Hasil analisisnya
adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi
secara individual.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.1.2

Alat
Alat
Labu ukur 100 ml
Labu ukur 20 ml
Tabung reaksi
Termometer
Rak tabung rekasi
Spektrofotometer
Pipet takar 1 mldan 10 ml
Kuvet
Beker gelas

Fungsi
Wadah pengenceran
Wadah pengenceran
Wadah larutan
Alat ukur suhu
Tempat tabung reaksi
Alat ukur serapan
Mengambil larutan
Wadah untuk mengukur serapan
Wadah larutan

Bahan

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bahan
Fungsi
Larutan standar glukosa 1000
Sebagai larutan standar
ppm
Reagen Nelson
Sebagai senyawa pengoksidasi
Akuades
Sebagai pelarut
Reagen Fosfomolibdat
Sebagai pengompleks
Larutan Laktosa
Sebagai larutan sampel
Larutan Fruktosa
Sebagai larutan sampel

3.2 Skema Kerja


A. Pembuatan Kurva Standar
Larutan standar glukosa standar
glukosa
-

Dibuat variasi larutan 0,2,4,6,8,10 ppm

Dimasukkan dalam 5 tabung reaksi


masing-masing 1 mL standar glukosa
pada 8 tabung reaksi,tabung lain diisi

Larutan standar akuades


variasi
konsentrasi

Ditambah 1 mL Reagen Nelson

Dipanaskan 20 menit

Didinginkan dalam gelas piala, suhu


25C

Ditambah 1 mL Reagen Fosfomolibdat

Dikocok hingga endapan larut

Ditambah

mL

akuades,

dikocok

pada

panjang

sampai homogen
Campura
n
-

Diukur

serapan

gelombang 540 nm
Kurva larutan standar

B. Penentuan Gula Reduksi Pada Sampel


Larutan sampel
-

Diambil 1 mL

Ditambah 1 mL Reagen Nelson

Diberi perlakuan seperti di atas (A)

Diukur serapan

Jumlah gula reduksi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Data dan perhitungan
A. Pengenceran larutan Induk
V1 x N1

= V2 x N2

V1 x 1000 ppm

= 100mL x 1000 ppm

V1

= 10 mL

B. Pengenceran Bertingkat
-

Untuk konsentrasi 80 ppm

V1 x N1
V2

x N2
V1 x 100

Untuk konsentrasi 40 ppm

mL x 80

mL x 40

V1

= 16

V1

mL
-

x N1

= V2 x N2
V1 x 60
= 20

= 20

V1

13,3 mL
-

Untuk konsentrasi 60 ppm

V1 x N1
V2

x N2
V1 x 80

Untuk konsentrasi 20 ppm

= 20

= V2 x N2
V1 x 40

= 15

= 20 mL x 20
V1
= 10

mL x 60
-

V1

mL

V1

x N1

mL

- 4.1.2

Tabel hasil pengamatan

Kon

sentrasi
-

bsorban

Penamb ahan 1mL

Pema

nasan

reagen Nelson

(pp

Penamba
han reagen
Fosfomolibdat

m)
-

100

0,

+++++

361
-

80

281

++++ -

+++++

++++ -

++++

+
0,

++++

60

0,

+++

+++

+++

0,

++

++

++

0,

0,

0,

322
-

40

411
-

20

387
-

Sam

pel 1

249

Sam

pel 2

359

- 4.1.3

Persamaan Regresi

XY

100

0,361

36,1

10000

80

0,281

28,1

6400

60

0,322

32,2

3600

40

0,411

41,1

1600

20

0,387

38,7

400

1,762

176,2

300
-

0,3524

60
-

X2

XY
Y
X
x

X 2
n x

5 . 62,6 300. 1,039


5 . 22000 90000

= - 9,1 x 10-4

= y Bx

22000

= 0,3524+ 9,1 x 10-

(60)
-

= A + BX
= 0,407 + 9,1 x 10-

= 0,407

Untuk larutan sampel

Glukosa

Fruktosa

Volume yang diberikan 9

Volume yang diberikan 2,5

mL
V1 x N1

N2
20 mL x ppm= 9 mL x

100 ppm
V1

V2

mL
V1 x N1 = V2 x N2
- 20 mL x ppm= 2,5 mL x
-

100 ppm
-

= 45 ppm

V1

= 12,5ppm

- 4.1.4

Grafik

Kosentrasi
VsLinear
Absorban
YValues

(YValues)

4.1.5 Tabel Pengamatan

No

Cara Kerja

Larutan standar glukosa dengan variasi -

Pengamatan

1.

konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm terbentuk warna akibat penambahan berguna untuk melihat hubungan

Terlihat

pada

larutan -

Analisa

Pengenceran yang dilakukan

ditambahkan masing-masing 1 mL reagen nelson yang berwarna biru tosca.

antara warna dan serapan yang

nelson campuran dari nelson A dan nelson B

dihasilkan

dengan perbandingan 12.5 : 0.5, dipanaskan

dengan

menggunakan

spektrofotometer. Nelson berfungsi

dan kemudian dinginkan

sebagai oksidator. Nelson A dan B


tidak bekerja sendiri namun Nelson A
sebagai oksidator dan Nelson B
sebagai pengompleks.
-

Setiap campuran ditambahkan 1 mL -

Terbentuk warna biru yang -

2.

fosfomolibdat dikocok.

berbeda pada setiap standar.

Warna

yang

berbeda

disebabkan oleh konsentrasi standar


yang digunakan. Pada konsentrasi 0
ppm warna larutan lebih pekat karena
tidak ada gula yang akan diikat oleh
fosfomolibdat itu.
-

Pengukuran pada 540 nm

karena serapannya pada wabiru tua.

4.2

Pembahasan
- Pada percobaan yang dilakukan yaitu penentuan gula

reduksi

secara

spektrofotometri.

Percobaan

dilakukan

penentuan gula reduksi dari sampel. Prinsip percobannya yaitu


pengukuran absorban suatu larutan berwarnapada panjang gelombang
tertentu, yang sesuai dengan hukum Lambert-Berr.
- Gula yang digunakan pada percobaan ini yaitu glukosa
dan fruktosa. Gula pereduksi yang pada percobaan ini digunakan
glukosa akan mereduksi senyawa pengoksidasi (CuSO4 . 5H2O) menjadi
endapan merah bata Cu2O. Metoda yang digunakan pada penentuan gula
reduksi ini adalah metoda Nelson-Somogy. Pada penentuan gula
reduksi ini dibuat deret standar glukosa dengan variasi 0, 20
40, 60, 80 dan 100 ppm. Dilakukan penambahan Nelson
somogy, dimana nelson ini dibuat dari perbandingan nelson
A dan nelson B dengan perbandingan 12,5 : 0,5. Dimana
nelson A ini sebagai oksidator, dia tidak bekerja sendiri,
dibantu oleh nelson B yang berfungsi sebagai pengompleks.
- Larutan yang berwarna tersebut dipanaskan 20 menit tujuannya
adalah untuk mempercepat proses reduksi, lalu didinginkan sampai suhunya
menjadi 25oC agar reaksi berjalan stabil karena apabila terlalu panas
mungkin akan ada komponen senyawa yang rusak atau menguap.
- Semua tabung ditambahkan reagen fosfomolibdat sebanyak 1 mL
dimana pada seyiap larutan standar terjadi perubahan warna yang berbedabeda. Pada tabung 0 ppm, warna larutan lebih pekat karena tidak ada
penambahan glukosa sehingga tidak ada glukosa yang bereaksi baik itu
dengan nelson ataupun dengan fosfomolibadat. Penambahan akuades
berfungsi untuk mengencerkan campuran, sehingga warna larutan semakin
pudar dan larutan semakin encer. Sehingga bisa dilakukan pengukuran
absorban dengan spektrofotometer dimana syarat pengukuran absorban
menggunakan larutan yang encer.
- Pengukuran dengan absorban dilakukan pada panjang gelombang
540 nm. Didapatkan grafik absorban berbanding terbalik dengan
konsentrasi. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
dapat dihitung nilai konsentrasi dari larutan sampel dari

persamaan regresi yang didapatkan, yaitu y = 0,407 + 9,1 x 10X. Dimana konsentrasi dari larutan sampel glukosa yang

digunakan adalah 45 ppm. Sedangkan untuk sampel fruktosa


konsentrasi yang diperoleh adalah 12,5ppm. Dan dilihat dari table
bahwa sampel fruktosa nilai serapannya lebih besar dari
sampel glukosa. Seharusnya adalah glukosa serapan nya
lebih besar dari fruktosa karena konsentrasi glukosa lebih
besar dari fruktosa.
-

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukkan dapat disimpulkan bahwa:

1. Glukosa merupakan gula pereduksi


2. Reaksi yang terjadi pada percobaan adalah reaksi redoks
3. Metoda yang digunakan percobaan ini adalah metoda NelsonSomogy
4. Nilai absorban berbanding lurus dengan konsentrasi
-

6.2 Saran

Praktikan selanjutnya disarankan agar:

1. Teliti dan berhati-hati dalam melakukan pengenceran bertingkat


2. Teliti dan cermat dalam menggunakan dan membaca nilai dari alat
spektrofotometri
3. Pahami prinsip dan prosedur kerja
-

Lampiran 1. Tugas Sebelum Praktikum

1. Berdasarkan gugus yang dipunyai, sebutkan pembagian


karbohidrat!
-

Aldosa

Karbohidrat yang

mempunyai

gugus

aldehid
- Ketosa

Karbohidrat yang

mempunyai

gugus

keton
2. Sebutkan

kelompok

karbohidrat

berdasarkan

penguraiannya!
-

Monosakarida

:karbohidrat yang tidak

dapat diuraikan lagi.


Oligosakarida
:karbohidrat yang dapat

diuraikan menjadi dua monosakarida.


Polisakarida :karbohidrat rantai panjang
yang mempunyai ratusan atau ribuan unit
monosakarida.

3. Mengapa sukrosa termasuk gula nonpereduksi?


-

Karena sukrosa tidak mempunyai

atom karbon anomer bebas (gugus aldehid), disebabkan


karbon anomer kedua komponen unit monosakarida pada
sukrosa berikatan satu sama lainnya.
4. Sebutkan contoh-contoh gula pereduksi!
-

Glukosa,

fruktosa,

galaktosa,

fosfomolibdat

berfungsi

maltosa, selulosa, gliseraldehid.


5. Apa fungsi reagen fosfomolibdat?
-

Reagen

sebagai reagen pengompleks atau pewarna yang dapat


memberikan warna pada larutan sehingga dapat diukur
dengan spektrofometer.

6. Tuliskan prinsip kerja spektrofotometri!


-

Prinsip

kerja

metode

spektrofotometri adalah pengukuran berdasarkan serapan


sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada
panjang gelombang tertentu.
7. Jelaskan perbedaan metoda DNS dengan Somogi Nelson
dan Lowry!
1. Metoda DNS
-

Metode

ini

digunakan

untuk

mengukur gula pereduksi dengan teknik kolorimetri.


Teknik ini hanya dapat mendeteksi satu gula pereduksi,
misalnya

glukosa. Glukosa memiliki gugus aldehida,

sehingga dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil. Gugus


aldehida yang dimiliki oleh glukosa akan dioksidasi oleh
asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil dan
menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa
dengan suhu 90-100oC. Senyawa ini dapat dideteksi
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540
nm.
2. Metoda Somogi Nelson dan Lowry
-

Metode

ini

digunakan

untuk

menentukan

kadar

glukosa dalam darah. Protein diendapkan dengan ZnSO 4


dan Ba(OH)2. Kupri oksida dioksidasi oleh larutan tembaga
alkali dengan membentuk kupro oksida (CuO), kemudian
kupro oksida ini dioksidasi kembali dengan asam arsen
molibdat

yang

arsenomolibdat.
-

akan

membentuk

warna

biru

DAFTAR PUSTAKA

Boyer, Rodney. 2003. Concepts And Skills in The Biochemestry :


Biochemistry and Molecular Biology Education

Daud, Muhammad. 2012. Biokonservasi Bahan Berligoselulosa


Menjadi Bioetanol. Bogor : IPB

Lehninger, Nelson. 1992. Principle of Biochemestry. New York:


Publisher

Anda mungkin juga menyukai