Anda di halaman 1dari 6

PRATIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

Isolasi Protoplas

Nama Kelompok:
Billy Ponten / 170114064
Aloysia Sri Pujianti / 170114065

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Mempelajari cara isolasi protoplas dari eksplan daun Phalaenopsis sp. secara in vitro.
1.2 DASAR TEORI
Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa fokus utama dari
karya tulis ini adalah :

Bagaimana upaya konservasi hutan mangrove wonorejo


Bagaimana memanfaatkan Pistia stratiotes untuk mengolah limbah organik pada

aliran sungai Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya


Bagaimana cara membuat kompos dari biomassa Pistia stratiotes

BAB II
METODE PRATIKUM

2.1 BAHAN
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis
pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang
mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara
ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah

pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang
pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi
terhadap garam (Santono, et al., 2005).
2.2 ALAT
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya
atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984).
2.3 CARA KERJA
Bioremediasi adalah proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah batas yang
ditentukan oleh lembaga berwenang. Sedangkan menurut united states environmental
protection agency dalam surtikanti (2011), bioremediasi adalah suatu proses alami untuk
membersihkan bahan-bahan kimia berbahaya. Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya
tersebut,akan dihasilkan air dan gas yang tidak berbahaya seperti karbondioksida.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL
Hutan atau Ekowisata Mangrove Wonorejo terletak di Jl. Raya Wonorejo No. 1,
Rungkut, Surabaya. Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan salah satu destinasi wisata
alam yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Surabaya. Bahkan, hutan mangrove yang
terletak di daerah Rungkut, Wonorejo, ini telah menjadi proyek percontohan nasional dalam

progam Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS). Dan juga telah
mendapatkan apresiasi dari Japan International Cooperation Agency.
3.2. PEMBAHASAN
Salah satu alternatif untuk memperbaiki air yang tercemar adalah dengan
memanfaatkan teknik fitoremediasi menggunakan tanaman air. Teknik ini sangat sederhana
dan tidak membutuhkan biaya yang besar karena hanya memanfaatkan tanaman air yang
mudah

didapat

dan

tidak

memerlukan

perlakuan

khusus

dalam

proses

perkembangbiakannnya. Salah satu agen fitoremediasi yang sering

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Limbah cair domestik atau air limbah rumah tangga merupakan buangan
manusia (tinja dan air seni) dan sullage, yaitu air limbah yang dihasilkan kamar
mandi, pencucian pakaian dan alat-alat dapur serta kegiatan rumah tangga lainnya. Air limbah
rumah tangga ini berpotensi sebagai pencemar lingkungan khususnya bagi hutan mangrove

apabila tidak dikelola dengan semestinya. Sehingga kami membuat karya tulis ini untuk
memberi ide atau saran bagi pemerintah dalam upaya konservasi hutan di Jawa Timur
khususnya hutan Manggrove Wonorejo Surabaya dengan memanfaatkan kayu apu untuk
mengolah limbah cair domestik yang berpotensi menjadi pencemar bagi ekosistem di Hutan
Mangrove Surabaya. Selain dari pada itu hasil dari biomasa yang terbentuk dari kayu apu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kompos yang berguna dalam
pengembangan taman yang ada di Ekowisata Mangrove Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, N., Kristian, Dan Budi S. S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ervina hermawati et al.2005. phytoremediation of detergent wastes used Pistia s and
Limnocharis flava. Surakarta
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI
Press.

Hidayati, N., T. Juhaeti dan F. Syarif. 2004. Karakterisasi Limbah dan Vegetasi yang Tumbuh
pada Penambangan Emas Rakyat dan Penambangan Berskala Besar di Pongkor.
[Laporan Teknik]. Bogor: Pusat Penelitian Biologi LIPI
Langeland, G. 2008. Code For Practice For Powdered Formula For Plants. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Mahida,U.N., 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta.
Nazla Nima et al. 2014. The Ability of Apu-Apu (Pistia sp.) as Bioremediator for Fishery
Factory Waste (Laboratory Scale). Semarang
Santono, N., Bayu, C.N., Ahmad, F.S, dan Ida, F. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku
Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Lembaga Pengembangan dan Pengkajian
Mangrove.
Simamora, S. Dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press, Jakarta
Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi Lingkungan Dan Metode Uji Hayati. Rizqi Press. Bandung
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Wirawan Et, Al. 2014. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakantanaman Kayu Apu
(Pistia Stratiotes L.) Dengan Teknik Tanam Hidroponik. Jurnal. Universitas
Brawijaya. Malang

Anda mungkin juga menyukai