Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena rahmat-Nyalah kita masih diberi kehidupan yang sejahtera. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita muhammad saw,
karena bimbingan-Nyalah kita bisa berjalan pada jalan yang diridhoi Allah SWT.
Terima kasih kepada teman-teman kelompok atas partisipasinya dalam
penyelesaian tugas kelompok ini berupa materi FILSAFAT PANCASILA dan
terima kasih pula kepada dosen pemegang mata kuliah yang telah memberikan
arahannya kepada kami sehingga makalah ini bisa diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
Mudah-mudahan dengan telah selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan di Universitas
Negeri Medan (UNIMED). Bila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini
kami mohon maaf.

Medan, 2 September 2016

Penulis

Kelompok III

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
A.

Latar Belakang

3
B.

Rumusan Masalah

3
C.

Tujuan ...............................................................................................................

4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kewarganegaraan
5
B. Orientasi kewarganegaran...................................................................................
6
1. Asas-asas kewarganegaraan
6
a. Asas kewarganegaran umum
.....................................................................................................................
7
b. Asas kewarganegaran khusus
8
2. Masalah status kewarganegaraan
.....................................................................................................................
9
C. Kewarganegaraan dalam lintas sejarah
10

Sejarah kewarganegaraan di Indonesia ..............................................................


10
BAB III PENUTUP ...............................................................................................
13
A. Kesimpulan
........................................................................................................................
13
B. Kritik dan Saran
........................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Negara memiliki unsur-unsur pendukung sebagai pembentuknya.
Salah satu unsur pembentuk Negara tersebut adalah rakyat atau warga Negara.
Sebagai warga Negara, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama. Salah satu hak sebagai warga Negara yaitu dijamin untuk
mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi stateless person. Menurut Rendra Marliyanto, dkk (2013:3) Orang
yang termasuk stateless persons adalah setiap orang baik sejak kelahiran atau

akibat perubahan di dalam negara asalnya menjadi tanpa kewarganegaraan.


Bersamaan dengan itu, dibeberapa Negara juga mengharuskan setiap warga
negaranya untuk tidak boleh memiliki dua status kewarganegaraan, dan terdapat
pula beberapa Negara yang memberlakukan status dwi-kewarganegaraan untuk
setiap warga negaranya. Akibat dari adanya perbedaan prinsip kewarganegaraan
yang dianut oleh beberapa Negara tersebut, hal ini tentunya menjadi permasalahan
yang menyebabkan seseorang tidak memiliki status kewarganegaraan.
Kita sebagai warga Negara sudah selayaknya memahami arti penting dari
kewarganegaran ini. Namun di era globalisasi seperti sekarang, seringkali generasi
penerus bangsa kehilangan perhatiannya terhadap permasalahan kewarganegaraan
dan kehilangan tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Sejalan dengan itu,
diharapkan adanya peningkatan pada generasi muda untuk lebih peduli terhadap
permasalahan yang ada pada negara guna meningkatkan rasa nasionalisme,
semangat bernegara, serta patriotisme terhadap negaranya.
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari kewarganegaraan?
Apa sajakah yang termasuk kedalam orientasi kewarganegaran?
Bagaimanakah munculnya istilah kewarganegaraan dalam lintas sejarah?

C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan apa pengertian dari kewarganegaraan
2. Mengetahui Apa sajakah yang termasuk kedalam orientasi
kewarganegaran
3. Memahami Bagaimana munculnya istilah kewarganegaraan dalam lintas
sejarah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewarganegaraan
Sebuah Negara harus didukung oleh penduduk-penduduk yang menetap
dalam Negara tersebut. Penduduk-penduduk yang menetap tersebut dinamakan
sebagai warga Negara. Menurut Srijanti,dkk (2013:67) pengertian warga Negara
diatur Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 26, yang menyatakan
bahwa warga Negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga Negara. Namun sebelum ditetapkan sebagai
warga Negara, seseorang harus menentukan status kewarganegaraannya terlebih
dahulu.
Sutoyo (2011:5) mengatakan bahwa Kewarganegaraan berasal dari bahasa
latin yaitu Civis selanjutnya dari kata Civis dalam bahasa Inggris timbul
katacivic yang artinya warga Negara atau kewarganegaraan.

Utsman ali (http://www.pengertianpakar.com/2014/11/pengertian-warganegara-dan-pengertian.html)

mengatakan

bahwa

Kewarganegaraan adalah

keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan


warga Negara. Dinyatakan pula bahwa Menurut Undang-undang No.62 Tahun
1958

Tentang

Kewarganegaraan

Republik

Indonesia,

Pengertian

Kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan dengan suatu negara yang


mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan pula bahwa kewarganegaraan
merupakan keanggotaan seseorang dalam negaranya yang diberikan guna
menjamin keharusan berjalannya hak dan kewajiban, serta segala jenis hubungan
yang terjalin antara Negara dengan warga negaranya Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa istilah kewarganegaraan memiliki arti penting dalam berdirinya
suatu Negara.
Pada umumnya pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1. Pengertian kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya
ikatan hukum antara Negara dengan warga negaranya yang menyebabkan
warga negaranya harus patuh dan berada dibawah kekuasaan Negara
tersebut..
2. Pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan
adanya ikatan hukum, tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan,
ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
1. Pewarganegaraan

dalam

kewarganegaraannya.

arti

Dalam

formil
arti

menunjuk

sistematika

pada

hukum,

tempat
masalah

kewarganegaraan berada pada hukum publik

2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari


status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara
sebagai

bagian

dari

warga

negara.

Kewarganegaraan

seseorang

mengakibatkannya memiliki ikatan hukum dan mengharuskannya untuk


tunduk

pada

hukum

negara

yang

bersangkutan

(http://www.pengertianpakar.com/2014/11/pengertian-warga-negara-danpengertian.html).
B. Orientasi Kewarganegaraan
1. Asas Kewarganegaraan
Seseorang yang disebut sebagai warga negara harus memiliki
status kewarganegaraan yang jelas dari negaranya. Penentuan status
kewarganegaraan seseorang harus di lakukan berdasarkan aturan-aturan
atau pedoman yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Aturan-aturan
tersebut disebut sebagai Asas kewarganegaraan (Srijanti,dkk 2013 : 68).
Setiap Negara juga memiliki kebebasan dan kewenangan untuk
menentukan asas kewarganegaraannya.
Dalam Undang-undang No.12 tahun 2006, terdapat ada 2 (dua) asas atau
pedoman penentuan kewarganegaraan, yaitu : (1) asas kewarganegaraan umum
dan (2) asas kewarganegaraan khusus.
1) Asas Kewarganegaraan Umum
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri
atas (4) empat asas, yaitu asas kelahiran (ius soli), asas keturunan (ius sanguinis),
asas kewarganegaraan tunggal, dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.
a. Ius soli (asas kelahiran) berasal dari latin; ius yang berarti hukum atau
pedoman, sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah
atau daerah. Jadi, ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat
menjadi warga negara dimana dia dilahirkan.

Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu negara


Jepang dan Amerika Serikat.
b. Ius sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang
berarti hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang
berarti darah atau keturunan.J adi, ius sanguinis adalah asas
kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini
menetapkan seseorang mendapat warga negara jika orang tuanya adalah
warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang lahir di Indonesia,
namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari negara lain, maka ia
mendapat kewarganegaraan dari orang tuanya.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang. Jadi, setiap warga Negara tidak bisa
memiliki kewarganegaraan ganda atau lebih dari satu.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda (lebih dari satu kewarganegraan) bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU. Tetapi kewarganegaraan
ini hanya bisa dimiliki ketika masih anak-anak dan setelah anak tersebut
berumur 18 (delapan belas) tahun, maka ia harus memilih atau
menentukan salah satu kewarganegaraannya.
2) Asas Kewarganegaraan Khusus
Asas ini terdiri atas beberapa macam asas atau pedoman kewarganegaraan, yaitu :
a. Asas Kepentingan Nasional adalah asas yang menentukan bahwa
peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara
kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.
b. Asas Perlidungan Maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga
negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam maupun di luar
negeri.
c. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan adalah asas yang
menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan
yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

d. Asas Kebenaran Substantif adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan


seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi
dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
e. Asas Non-Diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan
dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar
suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, serta harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya dan hak warga negara
pada khususnya.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM adalah asas yang
dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan hak
warga negara pada khususnya.
g. Asas Keterbukaan adalah asas yang menetukan bahwa segala hal ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
h. Asas Publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh dan atau kehilangan kewarganegaraan RI akan diumumkan
dalam berita negara RI agar masyarakat mengetahuinya (Srijanti,dkk, 2013
: 69-71).
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini kewarganegaraan lebih diatur
berdasarkan hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal
hak dan kewajiban, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin hak asasi
manusia, dan sebagainya.
2. Masalah Status Kewarganegaraan
Masalah status kewarganegaraan dapat muncul akibat dari adanya
perbedaan prinsip kewarganegaraan atau asas yang digunakan sebagai
penentuan kewarganegaraan yang dianut oleh beberapa Negara. Srijanti,
dkk (2013 : 71) mengatakan bahwa masalah status kewarganegaraan
seseorang akan muncul apabila asas kewarganegaraan diterapkan secara
tegas dalam sebuah Negara, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa
kemungkinan berikut ini :

a. Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki status kewaganegaraan.


Hal ini disebabkan karena orang tersebut lahir di negara yang menganut
asas ius sanguinis.
b. Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini
dimungkinkan apabila orang tersebut berasal dari orangtua yang negaranya
menganut ius sanguinis sedangkan ia lahir di Negara yang menganut ius
soli.
c. Multipatride adalah seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan, yaitu seseorang seseorang yang tinggal di daerah
perbatasan antara dua negara.

3) Kewarganegaraan dalam Lintas Sejarah


Menurut Glotz Secara historis kata Kewarganegaraan (Civics) muncul di
Yunani dengan istilah Civicus, yang berarti penduduk sipil (citizen) yang
melaksanakan kegiatan demokrasi langsung dalam polis (negara kota) atau
City State. Sebagaimana diketahui bahwa negara kota yang tertua berada di
daerah Mesopotamia, diantara sungai Tigris dan Euphrates. Negara kota
selanjutnya adalah Yunani, yaitu sekitar tahun 1000 500 sebelum Masehi.
Sebagai contoh misalnya Athena yang mengembangkan model demokrasi.
Praktek demokrasi langsung tersebut mencerminkan pelaksanaan demokrasi
politik penduduk dari negara kota. Setiap warga negara berperan secara aktif
dalam menentukan nasibnya maupun kehidupan masyarakatnya. Istilah Civicus
tersebut kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat untuk dipergunakan sebagai
pengajaran demokrasi politik kedalam kurikulum sekolah pada abad ke Sembilan
belas akibat dari rendahnya pengetahuan rakyat Amerika mengenai konstitusi,
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Stuart Gerry Brown dari Syracuse
University pada Encyclopedia International. Arti Civics dalam perkembangan
selanjutnya bukan hanya meliputi masalah hak dan kewajiban serta

10

pemerintahan saja, akan tetapi berkembang menjadi Community Civics,


Economic Civics, serta Vocational Civics
(http://biasamembaca.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kewarganegaraan.html)
Sejarah Kewarganegaraan di Indonesia
Selain di Mancanegara, istilah kewarganegaraan telah dikenal dan masuk
ke Indonesia juga melalui proses sejarah atau memiliki tahapan. Pungki
indriyono(https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asaskewarganegaraan/) mengatakan bahwa sejarah kewarganegaraan di Indonesia ada
tiga tahap meliputi:

1.

Zaman penjajahan Belanda


Hindia Belanda bukanlah suatu negara, maka tanah air pada masa

penjajahan Belanda tidak mempunyai warga negara, dengan aturan sebagai


berikut:
i.

kawula negara belanda orang Belanda,

ii.

kawula negara belanda bukan orang Belanda, tetapi yang termasuk


Bumiputera,

iii.

kawula negara belanda bukan orang Belanda, juga bukan orang


Bumiputera, misalnya: orang orang Timur Asing (Cina, India,
Arab, dan lain-lain).

2.

Masa kemerdekaan
Pada masa ini, Indonesia belum mempunyai UUD. Sehari setelah
kemerdekaan, yakni tanggal 18 agustus 1945, panitia persiapan
kemerdekaan

Indonesia

mengesahkan

UUD

1945.

Mengenai

11

kewarganegaraan UUD 1945 dalam pasal 26 ayat(1) menentukan bahwa


Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia aseli
dan orang orang bangsa lain yang di sahkan dengan undang undang
sebagai warga negara, sedang ayat 2 menyebutkan bahwa syarat syarat
yang mengenai kewarganegaraan ditetapan dengan undang undang.
Sebagai pelaksanaan dari pasal 26, tanggal 10 april 1946, diundangkan UU
No. 3 Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia
menurut UU No. 3 Tahun 1946 adalah:
i.

Orang yang asli dalam daerah Indonesia,

ii.

Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di


dalam wilayah negara Indonesia,

iii.

Anak yang lahir di dalam wilayah Indonesia

3. Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)


Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari
konferensi meja bundar (KMB) tanggal 27 desember 1949 antara
Belanda dengan Indonesia Serikat ada tiga hal yang penting dalam
persetujuan tersebut antara lain:
i.

Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi


terhadap keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di
Indonesia kurang lebih 6 bulan sebelum 27 desember 1949
setelah

penyerahan

keddaulatan

dapat

memilih

kewarganegaraan Indonesia yang disebut juga Hak Opsi atau


hak untuk memilih kewarganegaraan.
ii.

Orang orang yang tergolong kawula Belanda (orang


Indonesia

asli)

berada

di

Indonesia

memperoleh

kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak tinggal di Suriname /


Antiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda dan dapat
memilih kewarganegaraan Indonesia,

12

iii.

Orang orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka


dua kemungkinan yaitu: jika bertempat tinggal di Belanda,
maka dtetapkan kewarganegaraan Belanda, maka yang
dinyatakan sebagai WNI dapat menyatakan menolak dalam
kurun waktu 2 tahun.

iv.

Berdasarkan undang undang nomor 62 tahun 1958 Undang


undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku
sampai sekarang adalah UU No. 62 tahun 1958, yang mutlak
berlaku sejak diundangkan tanggal 1agustus 1958. Beberapa
bagian dari undang undang itu, yaitu mengenai ketentuan
ketentuan siapa warga negara Indonesia, status anak anak an
cara cara kehilangan kewarganegaraan, ditetapkan berlaku
surut hingga tanggal 27 desember 1949.

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam negaranya


yang diberikan guna menjamin keharusan berjalannya hak dan kewajiban,
serta segala jenis hubungan yang terjalin antara Negara dengan warga.
Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu Negara
yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi
orang yang bersangkutan.
Pengetian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
Setiap Negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi
warga Negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal
adanya asas kewarganegaraan, baik umum maupun yang khusus.

13

Istilah Kewarganegaraan (Civics) pertama kali muncul di Yunani dengan


istilah Civicus, yang berarti penduduk sipil (citizen) yang melaksanakan
kegiatan demokrasi langsung dalam polis (negara kota) atau City
State.
Pengembangan kewarganegaraan di Indonesia terdapat tiga tahap, mulai
dari masa penjajahan Belanda, Masa kemerdekaan, hingga diadakannya
persetujuan kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
2.

Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat

bagi siapa saja yang membacanya. Apabila ada kesalahan dari segi isi
maupun dalam penulisan, itu merupakan kelemahan serta kekurangan
kami sebagai insan biasa.

DAFTAR PUSTAKA
Srijanti, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Rendra Marliyanto, dkk, Analisis Yuridis Status Kewarganegaraan Terhadap
Orang yang Tidak memiliki Kewarganegaraan (Stateless) Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, jurnal ilmiah, Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum,
Universitas Hukum (UNEJ), 2013, hlm.3.
Pungki

indriyono,

Bab

Asas

Kewarganegaraan

diakses

dari

https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asaskewarganegaraan/ pada tanggal 29 Agustus 2016

14

Reka

Andika,

Sejarah

Kewarganegaraan

diakses

dari

http://biasamembaca.blogspot.co.id/2015/05/sejarahkewarganegaraan.html pada tanggal 29 Agustus 2016


Utsman ali, Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan di akses dari
http://www.pengertianpakar.com/2014/11/pengertian-warga-negara-danpengertian.html pada tanggal 31 Agustus 2016

15

Anda mungkin juga menyukai