BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
MENSTRUASI
2.1.1 Pengertian
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005).
Sementara menurut Prawirohardjo (2011:161) pendarahan haid merupakan hasil
interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu
hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ
reproduksi.
10
<35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang
berusia >35 tahun (Benson, 2009).
Price & Wilson (2006:1281) membagi siklus menstruasi menjadi dua yaitu
siklus ovarium dan endometrium dimana kedua siklus tersebut saling
mempengaruhi.
a. Siklus Ovarium
1)
Fase Folikular
Siklus diawali hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium.
11
Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi,
Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
12
lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada setiap orang
dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.
2)
Fase Sekresi
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan
Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus
13
2.2
DISMENORE
2.2.1 Pengertian
Dismenore adalah nyeri kram atau tegang di daerah perut, mulai terjadi
pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan menstruasi dan dapat bertahan 24-36
jam meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama. Kram tersebut
terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah dan dapat menjalar ke punggung
atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak
berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006).
14
15
16
dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi
oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
h. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot
punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo (2011:182) dismenore dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi
pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan
disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya
prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Molekul yang berperan pada dismenore adalah prostaglandin F2, yang
selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat
kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di endometrium saat
perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan dismenore
primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan perempuan
tanpa dismenore. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada
48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas
keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering
menyertai dismenore yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi
sistemik.
17
b.
Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai
2.2.4 Patofisiologi
Dismenore terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini
terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan
sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga
terlibat dalam dismenore adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat
terkait dengan infertilitas pada wanita, dismenore, hipertensi, preeklamsi-eklamsi,
dan syok anafilaktik. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon
miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga
mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dismenore sebagian besar akibat kontraksi uterus (Manuaba, 2006).
2.2.5 Gejala
Menurut Kasdu (2005), gejala dismenore yang sering muncul adalah:
a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi.
b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai.
c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari, namun ada juga wanita
yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.
18
d. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah
dan tungkai.
e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul
yang terus menerus.
f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.
Dismenore ringan
Dismenore ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang
berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup
istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar
tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah.
b.
Dismenore sedang
Dismenore yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri
saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,
memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah
mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari.
c.
Dismenore berat
Dismenore berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat
menstruasi dan menyebar ke pinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing,
sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dismenore berat memerlukan istirahat
19
sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau
lebih, dan memerlukan pengobatan dismenore.
2.2.7 Diagnosis
Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan
dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri
pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan
secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau
adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan
vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode
menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder (French, 2005).
Dismenore sekunder dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan curiga ada
patologi panggul atau kelainan bawaan atau tidak respon dengan obat.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan seperti USG, infus salin sonografi
atau laparoskopi dapat dipertimbangkan bila curiga adanya endometriosis
(Prawirohardjo, 2011:182).
2.2.8 Penatalaksanaan
Upaya penanganan dismenore menurut Prawirohardjo (2011:183) yaitu:
a.
20
berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat
COX-2. Studi buta ganda membandingkan penggunaan melosikam dengan
mefenamat memberikan hasil yang sama untuk mengatasi keluhan dismenore.
b.
21
2.3
AKTIVITAS BELAJAR
2.3.1 Pengertian
Menurut Sardiman (2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas
yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas yang
dimaksudkan disini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental.
Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling terkait.
Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam
rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan
supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.
22
23
Mendengar
Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah
dari guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak
setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar. Seseorang menjadi
belajar atau tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan,
motivasi, dan set seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu
memungkinkan sesorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan
secara aktif dan bertujuan.
b.
Memandang
Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi
tidak semua pandangan penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita
tertuju kepada sesuatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat
kebutuhan, motivasi serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka
pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Apabila kita memandang segala
sesuatu dengan set tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan
perkembangan diri kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.
24
c.
bersifat menurun, menjiplak atau mengkopi, adalah tidak dapat dikatakan sebagai
aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk belajar yaitu apabila dalam mencatat itu
orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan set tertentu agar
catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Tanpa penggunaan
set belajar, maka catatan yang kita buat tidak mencatat apa yang mestinya dicatat.
Materi yang kita catat sangat ditentukan oleh set-set belajar kita. Sementara kita
mendengarkan ceramah atau berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, seminar dan
sebagainya, kesadaran kita tentang kebutuhan dan tujuan akan sangat menolong
kita untuk memilih materiil yang harus dicatat.
d.
Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring
santai di tempat tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur. Menurut ilmu
jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar. Belajar
adalah aktif, dan membaca untuk keperluan belajar hendaknya dilakukan di meja
belajar daripada di tempat tidur, karena dengan sambil tiduran itu perhatian dapat
terbagi. Belajar memerlukan set. Membaca untuk keperluan belajar harus pula
menggunakan
memperhatikan
set.
Membaca
dengan
set
misalnya
dengan
memulai
kebutuhan dan tujuan. Kemudian memilih topik yang relevan dengan kebutuhan
atau tujuan itu. Tujuan kita akan menentukan materi yang dipelajari. Di sini kita
25
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk
keperluan belajar yang intensif, membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara
membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underlining). Hal ini
sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali materiil itu di kemudian
hari.
f.
kita dalam mempelajari materiil yang relevan itu. Demikian pula gambar-gambar,
peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu
pemahaman kita tentang sesuatu hal.
g.
Banyak pelajar atau mahasiswa yang menyusun makalah dengan jalan mengkopi
atau menjiplak. Memang cara yang demikian sering menguntungkan mereka
karena dengan mengambil materi sana-sini, diatur hubungannya sehingga
membentuk sajian yang sistematis dan lengkap, dengan bahasa yang bagus karena
dibuat oleh para ahli, maka mereka memperoleh angka kelulusan.
26
h.
Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk
aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk
mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah aktivitas belajar, apalagi jika
mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
i.
Berpikir
Adapun yang menjadi objek serta tujuannya, berpikir adalah termasuk
aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidaktidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,
yakni: Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniah).
1) Aspek Fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat
kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya,
dapat
27
2) Aspek Psikologis.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,
diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih
esensial itu adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran
organ-organ lainnya, lantaran otak merupakan menara mengontrol
hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
b) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif atau
28
negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran
yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar
siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata
pelajaran guru, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru dan mata
pelajaran guru dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut atau
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
c) Bakat Siswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang memiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada
upaya pendidikan dan latihan.
d) Minat Siswa
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tertinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat yang
besar
terhadap
matematika
dan
memusatkan
perhatiannya
lebih
29
tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya dapat mencapai prestasi yang
diinginkan.
e) Motivasi Siswa
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajarnya. Termasuk dalam motivasi
instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa
yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contohcontoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk
belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
ataupun bersifat eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya
siswa dalam melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran baik
di sekolah maupun di rumah. Dalam prespektif psikologi kognitif,
motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah tidak tergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai
prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa
depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih bertahan lama
30
Faktor Eksternal
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua
31
siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik
dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong
yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman
sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat
yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya
akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut
akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi
atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan biografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2)
Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktorfaktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumen ini
dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum
berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan
atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Faktor-faktor ini besar
32
pengaruhnya pada proses dan hasil belajar, dapat dilihat dari sisi tujuan
kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang
hasil pendidikan. Oleh karena itu setiap ada perubahan tujuan kurikulum
maka bisa dipastikan ada perubahan tujuan itu akan mengubah program atau
bahan (mata pelajaran) yang akan diberikan bahkan mungkin dengan ruang
lingkupnya masing-masing; dan demikian juga pada aspek-aspek lainnya,
termasuk pada aspek sarana dan fasilitas. Demikian itu akan berdampak pula
pada kompetensi yang harus dimiliki para guru.
dan
melakukan
respons
terhadapnya,
sehingga
menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara
pemahaman dengan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan
tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan
kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
b. Storage (tahap penyimpanan informasi)
Pada tingkat ini seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses
penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani
proses acquisition.
33
2.4
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari
yang
ringan
sampai
berat
(Prawirohardjo,.2011:182).
Aktivitas
belajar
34
dipengaruhi juga oleh aspek fisiologis yaitu aspek yang berkaitan dengan kondisi
umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran dan dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Jika kondisi
tubuh mahasiswi tidak bugar karena mengalami dismenore, maka hal tersebut
akan mempengaruhi kemampuan mahasiswi dalam menyerap informasi dan
pengetahuan khususnya yang disajikan dalam perkuliahan (Syah, 2006).
Dampak dismenore yaitu aktivitas belajar dalam pembelajaran dapat
terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang
diberikan selama pembelajaran berlangsung tidak bisa ditangkap oleh perempuan
yang sedang mengalami dismenore. Perempuan yang mengalami dismenore pada
saat menstruasi prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan
perempuan yang tidak mengalami dismenore (Hacker N and Moore G, 2001).
Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita
khususnya remaja. Siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat
berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang
dirasakan (Prawirohardjo, 2005). Menurut Nanthan (2005) yang melaporkan
sebanyak 7-15% siswi yang tidak pergi ke sekolah. Hal ini didukung oleh
pendapat Laszlo, et al (2008) yang menyatakan dari 30-90% wanita yang
mengalami dismenore, sebanyak 10-20% mengeluh nyeri berat dan tidak dapat
bersekolah. Dari total responden remaja yang bersekolah, sebanyak 35%
menyatakan biasanya remaja tersebut tidak datang ke sekolah selama periode
dismenore dan 5% mengatakan datang ke sekolah tetapi mereka hanya tidur di
kelas (Sharma, et al, 2008).