Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan Praktek Lapangan Industri (PLI)
Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan dan
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni manusia Indonesia
seutuhnya yang memiliki wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
memiliki keterampilan (skill) serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu program
pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar
ada keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri
dalam hubungan yang saling membutuhkan, melengkapi, dan saling
mendukung proses pencapaian pembangunan nasional.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang
profesional di bidang supervisi, mengemban tugas dan amanah sebagaimana
yang dirumuskan dalam tujuan nasional. Selain itu juga berupaya
melaksanakan program pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang
tidak saja memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tapi juga mampu
mempraktekkan serta mengembangkannya baik di dunia pendidikan maupun
di dunia usaha/industri.
Program Studi D3 Teknik Pertambangan merupakan salah satu program
pendidikan yang memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang dunia

pertambangan, dan salah satu sumber daya untuk menciptakan tenaga ahli
pertambangan yang profesional.
Dunia pertambangan sebagai arena yang akan ditekuni mahasiswa
Teknik Pertambangan selalu berkaitan erat dengan berbagai hal yang
membutuhkan ketekunan dan keakuratan tinggi, baik menyangkut hal
ekonomis maupun teknis. Kemajuan kinerja akan mempengaruhi tingkat
produksi, yang selalu menjadi titik acuan untuk selalu menjadi lebih baik.
Untuk mempersiapkan mahasiswa D3 Teknik Pertambangan sebagai
lulusan yang siap dan mampu bekerja di bidangnya, maka dibuatlah suatu
kurikulum akademik berupa Praktek Lapangan Industri (PLI). PLI ini
mengharuskan

mahasiswa

untuk

ikut

serta

dalam

semua

aktivitas

pertambangan di lapangan. Adapun tujuan dari PLI tersebut adalah agar


adanya keterkaitan (link) yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia
usaha/industri

dalam

bentuk

hubungan

yang

saling

membutuhkan,

melengkapi, dan saling mendukung proses pencapaian tujuan pembangunan


nasional.
Fakultas Teknik Universitas Nageri Padang (FT UNP) sebagai salah satu
lembaga

pendidikan

yang

melaksanakan

konsep

link

and

match

(keterhubungan) tersebut mengirimkan mahasiswanya yang telah memenuhi


persyaratan ke dunia usaha/industri untuk melaksanakan PLI. Dengan
dilaksanakannya kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa mampu menyatukan
antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan pengetahuan
dan pengalaman yang didapat di lapangan industri. Sehingga nantinya

diharapkan mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia


industri, sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesenjangan antara dunia
pendidikan dengan dunia industri, baik dalam kemampuan maupun
keterampilan. Selanjutnya, dengan adanya kegiatan ini diharapakan mahasiswa
dapat memecahkan permasalahan yang mungkin timbul di dunia industri
melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development)
1.Tujuan
a. Tujuan Umum.
Untuk dapat menggali pegetahuan dan pengalaman praktis di
lapangan, memupuk sikap dan etos kerja mahasiswa sebagai calon
tenaga kerja, serta memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui di
lapangan dengan metoda analisa ilmiah yang dituangkan ke dalam
bentuk laporan proyek akhir.
b. Tujuan Khusus
1) Menambah kesiapan mahasiswa agar bisa terjun ke dunia industri
dengan pengalaman yang didapatkan.
2) Mahasiswa memperoleh dan pengalaman praktis di lapangan
tentang teknik perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pekerjaan
di bidang pertambangan dalam rangka melengkapi pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di bangku perkuliahan.
3) Mahasiswa mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan serta keterampilan yang didapat di kampus dengan
pengetahuan dan keterampilan praktis yang ada di lapangan industri
pertambangan.

4) Mahasiswa mampu membuat suatu laporan ilmiah yang berisi


pengetahuan dan pengalaman lapangan yang diperoleh melalui suatu
analisis ilmiah yang diangkat dari kasus kasus yang dijumpai ke
dalam bentuk suatu laporan.

B.Deskripsi Perusahaan
1. P PT. Semen Padang
PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang
didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch
Indische Portland Cement (NV NIPCM). Alasan pendirian pabrik ini
karena ditemukan cadangan batukapur dan silika di Bukit karang Putih dan
Ngalau pada tahun 1906. Oleh seorang perwira Belanda berkebangsaan
Jerman yang bernama Ir. CarlCristoperLau. Kedua jenis batu tersebut
dibawa ke Belanda untuk diteliti kemudian hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedua jenis bahan baku tersebut dapat dijadikan bahan baku untuk
membuat semen. Sedangkan bahan baku yang satunya lagi yaitu tanah liat
terdapat di perkampungan Indarung.
Ketiga bahan baku utama tersebut memiliki cadangan yang terbesar
sehingga pemerintah Belanda yang berkuasa saat itu untuk mendirikan
pabrik semen. dengan kegigihan dan kerja keras Ir. Carl Christoper Lau
yang menghimpun kerja sama dangan perusahaan besar seperti Fa.
Gebroeders Veth, Fa. Yarman dan Soon serta pihak swasta lainnya, maka
tanggal 18 maret 1910 berdirilah pabrik semen ini dengan notaries
JohannesPiederSmith di Amsterdam dengan nama NV.Nedherlandsch

Portand Cement Maatchappij (NIPCM). Pabrik ini mulai memproduksi


semen pada tahun 1913.
Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945, pabrik diambil
alih dengan manajemen AsanoCement. Setelah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Pabrik ini diambil alih oleh
karyawan dan diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia dengan
nama Kilang semen Indarung. Pada Agresi Militer I tahun 1947, pabrik
dikuasai kembali oleh Belanda dan namanya diganti menjadi NV Padangs
Portland Cement Maatschappij (NV PPCM).
Berdasarkan PP No.50 tanggal 5 Juli 1958,tentang penentuan
perusahaan dan pertambangan milik Belanda dikenakan Nasionalisasi,
maka

NV

Padangs

Portland

Cement

Maatschappij

(NVPPCM)

dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola


Perusahaan Industri Tambang (BAPPIT) Pusat. Setelah tiga tahun dikelola
BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 135 tahun
1961 status perusahaan dirubah menjadi Perusahaan Negara. Akhirnya pada
tahun 1971 melalui peraturan pemerintah No 7, menetapkan Semen Padang
menjadi PT. Semen Padang dengan Akta Notaris 5 tanggal 4 Juli 1872.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.5-326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolisasi atas 3 (tiga)
pabrik semen milik pemerintah yaitu PT. Tonasa (PTST), PT. Semen
Padang (PTSP), PT. Semen Gresik, yang teralisir pada tanggal 15
September 1995. Sehingga saat ini PT. Semen Padang berada dibawah PT.
Semen Gresik Group.

Tahun 1998, pemerintah menjual 4% SSG kepada CEMEX


(Perusahaan Kanada) yang kemudian menjadi 25,53% dengan demikian PT.
Semen Padang dikuasai juga oleh CEMEX, sejak awal masyarakat
Sumatera Barat pada umumnya dan masyarakat Padang pada Khususnya
menolak gagasan pemerintah tersebut, karena tempat Industri dan bahan
baku PT. Semen Padang merupakan tanah ulayat (tanah kaum) masyarakat
minang kabau, sehingga masyarakat Minang Kabau tidak rela jika tanah
ulayatnya jatuh ketangan orang asing.
2. Visi Dan Misi PT. Semen Padang
a. Visi
Menjadi perusahaan semen yang handal, unggul dan
berwawasan lingkungan di Indonesia bagian barat dan Asia
Tenggara.
b. Misi
1) Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk

yang

berorientasi kepada kepuasan pelanggan.


2) Mengembangkan SDM yang kompeten, profesional dan berintegritas
tinggi.
3) Meningkatkan

kemampuan

rekayasa

mengembangkan industri semen nasional.


4) Memberdayakan, mengembangkan dan

dan

engineering

mensinergikan

untuk

sumberdaya

perusahaan yang berwawasan lingkungan.


5) Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan
yang terbaik kepada stakeholder.
3. Struktur Organisasi

Pertambangan PT Semen Padang memiliki struktur organisasi


yang kompleks, yang bertujuan untuk memudahkan pengawasan kegiatan
industri, baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan penambangan,
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja sehingga terciptalah
kegiatan yang teratur, efisien dan menguntungkan. Adapun struktur
organisasi yang merupakan perusahaan tempat penulis melakukan kegiatan
praktek lapangan industri terlampir pada lampiran A.

4. Jam Kerja
Jam kerja perusahaan PT Semen Padang disesuaikan dengan
jenjang pendidikan yang dimiliki. Sebagian besar karyawan yang
dipekerjakan sebagai pelaksana yang berijazah SMA atau sederjat
dengan jam kerja sebagai berikut :
a. Shift I
b. Shift II
c. Shift III

: 07.00 14.30
: 14.30 21.30
: 21.30 07.00

Jam kerja tersebut dilakukan dengan estimasi adanya waktu yang


hilang selama pergantian shift, sedangkan karyawan yang nonshift
mempunyai jabatan lebih tinggi, pada umumnya berijazah diploma 3
atau Strata 1 dengan jam kerja 5 hari kerja dalam seminggu dengan
waktu kerja dari jam 08.00 17.00.
Proses penambangan batu kapur di PT Semen Padang
membutuhkan serangkaian kegiatan seperti survei pemetaan pada

kawasan yang akan di tambang, pengeboran, peledakan, loading


hauling, serta crushing conveying.
Agar kegiatan penambangan berjalan dengan lancar dan aman,
maka PT Semen Padang melakukan kegiatan penambangan dengan tetap
memperhatikan keselamatan kerja, kondisi alat serta kondisi jalan di
lokasi penambangan.
C. Deskripsi Kegiatan Industri
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi PT. Semen Padang terletak di Indarung, sekitar 15Km
disebelah timur kota Padang, secara administrasi termasuk dalam
Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Madya Padang, Provinsi Sumatera
Barat dengan ketinggian lebih kurang 200m diatas permukaan laut.
Indarung terletak di kaki Bukit Barisan yang membujur dari Utara
ke Selatan, dan secara geografis terletak antara garis meridian

}
1 04' 30 LS sampai

}
100 10' 30

}
1 06' 30 LS dan

}
100 15' 30

BT sampai

BT. Berbatasan kearah Barat dengan kota Padang, kearah

Timur dengan kabupaten Solok, kearah Utara dengan kabupaten Batu


Sangkar dan ke arah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir
Selatan.

Lokasi penambangan Silika berada di Bukit karang Putih yang


terletak didesa Karang Putih. Karang Putih adalah sebuah perkampungan
kecil yang terletak 2 Km di sebelah Selatan Indarung dan terletak

}
} LS
}

'

'

antara 0 57 50,58 LS sampai 0 58 51,66 dan 100 28' 8,56 BT

sampai dengan

}
100 28' 51,79 BT.

Lokasi penambangan silika dan batu kapur ini dihubungkan dengan


jalan yang telah di betondan dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraanseperti sepeda motor atau mobil.Secara Geografis wilayah
Indarung mulai naik sampai kaki pegunungan Bukit Barisan membujur
dari Utara ke Selatan pulau sumatera dengan ketinggian 200m DPL
denganpuncak ketinggian mencapai 500 meter DPL.
Bukit Karang Putih dan daerah sekitarnya merupakan daerah
perbukitan bergelombang yang memiliki lereng curam. Di daerah ini
mengalir beberapa sungai yaitu Batang Idas, Batang Kasuba, dan Batang
Arau. Lokasi PT. Semen Padang dapat dilihat pada gambar 1 peta kota
Padang dibawah ini.

Bukit Ngalau
Pabrik Indarung

Bukit Karang Putih

Pelabuhan Teluk Bayur

10

Sumber : PT. Semen Padang


Gambar 1. Peta kesampaian daerah
2. Flora dan Fauna
Keberadaan flora dan fauna di sekitar area kegiatan penambangan
sangat beragam. Umumnya jenis flora yang ditemukan di sekitar area
penambangan adalah tumbuhan hutan tropis yang sering ditemui di
Indonesia.
Adapun jenis flora yang ditemui di area penambangan seperti yang
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis Flora di sekitar IUP Tambang PT Semen Padang

11

Nama Umum

Nama Ilmiah

No.
1
1.

Kuini

Mangifera indica

Ambacang

Mangifera foetida

Sirsak

Annona Muricata

Buah Nona

Annona Reticula

Kenanga

Canangium Frusticosum

Pisang pisangan

Polyathia Oblonga

Kamboja

Plumeieria Acuminata

Bunga bangkai

Amorphophalus

2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.

Campanulatus
9
9.

Durian

Durio Zibethinus

Kayu minyak

Shorea Sumatrana

Buah Seri

Muntingia Calabura

Kemiri

Aleurites Moluccana

Kayu Manis

Cinnamomum Burmannii

Waru

Hibiscus Tiliaceus

1
10.
1
11
1
12.
1
13.
1
14.

12

SSumber : Data PT. Semen Padang 2014


Sedangkan jenis fauna yang ada di sekitar area penambangan
seperti yang disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Jenis Fauna di sekitar IUP Tambang PT Semen Padang
N
No.

Nama

Nama Ilmiah

Umum
1
Kambing

1.

Nemorthaidus Sumatrensis

Hutan
2
2.

Kijang

Muntiacus Muntjak

Rusa

Cervus Eguinus

Tapir

Tapirus Indicus

3
3.
4
4.
5
Harimau

5.
Sumatera

Panthera
Sumatrensis

6
6.

Simpai

Presbytis Melalophus

Beruk

Macacca Nemestrina

7
7.
8
Kera Ekor

8.
Panjang
9

Mecacca Fascicularis

Tigris

13

9.

Siamang

Hylobates Syndactylus

1
10.
Enggan
Sumber : Data PT. Semen Padang 2014

Bucceros

3. Iklim dan Curah Hujan


Iklim di daerah PT. Semen Padang adalah iklim tropis yang
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan

kisaran temperatur
efektivitas

27 35 C. Cuaca dapat mempengaruhi

kerja pada penambangan yang menggunakan metode

tambang terbuka. Cuaca yang sering hujan dapat menyebabkan


kondisi jalan tambang yang becek dan lengket sehingga akan
mempengaruhi kinerja alat maupun operator, dan membuat waktu
kerja akan lebih pendek, demikian juga sebaliknya apabila cuaca pada
musim kemarau yang menyebabkan jalan tambang jadi berdebu. Data
curah hujan dapat dilihat pada lampiran B.
4. Topografi Daerah Penelitian
Dari kota Padang kearahh timur keadaan topografi mulai naik
sampai ke kaki pegunungan Bukit Barisan, yang membujur dari arah
Utara ke Selatan Pulau Sumatera dan Indarung terletak di kaki
pergunungan ini dengan puncak tertinggi 549 meter dari permukaan laut.
Di daerah ini mengalir beberapa sungai antara lain sungai Batang Idas,
sungai Kuranji, sungai Batang Kasumba dan sungai Batang Arau.
Topografi di daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:

14

a. Dataran Rendah
Topografi di daerah ini sedikit bergelombang atau relatif datar
dengan ketinggian antara (130 250) meter di atas permukaan air laut
dan terdapat di bagian Timur Laut Bukit Karang Putih. Batuannya
terdiri dari alluvial berupa pasir dan lempung dari sungai Batang Idas,
bongkah-bongkah batuan vulkanik, batu gamping, batu kersikan dan
batu sabak.
b. Daerah Perbukitan Rendah
Daerah ini mempunyai ketinggian (250 450) meter dari
permukaan air alaut dan terletak pada ujung Barat Daya, Selatan,
Timur dan Tenggara daerah penambangan. Daerah ini merupakan
padang ilalang dan hutan sekunder yang bersifat musiman.
c. Daerah Perbukitan Tinggi
Daerah ini berupa bukit-bukit terjal yang terdiri dari bukit
Karang Putih dengan ketinggian 550 meter. Bukit Gadang dengan
ketinggian 586 m dan Bukit Tajarang dengan ketinggian 750 m di atas
permukaan air laut. Batuan pembentuk daerah ini adalah batu
gamping dan andesit yang memebentuk dinding terjal. Peta topografi
PT. Semen Padang dapat dilihat pada Lampiran M.
5. Keadaan Geologi
Batu kapur

tersusun oleh mineral kalsit (CaCO3), terjadi

secara organik rombakan dan kimia. Jenis organik rombakan berasal


dari kumpulan endapan, kerang atau siput, foraminifera, serta
ganggang. Jenis rombakan kimia terjadi pengendapan dari hasil
rombakan jenis organik yang berlangsung tidak dari tempatnya
semula. Ada juga jenis yang lain, yaitu terjadi dari pengendapan

15

kalsium karbonat dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan


tertentu, baik dalam air laut, tawar, ataupun endapan sinter kapur.
a. Geomorfologi
Secara umum daerah kawasan penambangan PT. Semen
Padang merupakan daerah perbukitan bergelombang hingga sangat
terjal. Kemiringan lerengnya berkisar 10% hingga lebih dari 85%,
dengan ketinggian dari 225 m hingga 720 meter dari permukaan air
laut.
b. Stratigrafi
Stratigrafi

daerah

Karang

Putih

berdasarkan

ciri-ciri

litologinya dan mengacu pada hasil penelitian dari Kastowo, Gerhard


W leo, S Gafor, dan T.C.amin (1996), maka tatanan batuan daerah
tersebut tersusun berurutan dari tua ke yang muda, yaitu batuan
kersikan dan satuan Batu kapur kristalin formasi kuantan, satuan
konglomerat formasi Tuhur, batuan intrusi dan satuan batu vulkanik.
Keadaan statigrafi daerah Bukit Karang Putih PT Seman Padang
dapat dilihat di bawah ini:
Sumber: Departemen Tambang PT. Semen Padang 2000
Gambar 2. Stratigrafi Daerah Bukit Karang Putih
c. Litologi
Secara umum litologi penyusun satuan batuan di tambang PT.
Semen Padang didominasi oleh batuan rijang (chert), Filit (sekisan),
batu sabak dan konglomerat yang hanya tersingkap pada alur sungai

16

Batang Idas arah ke hulu. Di lapangan tidak dijumpai kontak yang


jelas diantara lithologi di atas. Secara umum hanya dijumpai
perubahan secara berangsur dari batu kapur kristalin menjadi marmer,
sedangkan batu kapur hablur dijumpai pada zona sesar atau hancuran.
Batu kapur hablur (sugary limestone) berwarna putih keabu-abuan,
putih kecoklatan, dan mengandung mineral kalsit 95% hingga 100%.
d. Struktur Geologi
Struktur Geologi yang ada yaitu kekar, bidang sesar dan
hancuran atau brekrisasi. Gejala struktur geologi atau bantuan untuk
mengarah keterjadinya struktur geologi yang lain adalah kelurusan
sungai, mata air dan lubuk-lubuk yang dalam. Peta geologi PT. Semen
Padang.
e. Kekar

17

Struktur kekar yang berkembang meliputi gash fracture dan


shear fracture yang terdiri dari extension joint dan release joint.
Kekar yang dijumpai pada umumnya masih terbuka dan pada
beberapa lokasi ada yang terisi oleh mineral kalsit atau mineral
ubahan lainnya.
f. Sesar
Di tambang PT Semen Padang terdapat sesar Batang Idas,
diantara sesar yang ada, sebelah timur bukit batu putih memiliki
bidang sesar yang arahnya N 600 E/710, net slip 600, N 2080 E dan
rake 600. Sesar-sesar yang lain adalah:
1) Sesar ngalau baribuik
Berupa bidang sesar yang berarah N1720E/680, net slip 680,
N2180E, dan Rake 640. Sehingga disebut sebagai normal fault.
2) Sesar air luhung
3) Sesar Batu putih
4) Sesar Karang Putih
5) Sesar Lubuak paraku.
6. Jumlah Cadangan
Berdasarkan data yang didapatkan cadanganyang terdapat di Bukit
Karang Putih berkisar antara batu kapur 55.448.772ton,batu basal
24.568.902 tondan cadangan silika 5.637.961 ton (Departemen tambang
PT.Semen Padang).Adapun bahan baku pembuat semen dapat dilihat pada
tabel 2 di bawah ini.
Tabel 3. Bahan Baku Pembuat Semen
Jenis-jenis bahan baku

Perbandingan berat (%)

Batu kapur

81%

18

Pasir silica
Clay/ tanah Liat

5%
10%

Gypsum
Pasir besi
Sumber : PT. Semen Padang

1%
3%

Bahan baku utama pembuatan semen yaitu:


a. Batu Kapur
Batu Kapur merupakan sumber Kalsium Oksida (CaO) dan
Kalsium

Karbonat

(CaCO3).

Batu

kapur

ini

diambil

dari

penambangan di Bukit Karang Putih.


Deskripsi batu kapur:
1) Warna
2) Kilap
3) Goresan
4) Bidang belahan
5) Pecahan
6) Kekerasan
7) Berat jenis insitu
8) Berat jenis berai
b. Batu Silika

: Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan


: Kaca dan Tanah
: Putih sampai putih keabuan
: Tidak teratur
: Uneven
: 2,7 3,4 skala mohs
: 2,67 ton/m3
: 1,65 ton/m3

Material ini merupakan sumber Silika Oksida (SiO2) dan


Aluminium Oksida (Al2O3). Material ini ditambang di Bukit Ngalau.
Penambangannya dilakukan tanpa bahan peledak tapi diruntuhkan
dengan excavator dan dibawa ke crusher dengan wheel loader atau
dump truck dan kebutuhannya adalah sekitar 9% - 10% dari
kebutuhan bahan mentah.

c. Tanah Liat

19

Tanah liat merupakan sumber Aluminium Oksida dan Iron


Oksida. Kebutuhannya adalah sekitar 9 10% dari total kebutuhan
bahan mentah.
d. Pasir Besi
Pasir besi mempunyai Oksida utama berupa Oksida Besi
(Fe2O3), yang kebutuhannya sekitar 1 3% dari total kebutuhan
bahan mentah. PT. Semen Padang tidak memiliki area tambang pasir
besi. Biasanya dibeli dari PT. Aneka Tambang Cilacap.
e. Gypsum
Semen dengan sifat tertentu dapat diperoleh dengan
memberikan bahan tambahan berupa gypsum. Fungsi gypsum adalah
sebagai zat yang dapat memperlambat proses pengerasan awal dan
ditambahkan pada saat penggilingan.

7. Sistem Penambangan
PT Semen padang menerapkan sistem tambang terbuka pada
saat memproduksi batu kapur. Cadangan batu kapur yang sangat besar
di bukit Karang Putih mempermudah pengambilan untuk pemenuhan
bahan

pembuatan

semen

untuk

PT Semen

padang.

Proses

pengambilan batu kapur di bukit Karang Putih dengan menggunakan


kombinasi alat gali, muat dan alat angkut.

20

8. Fasilitas dan peralatan penunjang penambangan


Peralatan peralatan yang beroperasi untuk penujang dalam
melaksanakan proses penambangan di PT. Semen Padang antra lain :
a. Alat Tambang Utama
1) Excavator Backhoe
Excavator backhoe merupakan alat yang berfungsi
untuk menggali atau memuat material. Disamping itu alat ini juga
berfungsi untuk pembersihan lahan, dan pembuatan saluran.
Dapat dilihat pada gambar 3.

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 3. Excavator
2) Dozer
Dozer merupakan alat yang berfungsi untuk menggusur
material sehingga dapat membantu pekerjaan excavator. Jenis

21

Dozer yang digunakan adalah Komatsu D7G. Dapat dilihat pada


gambar 4.

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 4. Dozer
3) Dumptruck.
Dumptruck

merupakan

alat

yang

berfungsi

untuk

mengangkut material, baik berupa limestone, silika, maupun clay


(tanah liat). Dapat dilihat pada gambar 5.

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 5. Dump Truck
4) Wheel Loader

22

Wheel loader berfungsi untuk alat muat dan alat dorong di


area stokfile. Apabila adanya penumpukan material, wheel loader
akan memuat dan mendorong material lansung ke dalam crusher.
Dapat dilihat pada gambar 6.

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 6. Wheel Loader
b. Alat Penunjang Tambang
1) Motor grader
Motor grader merupakan alat yang berfungsi untuk
meratakan tanah yang digunakan sebagai perawatan jalan
tambang. Biasanya dipakai ketika musim hujan apabila jalan
tambang becek. Dapat dilihat pada gambar 7.

23

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 7. Motor Grader
2) Water Tank
Water Tank merupakan truk pengangkut air yang
berfungsi untuk menyebarkan air di sepanjang jalan tambang
yang bertujuan untuk mengurangi debu. Dapat dilihat pada
gambar 8.

Sumber: Dokumentasi Penulis, PT. Semen Padang (2015)


Gambar 8. Water Tank
9. Proses Pelaksanaan Kegiatan/Pekerjaan
a. Perencanaan Tambang

24

Perencanaan tambang bertujuan agar terbentuknya sebuah


rancangan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan kegiatankegiatan pertambangan. Sehingga tambang dapat berjalan dengan
efektif

dan

efisien

dengan

memperhatikan

K3LH

serta

memperhatikan aspirasi dari para stake holders.


Dasar-dasar dari perencanaan tambang pada umumnya
yaitu desain tambang, metode penambangan, peralatan tambang,
akses jalan tambang dan fasilitas yang diperlukan. Kegiatan
perencanaan tambang dilakukan sebelum kegiatan penambangan
dimulai dan ketika penambangan sedang berjalan.
b. Kegiatan Penambangan
1) Survei dan Pemetaan
Survei dan pemetaan adalah kegiatan mengambil data
koordinat (X dan Y) dan elevasi (Z) pada suatu area, data-data
tersebut diambil setiap hari oleh pekerja survei sebanyak 3
orang, satu orang sebagai pengamat dan dua orang membawa
tongkat prisma ketitik pengukuran.
Setelah selesai pengukuran maka data yang tersimpan
dalam disket diolah oleh Mine plan untuk dihasilkan dalam
bentuk peta kontur yang menunjukan kemajuan kegiatan
penambangan pada suatu area penambangan.
Dari hasil tersebut dapat dilakukan perencanaan
terhadap penambangan kedepannya. Selain itu kegiatan survei
juga

berperan

penting

dalam

mengetahui

perubahan

25

geomorfologi

daerah

penambangan

dan

kemajuan

penambangan.
2) Pembersihan lahan (land clearing)
Land clearing bertujuan untuk membersihkan areal
yang akan ditambang dari vegetasi berupa tumbuh-tumbuhan,
semak belukar dan pohon yang berdiameter kecil didorong
dengan bulldozer agar tumbuhan yang berukuran kecil tidak
lengket dan tertinggal di tanah yang lunak. Untuk pohon yang
berdiameter besar ditebang dengan gergaji mesin. Kegiatan ini
dilakukan pada saat pembukaan tambang.
D. Perencanaan

Kegiatan

Praktek Lapangan Industri


Kegiatan Praktek Lapangan minimal berada di lapangan adalah selama
360 jam atau setara dengan 40 hari kerja (9 jam/hari). Berkenaan dengan hal
tersebut, waktu PLI ini diharapkan dapat dilaksanakan selama 40 hari yaitu
dimulai tanggal 16 Maret 2014 s/d 24 April 2015 dengan rencana kegiatan
sebagai berikut:
Tabel 4. Rencana Kegiatan PLI PT. Semen Padang
No
.
1

Tanggal

Kegiatan

16 Maret 2015
17 s/d 21 Maret

Kedatangan di perusahaan
Orientasi lapangan dan

2015
23 s/d 31Maret

pengenalan.
ikut serta dalam aktivitas

2015
1 s/d 15 April

penambangan dilapangan.
Pengambilan data

Tanggal dan
lama kegiatan

2
3
4

Catatan

ini dapat
berubah

26

sesuai kondisi
perusahaan
5

16 s/d 24 2015

Pengolahan Data

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI


Kegiatan lapangan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman nyata di lapangan tentang teknis perencanaan, pelaksanaan
dan pengolahan pekerjaan penambangan dalam rangka melengkapi
pengetahuan teoritis yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.
Menurut jadwal yang telah ditentukan oleh Pusdiklat PT.Semen
Padang penulis memulai kegiatan lapangan dari tanggal 16Maret s/d 24
April 2015. Kegiatan yang penulis lakukan selama praktek lapangan
industri yaitu mengamati secara langsung seluruh kegiatan yang
berhubungan

dengan

kegiatan

penambangan

di

PT.

Semen

Padang.Adapun kegiatan lapangan yang penulis lakukan selama


praktek lapangan industri di PT. Semen Padang, yaitu:
1. Pengenalan Lingkungan Perusahaan
Pada hari pertama kedatangan penulis di PT Semen Padang,
penulis berkumpul di ruang diklat PT Semen Padang untuk
mendengarkan

intruksi,

tata

pelaksanaan,

aturan

dan

lokasi

penempatan penulis. Selanjutnya penulis langsung menghadap kepada


Bapak Romi Abdillah untuk mendapatkan pengarahan selama praktek
di tambang PT Semen Padang, selanjutnya penulis diperkenalkan pada
staff officer di lapangan yang nantinya akan berinteraksi langsung
dengan penulis, dalam kesempatan itu Bapak Romi Abdillah juga
memberikan pengarahan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

27

realtime dunia pertambangan, aturan main, serta rambu-rambu yang


harus dipatuhi, sehingga nantinya penulis akan mampu melakukan
praktek lapangan industri di PT Semen Padang dengan baik.

2. Kegiatan Lapangan
PT. Semen Padang melakukan kegiatan penambangan
menggunakan system tambang terbuka (surface mining)
dengan metoda Quarry, adapun kegiatan kegiatan yang
diamati selama di lapangan sebagai brikut :
a) Perencanaan penambangan
Perencanaan (planning) adalah penentuan persyaratan teknik
untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan yang sangat penting
serta urutan teknis pelaksanaannya. Oleh sebab itu perencanaan
merupakan gagasan pada saat awal kegiatan untuk menetapkan apa
dan mengapa harus dikerjakan, oleh siapa, kapan, di mana dan
bagaimana melaksanakannya.
Perencanaan penambangan (mine planning) dapat mencakup
kegiatan-kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan (feasibility
study) yang

dilengkapi

dengan

Analisis

Mengenai

Dampak

Lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan konstruksi


prasarana(infrastructure) serta

sarana (facilities) penambangan,

28

kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup.
Datadata dan pekerjaan yang dilakukan dalam Pekerjaan
perencanaan tambang adalah sebagai berikut:
1)

Peta sebaran bahan

galian
2) Data cadangan bahan
galian
3) Tata letak tambang
4) Peralatan
Tambang
yang dipergunakan
5) Pengolahan dampak
lingkungan
b) Pembersiahan lahan (dizing)
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat jalan yang datar
dan aman

agar mesin

bor

dapat

ditempatkan

pada

lokasi

tersebut. Kegiatannya antara lain, memindahkan batu-batu besar


yang akan menghambat pergerakan alat bor. Alat yang digunakan
yaitu dozer D375 &D8 dan D9R.
Dapat dilihat pada gambar 9.

29

Gambar 9. Kegiatan pembersihan lahan


c) Pemboran (drilling)
Pemboran adalah suatu kegiatan membuat lubang ledak
terhadap batuan yang akan dibongkar dengan menggunakan alat bor
. Kegiatan pemboran ini bertujuan untuk mendapatkan lubang
ledak yang homogen luasnya dengan kedalaman yang bervariasi,
tergantung perencanaan tambang. Alat bor furukawahcr 1500 dapat
di lihat pada gambar di bawah :

Gambar 10. Kegiatan pengeboran


d) Kegiatan Peledakan (blasting)
1) Prosedur Kegiatan Peledakan

30

a) Pihak peledakan melakukan pemesanan sejumlah bahan


peledak kepada kepala gudang bahan peledak.
b) Pengambilan bahan peledak sesuai pesanan, di gudang
bahan peledak.
c) Pengadukan Ammunium Nitrat (AN) dengan Fuel Oil (FO)
di ANFO mixing area.
d) Membawa bahan peledak ke lokasi peledakan dengan
didampingi mobil safety.
e) Pembuatan primer, dan kemudian dimasukan kedalam
lubang ledak jika lubang berair maka dimasukan dalam
plastik linear.
f) Pengisian bahan peledak kedalam lubang ledak.
g) Pemadatan stemming.
h) Merangkai peledakan.
i) Pemasangan Detonator listrik (inisiasi nonel).
j) Pengamanan lokasi peledakan.
k) Peledakan.
l) Pengecekan hasil peledakan.
2) Gudang Bahan Peledak
Bahan peledak harus disimpan pada gudang khusus
untuk bahan peledak, dan dijaga oleh security selama 24 jam.
Persyaratan gudang yang aman telah diatur oleh Pemerintah
yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tanggal 22 Mei 1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum, Bab II tentang Bahan Peledak dan Peledakan. Gudang
bahan peledak telah dilengkapi dengan:
a) Tanda dilarang merokok dan tanda dilarang masuk bagi
yang tidak berkepentingan.
b) Di dalam gudang terdapat termometer.

31

c) Tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang diletakkan di


tempat yang mudah dijangkau di luar bangunan gudang.
d) Sekitar gudang bahan peledak dilengkapi dengan lampu
penerangan, dijaga selama 24 jam, dan memiliki rumah jaga
untuk pengawasan.
e) Sekeliling lokasi gudang dipasang pagar pengaman yang
dilengkapi pintu masuk yang dapat dikunci.
f) Dilarang memakai sepatu beralaskan besi masuk kedalam
gudang.
g) Pada bagian atap terdapat penangkal petir.
Gudang bahan peledak di PT Semen Padang seperti
gambar di bawah ini :

Sumber: Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 11. Gudang Bahan Peledak PT Semen Padang
3) Peralatan Peledakan
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan
yang dapat digunakan berulang kali pada suatu proses
peledakan. Adapun peralatan peledakan antara lain:

32

a) Blasting Machine (BM)


Blasting Machine (Exploder) adalah alat pemicu untuk
meledakan detonator listrik. Arus listrik bervoltase tinggi
dilepaskan ketika arus pada baterai telah penuh. Blasting
machine PT Semen Padang seperti gambar di bawah ini :

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 12. Blasting Machine PT Semen Padang
b) Blasting Ohm Machine (BOM)
Blasting ohm machine dalah Alat ukur tahanan kawat
pada detonator listrik. Fungsinya adalah mengetahui berapa
besar tahanan pada kawat detonator listrik (leg wire)
dengan begitu kita dapat mengatur voltase BM (Blasting
Machine) untuk mampu menerobos jumlah tahanan yang
terbaca, sehingga detonator dapat diledakan. BOM PT
Semen Padang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
c) Kawat Utama (lead wire)

33

Kawat utama berfungsi untuk menghubungkan


kedua ujung detonator listrik pada rangkaian peledakan
listrik ke blasting machine (BM) agar para Juru ledak dapat
mencari posisi yang cukup aman saat meledakan, dengan
panjangnya minimal 300 meter. Lead wire PT Semen
Padang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 13. Lead Wire PT Semen Padang
d) Tongkat (Stick)
Merupakan tongkat kayu yang berguna untuk
mendorong

bahan peledak ke dalam lubang ledak jika

kondisi lubang berair. Juga untuk mengetahui kedalaman


lubang dan untuk pemadatan (stemming) dengan panjang
tongkat kurang lebih 6 meter.
e) Kendaraan Transportasi
Kendaraan transportasi adalah kendaraan mobilisasi
yang dikhususkan untuk pengangkutan bahan peledak dari

34

gudang bahan peledak menuju lokasi peledakan dan untuk


keperluan

transportasi

para

crew

blasting,

seperti

pengambilan bahan peledak ke gudang dan pengembalian


sisa bahan peledak.

Sumber: Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 14. Kendaraan Transportasi Bahan Peledak
f) Handy Talky (HT)
HT berfungsi untuk menginformasikan pada semua
orang karyawan baik di lapangan maupun di kantor bahwa
kegiatan peledakan akan segera dimulai, serta untuk
memberikan aba-aba saat peledakan.
2) Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakkan adalah bahan-bahan pembantu
peledakan yang hanya bisa dipakai pada satu kali peledakan,
Perlengkapan peledakkan di PT Semen Padang antara lain:
a) Detonator (blasting capsule)

35

Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan


inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi
yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka
detonator atau primer.

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 15. Detonator (blasting capsule) PT Semen Padang
b) Detonator Nonel
Pada detonator nonel terdapat 3 komponen yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen
tersebut adalah:
1) Sumbu nonel, berfungsi sebagai saluran penghantar energi
menuju detonator tunda. Pada saluran sumbu nonel terdapat
tiga lapisan yaitu lapisan luar untuk menahan goresan dan
sinar matahari langsung, lapisan tengah untuk ketahanan
terhadap zat kimia dan terakhir lapisan dalam berguna untuk

36

menahan bahan kimia reaktif yaitu HMX dan Alumunium.


Pada lapisan inilah energi peledakan disalurkan tanpa
merusak sumbu nonel tersebut.
2) Detonator nonel dengan waktu tunda, berkekuatan nomor 8.
Komponen utama sama dengan detonator listrik yang
membedakannya adalah mekanisme pembentukan energi
panasnya.
3) Label tunda, yaitu sebuah label dengan warna tertentu yang
menandakan periode tunda halfsecond, quartersecond, atau
milisecond dan waktu nominal ledaknya.
c) Nonel connector
Nonel

connector

merupakan

sumbu

nonel

yang

dilengkapi detonator tunda (surface delay) pada blok pengikat


(bunch block). PT Semen Padang menggunakan nonel connector
dengan merek Dayadet Nonel Trunkmaster.
d) Cartridge
Cartridge yang digunakan PT Semen Padang
adalah buatan PT Dahana. Catridge ini memakai jenis bahan
peledak berbasis emulsi. Bahan peledak emulsi sendiri terbuat dari
campuran antara fase larutan oksidator berbutir halus sekitar 0,001

37

mm yang disebut droplets dengan lapisan tipis matrik minyak


hidrokarbonat.

Sumber: Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 16. Cadridge PT Semen Padang Produksi
Dahana
e) ANFO
ANFO adalah singkatan dari Ammonium Nitrat Foil Oil. AN
sebagai zat pengoksida dan Fuel Oil (FO) sebagai bahan bakar.
Bahan bakar yang biasa dipakai adalah solar karena solar
mempunyai viskositas relatif lebih besar dibanding bahan bakar
lainya seperti bensin atau minyak tanah. Sehingga solar tidak
terserap ke dalam AN tetapi hanya menyelimuti butiran AN saja.
Karena viskositas itu pula menjadikan ANFO bertambah
densitasnya. Selain itu harga solar relatif lebih murah dibanding
FO lainya.

38

Ammonium Nitrat (ANFO) yang dipakai PT Semen Padang


untuk kegiatan peledakan adalah produksi PT Dahana yang
dikemas ke dalam karung dengan berat 25 kg.

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 17. ANFO PT Semen Padang Produksi
Dahana
f) Plastic liner
Plastic liner berfungsi untuk proteksi bahan peledak ANFO
ketika dimasukan ke dalam lubang ledak yang berair. Plastic
linear ini dikemas dalam bentuk gulungan. Dalam penggunaannya
dipotong menyesuaikan kedalaman dari lubang ledak.
3) Pengadukan Bahan Peledak
Tempat pengadukan AN dengan FO terletak di bagian luar
gudang bahan peledak. Pengadukan menggunakan molen atau ANFO
mixing dengan proses sebagai berikut:

39

a. Ammonium Nitrat (AN) yang telah diambil dari gudang


bahan peledak dibawa ke ketempat gudang ANFO
mixing.
b. Setelah mesin dihidupkan AN dengan berat 25 kg ini
dimasukkan ke dalam molen satu per satu. Satu orang
pekerja sebagai operator molen dan yang lain bekerja
membuka ikatan karung dan memasukkan AN ke dalam
molen. Bersamaan dengan itu, ketika molen berputar
secara teratur maka pipa penyalur solar secara teratur
mengalir kedalam putaran molen tersebut dengan takaran
yang telah ditentukan.
c. Takaran AN dan FO adalah 95,5 % AN : 4,5 % FO.
Takaran

ini

didasarkan

dari

perbandingan

berat

keduanya. Dengan kata lain, setiap karung AN (25 kg)


membutuhkan 1,5 kg solar atau setara dengan 1,875 liter
solar (density 0,8 gr/cc).
d. Setelah diaduk rata, ANFO dimasukkan ke dalam
karung.
e. Kemudian ANFO dan Bahan peledak lainya dibawa
dengan mobil khusus pengangkut handak ke lokasi
peledakan.

40

Sumber: Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 18. ANFO Mixing Area PT Semen Padang
4) Pengisian Bahan Peledak
PT Semen Padang melakukan peledakan dengan metode
peledakan non elektrik (nonel) namun untuk inisiasinya menggunakan
detonator listrik dengan alat pemicu Blasting machine (BM). Delay
time (waktu tunda) pada detonator nonel bervariasi karena
pemasangannya dapat dilakukan di dalam lubang (in hole delay)
maupun

di

permukaan

(surface

delay).

PT Semen

Padang

menggunakan waktu tunda 500 ms untuk in hole delay dan 25 ms


untuk surface delay hal ini dapat mengurangi getaran (vibration),
sedangkan pola pemboran adalah pola selang-seling (staggered
patern).
Cara pengisian bahan peledak:
a. Sebelum bahan peledak dimasukkan terlebih dahulu lubang
ledak diperiksa apakah berair atau tidak. Jika lubang ledak
berair maka digunakan plastik linear yang telah disiapkan,

41

yang didalamnya sudah dimasukkan catridge dalam keadaan


terikat bersama detonator nonel kemudian barulah dimasukan
ANFO sesuai Powder colom yang direncanakan. Untuk
keadaan lubang ledak yang kering. catridge yang telah terikat
bersama detonator nonel dimasukan kemudian disusul dengan
pengisian ANFO sesuai Powder colom yang direncanakan.

Sumber: Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 19. Pengisian Bahan Peledak
b. Senjutkan dengan pemadatan (stemming) menggunakan cutting
hasil pemboran, sebaiknya stemming diisi dengan ukuran
butiran yang halus, kemudian dipadatkan dengan tongkat atau
stick.
5) Pengamanan Lokasi Peledakan
Sebelum melakukan blasting, pengawas peledakan harus
menginformasikan melalui sirine atau handy talky (HT) kepada semua
orang yang berada di lokasi ataupun di sekitar lokasi bahwa kegiatan

42

peledakan akan dilaksanakan. Termasuk memberitahukan kepada


seluruh operator alat berat yang sedang beroperasi agar menghentikan
pekerjaannya dan secepatnya meninggalkan lokasi peledakan pada
radius 300 m dari titik peledakan. Setelah lokasi benar-benar aman,
dengan menggunakan blasting machine kegiatan peledakan dimulai.
Setelah peledakan selesai, maka Juru ledak harus melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu terhadap hasil ledakan untuk memastikan
bahwa keadaan aman dari kemungkinan adanya misfire. Jika terjadi
misfire dilakukan peledakan ulang, sampai dipastikan tidak ada lagi
misfire. Setelah dipastikan aman, seluruh alat diperbolehkan
beroperasi kembali.
e) Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan
Setelah pekerjaan peledakan (blasting) selesai, maka kegiatan
pembongkaran

dapat

dilakukan.

Adapun

proses

pekerjaan

pembongkaran tersebut adalah sebagai berikut:


a. Batuan yang telah diledakkan sebelumnya dibongkar
dengan ripper yang ada pada bagian belakang bulldozer.
b. Blade bulldozer mengumpulkan batuan-batuan tadi
sambil mempersiapkan jalan yang akan ditempuh oleh
excavator dan dumptruck
tersebut.

untuk mengambil material

43

c. Setelah jalan selesai dibuatkan oleh bulldozer, maka


excavator dapat mulai bekerja mengambil batuan dan
memasukkannya ke- dalam bak dumptruck.
d. Dumptruck mengangkut material batu kapur yang
selanjutnya di bawa ke crusher.
e. Selama dumptruck melewati jalan tambang, debu-debu
sangat

banyak

berterbangan.

Maka

Foreman

memerintahkan mobil water tank untuk menyirami jalan


tersebut. Dan penyiraman ini dilakukan secara berkala
tergantung kondisi di lapangan.
f. Di samping banyaknya debu yang berterbangan,
material-material yang terbawa oleh bak dumptruck
berupa batu dan air seringkali berjatuhan di jalan
tambang. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan mengganggu kinerja
dumptruck. Oleh sebab itu motor grader bekerja
membersihkan jalan dari jatuhan batu-batuan tesebut.
Kegiatan loading dan hauling di PT Semen Padang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

44

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 20. loading di PT Semen Padang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2015


Gambar 21. Hauling di PT Semen Padang.
f) Peremukan material (crusher)
Crusher bertujuan untuk menghancurkan atau mengubah
ukuran (mesh) batu kapur sesuai dengan permintaan pabrik. Material
yang telah diremukkan dibawa ke storage dengan menggunakan
belt conveyor.

45

Gambar 22. Kegiatan crusher


g) Pekerjaan reklamasi
Kegiatan reklamasi dan pasca tambang wajib dilakukan
dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, keselamatan dan
kesehatan

pekerja.

Kegitan

reklamasi

ini

bertujuan

untuk

mengembalikan lahan bekas tambang ke kondisi seperti semula atau


mendekati keadaan semula. Agar tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan pasca penambangan.
F. Hambatan dan penyelesaian
Didalam
kegiatan
proses
penambangan

banyak

ditemui

hambatanhambatan diantaraya adalah :


1. pengaruh cuaca yakni ketika hari hujan tentu jalan tambang akan becek
dan berlumpur. Di perlukannya motorgrader untuk mengurangi keadaan
jalan yang becek
2. Rusaknya belt conveyor dapat menyebabkan gangguan pengiriman
batukapur yang telah di crushing ke pabrik untuk tahap pengolahan
selanjutnya.
3. Mobil operasional yang dikelola oleh pihak kantor perencanaan tambang
PT Semen Padang sedang mengalami kerusakan. Untuk itu proses
pengambilan data dan keikut sertaan penulis dalam kegiatan turun ke

46

lapangan sedikit terhambat. Kapasitas dari mobil operasional yang


terbatas dimana hanya dapat menampung beberapa orang serta alat yang
di bawa ke lapangan mengharuskan penulis untuk melihat keadaan
dimana staf perencanaan tambang hanya sedikit yang terjun ke lapangan.
Solusi nya penulis harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada di
lapangan.
E. Temuan Menarik
1. Terjadinya

antrian

alat angkut karena


kekurangan

alat

muat

(excavator)

pada

fron

penambangan.
2. Pada siang hari
terjadi kabut yang
disebabkan

oleh

jalan yang sangat


berdebu

sehingga

jarak

pandang

menipis

dapat

menganggu proses
kerja.
3. Masyarakat
setempat

leluasa

keluar masuk lahan

47

penambangan
untuk

mengambil

batu

kontruksi

tanpa menggunakan
safety yang dapat
menimbulkan
banyak

resiko

karena

tidak

mematuhi peraturan
dalam keselamatan
kerja.
4. Terdapatnya

jalan

tambang

yang

bergelombang,
yang

dapat

memperlambat
proses
pengangkutan
sehingga

dapat

mempengaruhi
produksi.
5. Untuk menghemat
biaya

Masyarakat

yang

mengambil

48

batu

konstruksi

melakukan
pemuatan

tanpa

menggunakan
memuat

alat
tetapi

hanya

dengan

menggunakan
tenaga

manusia

(dengan
menggunakan
tangan).
6. Pengawasan
kurang

disiplin

terhadap
alat

yang

operator

berat

melalaikan
kerja.

yang
jam

Kejadian

yang sering terjadi


adalah

terlambat

memulai kerja dan


pulang sebelum jam
kerja berakhir.

49

7. Sering

terjadinya

kerusakan pada alat


muat.
Dari beberapa temuan menarik yang penulis temui di lapangan,
maka penulis tertarik untuk membahas masalah Studi Teknis Ekonomi
Loading-Hauling pada penambangan Limestone di PT. Semen
Padang, Bukit Karang Putih, Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan,
Kota Padang.

50

BAB II
TEORI DASAR

A. Kajian teoritis
Penambangan Batukapur di PT. Semen Padang dilakukan dengan sistem
tambang terbuka (surface mining) dengan metoda Quary yang mengunakan
alat-alat berat untuk penambangan, kegiatan penambagan mencakup kegiatan
pengeboran lubang ledak, peledakan,pemuatan batu kapur,pengangkutan batu
kapur, peremukan batu kapur, proses pengolah di pabrik
Dalam kegiatan penambangan dapat kita lihat tahap-tahap penambangan
yaitu eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, transportasi dan pemasaran.
Namun dalam hal tersebut tidak luput dari permasalahan, maka diperlukan
landasan teori untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam perbandingan
excavator ini perlu diketahui berbagai macam jenis excavator dari segi
penggeraknya dan jenis bucket yang dipakainya.
1. Jenis-jenis excavator dan dump truck
a. Excavator.
Excavator adalah alat gali dan alat muat yang digunakan
sesuai dengan kondisi kerja yang dihadapi pada front

51

penambangan, ada beberapa jenis excavator yang digunakan


antara lain:
1) Dragline.
Dragline memiliki jangkauan yang cukup besar, tetapi
memiliki

tenaga

penggali

yang

kecil

karena

mengandalkan kekuatan sendiri dari digging bucket.


Penggunaan dragline menguntungkan karena alat ini
bisa menggali karena lengannya yang besar dan
panjang. Dragline sangat cocok untuk penggalian
parit dan material yang lunak.
2) Backhoe.
Backhoe adalah alat untuk menggali permukaan tanah
asli, pemotongan dan perapian tebing. Alat ini dipakai
untuk pekerjaan yang memerlukan pengontrolan
secara teliti. Waktu siklus backhoe salah satunya
tergantung pada ukuran bucket, sudut swing dan
kondisi kerja.
Faktor yang mempengarui produksi backhoe adalah:
a) Faktor medan kerja.
b) Jarak pembuangan.
c) Kemampuan operator.
d) Pengaturan operasional.
3) Power Shovel
Power Shovel sangat baik digunakan sebagai alat penggali dan
sebagai alat pemuat karena dapat digunakan pada tebing yang

52

letaknya lebih tinggi, menurut buku pemindahan tanah mekanis oleh


Partanto 1983, berdasarkan sistem kendalinya power shovel
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Kendali kabel.
b) Kendali hidrolik
b. Dumptruck
Dump truck adalah alat angkut yang digunakan pada jarak dekat dan
jarak jauh. pemilihan dumptruck dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti cara penumpahannya, ukuran, dan lain sebagainya.
Berdasakan cara penumpahan beban dikenal tiga macam dumptruck,
yaitu:
1) Side dump truck
Dumptruck yang penumpahan baknya kesamping.
2) Rear dump truck
Dumptruck yang penumpahan baknya kebelakang.
3) Rear and sidedump truck
Dumptruck yang penumpahan baknya kebelakang dan kesamping.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pemilihan dump truk adalah
antara lain: (Partanto : 1983. Dari TA Richo arie setiawan teknik
tambang 2011)
1) Dump Truck Kecil
Keuntungan dari pada penggunaan dump truck berukuran kecil antara
lain:
a) Lebih mudah dan lebih lincah dalam pengoperasiannya.
b) Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat.
c) Pemeliharaan dan perawatannya lebih mudah.

53

d) Penyusunan terhadap kemampuan alat muat lebih mudah. Jika salah


satu dump truck dalam satu unit angkutan tidak berkerja tidak
berpengaruh terhadap produksi.
Kerugian dari pada pengunaan dump truck berukuran kecil antara
lain:
a) Waktu hilang akan banyak akibat banyak nya dump truck yang
beropersi terutama disaat akan memuat material.
b) Excavator akan lebih sukar dalam proses pemuatan material karena
bak Dump Truck terlalu sempit.
c) Biaya pemiliharaan akan lebih besar karena banyaknya alat yang
digunakan, begitu pula dengan tenaga pemiliharaannya.
d) Lebih banyak operator yang dibutuhkan.
2) Dump TruckBesar
Adapun keuntungan dari penggunaan dump truck besar yaitu:
a) Untuk kapasitas pekerjaan yang sama dengan dump truck yang kecil,
jumlah dump truck lebih sedikit.
b) Cocok untuk angkutan jarak jauh.
c) Operator yang digunakan lebih sedikit.
d) Pemuatan oleh excavator akan lebih mudah karena ukuran bak yang
lebih besar sehingga waktu yang hilang lebih sedikit.
Untuk kerugian dalam penggunaan dump truk besar :
a) Jalan kerja harus selalu diperbaiki, karena lalu lalangnya kendaraan
yang bebannya berat sehingga jalan tambang menjadi rusak.
b) Produksi akan berkurang jika salah satu dump truck tidak berkerja atau
rusak.
c) Pengopersian alat akan lebih sukar karena ukuran lebih besar.
Dump Truck merupakan alat angkut yang fleksibel, artinya dapat
digunakan untuk mengangkut bermacam jenis material. Kapasitas dump
truck harus sesuai dengan kapasitas alat muat, jika perbandingannya
kurang proposional, maka ada kemungkinan alat muat terlalu lama
melakukan pengisian.

54

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat angkut


Salah satu tolok ukur untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja alat
angkut adalah besarnya produksi yang dicapai oleh suatu alat. Adapun
faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat tersebut adalah
(TA Richo arie setiawan teknik tambang 2011):
a. Jalan Tambang
1) Keadaan jalan
Yaitu meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan jalan. Jalan
tambang dengan kekerasan permukaan yang tinggi maka akan
memberi

pengaruh

yang

besar

terhadap

kelancaran

prosespengangkutan, jalan yang licin, becek dan berdebu juga akan


mempengaruhi kecepatan alat angkut untuk membawa batukapur
maupun silika.
2) Lebar jalan
Pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh
terhadap

besar atau tidaknya produksi alat angkut. Lebar jalan

tambang dapat dihitung dengan melihat gambar betikut :


Lebar jalan = 3 x lebar jalan angkut terbesar + 2 x bahu jalan + 2
kali saluran

55

Sumber : Tugas Akhir Rico Arie setiawan


Gambar : 23. Lebar jalan

3) Tanjakan

maksimum

dan

jarak

pengangkutan
Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%).
Biasanya untuk jalan tambang yang baik besar tanjakan maksimum
adalah 8%. Artinya jalan tambang naik sebesar 8 m setiap jarak
mendatar 100 m.
b. Pola penggalian dan pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka
pola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu
edar alat. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi
lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan
asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (Bucket) alat gali
muat sudah terisi penuh dan siap ditumapahkan.
Setelah alat angkut di terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan
dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat

56

angkut maupun pada alat gali/muatnya. Pola pemuatan dapat dilihat dari
beberapa keadaan yang ditunjukan alat gali muat dan alat angkut, yaitu:
1) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang
berada diatas atau dibawah jenjang (gambar 15).
a) Top loading, yautu alat gali muat melakukan penggalian
dengan menempatkan dirinya diatas jenjang atau alat
angkut berada dibawah alat gali muat.
b) Bottom loading , yaitu alat gali muat melakukan
penggalian dengan menempatkan dirinya dijenjang yang
sama dengan posisi alat angkut.

Sumber: Tugas Akhir Rico Arie Setiawan


Gambar 24: Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat
Gali-Muat Terhadap Alat Angkut
2) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut
untuk dimuati
Terhadap posisi alat muat gali excavator (gambar 14).

57

a) Single back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk di muati pada satu
tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut
pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama
berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati
sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.
b) Double back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk di muati pada
dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut
sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah
memposisikan diri disisi lain sementara alat angkut kedua diisi,
alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan
alat angkut pertama dan seterusnya.

Sumber: Tugas Akhir Rico Arie Setiawan


Gambar 25: Pola Pemuatan Berdasarkan
Jumlah Penempatan Alat Angkut
c. Effisiensi Kerja

58

Effisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif


dengan waktu kerja yang tersedia. Menurut pengalaman dilapangan
effisiensi kerja jarang didapat mencapai lebih dari 83%(partanto,1996).
Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan
kendaraan angkut kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari
waktu yang tersedia, hal ini karena adanya faktor-faktor yang menjadi
penghambat dan tidak dapat dihindari sehingga mempengaruhi kondisi
kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja operator, pengisian bahan
bakar, pengaturan dan keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut,
pemeliharaan alat, metoda kerja dan hal-hal lainnya.
Tabel 5 efisiensi kerja alat
Kondisi

Baik

operasi alat

Baik

Pemeliharaan mesin
Sedan
Buruk
Buruk
g
sekali
0,76
0,70
0,63

Baik sekali

sekali
0,83

0,81

Baik

0,78

0,75

0,71

0,65

0,60

Sedang

0,72

0,69

0,65

0,60

0,54

Buruk

0,63

0,61

0,57

0,52

0,45

Buruk sekali
0,52
0,50
0,47
0,42
0,32
Sumber: Pemindahan Tanah Mekanis (Rochmanhadi hal. 8)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap efesiensi suatu alat
adalah :
1) Faktor Alat (Mesin)
a) Jenis atau Tipe Alat

59

Apabila jenis alat mempunyai tenaga yang besar maka


akan

dapat

mengoptimalkan

pekerjaan

sehingga

dapat

menghasilkan efektifitas yang optimal.


b) Kondisi Alat
Kondisi alat sangat menentukan kinerja suatu alat. Jika
alat yang digunakan masih baik, terpilihara, maka akan sangat
meningkatkan efektifitas kerja. Sebaliknya jika kondisi alat
sudah tua, sering terjadi kerusakan akan menunggu kelancaran
pekerjaan.
c) Perlengkapan Alat
Tipe dan tahun pembuatan yang berbeda, menyebabkan
alat memiliki bentuk dan perlengkapan yang berbeda, sehingga
effektifitas alat berbeda.
2) Faktor Material
Jenis material yang dipekerjakan menyebabkan efektifitas
alat menjadi bervariasi hal ini dikaitkan dengan sifat material yang
dipekerjakan dengan kemampuan alat yang mengerjakannya.
Adapun material yang mempengaruhi effektifitas alat seperti sifat
kekerasan material, berat isi, keadaan material dan lain-lain
3) Faktor Lingkungan (kondisi kerja)
a) Kondisi cuaca
seperti panas, dingin, hujan, terang, dan gelat berpengaruh
langsung terhadap effektfitas alat khususnya pada perkerjaan
tambang terbuka. Iklim dan cuaca adalah hal yang sangat
mempunyai pengaruh besar terhadap aktifitas pengangkutan
dalam kegiatan pertambangan. Pada musim hujan front
penambangan akan licin dan becek, sebaiknya pada musim

60

kemarau front penambangan dan jalan tambang akan berdebu


sehingga mengalami kerja operator alat muat dan alat angkut,
terutama operator alat angkut. Debu-debu ini akan menghalangi
pandangan mata operator terhadap keadaan jalan didepannya
dan dapt mengurangi kecepatan pengangkutanbatu kapur.
Dengan kondisi demikian kecepatan kerja alat angkut akan
berkurang.
b) Kondisi Lapangan
keadaan lapangan berpengaruh pada besarnya tenaga yang
dapat dimanfaatkan alat. Beberapa hal yang mempengaruhi
terhadap kinerja alat seperti, ketinggian tempat kerja dari
permukaan laut (altitude), tanah guling (Roling Resistance),
tahanan kelandaian (Grand Resistance).
4) Faktor Manusia
a) Kemapuan
operator,

dalam

menangani alat padea operasi kerja


tertentu mempengaruhi effektifitas
alat berat.
b) Manajemen

dan

sifat

manusia,

adalah faktor yang sangat sulit


ditentukan efesiennya karena selalu
berubah-ubah setiap hari tergantung
keadaan
Menajemen
mengatasi
dilapangan

dan

suasana

kerja.

pelaksanaan

dalam

hambatan-hambatan
yang

tidak

dapat

61

dihindapr

seperti,

pelumasan,

penggatian suku cadang, kedisiplinan


dan

lain-lain

berpengaruh

pada

efektifitas pekerjaan.
c) Faktor kesehatan pada operator juga
berpengaruh

terhadap

efektivitas

suatu alat berat.


d) Faktor psikologi juga berpengaruh,
contohnya

operator

memikirkan

masalah gaji yang kecil dan keluarga.


Tabel 6 faktor effesiensi kinerja berdasarkan jam kerja
Jumlah Jam Kerja
Faktor Effesiensi
60 menit/jam
100%
55 menit/jam
91%
50 menit/jam
83%
45 menit/jam
75%
40 menit/jam
67%
Sumber : Dari Buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs. Sumarya, MT
Tabel 9 Operator Effisiensi
Macam
alat

Crawler
Traktor
Ban

Eff.

Eff.

Eff.

Baik sekali
(menit/

Sedang
(me

Kurang Baik
(menit/j

jam)
92% =

nit/jam)
83

am)
75% =

55
83% =

% = 50
75

45
67% =

Karet
50
% = 45
40
Sumber : Dari Buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs. Sumarya, MT

62

5) Faktor Keserasian
Keserasian adalah pola gerak alat-alat yang mengadu,
dimana tidak saling tunggu menunggu antara alat muat dan alat
angkut. Dinyatakan dalam Macth Faktor (MF) yaitu suatu angka
yang menyatakan seberapa baik penyesuaiannya antara alat muat
dan alat angkut. Hal ini diharapkan agar alat gali muat dan alat
angkut dapat berkerja secara optimal tanpa ada waktu yang
terbuang serta menghemat bahan bakar untuk penggunaan alat
yang tidak effektif.
6) Waktu Siklus
Produksi dump truck dipengaruhi oleh waktu edar, dimana
waktu edar dump truck tergantung pada jumlah dump truck yang
dapat yang dilayani oleh satu buah excavator. Menurut Partanto,
waktu edar damp truck adalah terdiri dari 4 sekmen besar, yaitu
loading time (waktu muat, yaitu frekuensi pengisian dikali waktu
edar excavator, hauling time (waktu mengangkut), dumping time
(waktu membongkar) dan retrun time (waktu kembali).
Sedangkan waktu edar excavator terdiri dari fill dipper
(waktu pada saat excavator mengaisi bucket), swing (waktu
maneuver bucket untuk mengisi bak dump truck), dump(waktu saat
bucket menumpahkan galiannya ke bak dump truck), dan
return(waktu excavator kembali mengisi bucke) dan delay (waktu
tunggu excavator sebelum mengisi bak dump truck).
Excavator yang berfungsi sebagai alat gali dan muat dalam
kerjanya mengalami digging resistance, yaitu tahanan yang dialami

63

oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan ini
disebabkan oleh :
a) Gasekan antara alat gali dan material yang digali, dimana semakin
besar kelembabam dan kekerasan butiran material semakin besar
pula gesekan yang terjadi.
b) Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya alat
gali kedalam material.
c) Roughness (kekerasan) dan ukuran butir material.
d) Adanya gaya adhesi antara material dengan alat gali dan kohesi
antara butiran-butiran material itu sendiri.
e) Berat jenis material.
Secara garis besar, waktu edar alat berat terdiri dari dua bagian,
yaitu :
a) Waktu

tetap

(fixet

time)
Waktu tetap adalah waktu yang diperlukan untuk
gerakan-gerakan tetap. Besarnya hamper selalu konstan,
walaupun ada perbedaan kondisi kerja, pengruhnya sanat kecil.
Tiap-tiap jenis alat memiliki gerakan-gerakan konstan yang
berbeda-beda. Misalnya waktu tetap pada excavator adalah
mengayun (swing) baik dalam keadaan bermuatan maupun
dalam keadaan kosong. Untuk dump truck waktu tetapnya
adalah membuang muatan.
b) Waktu tidak tetap (variable time)
Sedangkan

waktu

variable

adalah

waktu

yang

diperlukan untuk gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu ini lebih


banyak tergantung pada kondisi pekerjaan. Misalnya untuk

64

excavator, kekerasan material akan berpenaruh terhadap waktu


isi bucketnya.
Sedangkan untuk dump truck waktu angkut merupakan
waktu yang bervariasi sesuai dengan jenis permukaan jalan dan
jarak angkut. Dengan mengetahui waktu tetap dan waktu tidak
tetap maka waktu siklus atau waktu edar dapat dihitung. Waktu
siklus atau waktu edar (cycle time) adalah jumlah waktu tetap
dan waktu tidak tetap.

3.

Rumus-rumus

yang

digunakan

untuk

perhitungan produktivitas alat-alat berat


a. Mechanical
Availability
(MA)
Adalah faktor yang menunjukkan ketersediaan alat dengan
memperhitungkan waktu kerja yang hilang untuk perbaikan karena
alasan mekanis. Untuk produktivitas alat berat MechanicalAvailability
sangat dibutuhkan untuk menentukan total waktu yang hilang, sehingga
jam kerja yang sebenarnya dapat dicari dan dapat dibandingkan dengan
rencana jam kerja.
Rumus matematis untuk menentukan mechanicalavailability

MA
adalah:

W
100 %
W R

( Partanto, 1995 hal. 179)

65

Keterangan:
MA

= Mechanical Avialibility atau kesiapan mekanik.

= Jumlah jam kerja alat (Working hours).

= Jumlah jam perbaikan (Repair hours).


b. Use

of

Utilisation
(UA)
Menunjukkan berapa persen dari waktu yang digunakan oleh suatu
alat untuk beroperasi pada saat alat dapat digunakan. Rumus matematis
untuk menentukan use of utilization adalah:

UA

W
X 100 %
W S
( Partanto, 1995 hal. 180)

Keterangan:
UA

= Use of Avialibility atau penggunaan ketersediaan.

= Jumlah jam kerja alat (working hours).

= Jumlah jam standby.


c. Effective
Utilisation

Waktu Efektif
(Eut)
Effective Utilisation merupakan cara untuk menyatakan
efisiensi kerja alat berdasarkan keadaan alat yang bekerja di
lapangan.

66

Rumus matematis yang digunakan adalah:

Eut

W
X 100 %
W RS
(Partanto, 1995 hal. 181)

Keterangan:
W

= Jumlah jam kerja alat.

= Jumlah jam perbaikan/rusak.

= Jumlah jam standby

d. Eopt
(Effectiveopti
mum)
Eopt = MA x UA x Eut ( Partanto,1995.181 )
Keterangan:
MA

= Mechanical availability.

UA

= Use of availability.

Eut

= Effectiveofutilization
e. Swell
Faktor(Fakto
r
Pengembanga
n Tanah)

Swellfaktor (faktor pengembangan) material menurut buku

pemindahan

tanah

mekanis

oleh

Partanto

(1983)

merupakan

67

perbandingan antara material insitu (belum digali = BCM) dengan


material dalam keadaam loose (setelah digali = LCM). Besarnya
swellfaktor

Swell Factor

dapat

dihitung

dengan

persamaan:

Vundisturbed
100%
Vloose
(Partanto, 1983 hal 184)

Swell Faktor dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini:


Tabel 8. Density Swell Faktor dari Berbagai Material
Jenis material

Densiti

Swell Faktor (in bank

Tanah liat, kering

(Lb/CuYd)
2300

correction faktor)
0,85

Tanah liat, basah

2800 3000

0,82 0,80

Antrasite

2200

0,74

Bituminus

1900

0,74

Tanah biasa, kering

2800

0,85

Tanah biasa, basah

3370

0,85

Pasir kering

2200 3250

0,89

Pasir basah
3300 3600
0,88
Sumber: Dari buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs. Sumarya, MT
f. ProduktivitasA
lat Gali-Muat
(Excavator)
Rumus matematis yang digunakan adalah:

68

q x 3600 x E
Cm

(Rochmanhadi, 1992 hal. 20)

Dimana:
Q

= Produksi excavator perjam (m3/jam).

= Kapasitas produksi persiklus (m3).

= Efesiensi kerja (%).

Cm

= Waktu siklus (Detik).

Langkah pertama perhitungan produktivitas alat muat:


1).Kapasitas produksi persiklus (q)
q = ql x k
sumber: Dari buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs.
Sumarya, MT
Dimana:
ql = Kapasitas bucket munjung (m3).
k = Faktor pengisian bucket.

Untuk faktor bucketexcavator diperoleh berdasarkan tabel dibawah ini:


Tabel 9. Faktor Bucket Alat Muat

69

Jenis
No

Faktor
Kondisi Muatan

Pekerjaan

Bucket
Menggali dan memuat dari
stockpile atau material yang telah
dikeruk excavator lain, yang tidak

1.

1,0 0,8
Mudah

membutuhkan daya gali dan dapat


di buat munjung dalam bucket
Contoh: pasir, tanah pasir
Menggali dan memuat dari
stockpile dari tanah yang sulit untuk

2.

Sedang

di gali dan dikerutk tetapi dapat

0,8 0,6

dimuat hampir munjung (antara


peres dan munjung penuh)
Memuat dan menggali batu pecah,
tanah liat yang keras, pasir campur
kerikil yang telah ada di stock pile
3.

Agak Sulit

0,6 0,5
oleh excavator lain, dan sulut
mengisi bucket dengan material
tersebut.
Bongkahan batu besar dengan

4.

Sulit

bentuk tidak teratur dengan banyak

0,5 0,4

rongga diantaranya
Sumber: Perhitungan Biaya Peralatan (Rochmanhadi, 1992 hal. 14)
2). Waktu Siklus (Cm)
Waktu siklus (Cm) yang dibutuhkan oleh alat muat excavator
adalah:

70

Cm = waktu gali + waktu swing isi + waktu tumpah + waktu


swing kosong
g. Produktivitas
alat gali-muat
Rumus yang digunakan adalah:

C x 60 x E
Cmt

Sumber: Dari buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs. Sumarya,
MT
Keterangan:
P

= Produksi perjam dumptruck (m3/jam).

= Kapasitas produksi persiklus dumptruck (m3).

= Efesiensi kerja dumptruck.

Cmt

= Waktu siklus dumptruck (menit).

Langkah langkah perhitungan produktivitas alat angkut:


1)Kapasitas produksi dumptruck (C)
C

= ql x k x n

Keterangan:
ql

= Kapasitas bucket alat pemuat (m3).

= Faktor bucket alat pemuat.

= Jumlah siklus yang diperlukan alat muat untuk mengisi


dumptruck.

71

2)Waktusiklus (Cmt)
Cmt = waktu muat + waktu muat + manuver tumpah + waktu
tumpah + waktu kembali + waktu manuver muat
Sumber: Dari buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs.
Sumarya, MT
Keterangan:
Cmt = Waktu siklus dumptruck (dt).
h. Keserasian
kerja (MF)
Keserasian kerja adalah pola gerak alat-alat yang terpadu, dimana
tidak saling tunggu menunggu antara alat muat dan alat angkut.
Keserasian kerja dapat ditentukan dengan rumus:
MF=

n n H C L
n L C H

Sumber: Dari buku Alat Berat dan Interaksi Alat Berat Drs.
Sumarya, MT
Dimana:
MF = Faktor keserasian kerja.
nH

= Jumlah alat angkut.

= Jumlah bucket

C L = Waktu siklus alat gali-muat.


CH

= Waktu siklus alat angkut.

72

Faktor keserasian kerja:


MF = 1, berarti terjadi keserasian kerja alat muat dan alat angkut 100%
dan tidak ada waktu tunggu.
MF < 1, berarti alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempuyai
waktu tunggu.
MF > 1, berarti alat muat bekerja penuh sedangkan alat angkut
mempunyai waktu tunggu.
( Partanto Prodjosomarto, 1995 Pemindahan Tanah
Mekanis hal. 182)
a.
4.

Penentuan Biaya Alat


Biaya alat terdiri dari :

Biaya Kepemilikan
2.

Biaya Operasi

Tujuan dari diketahuinya biaya dan produksi dari suatu alat adalah :
Agar dapat menentukan harga satuan pekerjaan dengan menggunakan alat
berat tersebut. Sehingga dapat dibuat perhitungan RAB(Rancangan
Anggaran Biaya) proyek yang menggunakan alat berat.
Untuk menghitung biaya pekerjaan dalam RAB :
Biaya pekerjaan (Rp) = Volume pekerjaaan (m3)xHarga Satuan
Pekerjaan(Rp/m3)

73

Rp
)
jam

Harga Satuan Pekerjaan (Rp/m3) =


m3
Produksi Alat (
)
jam
Biaya Alat(

1. BIAYA KEPEMILIKAN
Biaya kepemilikan adalah jumlah biaya setiap jam selama umur ekonomis
alat yang harus diterima kembali oleh pemilik alat karena telah mengeluarkan
biaya untuk pembelian alat, angkut, pajak, asuransi, dan juga bunga modal.
Karena harga pembelian,bunga modal, pajak, asuransi serta umur ekonomis alat
merupakan bilang tetap/konstan maka biaya kepemilikan disebut juga biaya tetap.
Biaya kepemilikan terdiri dari :
1) Biaya penyusutan (depresiasi
2) Biaya investasi, yang dipengaruhi oleh : bunga modal, pajak, dan
asuransi.
Istilah yang berhubungan dengan biaya kepemilikan :

Harga alat (P) adalah harga pembelian alat yang sudah termasuk asuransi
dan biaya pengangkutan alat sehingga alat sudah siap dioperasikan di

lokasi proyek.
Umur ekonomis alat (n) adalah periode waktu alat (dalam tahun) yang

optimum untuk pemeliharaan peralatan.


Nilai sisa (Salvage Value) atau nilai jual alat bekas (F) nilai atau harga alat
pada saat umur ekonomis alat habis.
1) Biaya Penyusutan
Ada 3 metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan
(depresiasi) :
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode jumlah tahun (sum of years method)

74

3. Metode saldo menurun (declining balance method)


Yang akan dibahas selanjutnya adalah penyusutan dengan metode garis
lurus.
Rumus-rumus yang digunakan :

Laju penyusutan : Rm = 1/n


Nilai penyusutan tahunan : Dm = Rm (P-F) = (P-F)/n
Nilai
rata-rata
alat
selama
umur
ekonomis

P=

P ( n+1 )+ F (n1)
2n

Biaya

penyusutan

(Rp/jam)

Rp
)
th

jam
jam kerja efektif alat setahun(
)
th
Nilai penyusutan tahunan(

Catatan :
Nilai Biaya
Nilai : RP
Biaya : Rp/jam

2) BIAYA INVESTASI
Bunga modal :
Jika modal diperoleh dari pinjaman maka bunga modal = bunga
pinjaman.

75

Jika modal milik sendiri maka bunga modal = bunga simpanan


(deposito)
Pajak untuk kepemilikan alat berat di Indonesia belum ada
peraturan yang khusus. Alat berat termasuk barang kekayaan
perusahaan, jadi pajaknya dihitung sama dengan besarnya
persentase pajak kekayaan.
Asuransi untuk pengelolaan alat berat ada 2 macam :
1. Asuransi untuk pngangkutan.
2. Asuransi untuk pengoperasian.
Biaya investasi dihitung dengan :

BI (

Rp
)=
jam

Nilai ratarataalat x ( bunga modal+ pajak +asuransi )(


Jam kerja efektif alat setahun(

Rp
)
th

jam
)
th

Keterangan :
BI

: Biaya investasi

Biaya Kepemilikan (RP/jam) : Biaya Penyusutan + Biaya


Investasi.
Cara Annual Cost :
i = bunga modal + pajak + asuransi

76

Biaya Kepemilikan (RP/jam)

( AP , i, n)F ( AF , i, n)

jam kerja efektif alat setahun


Dimana :
(A/P,i,n) : faktor A/P dengan suku bunga i dan periode n
(lihat tabel bunga)

Dapat juga digunakan asuaransi all risk (semua resiko) dalam hal
kecelakaan lalu lintas, kebakaran, terguling sewaktu pengangkutan atau
pengoperasian, dll.
Besarnya asuransi yang harus dibayarkan tergantung dari harga alat,
jenis asuransi, jangka waktu asuransi, jenis pekerjaan yang dilaksanakan,
lokasi pekerjaan yang semua itu dinilai oleh perusahaan asuransi.
Bunga modal, pajak dan asuransi biasanya dinyatakan dalam persen per
tahun (%/th).

2. BIAYA OPERASI
Biaya operasi alat adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pengoperasian alat, yang terdiri dari biaya-biaya untuk :
1. Bahan bakar
2. Pelumas

77

3. Filter (semua macam filter yang digunakan) pemeliharaan dan


perbaikan alat
4. Penggantian ban (untuk kendaraan roda ban) atau penggantian
undercarriage (untuk kendaraan roda rantai)
5. Upah operator / mekanik suku-suku cadang khusus

Pada dasarnya semua biaya untuk operasi didasarkan pada :


Harga satuan x
Penggunaan
3. BAHAN BAKAR
Penggunaan bahan bakar sangat tergantung dari daya mesin.
Perkiraan penggunaan bahan bakar untuk alat barat :
Mesin bensin :
Keperluan bahan bakar = + 0,06 gal (US) = 0,23 liter/fwHP.jam
Mesin solar :
Keperluan bahan bakar = + 0,04 gal (US) = 0,15 liter/fwHP.jam
Untuk menentukan kerja mesin, harus diketahui daya rata-rata yang
dihasilkan mesin dan lamanya pemakaian daya itu. Pada saat bekerja,
mesin tidak selalu mengeluarkan daya penuh. Misalnya pada saat
menunggu atau maneuver dayanya relatif kecil dibandingkan pada waktu
mengeruk atau menggusur.

78

4. PELUMAS
Besarnya pemakaian pelumas sangat tergantung pada ukuran
mesin, kapasitas karter oli, keadaan piston ring dan lama waktu
penggantian.
Lama waktu penggantian pelumas dipengaruhi oleh kondisi kerja di
lapangan :

Lapangan kerja sangat berdebu : setiap 50 jam

Lapangan kerja sedang, kadang-kadang berdebu : setiap 200 jam

Lapangan kerja bersih, sedikit debu : sampai 500 jam

Jumlah pelumas pada waktu penggantian harus ditambah dengan


pelumas-pelumas untuk penambahan kekurangan selama waktu antar
penggantian.
Untuk estimasi cepat, pabrik pembuat alat memberikan daftar
penggunaan pelumas per jamnya untuk : mesin (crank case), transmisi,
penggerak akhir (final drivers), sistim hidrolis (hydraulic control) dan
vet (grease).
Biaya bahan bakar dan pelumas = penggunaannya dikalikan dengan
harga bahan bakar dan pelumas setempat.
Rumus perkiraan penggunaan pelumas :
lb
. jam)
C ( gal)
HP
+
lb
t ( jam)
7,4 (
)
gal

HPxfx 0,006(
q (gal/jam) =

atau

79

kg
. jam)
C (liter)
HP
+
kg
t/ jam
0,89(
)
liter

HPxfx 0,003(
q (liter/jam) =

Dimana :
q

: jumlah penggunaan pelumas (gal/jam, liter/jam)

HP

: daya mesin

: faktor operasi

: kapasitas karter (gal, liter)

: jumlah jam antara penggantian (jam)

5. BAN
Biaya untuk penggantian ban sangat berbeda-beda tergantung
dari metoda operasi dan keadaan lapangan.
Faktor utama yang mempengaruhi rusaknya ban :

Cuaca

Keadaan permukaan lapangan

Biaya penggantian ban dapat dirumuskan :


Biaya ban/jam = harga ban yang diganti / umur ban

6. UNDERCARRIAGE
Perhitungan biaya penggantian undercarriage ada 2 versi :
1. Versi Caterpillar

80

2. Versi Komatsu (termasuk dalam biaya perbaikan)


Kedua versi ini menggunakan tabel untuk perhitungannya.
Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Metode perhitungan biaya pemeliharaan dan perbaikan ada 2 :
1. Dinyatakan sebagai persentase dari nilai penyusutan tahunan
2. Dengan menggunakan tabel untuk merk yang sesuai

7. UPAH OPERATOR
Besarnya upah operator tergantung dari : lokasi pekerjaan,
perusahaan yang bersangkutan, peraturan yang berlaku di lokasi, dan
kontrak antara operator dengan perusahaannya. Pada dasarnya upah
operator dihitung dalam besarnya uang yang dibayarkan per jam kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai