Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN

: PERBANDINGAN METODE PROPORSI


DENGAN
METODE
RESAZURIN
TERHADAP BAKTERI MYCOBACTERIUM
TUBERCULOSIS
YANG
RESISTEN
TERHADAP RIFAMPISIN

NAMA MAHASISWA

: YENTI PURNAMASARI

NOMOR MAHASISWA

: N121 07 072

PEMBIMBING UTAMA

: Dra. Hj. Sartini, M.Si., Apt.

PEMBIMBING I

: Prof. Dr. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D.

PEMBIMBING II

: Prof. Dr. H. Faisal Attamimi, MS.

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang yang
agak sulit untuk diwarnai, tetapi sekali berhasil diwarnai, sulit untuk
menghapus dengan zat asam. Oleh karena itu disebut juga bakteri tahan
asam (BTA). (1)
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga
penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB
berdasarkan uji tuberkulin positif dan setiap tahun terdapat 8 juta orang
dengan kasus baru sedangkan jumlah pasien tuberkulosis saat ini adalah
sekitar 20 juta orang.(2) WHO mencanangkan keadaan darurat global

untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga


penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia, setelah
India dan Cina. (3)
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja
produktif, penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah.
Dari 1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS
(Directly

Observed

Treatment

Shortcourse

Chemotherapy)

-atau

pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari- baru


mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS
(1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang
dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan
kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul
kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas
atau multi drug resistance (MDR). (4)
Obat yang digunakan untuk TBC biasanya adalah INH (isoniazid),
Rifampisin,

Etambutol,

Streptomisin,

Pirazinamid,

Exionamid,

Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.


Namun dalam proses pengobatan sering terjadi resistensi terhadap obatobat ini. (2,5)

Pemberian obat untuk Multi Drug Resistant Mycobacterium


Tuberculosis (MDRTb) kepada kasus non MDRTb selain menghamburkan
biaya, juga beresiko efek samping yang besar dan menurunnya angka
kesembuhan. Sebaliknya penggunaan parsial obat untuk MDRTb juga
beresiko mempermudah timbulnya XDRTb yang sampai saat ini belum
ada regimen pengobatannnya. Atas dasar itu penentuan MDRTb dan
XDRTb harus dilakukan dengan tepat. Sudah tentu akan lebih bermanfaat
jika hasil pemeriksaan juga cepat. (6)
Pemeriksaan mikrobiologik untuk konfirmasi MDR-TB yang sering
digunakan adalah metode proporsi. Metode proporsi merupakan cara
konfirmasi merupakan cara yang paling banyak digunakan. Pengujian
dengan menggunakan media LJ merupakan salah satu contoh dari
metode ini, dengan pembacaan hasil umumnya dilakukan pada hari ke 28
dan jika hasil pada hari 28 meragukan, pembacaan diulang pada hari ke
42. Pembacaan jumlah koloni Mtb yang tumbuh pada media mengandung
OAT dibandingkan dengan jumlah koloni Mtb yang ditanam pada media
yang tak mengandung OAT. (6)
Pengujian lain yang digunakan dalam metode proporsi adalah MGIT
yang menggunakan media cair Middlebrook 7H9 yang dimodifikasi. Pada
dasar botol media terdapat indikator yang akan berfluorosensi, fluorosensi
dapat diukur secara manual ataupun secara otomatik. Pada cara manual,
fluorosensi diamati sejak hari kedua hingga hari ke dua belas dan isolat

Mtb dinyatakan resisten jika fluorosensi terjadi bersamaan sampai dua


hari kemudian dibandingkan kontrolnya. (6)
Pemeriksaan mikrobiologik untuk konfirmasi MDR-TB lainnya yang
sering digunakan adalah cara kolorimetrik telah dikembangkan dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dasarnya adalah penggunaan indikator
redoks atau garam tetrazolium untuk mendeteksi pertumbuhan Mtb.
Reduksi indikator yang timbul akibat pertumbuhan Mtb dalam media akan
mengubah warna indikator. Salah satu metode kolorimetrik yang sedang
dikembangkan adalah Resazurin microtiter assay (REMA). Rema telah
dikaji penggunaan sebagai cara uji kepekaan cepat untuk menetukan
MDRTb dengan akurasi sekitar 97%. (6)
Hasil pengujian DST dengan menggunakan REMA dapat diperoleh
secara cepat dan tepat dengan biaya yang relatif lebih murah dengan
pengerjaan yang lebih sederhana. Namun karena REMA merupakan
metode yang baru dikembangkan maka diperlukan penelitian lebih lanjut
terhadap

metode

Resazurin

untuk

mengetahui

spesifisitas

dan

sensivisitas dengan membandingkan dengan metode Drug Suspectibily


Test (DST) menggunakan metode lain seperti MGIT atau LJ.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, didapatkan masalah
apakah metode REMA (Resazurin Microtiter Assay) dapat digunakan
sebagai gold standart untuk memberikan gambaran Drug Suspectibily Test
(DST) terhadap resisten Rifampicin sama halnya metode proporsi yang
sering digunakan selama ini.

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kemampuan REMA


(Resazurin Microtiter Assay) dengan metode proporsi dalam memberikan
hasil Drug Suspectibility Test (DST) terhadap resisten Rifampicin.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
REMA (Resazurin Microtiter Assay) dibandingkan metode proporsi dalam
memberikan hasil Drug Suspectibily Test (DST) yang resisten Rifampisin.
Sehingga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti
mengenai penyakit Tubercolosis khususnya tentang metode REMA yang
kini mulai digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan hasil DST
dengan pengerjaan yang lebih sederhana daripada metode lainnya.

Anda mungkin juga menyukai