Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun
suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline,
antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah
pasien yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien kurang
mampu mengungkapkan perasaannya tentang bunuh diri. Kurang detailnya tentang
pengkajian resiko bunuh diri pada saat masuk dan banyak perawat kurang melakukan
skrening akan resiko bunuh diri. Disamping itu 2 dari 3 orang yang melakukan suicide
diketahui oleh perawat dalam beberapa bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
tenaga kesehatan kurang memberikan intervensi yang adekuat. Lebih lanjut banyak perawat
mungkin takut untuk menanyakan tentang masalah bunuh diri pada pasien atau bahkan tidak
mengetahui bagaimana untuk menanyakan jika pasien memiliki pikiran untuk melakukan
suicide.
Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu
penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai factor resiko
terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan
pendekatan proses keperawatanya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep teori dari resiko bunuh diri ?
a.
Pengertian
b.
Rentang respon
c.
d.
e.
Psikopatologi
f.
g.
Penatalaksanaan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan
gambaran secara umum tentang perilaku bunuh diri (suicide)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku percobaan bunuh diri pada seseorang
b. Untuk mengetahui askep perilaku percobaan bunuh diri
c. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan
putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
a.
masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping
yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru
serta yakin tidak ada yang membantu.
b.
Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan
pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa,
rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
c.
Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan
depresi berat.
d.
Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
2.2 Rentang Respon
Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,
sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon
maladaptive. Rentang peningkatan diri sampai perilaku destruktif diri :
Respon adaptif
Peningkatan Beresiko
Destruktif
diri
diri tidak
destruktif
Respon maladaptif
Pencederaan diri
Bunuh diri
langsung
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress
Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya :
a.
Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini
tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b.
Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan
pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada
umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah
pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan
Crying for help sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di
selesaikan.
e.
Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan .
walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f.
Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului oleh
beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri
adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang
mendalam.
Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
b.
Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
Lingkungan
psikososial,
Seseorang
yang
baru
mengalami
kehilangan,
diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif..
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi
terjadinya resiko buuh diri.
e.
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a.
c.
Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
d.
perasaan
seperti
rasa
bersalah/sedih/marah/putus
asa/tidak
berdaya.
Pasien
juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif
dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
c. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah
pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat
akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
d. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.7 Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan medis
a.
b.
Pada pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien
rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya
dapat dimulai secar cepat.
c.
2.
Proses terapi
1)
Pendekatan Psikodinamika
2)
Pendekatan Behavioral
3)
Pendekatan Kognitif
4)
Pendekatan Biologis
a)
Kemoterapi (Chemotherapy)
b)
c)
Electroconvulsive
d)
Psychosurgery
Penatalaksanaan keperawatan
a.
Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada
2)
2)
3)
4)
diindikasikan.
d.
2)
3)
5)
6)
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
sehingga
terbunuh,
olahraga
yang
berbahaya,
overdosis
pada
pasien
2.
3.2
pembaca agar dapat memberikan kritik atau sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
http:www.ilmukeperawatan/denganklienbunuhdiri.com
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book.