Anda di halaman 1dari 19

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF

PADA MATA PELAJARAN IPS TERHADAP KEAKTIFAN


PESERTA DIDIK DI SD GROJOGAN
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Proposal penelitian

TAOFIK KURNIADI
2014015216
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Proposal

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF


PADA MATA PELAJARAN IPS TERHADAP KEAKTIFAN
PESERTA DIDIK DI SD GROJOGAN

Telah Dipertahankan di Depan Penguji dan Diterima untuk Memenuhi Salah


Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
Hari

Tangga :
Susunan Tim Penguji
Ketua

Sekretaris

Penguji I

Pengujio II

Mengesahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Dekan,

.......................................
NIP/NIY:.......................

A. Judul Penelitian
Efektivitas Model Pembelajaran Debat Aktif Pada Mata Pelajaran IPS
Terhadap Keaktifan Peserta Didik di SD Grojogan
B. Bidang Ilmu
Bidang ilmu yang akan dikaji adalah bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting
dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. IPS
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sosial
manusia. Di dalamnya akan mengajarkan bagaimana cara menempatkan
diri di lingkungan masyarakat. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa
hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Proses pembelajaran
sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor
yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas.
Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan
karena metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa
yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya
variasi dalam penyampaian materi

pembelajaran. Untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan model


pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran
inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Metode
pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu metode pembelajaran
aktif. Pada dasarnya, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta
didik diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran. Salah satu
pembelajaran aktif yang dapat mengatasi berbagai permasalahan di atas
adalah metode pembelajaran aktif tipe debat aktif (debate active).
Metode pembelajaran aktif tipe debat aktif (debate active) adalah
sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan
peserta didik dalam kelas bukan hanya orang-orang yang terlibat.

Namun di sisi lain, metode ini mempunyai kelemahan yaitu siswa yang
tidak berani mengemukakan pendapatnya, menyita banyak waktu, dan
lain sebagainya.
Penggunaan metode yang bervariasi akan dapat meningkatakan
semangat siswa dalam belajar. Kalau semangat sudah meningkat secara
tdak langsung akan mempengaruhi pemahaman siswa. Siswa yang
sudah paham dengan pelajaran sudah tentu dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
Pengunaan model debat

akan dapat meningkatkan keaktifan,

kerja sama dan saling menghargai pendapat orang lain. Dalam metode
debat siswa berperan secara aktif. Sisiwa dibagi menajdi beberapa
kelompok kemudian di suruh menjawab soal-soal yang sudah
disediakan oleh guru. Setelah siswa selasai mengerjakan soal, siswa
menjawab pertanyaan dengan diwakili oleh satu orang. Sementara
kelompok yang lain menjawab atau menanngapi kalau jawaban yang
diberikan oleh kelompok temannya tidak benar/salah. Guru mengamati
kegitan siwa dan guru memberikan arahaan kepada jawaban yang salah
dan memberikan jawaban yang benar. Dalam metode debat, siswa
dilatih terlibat aktif, berfikir kritis, mengahrgai pendapat orang lain.
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar masih teacher centered. Artinya
peserta didik hanya mendengarkan apa yang disampaikan
guru dan kurang ikut terlibat dalam pembelajaran, akibatnya,
siswa merasa bosan dan kurang aktif dalam belajar IPS
2. Model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang
disampaikan.
3. Peserta didik kurang percaya diri dalam mengungkapkan
pendapat yang ada dipikirannya.
E. Pembatasan masalah

Dari identifikasi di atas penelitian ini dibatasi pada Efektivitas


Model Pembelajaran Debat Aktif Pada Mata Pelajaran IPS Terhadap
Keaktifan Peserta Didik di SD Grojogan Bahasan yang diambil adalah
Usaha dan Kegiatan Ekonomi di Indonesia
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Secara Deskriptif
a. Sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran IPS?
b. Sejauh mana keaktifan peserta didik pada model
pembelajaran debat aktif pada mata pelajaran IPS?
2. Secara Komparatif
a. Adakah perbedaan keaktifan belajar peserta didik dengan
model pembelajaran debat aktif dengan model yang
lainnya pada mata pelajaran IPS?
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Secara Deskriptif
a. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran IPS.
b. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan peserta didik
pada model pembelajaran debat aktif pada mata pelajaran
IPS.

2. Secara Komparatif
a. Untuk mengetahui perbedaan keaktifan belajar peserta
didik dengan model pembelajaran debat aktif dengan
model yang lainnya pada mata pelajaran IPS.
H. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Secara Teoritis
Diharapkan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada para
pembaca mengenai keefektivan model pembelajaran debat aktif
untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran IPS.

2. Secara Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pengelolaan
proses pembelajaran.
b. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan guru dan guna
mendapatkan masukan-masukan baru bagi perkembangan dunia
pendidikan.
c. Diharapkan

dapat

digunakan

sebagai

bahan

pendukung

implementasi dalam pembelajaran yang memacu siswa untuk


aktif dalam pembelajaran.
3. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memacu
siswa untuk aktif dalam pembelajaran, agar dapat mencapai prestasi
I.

belajar yang optimal.


Tinjauan Pustaka dan Pengajuan Hipotesis
1. Deskripsi Teori
a. Efektivitas Pengajaran
Di barat efektivitas pengajaran sangat ditekankan. Hal ini
terlihat dari jumlah siswa dalam satu kelas. menurut Majidah,
Zanuba, dan jatri (2008) dalam (tips menjadi guru inspiratif, kreatif,
dan inovatif (2008), metode perkuliahan di Barat memang sangat
intesif, karena tiap kelas hanya diisi oleh 6 orang paling banyak 12
orang.
Dengan jumlah siswa yang sedikit, penguasaan guru terhadap
pengelolaan kelas lebih tinggi dan pengajaran dapat berjalan secara
efektif. Konsentrasi dalam mendalami materi pun lebih maksimal.
Tidak ada keramaian, kegaduhan, dan mainan yang mengganggu
konsentrasi guru dan murid. Semuanya merasa memahami tujuannya
untuk menimba ilmu dan mengembangkannya, bukan untuk
bermain. Karena hamya sedikit, sehingga ada rasa malu untuk
melakukan hal-hal yang mengganggu konsentrasi belajar. Dari
sisnilah tercipta lingkungan belajar di kelas yang kondusif bagi
peningkatkan keilmuan, peningkatan kritisme, dan memepertajam
analisis.
b. Pembelajaran IPS

Istilah

pendidikan

IPS

dalam

menyelenggarakan

pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan.


Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam
konteks kurikulum di Amerika Serikat pada tahun 1913
mengadopsi nama lembaga social studies yang mengembangkan
kurikulum di Amerika Serikat (Marsh, 1980: Martorella, 1976)
dalam (Cooperative learning analisis model pembelajaran IPS,
2007.
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang
dikatakan oleh Hamid Hasan (1990) dalam (Cooperative
learning analisis model pembelajaran IPS, 2007, merupakan fusi
dari

berbagai

disiplin

ilmu.

Martorella

(1976)

dalam

(Cooperative learning analisis model pembelajaran IPS, 2007,


mengatakan

bahwa

pembelajaran

Pendidikan

IPS

lebih

menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer


konsep, karena dalam pembelajaran Pendidikan IPS peserta
didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah
konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral
dan

keterampilannya

berdasarkan

konsep

yang

telah

dimilikinya. Dengan demikian , pembelajaran Pendidikan IPS


harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.
Pola pembelajaran Pendidikan IPS menekankan pada
unsur pendidikan

dan pembekalan

pada peserta didik.

Penekaanan pembelajaran bukan hanya sebatas pada upaya


mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sebuah konep
yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya
agarmereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya
sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi
dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah yang
lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari
Pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru

hendakanya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi


dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang
dilakukan benar-benar berguna dan berguna dan bermanfaat
bagi siswa (kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996) dalam
(Cooperative learning analisis model pembelajaran IPS, 2007),
c. Model Pembelajaran
Sebuah model pembelajaran terkait dengan teori
pembelajaran tertentu. Berdasarkan teori tersebut dikembangkan
tahapan pembelajaran, sistem sosial, prinsip reaksi, dan sistem
pendukung untuk membantu peserta didik dalam membantu
peserta

didik

dalam

membangun/mengkontruksi

pengetahuannya melalui sumber belajar.


Joyce dan weil (2003) dalam ridwan abdulloh sani 2013,
membagi model pembelajaran menjadi empat kelompok, yakni:
1) kelompok model pembelajran perilaku( behavioral system
family); 2) kelompok model pembelajaran pemrosesan informasi
(information

processing

family);

3)

kelompok

model

pembelajaran interaksi sosial ( social family); 4) kelompok


model

pembelajaran

personal

(personal

family).

Model

pembelajaran tersebut didasarkan atas rasional teoritis yang


logis, landasan pemikiran tentang apa yang dipelajari dan
bagaimana cara belajar, perilaku dalam proses belajar mengajar
agar pelaksanaannya berhasil dan lingkungan belajar. Jika
komponen tersebut tidak terdapat dalam sebuah aktivitas
pembelajaran, tahapan aktivitas belajar tidak dapat dikatakan
sebagai model pembelajaran.
d. Debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan salah satu
model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan akademik peserta didik.
Model pembelajaran debat aktif merupakan kegiatan adu
pendapat atau argumentasi anatara dua pihak atau lebih, baik
secara perseorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan

dan memutuskan masalah dan perbedaan. Debat aktif bisa


menjadi sebuah model pembelajaran berharga yang dapat
mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalo peserta
didik bisa aktif mempertahankan pendapat yang bertentangan
dengan keyakinan masing-masing. Hal ini merupakan strategi
yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas.
Dalam model pembelajaran debat aktif siswa juga dilatih
mengutarakan pendapat atau pemikirannya dan bagaimana
mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis
dan dapat dipertanggung jawabkan. Bukan berarti siswa diajak
saling bermusuhan, melainkan siswa belajar

bagaimana

menghargai adanya perbedaan.


Model pembelajaran debat merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, model pembelajaran debat bertujuan untuk
mengembangkan

keberanian

siswa dalam menyampaikan

pendapatnya dan menyanggah pendapat orang lain dengan


santun dan argumen yang jelas dan tepat. Dalam model
pemelajaran debat diharapkan siswa berani, aktif kreatif dan
menyenangkan. Siswa dituntut menghargai pendapat orang lain
apabila dia tidak sependapat dengan temannya.
Proses pembelajaran debat yang direncanakan adalah
siswa

dibagi

menjadi

empat

kelompok.

Masing-masing

kelompok siswa diberikan tugas. Kemudian siswa mengerjakan


tugas yang telah diberikan oleh guru. Setelah siswa selesai
menjawab tugas, siswa secar bergantian membaca hasil diskusi
dengan temannya. Kemudia kelompok yang lain menanggapi
jawaban yang dibacakan oleh kelompok penyaji. Dari kegiatan
tersebut diharapkan siswa lebih aktif, kreatif dan berani
menyampaikan pendapat, ide dan masukan pada kelompok.

Siswa dilatih untuk mengahargai pendapat orang lain. Dalam


diskusi siswa mencermqati dan mengamati hasil kelompok lain.
Langkah-langkah
1) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta
debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra dengan
duduk berhadapan antar kelompok.
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang
akan diperdebatkan oleh kedua kelompok.
3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah
satu anggota kelompok pro untuk berbicara. Kemudian
setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
4) Ide-ide dari setiap pembicaraan ditulis di papan pendapat
sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5) Guru menambahkan konsep atau ide yang belum
terungkapkan.
6) Dari data-data

yang

diungkapkan

tersebut,

guru

mengajak siswa membuat kesimpulan yang mengacu


pada topik yang ingin dicapai.
7) Proses penilaian dalam model pembelajaran ini adalah
berdasarkan pengamatan guru pada aktivitas siswa.
Kelebihan:
1) Mengacu siswa aktif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
secara baik.
3) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai
alasannya.
4) Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang lain.
5) Tidak membutuhkan banyak media.
Kekurangan:
1) Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran
2) Pembelajaran kurang menarik (monoton) karena hanya adu
pendapat dan tidak menggunakan media.
3) Membutuhkan waktu yang cukup lama karena siswa harus
memahami materi terlebih dahulu sebelum berdebat.

2.

Kajian Penelitian yang Relevan


Nova Tri Pamungkas (2015) Berdasarkan hasil pengamatan
Sesudah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
debat aktif, pemahaman siswa mengenai materi keunggulan iklim di
Indonesia meningkat dan lebih efektif daripada menggunakan
metode ceramah.
Destia Cika Aninta, Penerapan metode active debate dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas XI pada
mata pelajaran Sosiologi materi konflik, kekerasan dan upaya
penyelesaiannya di SMAN I Glagah Banyuwangi. Hal ini dibuktikan
pada analisis pre-test dan post-test siswa dimana menunjukkan
bahwa kelas eksperimen (XI IS 1) yang diberi perlakuan
menggunakan metode active debate, terdapat kenaikan kemampuan
komunikasi lisan yang signifikan, dibandingkan dengan kelas
Widianingsih, Wina (2014), kontrol (XI IS 2) yang

menggunakan pembelajaran diskusi. Sehingga dapat disimpulkan


bahwa penerapan metode active debate dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi lisan siswa dan berpengaruh pada proses
pembelajaran. Berdasarkan perhitungan dari hasil uji hipotesis 1
dengan menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 98 % maka
dapat

disimpulkan

bahwa

terdapat

perbedaan

antara

kelas

eksperimen 1 dengan kelas kontrol, dimana hasil belajar kelas


eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran debat aktif
lebih meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran sosiologi kelas XI dengan materi kebudayaan.
3.

Kerangka Pikir
Sampai saat ini masih sering kita jumpai cara penyampaian
materi

IPS

dengan

menggunakan

pendekatan

konvensional.

Pendekatan konvensional merupakan suatu pendekatan dimana guru

dijadikan sebagai pusat pembelajaran atau sering kita kenal dengan


teacher centered. Dalam pembelajaran tersebut siswa hanya
mendengarkan dan menerima ilmu pengetahuan yang disampaikan
guru saja dan kurang ikut terlibat dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran
debat aktif diharapkan peserta didik bisa lebih berperan aktif dalam
kelas. Penggunanan model pembelajaran debat merupakan model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, memberi semangat
pada siswa dan siswa dilatih untuk mengahargai pendapat orang
lain. Dalam model debat hampir seluruh siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Apabila siswa aktif dalam pembelajaran maka nilai
4.

J.

siswa dapat di tingkatkan menjadi maksimal.


Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ada perbedaan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran IPS

dengan menggunakan model pembelajaran Debat Aktif.


Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SD Grojogan
.Alamat sekolah tersebut Tamanan, Banguntapan, Bantul.

2.
3.

b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada Agustus 2016.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang tergolong eksperimen
Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Debat
Aktif.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keaktifan Peserta
didik

4.

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat
perlakuan berupa pelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan

proses. Sedangkan kelas

kontrol pembelajaran

dilakukan dengan pembelajaran yang seperti biasa yaitu dengan


pendekatan konvensional.
Caranya yaitu dengan melakukan satu kali pretest. Penelitian
ini membandingkan antara penggunaan pendekatan Debat Aktif
dengan penggunaan pendekatan konvensional. Pretest digunakan
untuk mengetahui Keaktifan setelah diberi perlakuan.
5.

Populasi dan Sampel


a. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Grojogan.
b. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik
Cluster Sampling untuk mendapatkan peserta didik dalam dua
kelas dari keseluruhan peserta didik kelas V yang ada yang
akan dijadikan sampel dalam penelitian. Setelah dilakukan
pengacakan didapat sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V Sd Grojogan sebanyak 50 siswa yang terbagi menjadi
2 kelas yaitu kelas V A sebanyak 26 dan V B sebanyak 24
peserta didik. Perlakukan terhadap sampel adalah:
a. Kelas eksperimen terdiri dari 1 kelas, yaitu proses
pembelajaran menggunakan pendekatan Debat Aktif.
b. Kelas kontrol terdiri dari 1 kelas, yaitu proses
pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

6.

Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk desain penelitian yaitu penelitian


eksperimen maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik tes yang berupa soal pretest dan post test. Untuk
mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara
atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian
dapat berjalan lancar.
Pada penelitian ini guru mengajar di kelas kontrol dan kelas
eksperimen, sehinga faktor pengaruh guru dapat diabaikan. Selain
itu, materi, jumlah jam pelajaran dan tes yang diberikan juga sama.
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 26 siswa dari kelas V A
sebagai kelas kontrol dan 24 siswa dari kelas V B sebagai kelas
eksperimen. Metode penyampaian pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen berbeda yaitu kelas kontrol tidak diberi
perlakuan atau menggunakan pendekatan konvensional. Sedangkan
kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan pendekatan
keterampilan proses.

7.

Instrumen Penelitian
a. Soal pretest dan post test
Pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal
peserta didik, sedangkan post test digunakan untuk mengetahui
pemahaman konsep siswa. Tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa dilihat dari nilai post test. Soal dalam instrumen ini berupa
soal pilihan ganda dan empat alternatif jawaban.Soal presentasi
belajar divalidasi secara logis dan empiris. Untuk memenuhi
validasi logis soal, maka penyusunan didahului dengan
merumuskan tujuan yang akan dievaluasi dan pembuatan kisikisi soal.
b. Lembar kerja siswa
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan
dengan pendekatan konvensional dengan metode ceramah

Sedangkan pada kelas eksperimen dilakukan dengan pendekatan


Debat Aktif. Dalam pendekatan ini diperlukan LKS sebagai
panduan bagi guru dan siswa selama pembelajaran.Validitas
LKS didasarkan pada validitas isi yang dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
c. Lembar observasi
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan
dengan pendekatan konvensional dengan metode ceramah,
sedangkan pada kelas eksperimen dilakukan dengan pendekatan
Debat Aktif dengan metode diskusi dan pemecahan masalah.
Dalam pendekatan ini diperlukan lembar observasi yang
digunakan untuk mengukur keterampilan proses siswa baik
dikelas kontrol maupun kelas eksperimen. validitas lembar
observasi

didasarkan

pada

konsultasi

dengan

dosen

pembimbing, sejalan dengan pokok bahasan. Terdapat 2 lembar


observasi pada penelitian ini yaitu lembar observasi guru dan
siswa.Penilaian lembar observasi dibantu oleh 6 observer yang
masing-masing observer menilai 5 sampai 6 siswa.Pada kelas
kontrol peserta didik duduk sesuai tempat duduknya masingmasing

dan

observer

membagi

tugas

untuk

menilai

siswa.Sedangkan pada kelas eksperimen dibagi menjadi 6


kelompok masing-masing terdiri dari 5 sampai 6 siswa.Tiap
observer pada kelas eksperimen memegang 1 kelompok untuk
dinilai.
8.

Uji Coba Instrumen


Pengujian instrument dalam penelitian ini meliputi validitas
dan reliabilitas. Apabila butir soal yang ada tidak valid ataupun tidak
reliable, maka butir soal tersebut dinyatakan gugur.Apabila terdapat
butir soal yang gugur karena tidak valid maupun reliable, maka
peneliti harus dapat menggantinya dengan item yang baru.

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari


40 butir soal. Validasi soal dilakukan dengan SPPS 13.0.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji validitas korelasi
poin biserial diperoleh bahwa dari 40 soal prestasi belajar peserta
didik, 10 soal dinyatakan gugur sehingga jumlah butir soal yang
valid adalah 30 butir soal perhitungan reliabilitas KR-20 diperoleh
koefisien realiabilitas sebesar 0,846.
9.

Teknik Analisis Data


a. Uji prasyarat hipotesis
1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
sebaran data mengikuti sebaran baku normal atau tidak.
Normalitas data hanya dikenakan terhadap variabel terikat
(Y). Uji normalitas dilakukan terhadap data nilai pre test,
dan post test, Jika data yang ada berdistribusi normal, maka
dapat menggunakan statistik parametrik untuk uji hipotesis.
Uji normalitas dianalisis dengan program SPPS 13.0 apabila
p > 0,05, maka data terdistribusi normal dan sebaliknya jika
p < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. (Sugiyono,
2003: 173).
2) Uji homogentias
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
cuplikan berasal dari populasi yang

homogen atau

tidak.Pengujian homogenitas dilakukan terhadap data nilai


pre test dan post test, jika probabilitas (Sig) > 0,05 dan jika
probabilitas atau p <

0,05 maka data tersebut tidak

homogen. (SinggihSantoso, 2003: 301).


b. Uji hipotesis

Uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh pendekatan


keterampilan proses terhadap prestasi belajar siswa. Uji
hipotesis menggunakan uji Independet Sampel T-test untuk data
prestasi belajar peserta didik.
1) IndependetSampel T-test
Uji ini dapat dilakukan apabila kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen.Pada
penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan adalah uji
perbedaan (Uji-t) untuk rata-rata sampel independent.
Pengujian

hipotesis

Independet

Sampel

IndependetSampel

yang

dilakukan

T-tetSpada
T-testpada

dengan

program

SPPS

prinsipnya

analisis
13.0.
akan

membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang tidak


berhubungan satu sama lainnya, dengan tujuan apakah kedua
kelompok ini mempunyai rata-rata yang sama atau tidak.
Hasil uji Independet Sampel T-testapabila p > 0,05, maka H0
diterima dan sebaliknya jika p < 0,05, maka H0 ditolak.
(SinggihSantoso, 2003: 276).
Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) untuk
keaktifan peserta didik dirumuskan sebagai berikut:
H0 :Tidak ada perbedaan yang signifikan keaktifan peserta
didik pada model pembelajaran debat aktif pada mata
pelajaran IPS di SD Grojogan.
Ha :Terdapat perbedaan yang signifikan keaktifan peserta
didik dengan model pembelajaran debat pada mata
pelajaran IPS di SD Grojogan.

K. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Bulan

Bulan

Bulan

Bulan

ke 1

ke 2

ke 3

ke 4

Persiapan

Pengumpulan data

Penyusunan data

Analisis data

Penyusunan laporan

X
X

DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Simggih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan
SPPS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Solihatin,

etin.

2007.

Cooperative

Learning

Analisis

Model

Pembelajaran IPS: Jakarta: Bumi Aksara.


Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
Asmani, jamal mamur. 2009. Tips menjadi guru inspiratif, kreatif dan
inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: ar-ruzz media.

Sani, Ridwan Abdulloh. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi


Aksara.

Anda mungkin juga menyukai