PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin
pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser
atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup
berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya
peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan
kesulitan bagi para peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan
dan informasi yang memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang
dipakai sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit tertentu
(Dalimartha, 2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja
mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus
meningkat. Kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang
semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat. Masyarakat
semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan
memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan dengan mengonsumsi produk alami. Memang obat
modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat tradisional terutama
yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan obat tradisional
dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan baku tidak
perlu di impor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh pemakainya.
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta beragam
jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan sebagai suatu
tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan yang baikdengan
objek yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk
dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis
tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai
konsumen. Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan
berkhasiat obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di
1.3
Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini antara lain :
1. Memberi informasi yang jelas
cara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1Uraian Lokasi dan Kegiatan PKL
II.1.1 Uraian Lokasi
Pelaksanaan PKL Farmakognosi ini diikuti oleh angkatan 2015 baik
S1 maupun D3 jurusan Farmasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 September 2016 di Desa Tamboo, Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Seluruh peserta PKL menempati
rumah warga yang di bagi dalam 15 posko. Desa itu masih terlihat asri dan
sejuk serta dikelilingi oleh gunung dan pesisir pantai, bahkan tepat
dibelakang posko kami terdapat pantai dengan pemandangan yang begitu
indah. Oleh karena itu suhu disana terasa dingin dimalam hari, namun
disiang hari suhu disana terasa panas. Terlepas dari hal itu karena di desa
tamboo dikelilingi oleh gunung-gunung, maka tidak heran apabila di desa
ini terdapat banyak tanaman obat. Beberapa jenis tanaman yang terdapat di
daerah ini memiliki fungsi dan khasiat yang sangat baik untuk dijadikan
bahan obat yang dibuat dalam bentuk simplisia. Suasana di desa tamboo
sangat nyaman, masyarakat di desa tersebut sangat ramah dan mereka
menerima kedatangan kami dengan baik.
II.1.2 Uraian Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Farmakognosi angkatan
2015 dilaksanakan di Desa Tamboo, Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Kegiatan ini diawali dengan persiapan
keberangkatan pada pukul 07.00 WITA dikampus 3 Fakultas Olahraga dan
Kesehatan. Setelah itu menuju kelokasi menggunakan mobil angkutan
yang perjalanannya menyita waktu 2 jam. Peserta tiba di lokasi PKL tepat
pukul 10.30 WITA. Saat tiba di lokasi seluruh peserta PKL di kerahkan ke
posko masing-masing. Sampai di posko kami diperintahkan untuk
menyiapkan dan mengatur barang-barang yang akan kami gunakan selama
beberapa hari di posko. Pada pukul 14.00 WITA peserta mengikuti apel
siang. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan olahraga sepak bola yang
diikuti oleh praktikan dan asisten. Tepat pukul 17.30 WITA peserta
istirahat dan kegiatan dilanjutkan pada pukul 20.30 23.00 WITA yaitu
kegiatan pendidikan dan evaluasi. Pada pukul 23.00 WITA peserta
kembali ke posko masing-masing untuk istrahat dan mempersiapkan diri
untuk kegiatan besok.
Jumat, 2 september 2016 pukul 04.00 WITA, para peserta PKL
melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah itu di lanjutkan dengan
kegiatan olahraga pagi. Pada pukul 19.00 WITA peserta melakukan bakti
sosial. Kegiatan selanjutnya pada pukul 14-00 WITA adalah SIDAK atau
lomba menu makanan sederhana. Setelah itu pada pukul 19.30 WITA
peserta mengikuti kegiatan materi dan asistensi yaitu peserta membuat
sasak dan tas yang akan dipakai untuk mencari sampel pada esok harinya.
Sabtu, 3 september 2016 pukul 07.00 WITA, para peserta PKL
berkumpul di lapangan desa Tamboo untuk persiapan pengambilan
sampel. Peserta PKL berangkat ke lokasi pengambilan sampel yang
diarahkan oleh asisten masing-masing pada pukul 07.30. Setelah semua
sampel diperoleh yaitu daun pecut kuda, bunga bandotan, sambiloto, dan
kortex pohon kapas, batang tembelekan dan biji, para peserta PKL kembali
ke posko masing-masing tepat pada pukul 12:00 WITA, yang dilanjutkan
dengan pengolahan sampel sampai pukul 13.00 WITA. Setelah itu
para peserta melakukan persiapan untuk kegiatan malam inagurasi. Tepat
pukul 19.30 WITA acara malam inagurasi di langsungkan dengan berbagai
penampilan dari tiap-tiap kelompok PKL yang berlangsung sampai pukul
23.00 WITA.
Minggu, 4 september 2016 pukul 07.00 WITA seluruh peserta
mengepak dan mengatur barang-barang untuk kembali ke kampus. Tetapi
sebelum itu para peserta berfoto bersama dengan pemilik rumah atau
posko yang ditempati serta memberikan bingkisan cendra mata dan tanda
terima kasih. Setelah itu pada pukul 08.00 WITA seluruh peserta
dikumpulkan di lapangan desa Tamboo untuk mengikuti pelepasan yang
akan dilepas oleh kepala desa tamboo. Tepat pukul 09.30 WITA peserta
kembali ke kampus.
II.2Farmakognosi
awalnya
masyarakat
awam
tidak
mengenal
istilah
herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu
kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktorfaktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan
herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu.
II.3.2 Herbarium Basah
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu
lipatan kertas koran untuk satu spesimen. Tidak benar digabungkan
beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas
koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya.
Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40
60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam
kantong plastik dan disiram alcohol 70% atau spiritus hingga seluruh
bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup
rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak
menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
II.3.3 Herbarium Kering
Herbarium kering, cara kering menggunakan tiga macam proses yaitu
pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak
terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum
sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas
tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan
harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material
herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. Pengeringan
bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam
lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau
dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar
pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan
kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas
baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi
(Onrizal, 2005).
II.3.4 Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain :
1.
2.
3.
Simplisia
b. Buah
Pengambilan
buah
tergantung
tujuan
dan
pemanfaatam
Panen
dapat
dilakukan
pada
saat
menjelang
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman
masih segar. Sortasi dilakukan terhadap :
a. Tanaman kerikil
b. Rumput-rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan,
d. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ular dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran
yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah
dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian dilakukan
dengan menggunakan air yang berasal daru beberapa sumber yakni
mata air, sumur dan PAM.
4. Pengubahan Bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka
bahan baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini
meliputi :
a. Perajangan untuk rimpang, daun dan herba.
b. Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu dan biji-bijian yang
ukurannya besar.
c. Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dari
bonggolnya.
d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu dan ranting.
e. Penyerutan untuk kayu.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan :
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses, selanjutnya
(ringkas,mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu :
II.5
Uraian Tanaman
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
2. Tempat Tumbuh
Dapat tumbuh ditanah yang berstruktur remah, gembur, tidak
terlalu liat, dan tidak terlalu poros, serta kaya akan bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur
hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
3. Morfologi
Ubi kayu merupakan jenis tanaman perdu yang dapat hidup
sepanjang tahun. Ubi kayu mudah ditanam dan dibudidayakan, dapat
ditanam di lahan yang kurang subur, resiko gagal panen 5% dan tidak
memiliki banyak hama. Tanaman ini mempunyai umur rata rata 7
hingga 12 bulan. Singkong mempunyai umbi atau akar pohon
berdiameter rata-rata 5-10 cm lebih dan panjang 50-80 cm. Daging
umbinya ada yang berwarna putih atau kekuning-kuningan.
4. Nama Daerah
Ubi kayu mempunyai banyak nama, yaitu ketela, keutila, ubi
kayee (Aceh), ubi parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta),
batata kayu (Manado), bistungkel (Ambon), huwi dangdeur (Sunda),
tela pohung (Jawa), tela balandha (Madura), sabrang sawi (Bali),
kasubi (Gorontalo), lame kayu (Makassar), lame aju (Bugis), kasibi.
5. Kandungan kimia
Ubi kayu mengandung 146 kalori, protein 1.2 gram, lemak 0,3
gram, hidrat arang 34,7 gram, kalsium 33 Mg, fosfor 40 Mg, dan zat
besi 0,7 Mg.
6. Khasiat atau kegunaa
Dapat berkhasiat untuk mengobati penyakit seperti demam,
diare, dan luka bernanah.
II.5.2 Biduri
1. Klasifikasi
Regnum
:Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Famili
: Asclepiadaceae
Genus
: Calotropis
Spesies
2. Tempat Tumbuh
3. Morfologi
4. Nama Daerah
5. Kandungan Kimia
6. Khasiat atau Kegunaan
II.5.3 Ginje (Thevetia peruviana) (Dalimartha, 2008)
1. Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Thevetia
Spesies
2. Tempat tumbuh
Tanaman yang berasal dari Amerika tropis dan dipelihara
sebagai tanaman hias di taman atau pinggiran jalan ini didatangkan ke
Indonesia dari India Barat. Ginje termasuk tanaman beracun kareana
mengandung glikosida jantung yang memiliki efekseperti digitalis
(obat penguat jantung). Menurut kepustakaan, tanaman ini di Pulau
oahu penyebab keracunan berfrekuensi tinggi yang serius pada
manusia.
3. Morfologi
Tumbuhan ini dapat ditemui dengan ketinggian 2-5 m,
bercabang banyak mengandung getah berwarna putih seperti susu
yang sangat beracun, berbau tidak enak. Batang bulat, berwarna hijau
keabu-abuan dengan tonjolan-tonjolan bekas ranting dan daun yang
telah gugur. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, berkumpul,
terutama diujung ranting. Helaian daun bentuk lanset dengan ujung
runcing dan pangkal agak membengkok, ibu tulang daun menonjol,
permukaan atas berwarna hijau agak mengilap dan bagian bawah
berwarna lebih muda panjang 8-15 cm dengan lebar 0,6-1,8 cm. bunga
majemuk dalam karangan bunga yang mekar tidak berbarengan,
berbentuk seperti terompet, di ujung ranting atau ketiak daun,
berwarna kuning, buah batu berbentuk segitiga lebar, berwarna hijau
mengilap, berwarna hitam saat masak, bergetah, diameter sektiar 5
cm. biji satu dan besar berwarna abu-abu.
4. Nama Daerah
Ginje, ki hujan, oleander
5. Kandungan Kimia
Daun, bunga, dan biji mengandung banyak cardiac glycosides.
Biji mengandung 7 cardiac glycosides, yaitu thevetin (neriperside) A,
thevetin B, peruvoside, neriifolin, ruvoside (theveneriine), perustin,
dan carberin, thevetin A dan thevetin B adalah glycosides primer yang
sifatnya lipophilic lemah, sedang lima sisanya adalah glycosides
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Stachytarpheta
Spesies
2. Tempat Tumbuh
3. Morfologi
Tumbuhan ini dapat ditemui dengan ketinggian mulai dari 20
-90 cm. Daunnya tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun
berbentuk bulat telur. Pangkal daunnya menyempit dengan ujung
runcing, tepian daun bergerigi dengan permukaan yang berlekuklekuk, panjang daun 4-8 cm dengan lebar 3-6 cm warna daun hijau
tua. Bunga majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang
Bentuk ujung tangkai yang berubah fungsi menjadi bunga berbentuk
seperti pecut dengan bunga-bunga kecil berwarna ungu di sampingsampingnya.
4. Nama Daerah
Jarongan, Jarong lalaki, ngadi rengga, ; remek getih, jarong,
biron, sekar laru, laler mengeng,; rumjarum, ki meurit beureum.
5. Kandungan Kimia
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Amaranthaceae
Family
Genus
: Ocimum
Species
2. Tempat Tumbuh
Ocimum americanum merupakan spesies dari ocimumfamili
lamiaceae (labiatae). Ocimum americanum L. tumbuh liar dan
menyebar di seluruh wilayah tropis Asia dan Afrika (Siemonsma, J.S
& Piluek, K., 1994; Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007).
3. Morfologi
Ocimum americanum L. Merupakan tanaman berbatang tegak,
tinggi tanaman antara 0,3-0,6 m. Batang muda berwarna hijau dan
setelah tua berwarna kecoklatan; tangkai daun berwarna hijau dan
panjangnya antara 0,5-2 cm (Pitojo, 1996), bentuk batang mudanya
persegi (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994). Pada batang terdapat
bulu terutama pada tanaman muda (Hadipoetyanti & wahyuni, 2008).
Daun
Ocimum
americanum
berwarna
hijau
terang
tersusun
pengobatan
tradisional,
Ocimum
americanum
digunakan untuk pengobatan penyakit ringan dimasyarakat. Jamujamuan O. Americanum yang direbus digunakan untuk obat batuk,
daun yang dimemarkan kemudian di tempel diatas dahi dapat
meringankan radang selaput lendir di hidung dan tenggorokan,
sedangkan di tempel diatas dada dapat meringankan masalah
pernapasan. Tanaman keseluruhan (herba) dapat digunakan pada saat
mandi yang berkhasiat untuk pengobatan rematik, selain itu herba
juga berhasiat untuk pengobatan batu
menekan dahaga dan pendingin rasa perut, selain itu juga dapat
digunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo, 1996).
Daun kemangi digunakan untuk mengobati demam, peluruh air
susu kurang lancar, dan rasa mual. Biji kemangi di gunakan untuk
mengobati sembelit (Pitojo, 1996).
Uraian Bahan
: Aethanolum
: Alkohol, ethyl alcohol, ethyl hydroxide, grain alcohol
: 46,07
: C2H5OH
:
Pemerian
H3C
OH
: Cairan tak berwarnah, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas mudah terbakar
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
dalam eter P
: Antiseptic dan Desinfectan
: Mensterilkan alat
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya
ditempa sejuk, jauh dari nyala api.
: Aqua Destillata
: Air Suling, air murni, air steril
:18,02
: H2O
:
H
H
O
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Lokasi PKL
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Farmakognosi (Herbarium dan
Simplisia) dilaksanakan di desa Tamboo Kec. Bone PanteKab. Bonebolango
pada kamis, september 2016 sampai dengan minggu, 4 september 2016.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Fungsi
Gambar
Botol
semprot
digunakan
untuk
menyemprotkan
Alkohol
pada sampel
Gambar 1.6
Gambar
1.1Botol
Semprot
Cutter untuk memotong
tali dan kardus yang akan
digunakan untuk pembuatan
herbarium
Gambar 1.2 Cutter
Gunting
untuk
gunakan
merajang
saat
dan
proses
membuat
sasak
menggali
tanaman
pada
papan
identifikasi
III.2.2 Bahan
Fungsi
Gambar
Alkohol 70 % untuk
membersihkan bakteri dan
jamur
pada
seluruh
permukaan tanaman
Gambar 2.1 Alkohol 70%
Amplop
coklat
penyimpanan
simplisia
akhir
dan
tempelan
hitam
untuk
mengepres/mengepak sasak
herbarium.
Gambar
2.8
Lakban
Hitam
Papan
identifikasi
untuk
Selotip
0
untuk
menempelkan tanaman di
atas permukaan koran
raffia
untuk
bambu
menjadi
sempurna
III.3
III.3.2 Herbarium
A.
Disiapkan alat dan
bahan
Di sterilkan
menggunakan
Di sterilkan
alkohol 70%
menggunakan
alkohol 70%
Di angin-anginkan
sampai kering
Diambil sampel
yang akan dibuat
herbarium
Di tutup dengan
sasak dan di ikat
dengan tali.
III.3.2 Simplisia
Daun
-
Batang
-
mengering
Dicuci batang denganmenggunakan air yang mengalir
Kulit Batang
Akar
-
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
IV.2
Pembahasan
IV.2.1 Herbarium
Herbarium merupakan tanaman yang telah dikeringkan. Herbarium
adalah koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan, spesimen
ini digunakan sebagai bahan rujukan untuk menafsirkan takson tumbuhan
(Stacey, 2004). Cara kerja dari dari herbarium ada 2 cara, yaitu cara basah
dan cara kering. Pada praktek kerja lapangan farmakognosi ini kami
melakukan pembuatan herbarium dengan cara kering karena alat dan
bahan yang digunakan lebih sedikit serta prosesnya lebih mudah
dibandingkan proses awetan basah (Team Teaching,2014). Pertama-tama
dilakukan pengambilan sampel berupa tanaman utuh yaitu tanaman
kemangia atau yang lebih dikenal dengan nama balakama. Setelah
pengambilan sampel, kemudian dilakukan sortasi basah yaitu dengan
memisahkan tanaman dari bahan-bahan organik seperti kerikil dan tanah.
Tujuan dari sortasi basah untuk membersihkan tanaman dari bahan-bahan
asing atau kotoran serta memisahkan bagian tumbuhan antara yang bagus
dan yang tidak bagus. Kemudian dilakukan pencucian pada air yang
mengalir untuk mengeluarkan kotoran yang menempel pada tanaman, lalu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tidak langsung dibawah panas
matahari agar tidak merusak bagian-bagian tumbuhan. Hal ini bertujuan
untuk menghilangkan kadar air akibat proses pencucian sebelumnya.
Kemudian tanaman dibersihkan dengan cara diolesi alkohol 70%
menggunakan kapas untuk mempercepat dalam proses pengeringan,
mencegah pembusukan sampel dikarenakan alkohol 70% dapat membunuh
bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk patogen yang
multidrugresistan, virus dan jamur (Jurnal Sari Pediatri volume 2, 2005).
Proses selanjutnya tanaman ditempelkan pada kertas koran dengan
menggunakan selotip. Selotip tidak boleh menyentuh permukaan dari
tanaman agar saat melepaskan tanaman nanti tidak rusak, oleh karena itu
di atas tanaman ditempeli potongan kertas koran terlebih dahulu kemudian
diujung-ujungnya ditempelkan selotip, hal ini bertujuan agar tanaman
tidak bergeser saat diberi tumpukan koran. Usahakan daun terlihat tampak
depan dan tampak belakang. Hal ini bertujuan agar kita bisa melihat
perbedaan struktur daun baik dari depan maupun belakang. Setelah
semuanya telah dilekatkan, tanaman ditutup lagi dengan kertas koran.
Penggunaan koran dalam hal ini berfungsi menyerap air selama
dilkakukan pengeringan. Banyaknya Koran yang digunakan kurang lebih 7
lembar, dalam hal ini disesuaikan dengan ketebalan sampel. Tujuan
digunakanya 7 lembar Koran ini yakni apabila herbarium terkena air atau
kehujanan tidak langsung merusak tanaman. Kemudian, pada bagian
paling atas dan paling bawah koran diberi sasak bambu. Bambu bisa
menetralkan suhu, dalam suhu dingin bambu dapat membuat suhu menjadi
hangat dan didalam suhu panas bambu bisa mendinginkan suhu panas
tersebut. (Dr Yuli, 2015). Setelah tersusun rapih, sasak diikat dengan tali
rafia dan diusahakan tali tersebut diikat secara kencang agar sasak tersebut
tidak bergeser. Perlakuan tersebut bertujuan agar tanaman benar-benar
dalam keadaan tertutup, sehingga proses pengeringan sempurna. Proses
selanjutnya yakni penyimpanan, sasak tersebut disimpan pada tampat yang
tidak lembab. Penyimpanan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
mamksimal, hasil yang diinginkan disisni adalah keringnya sampel
tersebut. Semakin kering sampel tersebut, maka semakin baik warna yang
dipertahankan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengawetkan tanaman utuh
selama kurang lebih 1 bulan. Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup
kaku dan tidak terasa dingin.
IV.2.1 Simplisia
Simplisia merupakan bahan alamiah berupa tanaman utuh yang
digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan (Badan POM
RI,1999). Pada praktek kerja lapangan ini kami menggunakan daun
tembelekan, bunga biduri, batang , kulit batang ,akar pecut kuda,biji ,
rimpang kunyit, dan umbi ubi kayu, sebagai bahan yang akan dijadikan
simplisia. Pada pembuatan simplisia terdapat beberapa tahap yakni
pengumpulan/panen, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pewadahan dan penyimpanan.
1. Pengumpulan/ Panen
Pengambilan biji (semen) dapat dilakukan pada saat mulai
mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah agar kualitas biji
masih baik dan kandungan zat aktifnya maksimal.Pengambilan daun
(folium) atau herbadilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga
atau buah mulai masak. Untuk pengambilan daun, dianjurkan diambil
pada saat proses fotosintesis berlangsung karena kandungan zat
aktifnya sudah maksimal dan diambil dari pucuk daun keitga-kelima
dipetik langsung secara manual satu persatu. pengambilan batang
(caulis) dan kulit batang (korteks) dilakukan pada tanaman yang sudah
cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim
kemarau karena pada saat musim kemarau proses pengangkutan zat
hara dari tanah keseluruh tubuh tumbuhan berkurang. Sehingga zat-zat
aktif yang dibutuhkan tumbuhan tertumpuk di kulit batang (korteks).
Pengambilan akar (radix) dilakukan pada saat akhir pertumbuhan
atau tanaman sudah cukup umur agar tidak menganggu proses
pertumbuhan tanaman tersebut. Pengambilan rimpang (rhizoma)
dilakukan pada saat akhir pertumbuhan atau tanaman sudah cukup
umur, tanaman dicabut rimpang diambil dan dibersihkan dari akar
dipotong melintang dengan ukuran kecil agar cepat proses
pengeringan. Pengambilan umbi (tuber) dilakukan pada saat
mempermudah
proses
selanjutnya
seperti
pengeringan,
5. Pengeringan
Bahan diolah dengan cara dikeringkan untuk mengurangi kadar
air, kadar air simplsia tererndah 8,40% terdapat pada perlakuan
pengeringan kombinasi matahari. Kdar air simplisia sebaiknya lebih
kecil dari 10,00%. Sehingga tidak menyebabkan terjadinya proses
enzimetik dan kerusakan oleh mikroba. Simplisia yang disimpan
dalam waktu yang lama, enzim akan merubah kandungan kimia yang
telah terbentuk menjadi produk lain yang mungkin tidak lagi memiliki
efek farmakologi seperti senyawa asalnya. Hal ini dikarenakan adanya
proses pengeringan yang mengurangi kadar air dan dan reaksi-reaksi
zat aktif dalam bahan berkurang, sehingga suhu dan waktu
pengeringan perlu diperhatikan (Bul. Littro. Vol XVII No.1). pada
proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan simplisia yang
dihasilkan masih memiliki kadar air yang tinggi dan apabila disimpan
dalam jangka waktu tertentuakan terjadi kerusakan fisik maupun
kimia. Pada pengeringan bunga-bungaan dan dau-daunan harus dijaga
agar aroma tanaman aslinya tidak berubah. Secara umum daun herba
dan bunga dapat dikeringkan antara suhu 200-400C, untuk kulit batang
dan akar pada suhu 300-650C (Promo, 1985).biasanya pada saat
pengeringan terjadi perubahan pada simplisia yaitu hidrolisa
enzimatik,
pencklatan
disertai
perubahan
rasa
dan aktivitas,
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1.
2.
3.
dilakukan
secara
rapat
sehingga
tidak
mudah
terkontaminasi.
V.2
Saran
V.2.1 Jurusan
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar pihak jurusan dalam
pelaksanaan kegiatan PKL untuk saling bekerja sama dengan orang tua
memberitahukan mengenai pelaksanaan PKL karena biasanya kendala
yang kami hadapi dalam mengikuti PKL adalah izin dari orang tua.
V.2.2 Untuk PKL selanjutnya
Kami sebagai praktikan mengharapakan PKL kedepannya dapat
dilaksanakan dilokasi yang memiliki lebih banyak tumbuhan yang
umumnya berkhasiat sebagai obat, dan dalam pelaksanaannya PKL dapat
diisi dengan kegiatan positif lainnya sehingga PKL dalam kesehariannya
akan lebih bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Behera, Baidya. BN, Bilal, & Panda. 2011. Analgesik dan Anti Inflamasi Etfect
dari Differena Ekstrak okimum canum. Jurnal Penelitian Farmasi,
Biologi dan Kimia: Vol.2 Issue 1
Behera, Baidyah, BN, Bilal, Dan Panda. 2011. Analgesict And Anti-Inflamasi
Effect Of Different Ekstracts Of Ocimum Canum. Research Jurnal Of
Pharmaceutical, Bioloigical And Chemical ; Fold : Issu 1.
Behera, Panigr Babu, & Ramani. 2012. Evaluarion dari Anrioridanr Acriviry dari
Ocimum canumi hydroalcoholic Leaf ekstra dalam dari hepatik
iskemia. International Journal of Pharmacy Kelembagaan dan Biologi.
2020; ISSN 2249 6807
Brotosisworo, S., 1984. Simplisia Sangat bervariasi baik wujud maupun
kandungan khasiatnya warta standarisasi, 9.
Dalimartha, Setiawan dr. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:
Trubus Agriwidya
Dalimartha, Setiawan dr. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Jakarta:
Trubus Agriwidya
Dalimartha, Setiawan dr. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI. Jakarta:
Trubus Agriwidya
DepKes RI, 1989, Hematologi., Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dhale, Birari, & Dhulgande. 20100.premliminary sreening of antibaterial and
phytochemical study of ocimum americanum lin. Journal of
ecobiotechnology ISSN 2077-0464
Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Djauhariya, E., dan Hernani 2004. Gulma Berhasiat Obat. Jakarta :Seri Agrisehat
Gunawan, D., Mulyani, S., 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta : Swadaya
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University Press:
New York
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: FMIPA UNNES.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, , Jakarta: P.T. Pradya Paramita
Verma & Kothiyal, 2012. Farmakologi acivities of Species yang berbeda dari
Tulsi. International Journal of Biopharm & fitokimia Penelitian: Vol. 1
(1) Hal: 21-37.
Verma dan Kothiyal. 2012. Pharmacological activities of differens species of
tulsih. International journal of biopharm and phytocemical research:
vol. 1(1).
Yunantoo. A.J., (2005). Peran Alkohol 70 % Porivedon. Iodine 10 % Dan Kasa
Kering Steril Dalam Pencegahan-Infeksi Pada Perawatan Tali Pusat.
Jurnal Sari Pediatri Vol. 7 No.2