Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai
meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam
semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola
perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian
adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai
sunnatullah.
Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena
merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya
dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata pelajaran akhlak mulia
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.
Agama merupakan sumber moral. Manusia sangatlah memerlukan akhlaq
atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan.
Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang
membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada
binatang buas sendiri.

Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan


perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk
atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu :
1. Pendidikan agama sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam kehidupan dan
lingkunganya?
2. Agama merupakan pedoman hidup manusia di alam dunia?
3. Cara mengatasi minimnya pendidikan agama islam pada keluarga dan
masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk memberikan pengetahuan dan informasi tentang pendidikan agama islam.
2. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak minimnya pendidikan agama islam di
masyarakat.
3. Untuk memberikan solusi atas minimnya pendidikan agama islam di masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG
MINIM TERHADAP PRILAKU SESEORANG DIDALAM
KEHIDUPANNYA, KELUARGANYA, DAN MASYARAKAT

Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal,


mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini
diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan
manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung
di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah.Pendidikan
sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap. Optimalisasi
perkembangan dan pertumbuhan dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses

demi

proses

ke

arah

tujuan

akhir

perkembangan

atau

pertumbuhannya. Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting,


karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula
halnya dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata pelajaran akhlak
mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Adapun akhlak mulia sebagai perwujudan pendidikan agama mencakup :


1.Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya, etika
membahas tentang tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik
dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi
dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan
masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran
(kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif,
yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk.
2.Budi Pekerti
Budi pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai
panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti adalah
perilaku, perangai, tabiat, watak, dan perbuatan.
Budi pekerti ialah prilaku kehidupan sehari- hari dalam bergaul,
berkomunikasi, maupun berinteraksi antar sesama manusia maupun dengan
penciptanya.
3.Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai
susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Agama merupakan sumber moral. Manusia sangatlah memerlukan akhlaq


atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada
hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah
berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas
sendiri. Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan
perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk
atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi
dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin
machiavelli tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja
kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Terjerumusnya Generasi Islam kedalam bermacam perbuatan ala jahiliyah itu,
diakibatkan lemahnya aqidah, sehingga sangat mudah untuk terpengaruh dalam
berbagai hal negatif, seperti , menjadi penguna obat-obatan terlarang, gemar
berjudi, berzina, adu domba, dan beralih Aqidah dari agama islam yang
seutuhnya.
Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, dan moral pelajar
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke
arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global atau globe
artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke
lingkungan dunia.
Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap masyarakat dalam
bentuk positif maupun negatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Sikap Positif
1. Penerimaan secara terbuka (open minded) : lebih dinamis, tidak terbelenggu
hal-hal lama yang bersikap kolot.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan dalam menilai hal-hal
yang akan atau sedang terjadi.

Sikap Negatif
1. Menjadi tertutup.
2. Masyarakat yang

telah

merasa

nyaman

dengan

kondisi

kehidupan

masyarakat yang ada.


3. Acuh tah acuh.
4. Masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan
globalisasi.
5. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi.
6. Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi.
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui
berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan
fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai
belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya
untuk menyaring informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau
negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan
pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi.
Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia,
budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan
terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat
Indonesia.
6

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih
banyak mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan
terbawa

oleh

budaya

barat,

jika

masyarakat

Indonesia

sendiri

tidak

mempelajari pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga


kebudayaan tersebut. Ada baiknya budaya barat yang kita serap disaring terlebih
dahulu. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika kita terus menerima
dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia,
dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui
penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan
pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan
modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu
terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan
perkembangan dunia.
Menurunnya etika dan moral di atas disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Longgarnya pegangan terhadap agama.
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir
dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan
seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada
didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral
yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun
biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri
sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak

tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan
senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukumhukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang
melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi
tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.
Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan
agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat,
karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam
masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga,
sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan
menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan
dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan
mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak
berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang
dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa
mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan
cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan
harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran

yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral
dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak
sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan
yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan
agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental
dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan
sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala
aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang
demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang
diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya
masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat
yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu
sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya
kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan
diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling
bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom
dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-

hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi
karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa
nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak
bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis
yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaransiaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang
demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang
demikian

diduga

termasuk

faktor

yang

paling

besar

andilnya

dalam

menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.


4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi,
sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan
yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang
demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang
semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan
cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini
belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan,
mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak
memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikutikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan
pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya.
Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral

10

bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber
daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep
pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan
berkesinambungan.
5. Ingin mengikuti trend.
bisa saja awalnya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal
hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan
mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi.
yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral.
Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus
informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat
menyaring informasi ini dapat menggangguetika dan moral remaja. Pesatnya
perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan tujuan utama
manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.

1.

Untuk mengatasi masalah ini, penulis memberikan beberapa solusi :


Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih

teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral,
dan akhlak.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang
tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua
dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.

11

3.

Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk

menyaring

pengaruh

buruk

dari

lingkungan,

misalnya

kebiasaan

merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan


diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga
kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga
orang-orang di sekelilingnya.
4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar,
dan beramal sholeh.

Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika


Firman Allah swt:



Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(QS. Ali Imran:190).





Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan
rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
maruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang
berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa: 114).

12

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(QS. Al Anfal:2).
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi
kamu, (QS. Yasin: 60)

Sabda Rasulullah:
Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.
Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila
baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka
buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahwa ia adalah hati.
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada
tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan
segala amalan kamu yang berlandaskan keikhlasan hati.

BAB III
PENUTUP

13

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.
Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal
pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, Seharusnya bagi seorang
muslim yang wajib digunakan untuk menentukan baik buruk
itu adalah al-Qur'an dan al-hadis.
2. Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi
kemerosotan nilai etika dan moral, seperti tingkat
kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lainlain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan
menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang
akan datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti
lagi seperti zaman jahiliyah dahulu.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki kemorosotan
etika dan moral ini, ada berbagai macam solusi yang dapat
dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun
pada dasarnya, semua solusi tersebut mengarah pada
pemahaman dan pengamalan yang sebenarnya pada ayatayat Al-Quran dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

14

Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


http://www.jamaahmuslimin.com/risalah/114/
http://www.al-shia.com/html/id/books/Pendidikan%20Anak/
http://wbumuadz.wordpress.com/2007/05/05/pendidikan-anak-dalamislam/

15

Anda mungkin juga menyukai