Anda di halaman 1dari 18

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Rr. Nibras Khairunnisa Sari


: B1J013137
: VII
:5
: Jaka Tri Septiawan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi


mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Jadi, identifikasi adalah
menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian
menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi nama. Untuk
mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat
pembanding berupa gambar, realia atau spesimen (awetan hewan dan tumbuhan),
hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau kunci identifikasi. Kunci
identifikasi disebut juga kunci determinasi (Tjitrosoepomo,1998).
Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus
Linnaeus . Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga pernah menggunakan kunci
modern untuk identifikasi. Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun dengan
menggunakan ciri-ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci
tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan) sehingga disebut
kunci dikotomis (Saanin, 1968).
Kingdom animalia adalah salah satu kingdom yang memiliki anggota yang
paling banyak dan bervariasi. Secara garis besar kingdom animalia dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan vertebrata (hewan bertulang
belakang) dan golongan invertebrata (hewan tak bertulang belakang. Dalam
klasifikasi kingdom animalia, paling tidak ada dua ciri yang membedakan struktur
tubuh suatu hewan. Dua ciri tersebut antara lain berdasarkan simetri tubuh dan
lapisan tubuh. Invertebrata dikelompokan menjadi delapan filum, yaitu Porifera,
Coelenterata, Plathyhelminhtes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda
dan Echinodermata (Mayr, 1969).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara Porifera dan Cnidaria, antara lain :
1. Mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Mengetahui beberapa karakter yang penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
individu yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur
identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Pengertian identifikasi
berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi berhubungan dengan ciriciri taksonomi dalam jumlah sedikit (idealnya satu ciri), akan membawa spesimen ke
dalam satu urutan kunci identifikasi. Peranan buku kunci identifikasi adalah mutlak
diperlukan dalam melakukan identifikasi. Secara umum, klasifikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses mengelompokkan sesuatu berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan klasifikasi terhadap
makhluk hidup yaitu pencandraan sifat-sifat makhluk hidup, pengelompokan
berdasarkan ciri-ciri, dan pemberian nama kelompok, dalam pencandaraan
(identification), setiap ciri baik secara morfologi, anatomi, fisiologi, biokimia,
maupun genetika spesies yang tengah diteliti harus diperhatikan dan dijadikan
sebagai data utama (main data) (Supriharyono, 2000).
Langkah selanjutnya yaitu pengelompokkan (classification). Data utama yang
telah diperoleh dibandingkan dengan data acuan yang telah ada, ketika ditemukan
suatu pola kemiripan, maka masukkan spesies tersebut pada kelompok acuan. Misal,
objek utama : merpati, objek acuan : bebek dan ayam. Merpati dapat dikelompokkan
dengan bebek dan ayam berdasarkan bentuk tubuh (adanya paruh, sayap, dan
merupakan hewan ovipar). Terakhir, setelah dikelompokkan, maka kelompok
tersebut akan diberikan nama sesuai dengan karakteristik umum spesies-spesies yang
ada di dalamnya. Sebagai contoh, sapi, kucing, dan anjing dapat dikelompokkan
dalam mammalia (Widiyadi, 2009).
Porifera berasal dari bahasa latin porus yang berarti lubang, dan ferre yang
artinya memiliki atau mempunyai. Hewan porifera merupakan hewan multiselular
yang paling sederhana. Porifera atau disebut juga hewan spons hampir semua hidup
di laut, kecuali satu famili yang hidup di air tawar. Tubuh porifera terdiri dari dua
lapisan sel (diplobastik). Hewan porifera merupakan hewan sessile (hidup melekat
pada substrat), hanya 100 spesies saja yang hidup di air tawar, sisanya hidup di
perairan laut. Hewan sederhana ini selama hidupnya menetap di karang atau
permukaan benda keras lainnya di dasar air. Hewan ini tidak mempunyai alat gerak
dan setelah dewasa melekat pada suatu dasar sehingga bersifat sessile. Hewan

Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel
pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang bercirikan tidak dapat
berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan. Hewan ini
mempunyai sel porosit yang berbentuk kubus. Sel ini berfungsi untuk membuka dan
menutup pori. Tubuhnya terdiri dari 2 lapisan (diploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm atau gastrodermis). Lapisan luar terdiri dari
sel-sel epidermis dan lapisan dalam yang disusun oleh sel-sel koanosit yang berflagel
yang berfungsi untuk pencernaan (Jasin, 1989).
Spongocoel (rongga tubuh) dikelilingi oleh dinding tubuh yang terdapat
choanosit, epidermis, dan mesenkim (lapisan gelatin). Di antara lapisan ektoderm
dan endoderm terdapat rongga yang disebut mesenkim atau mesoglea tempat dari sel
amoeboid dan skleroblast yang merupakan penyusun rangka atau spikula berada di
mesoglea juga terdapat sel archeosit. Porifera tidak mempunyai sel saraf. Sel-sel
pada Porifera sensitif terhadap rangsang antara lain choanocyt dan myocyt, karena
itu gerakan dari flagellum pada choanocyt tergantung pada keadaan lingkungan.
Kemampuan myocyt terhadap stimulus adalah gerakan mengkerut/ mengendurnya
sel tubuh sehingga porocyt ataupun osculum bisa menutup dan membuka (McRoy et
al., 1999).
Coelenterata atau yang juga biasa disebut dengan Cnidaria adalah filum hewan
yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata Coelenterata berasal dari kata coelos
yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Jadi, Coelenterata adalah hewan
yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi sebagai organ
pencernaan makanan. Coelenterata disebut sebagai hewan sederhana karena jaringan
tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal.
Coelenterata merupakan diploblastik, hewan ini mempunyai dua lapis sel yaitu
ektoderm yang merupakan lapisan sel luar dan endoderm yang merupakan lapisan
dalam. Coelenterata memiliki dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Pada
bentuk polip (seperti tabung), coelenterata memiliki mulut di bagian dorsal yang
dikelilingi oleh tentakel. Sedangkan pada bentuk medusa yang berbentuk seperti
cakram, mulut coelenterata terletak di bagian bawah (oral) dan tubuhnya dikelilingi
oleh tentakel (Veron, 1986).
Coelenterata dapat bereproduksi baik dengan cara generatif (seksual) maupun
vegetatif (aseksual). Reproduksi secara generatif terjadi saat sel sperma jantan
membuahi sel telur (ovum) betina. Sedangkan perkembangbiakan secara aseksual

berlangsung dengan cara pembentukan tunas pada sisi tubuh coelenterata yang akan
tumbuh menjadi individu baru setelah lepas dari tubuh induknya (Veron, 1986).
Analisis geokimia

setiap tahun mengelompokkan skeleton karang yang

menyediakan kondisi yang menguntungkan untuk memperluas catatan kondisi


permukaan laut tropikal. Beberapa komponennya seperti Mn, Cu, Zn, Ba, dan Pb
terdapat di dalam skeleton karang yang digunakan sebagai indikator pencemaran laut
dan masuknya endapan (sedimen) (Harthorne et al., 2013). Berikut ini adalah
deskripsi masing-masing preparat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Acropora sp.
Hidup berkoloni berbentuk seperti tanduk rusa. Bagian-bagian cangkang yang
terlihat: corallite, theca (tepi corallite), scleroseptum, coenosarc (dasar tanduk
diantara dua corallite, dan pedal disc atau dasar yang digunakan untuk melekat pada
substrat. Apabila tinggal cangkangnya disebut aragonite kristae (Veron, 1986).
2. Platygyra sp.
Platygyra sp. koloninya terasa padat dan berbentuk lempengan (daun) yang
biasanya koralit tumbuh di setiap permukaan. Dinding antara calice tidak sempurna
atau tidak ada. Kedalaman karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15
meter. Koralit berbentuk masif, meandroid atau submeandroid dengan dinding tebal.
Septa berpenampilan kasar, kolumella berkembang lambat dengan pusat tidak
terlihat. Umumnya berwarna coklat, keabu-abuan dan hijau. Sepintas karang ini
mirip dengan P. lamellina. Tersebar dari Perairan Indonesia, Tanzania, Jepang,
Madagaskar, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.Karang ini umumnya
banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras (Veron, 1986).
3. Montastrea curta
Koloni yang bulat , kolumnar atau diratakan . Koralit yang melingkar dan banyak
spasi atau erat dipadatkan . Lebar kalises sangat bervariasi , variasi ini sebagian besar
terjadi antara , bukan dalam , koloni . Panjang dan pendek alternatif septa . Paliform
lobus kecil biasanya dikembangkan. Umumnya berwarna krem atau oranye pada
rataan terumbu, sering dengan warna konsentris dengan cakram oral. Biasanya coklat
gelap ketika di habitat berbayang (Veron, 1986).
4. Goniastrea retriformis
Spesies Goniastrea biasanya sering ditemukan di daerah terumbu karang. Banyak
dari koloni berukuran kecil atau menengah. Spesies ini ditemukan di dangkal,

lingkungan karang tropis. Kadang-kadang spesies dominan habitat intertidal. Spesies


ini dapat menjadi pembangun terumbu utama di Afrika Timur, Teluk Aden, dan Hong
Kong. Hal ini umumnya ditemukan 1-15 m, dengan koloni massa di 1-2 m, di Laut
Cina Selatan dan Teluk Siam. (Munasik, 2009). Spesies ini ditemukan di subtidal
batu dan karang berbatu, di saluran luar karang, di bagian belakang dan foreslope,
dan laguna. Spesies ini ditemukan 20 m. Ancaman dikenal paling penting untuk
spesies ini adalah pengurangan luas habitat terumbu karang karena kombinasi dari
ancaman. Tren populasi tertentu yang tidak diketahui namun pengurangan populasi
dapat disimpulkan dari perkiraan hilangnya habitat (Firdaus, 2010). Namun, karena
ancaman diperkirakan dari perubahan iklim dan pengasaman laut itu akan menjadi
penting untuk menilai kembali spesies ini dalam 10 tahun atau lebih cepat, terutama
jika spesies juga diamati menghilang dari terumbu saat ini pada tahap kritis degradasi
terumbu. Secara umum, ancaman utama bagi karang adalah perubahan iklim global,
khususnya, suhu ekstrem menyebabkan pemutihan (DeVantier et al., 2014).
5. Goniastrea favulus
Karang dengan bentuk bintang yang lebih rendah adalah spesies berbatu karang
di keluarga Merulinidae. Hal ini terjadi di perairan dangkal di wilayah Indo Pasifik
(Hoeksema, 2015). Koloni Goniastrea favulus biasanya membentuk struktur batu seperti besar kehijauan atau kecoklatan . Polip yang baik diatur dalam kelompokkelompok dalam dinding corallite umum atau berada di lembah meandroid. Dinding
koralit tipis, septa yang menanggung lobus paliform besar dan ada collumella pusat
kecil (DeVantier et al., 2008).
6. Porites sp.
Porites adalah genus berbatu karang. Anggota dari genus ini memiliki kalises
banyak ruang, dinding retikulum berkembang dengan baik dan simetris bilateral.
Porites, terutama Porites lutea, sering membentuk microatolls, Corals dari genus
Porites juga sering menjadi tuan rumah untuk cacing pohon Natal ( Spirobranchus
giganteus) (Gunarto, 2004). Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus
Porites yaitu :
-

Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau

bercabang.
Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat.
Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau domeshaped, dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m.

Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni

dengan lebar Calice kurang dari 2 mm.


Tentakel umumnya keluar pada malam hari (Darbohoesodo, 1976)

Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun memiliki
beberapa perbedaan. Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam,
koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan
dinding koralit). Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat septanya.
Penentuan nama jenis atau kelompok organisme yang diteliti, digunakan cara
identifikasi dengan menyamakan ciri-ciri yang ada dengan ciri-ciri yang tercantum
dalam kunci determinasi. Kunci determinasi berisi sejumlah keterangan yang
digunakan untuk menentukan kelompok atau jenis organisme berdasarkan ciri yang
dimilikinya. Untuk menentukan nama kelompok famili, genus, dan spesies dapat
dilakukan dengan cara mencocokkan objek tersebut dengan ciri-ciri yang tertulis
dalam kunci determinasi tersebut (Darbohoesodo, 1976).
Tahapan

yang

dilakukan

dalam

menggunakan kunci

determinasi

atau

identifikasi untuk menentukan nama suatu kelompok makhluk hidup adalah sebagai
berikut:
1. Mengambil objek yang lengkap, jika tumbuhan maka bagian yang diambil
harus selengkap mungkin, mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah
serta biji.
2. Mengamati objek, jika perlu gunakan lup untuk memperbesar objek.
3. Mencocokkan hasil pengamatan dengan kunci determinasi yang memuat ciriciri objek tersebut.
4. Menentukan nama

atau

kelompok

objek

dan

menuliskan

rumus

determinasinya (Saanin, 1968).


Perlakuan dalam pencandraan seperti pada urutan kedua di atas, kita memerlukan
daftar ciri-ciri yang dipergunakan untuk melakukan pengamatan tersebut, daftar ciriciri itu disebut dengan kunci determinasi atau kunci dikotomi. Penyebutan yang
dimaksud dikotomi karena daftar tersebut terdiri atas dua pernyataan yang
berlawanan (John et al., 2011).

BAB III. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara 1 yaitu bak preparat, kaca
pembesar, mikroskop, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu Goniastrea favulus, Goniastrea retiformis,
Platygyra sp., Montastrea curta, Acropora sp., dan Porites sp.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum antara lain:
1. Karakter pada spesiman diamati, digambar, dan dideskripsikan berdasarkan ciriciri morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Hasil Pengamatan Identifikasi Filum Porifera
Kelas : Demospongiae
Deskripsi :
1.
2.
3.
4.
5.

Oskulum sebagai tempat pengeluaran air dan sisa-sisa makanan


Pinakosit : bagian yang menyerap makanan
Porosit
: tempat aliran air masuk
Amoebosit : bagian yang mengedarkan nutrisi (air dan makanan)
Mesohyl
: a. Amoeboid yang akan berkembang menjadi amoebosit
b. Sklerobas yang akan berkembang membentuk spikula

6. Fagositosis : penyerapan atau pencernaan makanan


7. Koanosit

: sebagai saluran yang dapat mencerna makanan.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Identifikasi Cnidaria


No
1

Preparat

Foto
Keterangan:
1. Koralit
2. Koenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice

Nama Ilmiah: Acropora sp.


Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Madreporaria
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora sp
Deskripsi : Kontruksi tubuh jaringan, memiliki bentuk koloni yang bercabang
(branching).

Keterangan :
1. Koralit
2. Coenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice
Nama ilmiah : Montastrea curta
Klasifikasi :
Kingdom: Animalia
Phylum:

Cnidaria

Class:

Anthozoa

Subclass:

Hexacorallia

Order:

Scleractinia

Family:

Montastraeidae

Genus:
Montastraea
Deskripsi : berkontruksi tubuh jaringan, bentuk koloni massive (seperti batu),
bentuk koloni meandroid, calice berukuran kecil, colonesteum berdinding tebal
(narrow), struktur columelanya yaitu styleform (memusat).
3
Keterangan:
1. Koralit
2. Koenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice
Nama Ilmiah: Goniastrea favulus
Klasifikasi :
Kingdom:
Animalia
Phylum:

Cnidaria

Class:

Anthozoa

Subclass:

Hexacorallia

Order:

Scleractinia

Family:

Merulinidae

Genus:

Goniastrea

Species:

G. favulus

Deskripsi :
Berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk massive, bentuk
koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan colonesteum yang
tipis (fused wall), memiliki struktur columela yang memanjang (trubuculer
continous).

Keterangan:
1. Koralit
2. Koenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice
Nama Ilmiah: Goniastrea retiformis
Klasifikasi :
Kingdom: Animalia
Phylum:

Cnidaria

Class:

Anthozoa

Subclass:

Hexacorallia

Order:

Scleractinia

Family:

Merulinidae

Genus:

Goniastrea

Species:
G. retiformis
Deskripsi : Berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk massive,
bentuk koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan colonesteum
yang tipis (fused wall), memiliki struktur columela styleform.
5
Keterangan:
1. Koralit
2. Koenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice
Nama Ilmiah: Porites sp.
Klasifikasi :
Kingdom:
Animalia
Phylum:

Cnidaria

Class:

Anthozoa

Order:

Scleractinia

Suborder:

Fungiina

Family:

Poritidae

Genus:

Porites sp.

Deskripsi :
Berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk massive, bentuk
koloninya placoid (timbul).

Keterangan:
1. Koralit
2. Koenesteum
3. Columela
4. Septa
5. Calice
Nama Ilmiah: Platygyra sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Favirdae
Genus : Platygyra
Spesies : Platygyra sp.

Deskripsi :
Berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk massive, bentuk
koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan colonesteum yang
tebal (narrow) memiliki struktur columela yang memanjang (trubuculer continous).
Kunci Identifikasi Phylum Cnidaria
1. Kontruksi tubuh
a. Sel.............................................................................(Porifera)
b. Jaringan.....................................................................(2)
2. Coloni shape
a. Branching........................................................................(Acropora sp)
b. Massive............................................................................(3)
3. Coloni Form
a. Placoid..............................................................................(Porites sp)
b. Meandroid........................................................................(4)
4. Calice
a. Small...........................................................................(5)
b. Medium.......................................................................(-)
5. Colonesteum
a. Fused wall....................................................................(6)
b. Narrow.........................................................................(7)
6. Columela structure
a. Trubuculer continues...................................(Goniastrea falvulus)
b. Styleform............................................................(Goniastrea retriformis)
7. Columela structure
a. Trubuculer continues..........................................(Platygyra sp)
b. Styleform.............................................................(Montastrea curta)
c.

B. Pembahasan

Hewan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang dibagi menjadi 2 kelompok


yaitu hewan vertebrata dan hewan avertebrata. Hewan avertebrata adalah hewan
yang tidak memiliki tulang belakang. Phylum Porifera dan Cnidaria adalah salah satu
yang termasuk dari hewan avertebrata. Pengelompokkan hewan ini didasarkan oleh
beberapa hal yaitu berdasarkan kontruksi tubuh, ada tidaknya simetri tubuh, awal
mulanya pembentukan mulut dan anus, ada tidaknya selomata (rongga tubuh) dan
ada tidaknya metamerisme dan tagmatisasi.
Porifera tidak memiliki simetri (asimetri) dan memiliki kontruksi sel (belum
memiliki jaringan atau organ). Hewan ini memiliki 3 kelas yang dibedakan
berdasarkan jenis penyusun tubunya yaitu spikula dan serabut spongin. Class
calcarea memiliki spikula kalsium karbonat dengan 3-4 ujung, semua anggota kelas
ini hidup di laut. Class hexactinellida memiliki bentuk seperti tabung atau vas,
ditemukan di lautan dalam, memiliki spikula silika dengan 6 ujung. Class
demospongiae merupakan kelas terbesar, umumnya hidup di laut namun satu famili
(Spongilidae), memiliki habitat di air tawar, memiliki serabut spongin dan/atau
spikula silika. Pada praktikum kali ini preparat yang diamati untuk mewakili filum
porifera adalah dari kelas demospongiae yang memiliki ciri-ciri yaitu terlihat spikula
silika dan memiliki serabut spongin. Bagian- bagian dari porifera yaitu memiliki
oskulum, pinakosit, porosit, amoebosit, mesohyl, fagositosis dan koanosit yang
memiliki masing-masing fungsi yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Oskulum sebagai tempat pengeluaran air dan sisa-sisa makanan


Pinakosit : bagian yang menyerap makanan
Porosit
: tempat aliran air masuk
Amoebosit : bagian yang mengedarkan nutrisi (air dan makanan)
Mesohyl
: a. Amoeboid yang akan berkembang menjadi amoebosit
b. sklerobas yang akan berkembang membentuk spikula

6. Fagositosis : penyerapan atau pencernaan makanan


7. Koanosit

: sebagai saluran yang dapat mencerna makanan.

Filum yang selanjutnya diamati dan diidentifikasi dalam praktikum kali ini
adalah Cnidaria yang memiliki ciri-ciri yaitu memiliki kontruksi jaringan, simetri
radial atau biradial, diploblastik dan rongga gastrovaskuler. Karakteristik khusus
anggota filum ini dalah adanya knidosit yang berperan dalam pertahanan diri,

menangkap mangsa dan pergerakan serta alat pelengkap. Cnidaria memiliki dua
bentuk tubuh yaitu polip yang lebih bersifat sessile atau menempel pada substrat dan
medusa yang lebih aktif bergerak. Phylum Cnidaria dapat dikelompokkan menjadi
lima kelas berdasarkan bentuk tubuh, letak knidosit, dan reproduksi yaitu class
Hydrozoa, Scyphozoa, Staurozoa, Anthozoa, dan class Cubozoa. Praktikum kali ini
menggunakan 6 spesies yang dapat mewakilkan filum Cnidaria diantaranya yaitu
Goniastrea falvulus, Goniastrea retiformis, Platygyra sp., Montastrea curta,
Acropora sp., dan Porites sp. Bagian bagian yang diamati dalam mengidentifikasi
filum ini adalah dari kontruksi tubuhnya, coloni shape, coloni form, ukuran calice,
colonesteum dan struktur columela.
Preparat pertama yang diamati adalah Goniastrea falvulus dengan hasil yang
dapat dideskripsikan yaitu memiliki kontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan
bentuk massive, bentuk koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan
colonesteum yang tipis (fused wall), memiliki struktur columela yang memanjang
(trubuculer continous). Preparat kedua adalah Goniastrea retiformis dengan hasil
identifikasinya yaitu berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk
massive, bentuk koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan
colonesteum yang tipis (fused wall), memiliki struktur columela styleform.
Preparat ketiga yang diidentifikasi yaitu Platygyra sp. dengan hasil
identifikasi yang diperoleh yaitu berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan
bentuk massive, bentuk koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan
colonesteum yang tebal (narrow) memiliki struktur columela yang memanjang
(trubuculer continous). Preparat selanjutnya adalah Montastrea curta dengan hasil
yang diperoleh yaitu berkontruksi tubuh jaringan, bentuk koloni massive (seperti
batu), bentuk koloni meandroid, calice berukuran kecil, colonesteum berdinding
tebal (narrow), struktur columelanya yaitu styleform (memusat).
Preparat keempat yaitu Acropora sp. dengan hasil identifikasinya adalah
memiliki kontruksi tubuh jaringan, memiliki bentuk koloni yang bercabang
(branching). Preparat yang terakhir diidentifikasi adalah Porites sp. dengan hasil
yang diperoleh yaitu berkontruksi tubuh jaringan, coloni shape dengan bentuk
massive, bentuk koloninya meandroid, calice berukuran kecil (small) dengan
colonesteum yang tebal (narrow) memiliki struktur columela yang memanjang
(trubuculer continous).

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Beberapa anggota dari Phylum Cnidaria adalah Goniastrea falvulus, Goniastea
retriformis, Platygyra sp., Montastrea curta, Acropora sp., dan Porites sp.
Anggota dari Phylum Porifera terdapat dari class Demospongiae, Hexactinellida
dan class Calcarea.
2. Beberapa karakter yang penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Porifera adalah adanya koanosit yang tersusun di bagian dalam tubuh
Porifera dan Cnidaria yang memiliki karakteristik khusus dengan adanya
knidosit yang berfungsi dalam pertahanan diri, menangkap mangsa, pergerakan
serta alat pelengkap.
B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yakni dalam mengamati setiap spesimen
sebaiknya setiap kelompok diberikan spesimen yang lengkap sehingga dapat lebih
memudahkan identifikasi.

DAFTAR REFERENSI
Darbohoesodo, R.B. 1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. Purwokerto:
Fakultas Biologi Universitas Jenderel Soedirman.
DeVantier, L., Hodgson, G., Huang, D., Johan, O., Licuanan, A., Obura, D.O.,
Sheppard, C., Syahrir, M. & Turak, E. 2014. Goniastrea retiformis. The IUCN
Red List of Threatened Species. 10 : 3
DeVantier, L.; Hodgson, G.; Huang, D.; Johan, O.; Licuanan, A.; Obura, D.O.;
Sheppard, C.; Syahrir, M.; Turak, E. 2008. "Goniastrea favulus". IUCN Red List
of Threatened Species. International Union for Conservation of Nature. 10: 89
Firdaus, F. R., R. Hardika, D. Syahputra, R. Oktavian dan Helfinalis. 2010. Karakteristik
endapan sedimen laut total suspended solid (TSS) di perairan Bangka. Dalam: R.
Nuchsin (ed.). Perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sumber daya laut dan
osenaografi. Jakarta: LIPI Press.

Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan


Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. 23 (1).
Harthorne, Rob Sherrell and Dan Sinclair. 2013. Interlaboratory study for coral Sr/Ca
and other element/Ca ratio measurements. Journal Geomethry, Geophysic,
Geosystems. 10:28
Hoeksema, Bert. 2015. "Goniastrea favulus (Dana, 1846)". World Register of Marine
Species.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
John R. Goldi, G. V. 2011. Phylogenetic Relationships Of Tropical Western Atlantic.
Biological Journal of the Linnean Society. 2:1-15.
Mayr, E. 1969. Principles Of Systematic Zoologi. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company.
McRoy and C.Helferich (eds). 1999. Seagrass Ecosystem: A Scientific Perspective.
New York : Mar.Sci. Marcel Dekker Inc.
Munasik, 2009. Konservasi terumbu karang. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1998. Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indofasific. Australia: Angus &
Robertos.

Widiyadi, E. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk


Hidup. Bandung: Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai