Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENELITIAN
SIFAT-SIFAT RHEOLOGI LUMPUR FILTRASI RENDAH
PADA TEMPERATUR TINGGI
Luqman Arif 1, Aris Buntoro 1, Sudarmoyo 1, Rudi Rubiandini R.S. 2
1
IATMI 2001-67
berupa air atau minyak. Air dapat pula dibagi menjadi dua
yaitu air tawar dan air asin.
Komponen Padat Reaktif
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya
(sistem)
membentuk koloidal. Clay air tawar seperti bentonite
menyerap air tawar dan membentuk lumpur. Jumlah barel
lumpur yang dihasilkan dari satu ton clay agar viscositasnya
15 cp, disebut yield. Untuk bentonite yield-nya kira-kira
100 bbl/ton.
Komponen Padat Non-Reaktif
Komponen padat non-reaktif adalah komponen padat yang
tidak bereaksi (inert) terhadap sistem lumpurnya atau
komponen pemberat, seperti barite (BaSO 4), galena (PbS) dan
biji besi atau ore (Fe 2O3).
Komponen Additive (bahan kimia)
Komponen additive merupakan bagian dari sistem yang
digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur bor. Bahan
kimia tersebut pada umumnya digunakan untuk mengontrol:
viscositas, filtration loss, pH, densitas.
2.2. Fungsi Lumpur Pemboran
Fungsi utama lumpur pemboran adalah 1, 2, 4 :
1. Mengangkat serbuk bor ke permukaan.
2. Mengontrol tekanan formasi
3. Mendinginkan serta melumasi pahat dan drillstring
4. Membersihkan dasar lubang bor
5. Membantu dalam evaluasi formasi
6. Melindungi formasi produktif
7. Membantu stabilitas formasi
2.3. Sifat-Sifat Fisik Lumpur Pemboran
Sifat fisik Lumpur yang terpenting yang dikontrol pada setiap
operasi sumur migas dan panas bumi ada tiga, yaitu:
1. Densitas
2. Rheologi (sifat aliran)
3. Filtration Loss
Densitas
Pengontrolan densitas lumpur pada hakekatnya adalah
mencegah blow out, dan kadang-kadang juga digunakan untuk
menjaga stabilitas lubang bor. Lumpur yang terlalu berat
dapat menyebabkan terjadinya lost sirculation, sedangkan,
lumpur yang terlalu ringan dapat menyebabkan masuknya
fluida formasi ke dalam lubang bor (kick ) dan jika tidak
segera diatasi akan menyebabkan terjadinya semburan liar
(blow out).
Rheologi (Sifat Aliran)
Pengontrol rheologi diperlukan untuk mengangkat serbuk bor
(cutting) pada saat pemboran berlangsung. Dalam
terminology lapanga minyak, istilah sifat aliran (flow
properties) dan viscositas adalah merupakan ungkapan
umum yang digunakan untuk menggambarkan perilaku
lumpur pemboran dalam keadaan bergerak.
Viscositas fluida pemboran merupakan fungsi dari beberapa
faktor, yaitu :
Viscositas fasa cair
Volume padatan dalam lumpur
Volume fluida yang terdispersi (emulsi)
IATMI 2001-67
lumpur
Sistem ini mempunyai luas pemukaan singgung partikelpartikel clay dengan fasa kontinu yang terkecil, maka dari itu
viscositas plastis system ini adalah yang terendah dari
keempat system di atas. Karena adanya gaya atraksi yang kuat
antara plat-plat clay maka yield pointnya menjadi tinggi
(tertinggi dari keempat system), gel strength -nya tinggi tapi
non-progressive.
Sistem deflokulasi.
Dalam system ini plat-plat clay tersebar dalam kumpulan platplat terikat pada bidang permukaannya. Sistem ini biasa
didapatkan dengan menambahkan garam-garam divalent
kedalam system dispersi. Viscositas plastis system ini rendah
karena luas bidang singgung plat clay dengan fasa kontinunya
kecil. Yield point rendah dan gel strength non-progressive
rendah. Lumpur pemboran harus mampu mengontro problemproblem tersebut, sehingga lubang bor tetap terbuka dan
proses pemboran dapat terus dilanjutkan. Perencanaan sistem
lumpur untuk menjaga stabilitas lubang bor sering digunakan
sebagai basis untuk pemilihan jenis lumpur.
3. PENGUJIAN LABORATORIUM
Pengujian lumpur yang dilakukan di laboratorium yaitu
melakukan pengukuran terhadap sifat rheologi lumpur
(viskositas plastik, dan yield point) dengan diagram penelitian
seperti pada Gambar 3.1.
3.1. Bahan-bahan yang Digunakan
Sistem dispersi.
Keadaan dimana plat-plat clay tersebar merata karena gaya
atraksi ternetralisir. Sistem penyebaran ini biasa dicapai
dengan mengagitasikan bentonite ke dalam fresh water
dengan menambahkan sedikit thinner. Thinner yang disebut
pula protection colloid akan melapisi plat-plat clay
sehingga jumlah air yang terhidrasi menjadi lebih sedikit.
Dengan cara ini akan didapatkan fasa kontinu (air bebas) yang
lebih banyak, oleh karenanya akan tercapai keadaan dispersi
yang lebih stabil.
Sistem penyebaran ini memberikan ukuran partikel-partikel
clay yang terkecil sehingga viscositas plastik system ini
adalah yang tertinggi. Yield point cukup tinggi dan dengan
ditambahkannya thinner akan menjadi lebih rendah. Gel
strength rendah tapi progressive.
Sistem Flokulasi.
Keadaan dimana partikel-partikel clay tersebar berupa
kumpulan-kumpulan plat-plat yang saling terikat antara
bidang permukaan dengan tepi atau tepi dengan tepi. Keadaan
penyebaran ini bias didapatkan dengan menambahkan garam
monovalent ke dalam system lumpur dispersi deflokulasi.
Sistem penyebaran ini kurang stabil, apabila dilakukan
pengadukan system akan berubah menjadi dispersi
deflokulasi. Viscositas plastis system flokulasi di bawah
sistem dispersi deflokulasi. Yield point dan gel strength
progressive tinggi karena adanya gaya atraksi antara plat-plat
clay-nya.
Sistem agregasi.
Sistem penyebaran partikel clay di dalam lumpur dimana platplat clay akan tersebar dalam kumpulan plat-plat clay yang
terikat pada bidang-bidang permukaan dan antara tepitepinya, kumpulan plat-plat clay ini juga saling terikat, atau
antara tepi dan bidang permukaan kumpulan plat-plat clay.
IATMI 2001-67
Aquades
Wyoming Bentonite
CMC-HV
Resinex-II
Pyrotrol
Baranex
pada putaran
Gelas Ukur
4. PEMBAHASAN
Hal terpenting yang perlu diketahui dalam menentukan sifat
aliran (rheologi) lumpur pemboran adalah dengan parameterparameter antara lain viskositas plastik, viskositas nyata, yield
point, dan gel strenght dimana parameter-parameter tersebut
didapatkan dari harga pembacaan (dial reading) yang
merupakan output dari HPHT viscometer. Dari hasil
pengujian dapat dianalisa dengan berpatokan pada pengaruh
kenaikan temperatur terhadap sifat rheologi lumpur pemboran
sebagai berikut :
4.1. Lumpur Dasar (LS)
Deskripsi kinerja yang dimiliki oleh lumpur dasar
memperlihatkan bahwa pada pembebanan temperatur sampai
200 0C harga pembacaan 600 masih sapat memenuhi standart
API, sementara harga viskositas plastiknya diatas temperatur
150 0C sudah tidak memenuhi standart API. Sedangkan harga
yield point yang dimiliki hanya sampai temperatur 125 0C.
Kemampuan menstabilkan sifat rheologi lumpur berdasarkan
dari tiga parameter tersebut maka sifat rheologi lumpur dasar
hanya mampu stabil pada temperatur sampai 125 0C untuk
memenuhi standart API.
Fenomena diatas menunjukkan adanya perubahan sifat
rheologi lumpur akibat pembebanan temperatur. Dalam
kondisi tersebut terjadi proses ikatan antar partikel lempung
akibat adanya gaya tarik dan tolak antar partikelnya dengan
katalisator temperatur.
4.2. Lumpur Filtrasi Rendah
Fenomena yang ditunjukkan oleh merupakan prilaku reaksi
aditif dalam mengkontrol volume filtrat lumpur yang sesuai
dengan fungsinya akibat adanya pembebanan temperatur.
Acuan yang dipakai untuk menentukan tinggi rendahnya
volume filtrat adalah harga maksimum standart API pada
kondisi statik. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada
standart maksimum untuk kondisi dinamik akan tetapi dalam
aplikasi dilapangan direkomendasikan harga toleransi antara
20 25 ml.
4.3. Lumpur Dasar + 2 ppb Baranex
Kinerja aditif baranex seperti pada Gambar-4.1.
menunjukkan bahwa dengan pembebanan temperatur sampai
175 0C belum ada perubahan sifat rheologi yang diindiksikan
dengan konstannya harga pembacaan 600, PV, dan YP. Tetapi
diatas 175 0C adanya perubahan dari ketiga parameter
rheologi tersebut. Oleh karena itu aditif baranek berfungsi
sebagai media untuk menstabilkan temperatur (Temperatur
stability agent)
4.4. Lumpur Dasar + 1 ppb CMC-HV
Kinerja aditif seperti yang ditunjukkan pada Gambar-4.2
memperlihatkan adanya perubahan sifat rheologi akibat
pembebanan temperatur. Indikasi adanya perubahab adalah
cenderung turunnya harga pembacaan 600, PV, dan YP
dengan naiknya temperatur, akan tetapi harga ketiga
parameter tersebut masih memenuhi standart API sampai pada
temperatur 200 0C.
IATMI 2001-67
Tabel-1.1.
Standart API
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabel-4.1.
Hubungan Antara Volume Filtrat Dengan Sifat Rheologi
Lumpur
Shear Stress ( )
Shear Rate ( )
Gambar-2.1.
Yield Point hasil Ekstrapolasi Garis Lurus Antara Pembacaan
Dial 300 dan Dial 600
IATMI 2001-67
Gambar-2.2.
Pengaruh Share rate Terhadap Temperatur
Gambar-3.1.
Diagram Penelitian
Gambar-2.3.
Gambaran Penyebaran Partikel-partikel Clay
IATMI 2001-67
Gambar-3.2.
Alat HPHT Viscometer Model - 70
Gambar-4.1.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 2 ppb Baranex
Gambar-4.3.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 4 ppb Pyrotrol
Gambar-4.2.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 1 ppb CMC
Gambar-4.4.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 2 ppb Resinex
IATMI 2001-67