Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan


Oleh :

Yogi Hidayatul Akbar

1411212006

Nanda Argaswari Yurez

1411212017

Githa Mayasari

1411212034

Prili Nessa Amenela

1411212035

Afira Septria

1411212043

Delia Erni

1411212053

Putri Ovyra

1411212055

Denny Hermawan W

1411212067

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan
inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah Analisa Kesehatan Lingkungan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
berpegang teguh pada sunnahnya. Amin.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk para pembaca dan
tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik
dalam pemilihan kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penyusun
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Januari, 2016
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Partisipan Masyarakat......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Partisipasi................................................................................................3
2.1.2 Bentuk Partisipasi......................................................................................................4
2.1.3 Partisipasi Masyarakat...............................................................................................5
2.1.4 Pendekatan Partisipasi Masyarakat...........................................................................6
2.1.5 Strategi Partisipasi Masyarakat.................................................................................7
2.1.6 Metode.......................................................................................................................7
2.1.7 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.....................................8
2.1.8 Bentuk Partisipasi Masyarakat................................................................................10
2.1.9 Partisipasi Masyarakat Dalam PPLH......................................................................11
2.1.10 Tujuan Partisipasi Masyarakat...............................................................................11
2.1.11 Manfaat Adanya Partisipasi Masyarakat...............................................................12

ii

2.1.12 Kelompok mayarakat dalam berpartisipasi...........................................................14


2.2 Ekologi Dan Lingkungan Hidup....................................................................................18
2.2.1 Pengertian ekologi...................................................................................................18
2.2.2 Ilmu Lingkungan.....................................................................................................19
2.2.3 Lingkungan Hidup...................................................................................................19
2.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup.....................................................................................20
2.3.1 Pengelolaan Lahan..................................................................................................21
2.3.2 Pengelolaan Hutan...................................................................................................22
2.3.3 Pengelolaan Air.......................................................................................................22
2.3.4 Pengelolaan Tanah..................................................................................................24
2.3.5 Pengelolaan Udara...................................................................................................24
2.3.6 Pengelolaan Sumberdaya Manusia..........................................................................25
2.4 Permasalahan Dalam Pengelolaan Lingkungan.............................................................26
BAB 3 : PENUTUP..................................................................................................................28
3.1.Kesimpulan.....................................................................................................................28
3.2.Saran...............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................29

iii

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melestarikan lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan keadaan lingkungannya. Apakah
lingkungan nanti dan sekarang selalu berada pada kondisinya untuk menunjang
kehidupannya? Jawabannya atas pertanyaan ini ada pada sikap manusia dalam melestarikan
lingkungan hidup tersebut.
Masalah lingkungan hidup sangat penting bagi kehidupan manusia yang saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dalam interaksi itu manusia selalu berusaha
menguasai lingkungannya dengan daya dan upaya mereka miliki. Permasalahan lingkungan
hidup akan terus muncul secara serius di berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi
tidak segera memikirkan dan mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan
hidup itu sendiri. Demikian Indonesia, permasalahan lingkungan hidup seolah-olah seperti
dibiarkan menggelembung sejalan dengan intensitas pertumbuhan industry, walaupun
industrialisasi itu sendiri sedang menjadi prioritas dalam pembangunan. Tidak kecil jumlah
korban ataupun kerugian yang justru terpaksa ditanggung oleh masyarakat luas tanpa ada
kompensasi yang sebanding dari pihak industry.
Pada saat ini kondisi lingkungan hidup sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan
dengan kecenderungan yang terus menurun. Laju kerusakan lingkungan jauh lebih besar
daripada upaya yang dilakukan secara bersama-sama untuk memulihkan kondisinya ke
keadaan semula. Misalnya terjadi pencemaran udara, pencemaran air permukaan dan air laut,
kebakaran hutan dan lahan serta banjir yang terjadi setiap tahun dalam skala yang semakin
besar. Perusakan ekosistem laut yang disebabkan oleh penangkapan ikatn yang menggunakan
tehnik-tehnik penangkapan yang merusak kelestarian sumber daya hayati laut masih terus
berlangsung. Di berbagai perairan, pengeboman ikan masih terus dilakukan. Demikian juga
penggunaan potassium sianida untuk menangkap jenis-jenis ikan bernilai ekonomis tinggi di
habitat terumbu karang telah menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan yang
parah.
Walaupun proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian yang
ditimbulkannya harus ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusinya yang tepat tetap saja
belum bisa ditemukan. Bahkan di sisi lain sebenarnya sudah ada perangkat hukum yaitu UU
1

Lingkungan Hidup, tetapi tetap saja pemecahan masalah lingkungan hidup menemui jalan
buntu. Hal demikian pada dasarnya disebabkan oleh adanya kesenjangan yang tetap
terpelihara menganga antara masyarakat, industry dan pemerintah termasuk aparat penegak
hukum.
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Mengetahui partisipasi masyarakat dalam lingkungan


Mampu menganalisis permasalahan dalam pengelolaan lingkungan
Mengetahui bagaimana pendekatan kepada masyarakat agar menjaga lingkungan
Mengetahui bagaimana bentuk partisipasi masyarakat
Mengetahui manfaat dari partisipasi masyarakat

1.3 Tujuan Penelitian


Masyarakat dapat menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga kelestarian hubungan
manusia dengan lingkungan hidup sehingga dapat membangun manusia seutuhnya.
Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat dipisahkan.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah secara optimal semata
demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Menghemat dan merawat kekayaan alam baik
sumber daya alam, buatan dan genetic demi generasi yang akan datang.

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Partisipan Masyarakat


2.1.1 Pengertian Partisipasi
Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari
asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris participation yang berarti
pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M. Echols & Hasan Shadily, 2000: 419).
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan
dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).
Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi,
(2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan
menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran
dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa
kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan,
dan memecahkan masalahnya.
H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari
keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi
diupayakan

antara

lain

perlunya

perencanaan

dimana

dari bawah (bottom-up) dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.


Menurut

Sundariningrum

dalam

Sugiyah

(2001:

38) mengklasifikasikan

partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :


a. Partisipasi Langsung
Partisipasi

yang terjadi

apabila individu

menampilkan

kegiatan tertentu

dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan
pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan
orang lain atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.
Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan
patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.
3

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan


pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.
Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama
berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide
yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini
antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat,
diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana,
kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan
merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan
manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan
dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan
dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.
Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan
dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam
evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya
pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.
2.1.2 Bentuk Partisipasi
Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011:
58), terbagi atas:
a. Partisipasi Vertikal
Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat
berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.
b. Partisipasi horizontal
Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau
4

kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.


Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58), partisipasi
masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Partisipasi fisik
Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk
menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan
usaha sekolah.
b. Partisipasi non fisik
Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam
menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut
ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan
mengarahkan rakyat untuk bersekolah
2.1.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat
di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif
memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program
kesehatan

masyarakatnya.

Institusi

kesehatan

hanya

sekadar

memotivasi

dan

membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).


Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran
diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan
keikutsertaan masyarakat yaitu:
1.

Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan.

2.

Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen


pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan.

3.

Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang


semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.


5

5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development)


2.1.4 Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk
memajukan partisipasi masyarakat yaitu:
1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan
bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan
sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu
arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat
vertical.
2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya
pelatihan dan kunjungan.
3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan
kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat
pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
4.

Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan mencerminkan


kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat
setempat.
Agar memperbaiki kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka

usaha untuk dapat menggerakkan partisipasi masyarakat:


1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya
jawaban (respons) yang dikendaki.
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah
laku (behavior) yang dikehendaki secara berlanjut (Ndraha,1990).
Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 di Jamaica dalam
Ndraha (1990), berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika:
1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah
ada di tengah-tengah masyarakat.
2. Partisipasi

itu

memberikan

manfaat

langsung

kepada

masyarakat

yang

bersangkutan.
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan
6

masyarakat setempat.
4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh
masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau
kurang berperanan dalam pengambilan keputusan.
2.1.5 Strategi Partisipasi Masyarakat
Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo (2007) :
1. Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa
(LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa, tiap
kelurahan atau desa mempunyai lembaga semacam ini. Tugas utama lembaga ini
adalah merencanakan,

melaksanakan,

dan

mengevaluasi

kegiatan-kegiatan

pembangunan di desanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan.


2. Program yang dijual oleh Puskesmas ke lembaga ini tidak harus kesehatan, tetapi
juga kegiatan-kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program
kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.
3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya
adalah di desa (LKPMD), dan petugas kesehatan adalah merupakan motivator dan
dinamisatornya.
4. Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah seluruh
desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat
memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu
proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain.
5. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat
RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi
2.1.6 Metode
Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat.
Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal
maupun informal.
2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim).
a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.
7

Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang bersangkutan,


dan dipimpin oleh ketua RT.
3. Survei diri (Community self survey) Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di
masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
4. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi
survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas
masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu
diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat
penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat.
5. Training
Melakukan Training untuk para kader kesehatan sukarela,

training dapat juga

meliputi manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan


tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
6. Rencana evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan
suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau
kader kesehatan sendiri.
2.1.7 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa
faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut. Faktor-faktor tersebut
sebagian kita jumpai di masyarakat dan sebagian di provider sendiri.
1.

Faktor-faktor di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru bagi kita di

Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong royong
dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat ini mendorong

timbulnya partisipasi masyarakat.


2.

Faktor-faktor pendorong di pihak provider


Faktor pendorong terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya kesadaran di

lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi
masyarakat.

Selain

itu,

keterbatasan

sumber

daya

di pihak provider untuk


8

mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat (Depkes, 1991).


Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan
berhasilnya partisipasi, yaitu:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.
2. Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian
yang menumbuhkan kesadaran.
3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.
4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa
dipaksa orang lain.
5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Hadi dalam Dwiyanti (2005), mengemukakan bahwa faktor penghambat
untuk meningkatkan partisipasi publik di Indonesia adalah:
1. Faktor sosial, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan dan komunikasi
2. Faktor budaya, meliputi: sikap dan perilaku, pengetahuan dan adat istiadat.
3. Faktor politik
4. Faktor birokrasi para pengambil keputusan.
Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan
eksternal terhadap pemerintah.
2. Kurangnya dana.
3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan
4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Banyak program pembangunan yang kurang memperoleh antusias dan partisipasi
masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi. Di lain pihak juga sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan
kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut
untuk berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, harus
dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat setempat layak diberi kesempatan karena
mereka juga punya hak untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan
membangun bagi perbaikan mutu hidupnya.
Menurut

Margono

dalam

Mardikanto

(2003),

tumbuh

kembangnnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:


9

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.


Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya
kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan
akan mendorong seseoransg untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap
kesempatan.
2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum
merupakan

jaminan

bagi

tumbuh

dan

berkembangnya

partisipasi masyarakat,

jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun.


3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi
Kemampuan untuk berpartisipasi adalah :
a. Kemampuan

untuk

menemukan

dan

memahami

kesempatan-kesempatan

untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun


(memperbaiki mutu hidupnya).
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
c. Kemampuan

untuk

memecahkan

masalah

yang

dihadapi

dengan

menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia


secara optimal.
2.1.8 Bentuk Partisipasi Masyarakat
Menurut Absori, membicarakan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk, akan
terkait dengan tradisi masyarakat (budaya) setempat, pemahaman norma/aturan dan kondisi
sosio politik. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, partisipasi masyarakat dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, diantaranya :
a.

Tingkat pengambilan keputusan.


Peran masyarakat dalam pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya dalam
pembuatan AMDAL merupakan bentuk pendemokrasiaan pengambilan keputusan, di
dalamnya terdapat akses atau partisipasi masyarakat.

b.

Pelaksanaan program program.


Pelaksanaan program merupakan realisasi dari bentuk kepedulian masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
10

c.

Pembelaan atau advokasi lingkungan hidup, baik yang dilakukan di pengadilan maupun
di luar pengadilan.
Dalam pembelaan atau advokasi dalam hal terjadi pencemaran atau perusakan
lingkungan merupakan konsekwensi yang harus dilakukan, sebagai upaya untuk
menuntut hak hak masyarakat telah dilanggar atau dirusak.

2.1.9 Partisipasi Masyarakat Dalam PPLH.


Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu bentuk hak asasi
sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 juga
diatur bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pengaturan
mengenai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat juga diimbangi dengan kewajiban
masyarakat atas lingkungan hidup. Pengaturan hak dan kewajiban atas lingkungan hidup
disertai adanya ruang bagi masyarakat untuk berperanserta dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Ada

beberapa prinsip good governance yang menjadi dasar bagi pelibatan

masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis pada hak, kewajiban dan
peran serta masyarakat, yaitu prinsip partisipasi masyarakat, prinsip Transparansi,
dan prinsip kesetaraan. Selain itu, dasar bagi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup adalah berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 32 Tahun 2009, yang mengatur
mengenai asas-asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu asas
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah asas partisipatif.
Secara umum partisipasi masyarakat di dalam hukum lingkungan di Indonesia diatur di
dalam BAB IX tentang Peran Masyarakat Pasal 70 UUPPLH. Pada Pasal 70 Ayat (1)
menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas
luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada
Ayat (2), bentuk peran, berupa :
a. Pengawasan sosial.
b.

Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan atau

c. Penyampaian informasi dan / atau laporan.


2.1.10 Tujuan Partisipasi Masyarakat
Secara

umum,

kebijakan

pemerintah

dalam

pembangunan

negara

adalah

mengikutsertakan masyarakat semaksimal mungkin atau sering disebutkan peran serta


masyarakat dalam pembangunan negara. Adapun tujuan dasar partisipasi masyarakat menurut
E. Gunawan Suratno adalah mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
11

hidup, mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan negara dan membantu pemerintah


untuk dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang lebih baik dan cepat.
Kemudian di dalam hukum lingkungan, tujuan adanya partisipasi masyarakat dalam
perlindungan dan pengelolaan lingungan hidup (PPLH) sebagaimana yang termaktub di
dalam Pasal 70 Ayat (3), dilakukan untuk :
a.
b.
c.
d.

Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;


Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
Menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
Menumbuh kembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan

pengawasan sosial; dan


e. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
2.1.11 Manfaat Adanya Partisipasi Masyarakat
a.

Memberi informasi kepada Pemerintah.


Adanya keterlibatan masyarakat dapat menambah perbendaharaan pengetahuan

mengenai sesuatu aspek tertentu yang diperoleh dari pengetahuan khusus masyarakat itu
sendiri maupun dari para ahli yang diminati pendapat oleh masyarakat. Peran ini sangat
diperlukan untuk memberi masukan kepada pemerintah tentang yang dapat ditimbulkan oleh
sesuatu rencana tindakan pemerintah dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Dengan
demikian pemerintah akan dapat mengetahui adanya berbagai kepentingan yang dapat terkena
dampak dari tindakan tersebut yang patut diperhatikan secara serius. Pengetahuan tambahan
dan pemahaman akan masalah masalah yang mungkin timbul, yang diperoleh sebagai
masukan peran serta masyarakat bagi proses pengambilan keputusan Pemerintah, akan dapat
meningkatkan kualitas keputusan tersebut dan dengan demikian partisipasi tersebut akan
dapat meningkatkan kualitas tindakan negara dengan lembaga-lembaganya untuk melindungi
lingkungan hidup.
b.

Meningkatkan kesedian masyarakat untuk menerima keputusan.


Warga masyarakat yang telah memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam

proses pengambilan keputusan dan tidak dihadapkan pada suatu masalahfait accompli, akan
cenderung untuk memperlihatkan kemauan dan kesediaan yang lebih besar guna menerima
dan menyesuaikan diri dengan keputusan yang telah diambil tersebut. Pada pihak lain, peran
serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan dapat banyak mengurangi
kemungkinan timbulnya pertentangan antar anggota masyarakat, asal peran serta tersebut
dilaksanakan pada saat yang tepat. Akan tetapi perlu dipahami bahwa suatu keputusan tidak
12

pernah akan memuaskan semua kepentingan, golongan atau semua warga masyarakat, namun
kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan Pemerintah akan dapat ditingkatkan.
c.

Membantu perlindungan hukum.


Jika sebuah keputusan akhir diambil dengan memperhatikan keberatan keberatan

yang diajukan oleh masyarakat selama proses pengambilan keputusan berlangsung, maka
dalam banyak hal tidak akan ada keperluan untuk mengajukan perkara ke pengadilan. Sebuah
perkara yang diajukan ke pengadilan, lazimnya perkara tersebut memusatkan diri pada suatu
kegiatan tertentu. Dengan demikian tidak dibuka kesempatan untuk menyarankan dan
mempertimbangkan alternatif kegiatan lainnya. Sebaliknya dalam proses pengambilan
keputusan, alternatif dapat dan memang dibicarakan, setidak tidaknya sampai suatu
tingkatan tertentu. Apabila sebuah keputusan dapat mempunyai konsekuensi begitu jauh,
maka sangatlah diharapkan bahwa setiap orang yang terkena akibat keputusan itu perlu
diberitahukan dan diberi kesempatan untuk mengajukan keluhan dan keberatan
keberatannya sebelum keputusan itu diambil.
d.

Mendemokrasikan pengambilan keputusan.


Dalam hubungannya dengan partisipasi masyarakat ini, ada pendapat yang

menyatakan bahwa dalam pemerintahan dengan sistem perwakilan (representative), maka hak
untuk melaksanakan kekuasaan terdapat juga pada wakil wakil rakyat yang dipilih oleh
rakyat. Dengan demikian tidak ada keharusan adanya bentuk bentuk dari peran serta
masyarakat karena wakil wakil rakyat itu bertindak untuk kepentingan rakyat yang telah
mewakilkan. Dikemukakan pula argumentasi, bahwa dalam sistem perwakilan peran serta
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan administratif akan menimbulkan masalah
keabsahan demokratis, karena warga masyarakat, kelompok atau organisasi yang turut serta
dalam proses pengambilan keputusan tidaklah dipilih atau diangkat secra demokratis.
Manfaat yang dapat diperoleh masyarakat melalui partisipasi masyarakat adalah:
1. hasil pembangunan dipastikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat;
2. dapat menyediakan dasar-dasar kekuatan lokal dan organisasi masyarakat;
3. secara moral masyarakat merasa memiliki sehingga terjaga kelestariannya dan
merupakan bagian dari pembangunan yang dilaksanakan bersama pemerintah.

Ada pendapat lain, menurut parwoto ( 1997 ) mengenai pendapat yang dapat diperoleh
masyarakat melalui pembangunan yang partisipatif adalah:
13

1. pembangunan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya sehingga


dengan alokasi yang relatif sama dapat menjangkau lebih luas
2. pembangunan lebih menyentuh masyarakat
3. masyarakat sadar akan persoalan yang mereka hadapi dan potensi yang mereka miliki
4. masyarakat

lebih

bertanggungjawab

atas

keberhasilan

pembangunan

clan

pemanfaatan hasil pembangunan.


5. masyarakat saling belajar dalam proses pembangunan dengan rekan-rekan
seperjuangan/senasib;
6. tumbuhnya solidaritas
7. tumbuhnya masyarkat mandiri, yang mampu mengmbil keputusan-keputusan untuk
menentukan masa depan mereka.
2.1.12 Kelompok mayarakat dalam berpartisipasi
Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan, baik secara individu atau
kelompok, bersifat spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan
cara-cara tertentu yang dapat dilakukan.

Beberapa Kelompok mayarakat yang dapat

berpartisiasi dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan yaitu kelompok tani, kelompok
pengolah ikan, kelompok pengolah terasi dan kelompok nelayan, partisipasi konsultatif yaitu
kelompok Pendidikan Lingkungan Hidup. Berikut adalah contoh kasus partisipasi mayarakat
dalam pengelolaan lingkungan.
Kerusakan hutan mangrove sebagai sabuk hijau di pesisir timur Lampung sudah
sangat memprihatinkan.

Partisipasi kelompok masyarakat Desa Margasari terdiri dari

kelompok Margajaya Utama, Margajaya Satu, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),


Pengolah Terasi, Gabungan Kelompok Tani, Nelayan dan Pengolah Ikan berpengaruh dalam
pelestarian hutan mangrove. Penelitian dilaksanakan bulan April 2014 di Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

Tingkat partisipasi anggota kelompok masyarakat dalam pelestarian hutan


mangrove dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.

Kategori tingkat partisipasi anggota kelompok masyarakat terhadap


14

pelestarian hutan mangrove.


No

Kategori

Jumlah Anggota Kelompok Masyarakat


PLH Marga Gabunga Pengola Pengola Nelaya

1. Tinggi 24
2. Sedang 3. Rendah Jumlah
24
Responden

20
20

n
6
12
4

h
1
1
22

h
2
2

n
5
1
2

Persen
56
15
5
6

73,68%
19,74%
6,58%
76

100%

15

Tabel 3 dapat menjelaskan bahwa partisipasi

anggota kelompok

masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove yang termasuk dalam kategori


tinggi adalah sebanyak 56 responden (73,68%) dari keseluruhan responden, 15
responden (19,74%) termasuk dalam kategori sedang dan 5 responden (6,58%)
termasuk dalam kategori rendah.

Anggota kelompok margajaya berada pada

kategori tinggi, karena seluruh anggota kelompok memiliki partisipasi terhadap


pelestarian hutan mangrove.

Kelompok margajaya memiliki kegiatan

perencanaan yaitu pembibitan yang terdapat pada 2 lokasi sehingga mampu


menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dengan waktu yang bersamaan.
Pembibitan dilakukan setiap 6 bulan sekali dan kelompok margajaya selalu
mempunyai persediaan bibit untuk kegiatan penanaman dan penyulaman hutan
mangrove.
Anggota

kelompok

margajaya

memiliki

inisiatif

untuk

penyulaman apabila dilihatnya ada pohon mangrove yang mati.

melakukan
Kelompok

margajaya sangat berperan penting terhadap pelestarian hutan mangrove di Desa


Margasari. Kelompok PLH juga berada pada kategori tinggi sama hlnya dengan
kelompok margajaya.

Kelompok ini dibawah naungan Universitas Lampung

memiliki pengembangan jaringan kerjasama secara nasional dan internasional


yang telah diawali pada tahun 2007.

Pada kerjasama tersebut, banyak sekali

kegiatan yang dilakukan yaitu mulai dari pembibitan, penanaman yang melibatkan
anak-anak Sekolah Dasar Kecamatan Labuhan Maringgai serta masyarakat Desa
Margasari, serta pelatihan-pelatihan tentang pengembangan ekowisata di daerah
hutan mangrove. Setelah kontrak kerjasama selesai kegiatan pun tidak ada yang
berjalan lagi.

Uraian di atas telah menjelaskan bahwa kelompok mangrove

PLH hanya melakukan kegiatan ketika ada kerjasama dari pihak luar.
Untuk partisipasi anggota kelompok pengolah ikan berada pada kategori
sedang. Hal ini disebabkan karena anggota kelompok ini belum pernah mengikuti
kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove.

Kurangnya

koordinasi dan komunikasi antara kelompok pengolah ikan dengan kelompok


mangrove yang menjadikan penyebabnya.
Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentg Pengelolaan Lingkungan
Hidup dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adala upaya terpadu untuk

17
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan,

pengembangan,

pemeliharaan,

pemulihan,

pengawasan,

dan

pengendalian lingkungan hidup.


Pengelolaan lingkungan hidup yang diselelnggarakan dengan asas tanggung
jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan

berkelanjutan

berwawasan lingkungan

hidup

dalam

rangka

pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat


Indonesia seluruhnyayang beriman bertakwa kepada Tuhan YME.
Adapun sasaran pengelolaan lingkungan hidup, antara lain:
a) Tercapainya keselerasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup,
b) Terwujudnya manusia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
c)
d)
e)
f)

dan tindakan melindungi dan membina lingkungan hidup,


Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan masa depan,
Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup,
Terkendalinya pemanfaatnan sumber daya secara bijaksana,
Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak/usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi tanggung jawab

pemerintah dan swasta. Masyarakat juga memilki peranan penting dalam


melaksanakan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang memiliki hak
dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, sehingga
dapat tercapai fungsi lingkungan hidup.
Pelestarian lingkungan hidup adalah upaya untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup. Daya dukung merupakan
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lain, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau keomponen lain yang masuk
atau dimasukkan kedalamnya.
Upaya perlindungan lingkungan lingkungandilakukan berdasarkan baku mutu
lingkungan, baik berupa kriteria kualitas kualitas lingkungan (ambient) maupun
kriteria kualitas buangan atau limbah (effluent). Baku mutu lingkungan hidup adalah
ukuran batas makhluk hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya

18
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Baku mutu sebagai tolak ukur apakah
lingkungan telah rusak atau suatu kegiatan telah merusak lingkungan perlu
dilaksanakan dan diacu dalam pembangunan nasional. Baku mut lingkungan dapat
berbeda setiap wilayah atau waktu yang berbeda mengingat adanya perbedaan
kondisi lingkungan, tata ruang, dan teknologi.
2.2 Ekologi Dan Lingkungan Hidup
2.2.1 Pengertian ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Berasal dari kata Yunani oikos
(habitat) dan logos (ilmu). Sangat diperhatikan dengan hubungan energi dan
menemukannya kembali kepada matahari kita yang merupakan sumber energi yang
digunakan dalam fotosintesis
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati) adalah
tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah
lingkungan paling tidak lingkungan fisiknyadi sekeliling populasi suatu spesies
yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan
Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies,
atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai
kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut
sebagai biotop. Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di
suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu.
Ekologi adalah dasar pokok ilmu lingkungan, Inti permasalahan lingkungan
hidup pada hakekatnya adalah ekologi yakni hubungan makluk hidup, khususnya
manusia dengan lingkunganya. Komponen- komponen tersebut berada pada suatu
tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada
suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton
yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen
abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

19
2.2.2 Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan
manusia dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu
lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.
Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) adalah ilmu yang
mempelajari tentang lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah suatu studi yang
sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang pantas di
dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi
untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang
alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah
untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan
terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu
(terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi,
meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang
bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan
antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran
atau terapan dari ekologi.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai
ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya,
antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat
dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang
saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup
dengan lingkungannya.
2.2.3 Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejah teraan manusia serta makluk lain (UURI
23 TH 1997).
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkanya makluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

20
manusia sehingga kualitasnya turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Beberapa masalah lingkungan hidup:
a)

Banjir

j)

Banjir

b)

Kekeringan

k)

Kekeringan

c)

Tanah longsor

l)

Tanah longsor

d)

Erosi

m)

Erosi

e)

Pemanasan global

n)

Pemanasan global

f)

Kebakaran hutan

o)

Kebakaran hutan

g)

Lahan kritis

p)

Lahan kritis

h)

Pencemaran (air, udara, tanah)

q)

Pencemaran (air, udara, tanah)

i)

Beberapa masalah lingkungan


hidup:

Masalah Lingkungan Hidup Timbul Pada dasarnya Karena:


a)

Dinamika penduduk

b)

Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang kurang bijaksana

c)

Kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengethuan dan tehnologi maju

d)

Dampak negatif yang muncul dari kemajuan ekonomi

e)

Benturan tata ruang.

2.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha untuk memelihara atau dan
memeperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita terpenuhi dengan sebaikbaiknya. Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan ini:
Domestikasi, yaitu pemeliharaan tumbuhan dan hewan liar. Hal ini dimulai
sangat awal pada kebudayaan manusia.
Citra lingkungan, kearifan ekologi atau gambaran tentang lingkungan idup.
Ini dapat didasarkan pada ilmu pengetahuan dan mistik.
1. Cagar alam, adalah sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora,
fauna yang ada di dalamnya
2. Cagar budaya, pengertiannya serupa dengan cagar alam, yang dilindungi
bukan suatu daerah yang bersifat alamiah, melainkan hasil budaya
manusia. Misal: Candi, Kraton, Bngunan kuno

21
3. Cagar biosfir, dapat meliputi daerah yang dibudidayakan manusia,
misalnay untuk pertanian secara tradisional dan pemukiman. Di sini boleh
ada permukiman.
4. Taman nasional, pada prinsipnya sama dengan cagar alam, namun di
dalamnya

dapat

dilakukan

kegiatan

pembangunan

yang

tidak

bertentangan dengan tujuan pencagar alaman. Misal: pariwisata,


pendidikan, penelitian.
Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh pembangunan di berbagai
bidang adalah salah satu usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang
baik dapat mencegah kerusakan lingkungan sebagai akibat pembangunan. Tujuan
pengelolaan lingkungan terutama untuk mencegah kemunduran populasi sumber
daya alam yang dikelola dan sumber daya alam lain yang ada di sekitarnya dan
mencegah pencemaran limbah atau polutan yang membahayakan lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam mencakup beberapa upaya yang dilakukan
secara terpadu dan bertahap. Upaya ini disebut upaya terpadu karena dalam
pengelolaan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan bersama-sama diantaranya
kegiatan pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, pemulihan, dan pengembangan
lingkungan. Dengan melaksanakan urutan kegiatan tersebut, maka kualitas
lingkungan dapat dijaga kelestariannya, agar selanjutnya dapat tetap mendukung
kesejahteraan manusia. Disini harus pula disertai dengan mental si pengelola yang
dengan segala tanggung jawab dan kesadaran harus berusaha memelihara sumber
daya alam yang tersedia untuk mengelola hingga masa yang akan datang.
Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap
karena tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan
rencana, disusul dengan tahap pelaksanaan yang berupa pemanfaatan, pengendalian
dan pengawasan. Tahap selanjutnya berupa pemulihan dan pengembangan
lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.
2.3.1 Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan disini termasuk pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan
lahan untuk pemukiman maupun industri. Dengan makin berkembangnya ilmu dan
teknologi, maka manusia semakin berupaya untuk mendapatkan strategi baru dalam
bidang penggunaan lahan. Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil yang

22
maksimal dengan menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang semaksimal mungkin
untuk memperoleh:
1. hasil atau produksi yang maksimum dari setiap unit lahan
2. memilih tata cara pengelolaan lahan yang memberi keuntungan maksimum
3. menekan sekecil mungkin ketidakmantapan kondisi lahan potensial sehingga
dapat meningkatkan hasil maksimal
4. mencegah menurunnya potensi lahan potensial
2.3.2 Pengelolaan Hutan
Hutan mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan
dan kelangsungan lingkungan, terutama berpengaruh terhadap iklim mikro yaitu
iklim yang berlaku pada daerah dalam hutan tersebut. Dikenal suatu pengelolaan
hutan yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dengan kegiatan perkebunan,
pertanian dan peternakan. Pengelolaan tersebut disebut agroforestry yang
menganut sistem diversifikasi usaha berbagai macam komoditi, tetapi dengan tetap
menjaga pemeliharaan hutan secara optimal. Adapun strategi agroforestry adalah:
1. Meningkatkan produktivitas

lahan hutan secara keseluruhan antara

produktivitas hutan dengan pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan


2. Mengatasi sempitnya lahan pertanian
3. Pemerataan penduduk ke daerah pinggiran hutan dengan meningkatkan taraf
hidupnya
Hutan serbaguna merupakan hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan, antara lain sebagai sumber plasma nutfah, sarana penelitian, sarana
pendidikan, serta tempat wisata.
2.3.3 Pengelolaan Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan
mahluk hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia dan fisika
tubuh maupun untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi
kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya.
Pengelolaan air disini termasuk pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau.
Strategi pengelolaan air meliputi:

23
1. Melindungi perairan agar tetap terjaga kebersihannya sehingga dapat
menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari
gangguan fisik maupun kimiawi
2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga
proses fotosintesis dapat berjalan dengan lancar
3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan
mempertahankan rantai makanan
4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga
zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang berarti sebagai
penyimpan energi dan materi
Pada prinsipnya pengelolaan sumberdaya alam air ini sangat bergantung
bagaimana kita mempergunakan dan memelihara sumber air itu menjadi seoptimal
mungkin, tetapi tanpa merusak ataupun mencemarinya dan mempertahankan
keadaan lingkungan sebaik-baiknya.
Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi
melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah terlebih dahulu
sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah
2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisme antar polutan satu
dengan yang lainnya.
3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang
tumpah di perairan
4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan,
untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
5. Limbah radioaktif harus diproses terlebih dahulu agar tidak mengandung
bahaya radiasi
6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan
menggunakan aktifitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke perairan umum.

24
2.3.4 Pengelolaan Tanah
Pencemaran tanah mempunyai hubungan yang erat dengan pencemaran air
dan udara. Air yang terbuang ke tanah akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan
pencemaran tanah.
Usaha Pencegahan Pencemaran Tanah
Untuk menanggulangi sampah plastik, maka sebelum dibuang, sampah
plastik dibakar terlebih dahulu
1. Limbah yang mengandung radioaktif hendaknya dibiarkan dahulu dalam
waktu lama sebelum dibuang
2. Sampah radioaktif yang berbentuk padat harus dibungkus dengan bahan yang
terbuat dari Pb untuk menahan sinar radioaktif, lalu dimasukkan dalam
tromol baja anti karat sebelum dibuang
3. Pembuangan sampah berbahaya dilakukan ke dasar laut, ke pulau karang
kosong, dibuang ke dalam bekas tambang kosong atau ke dalam sumur yang
dalam dan jauh dari pemukiman penduduk
2.3.5 Pengelolaan Udara
Secara umum pencemaran udara diartikan sebagai udara yang mengandung
satu atau beberapa zat kimia dalam konsentrasi tinggi, sehingga mengganggu
manusia, hewan dan tumbuhan serta mahluk hidup lain di dalam suatu lingkungan.
Berdasarkan terjadinya polusi,

udara dikategorikan menjadi dua tipe utama

pencemar udara yaitu:


1. Polutan primer
Yaitu zat kimia yang mengandung toksik dan masuk secara langsung ke
udara dalam konsentrasi yang merugikan manusia. Zat kimia tersebut dapat
berupa komponen alami udara yang konsentrasinya meningkat misalnya CO2
2. Polutan sekunder
Yaitu zat kimia yang merugikan manusia yang terbentuk dalam atmosfir
melalui reaksi kimia diantara komponen udara yang ada
Usaha Pencegahan Pencenaran Udara
1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap
serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan

25
2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara
memasang bahan penyerap polutan atau saringan
3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dengan cara penurunan suhu
sebelum gas dibuang ke udara bebas
4. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat
menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang
terperangkap di atas suatu pemukiman atau kota
5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar
dan mengurangi angkutan pribadi
6. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah
satu kegunaaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemar udara, selain
sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.
2.3.6 Pengelolaan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia penting untuk menunjang pembangunan. Pencemaran
sebagai akibat pembangunan dapat pula mempengaruhi manusia atau masyarakatnya.
Dalam hal ini selain dengan menghilangkan atau memperkecil resiko penularan,
masyarakat dapat diberi sekedar ganti rugi dan ganti rugi ini dalam bentuk:
1. memberikan uang
2. mengangkat mereka menjadi karyawan proyek
3. meningkatkan pengetahuan mereka agar dapat menghindari bahaya limbah
4. menciptakan hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara proyek
dan masyarakat di sekitarnya agar tidak terjadi konflik dan kecemburuan
sosial
5. sebagai bapak asuh terhadap proyek-proyek kecil yang diselenggarakan
masyarakat
Disamping itu terhadap karyawan proyek yang dapat secara langsung terkena
pencemaran, selain dilakukan tindakan perlindungan sebagai usaha memperkecil
pencemaran, juga diadakan pendidikan ketrampilan khusus, sehingga kalau suatu
saat mereka tidak dapat dipekerjakan di tempat dimana mereka bekerja karena
berbagai alasan, khususnya yang menyangkut bahaya pencemaran kepada dirinya,
selanjutnya mereka dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan
khusus yang diperolehnya. Dengan demikian menghindari terjadinya pengangguran,

26
bahkan berarti menciptakan sumber pekerjaan baru di luar proyek dan meningkatkan
ekonomi.
2.4 Permasalahan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Di Indonesia, secara garis besar terdapat lima permasalahan pengelolaan
lingkungan, antara lain:
a. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan

yang

kerap

menimbulkan

permasalahan

pengelolaan

lingkungan adalah:
1. Kebijaksanaan antar sektor umumnya masih belum memperhitungkan
keterkaitan dan dinamika antar manusia, masyarakat, dan lingkungan
hidup, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat sektor lain atau
masyarakat luas. Hal ini terjadi kaerena belum terpadunya antar sektor.
2. Kebijaksanaan dalam kependudukan belum memperhitungkan
kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup untuk mendukung
terlaksananya pembangunan berkelanjutan.
3. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan sumber daya alam masih
berorientasi pada eksploitasi dan pertumbuhan tanpa memperhatikan
keseimbangan antara aspek pelestarian konservasi dan pemanfaatan
dalam tatanan lingkungan yang dinamis.
4. Kebijaksanaan pengelolaan lingkungan masih bersifat represif kuratif,
sedangkan aspek preventif terhadap pengrusakan dan pencemaran sumber
daya dan lingkungan masih kurang.
b. Peraturan perundang-undangan
1. Peraturan perundang-undangan yang
kebijaksanaan

teknis

pelaksanaan

diperlukan

pengendalian

sebagai
pencemaran

dasar
dan

pengrusakan lingkungan masih kurang.


2. Peraturan perundang-undangan berjalan secara parsial dan kurang
diselaraskan dangan aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup.
c. Kelembagaan
1. Koordinasi antar lembaga yang masih kurang sehingga mempengaruhi
upaya sinkronisasi dan keterpaduan perencanaan, penyusunan program
dan kegiatan, serta evaluasi dan monitoring pembangunan lingkungan
hidup oleh pemerintah, dunia usaha serta masyarakat sehingga
manyebabkan perbenturan kepentingan dan tumpeng tindih pemanfaatan
sumber daya alam.
2. Fanatisme sectoral dan belum jelasnya fungsi dan tugas masing-masing
instansi baik di pusat maupun di daerah.

27
3. Kurangnya sarana sebarti laboraturium rujukan guna dijadikan acuan bagi
sektor, daerah dan masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan sehingga perlu kerjasama antara pemerintah serta
LSM dan universitas
d. Dukungan data dan informsad lingkungan serta kesiapamn teknologi
1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas data
dan informasi
lingkungan sebagai bahan formulasi kebijakan dan kegiatan
operasional pengelolaan lingkungan yang mendukung. Seperti data
informasi kependudukan dan lingkungan sosial yang masih terbatas
pada periode sensus, data dan informasi tentang peta dasar yang baku
tentang sumberdaya alam dan lingkungan.
2. Kesiapan teknologi pengelolaan lingkungan untuk melestarikan fungsi
tatanan lingkungan hidup, mengukur daya dukug lingkungan,
teknologi konservasi flora dan fauna, dan teknologi pengendalian
pencemaran, kerusakan dan rehabilitasi lingkungan masih terbatas.
e. Peran Serta Masyarakat
1. Kompleknya permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup yang
menuntut pemecahan masalah secala multidimensi dan komprehensif
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pemantauan
masih rendah.

28

BAB 3 : PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan
hidup.Dasar dan prinsip pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mencapai
kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga dapat membangun
manusia seutuhnya dan mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan
tidak akan dapat dipisahkan. Masyarakat merupakan peranan terpenting dalam
pengelolaan lingkungan. Karena pengelolaan lingkungan hidup di peruntukkan bagi
masyarakat agar tercapai kesejahteraan dan keseimbangan dalam berinteraksi dengan
alam.

3.2.Saran
Diharapkan agar seluruh masyarakat berpartisipasi dalam menjaga dan
merawat lingkungan hidup. Masyarakat harus pro aktif melaporkan kepada pihak
yang berwajib setiap anggota masyarakat yang merusak lingkungan hidup.
Keikutsertaan masyarakat ini sangat berguna agar penegak hukum dapat menghukum
orang yang melakukan tindakan yang menjurus kepada rusaknya lingkungan hidup.

29

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30458/3/Chapter%20II.pdf
http://eprints.uny.ac.id/7720/3/bab%202%20-%20%2007110241010.pdf
http://online-journal.unja.ac.id/index.php/jimih/article/download/2172/1511
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/viewFile/778/714
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/EKOLOGI-DAN-ILMULINGKUNGAN.doc

Anda mungkin juga menyukai