Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Judul Percobaan
: Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe
B. Hari, Tanggal Percobaan
: Rabu, 7 September 2016 ; 13.00 WIB
Hari, Tanggal Selesai Percobaan
: Rabu, 7 September 2016 ; 17.00 WIB
C. Tujuan Percobaan :
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
3. Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat
D. Tinjauan Pustaka
Minyak atsiri atau dikenal juga dengan minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial,
minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberika
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak
gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi.
Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki bau
spesifik. Bau tersebut ditimbulkan oleh tanaman, baik dari batang, daun, rimpang, atau
keseluruhan bagian tanaman. Bau khas tersebut ternyata ditimbulkan secara biokimia
sejalan dengan perkembangan proses hidupnya sebagai suatu produk metabolit sekunder
yang disebut minyak atsiri. Minyak ini dihasilkan oleh sel tanaman atau jaringan tertentu
dari tanaman secara terus-menerus sehingga dapat memberi ciri tersendiri yang berbedabeda antara tanaman satu dengan tanaman lainnnya. Minyak ini bukan senyawa tunggal,
tetapi tersusun oleh gabungan dari berbagai senyawa pencetus bau lainnya yang jenis,
sifat, dan khasiatnya berbeda. Minyak atsiri disebut juga minyak esensial. Istilah
essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili. Adapun sifat-sifat minyak atsiri sebagai
berikut:
- memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya
- memiliki rasa getir, berasa tajam, menggigit, memberi rasa hangat sampai panas atau
justru dingin ketika di kult, tergantung dari komponen penyusunnya.
- bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak berubah menjadi bau tengik, ini
berbeda dengan minyak lemak.
- tidak dapat bercampur dengan air tetapi dapat memberikan baunya pada air walapun
kelarutannya sangat kecil
- sangat mudah larut dalam pelarut organik.
(https://boddhileader.wordpress.com/2011/08/07/minyak-atsiri/)
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat diisolasi dari rimpang
(akar) jahe sebanyak 1,5-3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di negara maju
digunakan sebagai campuran pembuatan kosemtik, bahan penyedap makanan tertentu
dan sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari -pinena, kamfena, 1,8-
harum
tetapi
tidak
memiliki
komponen
pembentuk
rasa
pedas.
(https://boddhileader.wordpress.com/201108/07/minyak-atsiri/)
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya.
Ketiga jenis itu adalah jahe putih/kuning besar (jahe gajah), jahe putih/kuning kecil (jahe
emprit) dan jahe merah. Jahe emprit dan jahe merah mengandung minyak atsiri 1,5-3,8%
dari berat keringnya dan cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak oleoresin
dan minyak atsirinya (Tim Lentera, 2002). Tanaman jahe membentuk rimpang yang
ukurannya tergantung pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih
dan tampak berbuku-buku. Rimpang jahe berkulit agak tebal yang membungkus daging
rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas (Rismunandar, 1988).
Jahe kering mengandung beberapa komponen kimia antara lain pati, minyak atsiri,
fixed oil, air, abu, atau serat kasar (Guenther, 1987). Minyak jahe mengandung dua
komponen utama, yaitu:
1. Minyak Atsiri
Komponen utama dalam minyak jahe adalah Zingiberen dan zingiberol yang
menyebabkan bau tajam. Sedangkan senyawa penyusunnya adalan n-desialdehide yang
bersifat optis dan inaktif, n-nonil aldehide, d-camphene, d--phellandrene, metal
heptenon, sineol, borneol, dan geraniol, lineol, asetat, dan kaprilat, sitral, chaviol,
limonene, fenol zingiberen, adalah senyawa yang paling utama dalam minyak. Selama
penyimpanan, persenyawaan akan mengalami resonifikasi. Zingiberol merupakan
sesque-terpen alkohol (C15H26O), yang menyebabkan bau khas minyak jahe (Guenther,
1987).
2. Fixed Oil
Jahe mengandung fixed oil sebanyak 3-4% yang terdiri dari gingerol, shogaol, dan
resin. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan rasa pedas pada jahe. Selain itu jahe juga
mengandung oleoresin yang menyebabkan rasa pedas.
Fraksi utama dalam jahe dibedakan menjadi fraksi volatil dan fraksi non volatil yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen volatil dan non volatil.
Fraksi
Komponen
Non volatil
Volatil
gingerenones.
(-) zingiberene, (+) ar-curcumene, -sesquipelandrene, bisabolene, -pinene, bomyl acetate, borneol, champhene,
-cymene, cineol, citral, cumene, -elemene, farnesene.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan yaitu distilasi,
ekstraksi, dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi (Robinson, 1995). Distilasi
uap pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian. Distilasi pada tekanan rendah dan
suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan
perubahan kandungan jaringan. Jadi reaksi oksidasi menimbulkan masalah, distilasi
dapat dilakukan dalam lingkungan nitrogen. Cara ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan pada keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar.
Beberapa minyak atsiri yang berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air
untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien.
Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali kualitas
minyak atsiri adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis
2. Indeks Bias
3. Putaran Optik
4. Bilangan Asam
5. Kelarutan dalam Alkohol
Adapun randemen rata-rata minyak jahe yang bisa dihasilkan mampu mencapai 3%
berat kering, tergantung jenis jahe serta penanganan dan efektivitas proses penyulingan.
Standar mutu minyak atsiri jahe menurut ketentuan EOA (Essential Oil Association)
adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Standar Mutu Minyak Atsiri Jahe
No.
Spesifikasi
Persyaratan
1
Warna
Kuning muda-kuning
o
2
Bobot jenis 25/25 C
0.877-0.882
3
Indeks bias
1.486-1.492
4
Putaran optik
(-28oC)-(-45o)
5
Bilangan penyabunan
Maksimum 20
Sumber : Agromedia, 2008
Pelarut
Pada praktikum isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan metode
ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana
dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan pelarut non polar yang bersifat stabil
dan mudah menguap sehingga memudahkan untuk refluks, selektif dalam menguapkan
zat, dan pelarut yang ringan dalam mengangkat minyak yang terkandung dalam bijibijian. Pelarut ini memiliki titik didih 65-70% sehingga bisa digunakan sebagai pelarut
dalam pemisahan minyak atsiri.
Menurut Guenther (1987), pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan
pelarut pada umumnya dipengruhi oleh faktor-faktor antara lain:
1. Selektivitas
Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan sempurna
2. Titik didh pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut mudah
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian dan jika diuapkan
3.
4.
5.
6.
pada awalnya hanya digunakan untuk mengekstraksi lemak dari material padatnya. Suatu
senyawa yang memiliki kelarutan yang sangat spesifik dengan larutan tertentu dapat
dipisahkan dengan mudah dengan proses filtrasi sederhana. Namun apabila senyawa
tersebut memiliki kelarutan yang terbatas, dapat digunakan ekstraktor soxhlet untuk
memisahkan senyawa tersebut dari material asalnya (www.edubio.info/2015/01/metodeekstraksi-dengan-ekstraktor.html).
Dalam soxhlet akan digunakan pelarut yang berfungsi melarutkan senyawa yang
diekstraksi. Pelarut ini biasanya adalah larutan yang bersifat non polar seperti metana.
Pelarut tersebut akan diuapkan kemudian diembunkan. Embun hangat yang mengenai
material padat akan menyebabkan senyawa yang dikandungnya larut bersama larutan
tersebut (www.edubio.info/2015/01/metode-ekstraksi-dengan-ekstraktor.html).
Setelah pelarut mencapai titik didihnya, pelarut tersebut akan menguap dan naik ke
atas. Ketika uap mencapai kondensor, uap akan mengembun dan kemudian membentuk
tetesan-tetesan air. Tetesan air ini akan jatuh menuju ruangan tempat bahan padat sedikit
demi sedikit. Ruang bahan padat secara perlahan terus terisi dengan tetesan pelarut, hal
ini memungkinkan senyawa-senyawa tertentu yang diinginkan larut pada pelarut. Ketika
pelarut telah memenuhi rungan bahan, sifon akan bekerja dan mengeluarkan seluruh
pelarut menuju tabung distilasi kembali. Metode pengeluaran ini mirip dengan kerja
selang yang digunakan untuk menyedot air di bak mandi.
Bahan padat dibungkus kertas saring agar material padat tidak ikut larut bersama
pelarut. Satu siklus soxhlet berakhir ketika sifon mengeluarkan seluruh isinya menuju
tabung distilasii. Siklus tersebut diakukan berulang-ulang hingga seluruh senyawa yang
diinginkan terekstraksi.
Ekstraktor soxhlet akan menghemat penggunaan pelarut, karena dapat digunakan
berulang-ulang. Senyawa yang telat terlaurt tidak akan ikut menguap saat dipanaskan
karena suhu reflux telah diatur di bawah titik didih senyawa.
E. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan:
1. Pipet tetes
1 buah
2. Spatula
1 buah
3. Corong pisah
1 buah
4. Gelas Kimia 50 mL
1 buah
5. Heating mantle
1 buah
6. Alat Ekstraksi Soxhlet 1 set
7. Kaca arloji
1 buah
F. Alur Kerja
G.
Data Pengamatan
Kesimpulan
J.
Diskusi
K. Daftar Pustaka
Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: UI Press
Nuryoto, Jayanudin & Hartono, R. 2011. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah Daun
Cengkeh dalam Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Keujangan. Pp. C07-1
Rismunandar. 1988. Hormon Tumbuhan dan Ternak. Jakarta: Penerbit Swadaya
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Soebagio, dkk. 2003. Common Textbook (Edisi Revisi) Kimia Analitik II. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Tanpa nama. 2015. Metode Ekstraksi dengan Ekstraktor Soxhlet. (online)
www.edubio.info/2015/01/metode-ekstraksi-dengan-ekstraktor.html Diakses pada
3 September 2016
Tanpa
nama.
07
Agustus
2011.
Minyak
Atsiri.
https://boddhileader.wordpress.com/2011/08/07/minyak-atsiri/ diakses
September 2016
(online)
pada 3
Tim Dosen Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA Unesa
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Wahjoedi, B. 1994. Beberapa Data Farmakologi dari Jahe dalam Warta Perhipba
Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami. Vol 2. Hal 4-6
Wardana, Andika Pramudya. 2016. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Isolasi dari
Ekstrak Kloroform Kulit Tumbuhan Gowok (Syzygum polycephalum) dan Uji
Aktivitas Antioksidan. Skripsi Sarjana pada Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Surabaya: tidak diterbitkan.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= 22,7 gram
= 23,1 gram
= 10 gram
= (23,1 22,7) gram = 0,4 gram
= 4%
berat air
x 100
berat mulamula
0,3 gr am
x 100
1 gram
= 30 %
= 1 gram
= 0,9 gram
= 0,7 gram
= 0,7 gram
= 0,7 gram