Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan msyarakat yang
setinggi tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
peri kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia
lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status kesehatan
masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 /
100.000 Kelahiran Hidup, AKB 34 / 1000 Kelahiran Hidup, AKN 19 / 1000 Kelahiran Hidup,
AKABA 44 / 1000 Kelahiran Hidup.
Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim pencatatan dan
pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau
kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejuh mana
keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun tahun
berikutnya, dengan melaksanakan berbagai program KIA.
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap
diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota. Peningkatan mutu program
KIA juga dinilai dari besarnya ckupan program di masing masing wilayah kerja. Untuk itu,
besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus,
agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang
paling rawan.
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi
tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA, Bidan haruslah dapat membangun
kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan mitra lainnya serta
dapat bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses tersebut.

B.

Rumusan Masalah

1.
2.

Identikasi manajemen pemantauan pelayanan pendataan sasaran kebidanan


Langkah-langkah pendataan sasaran

C.

Tujuan

1.
2.

Mengidentifikasi manajemen pemantauan pelayanan pendataan sasaran kebidanan


Untuk mengetahui langkah-langkah pendataan sasaran.

BAB II
PEMBAHASAN
PENDATAAN DATA DENGAN PWS KIA

A. Pengertian
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang
paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal,
bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu
komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan
desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di
Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas,
melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur
b.
c.
d.
e.

(bulanan) dan terus menerus.


Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.

C. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indikator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Ditetapkan 6
indikator dalam PWS-KIA, yaitu :
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
3

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk
perhitungannya adalah :
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

X 100 %

2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil ( Cakupan K4 )


Indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil (K4)
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

X 100 %

3. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan secara profesional.
Rumus :
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun

X 100 %

4. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat


Indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu wilayah.
Rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun
bayi/kader ketenagakesehatan
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

X 100 %

5. Penjaringan ( Deteksi) Ibu Hamil Beresiko Oleh Tenaga Kesehatan


Indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA
dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif.
Rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader
4

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

X 100 %

6. Cakupan Pelayanan Neonatal (KN) Oleh Tenaga Kesehatan


Indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus :
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat pelayanan
kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

X 100 %

D. Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan dibantu
para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup
denah jalan,rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang
adanya ibu yang hamil,neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang
melakukan pendataan ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir,bayi dan anak balita dimana
sasaran tersebut dibenarkan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan
rumahnya.selain itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data
sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.
Data sasaran PWS-KIA meliputi:
a. Jumlah seluruh ibu hamil.
b. Jumlah seluruh ibu bersalin.
c. Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatal).
Beberapa cara untuk mengetahui 3 sasaran dalam 1 tahun yaitu dengan rumus:
a. Sasaran bumil:
1) CBR (crude birth rate) propinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat.
2) Jika tiadak punya CBR / angka kelahiran kasar,memakai angka nasional,dengan
rumus 3% x jumlah penduduk setempat.
3) Untuk DKI Jakarta dengan rumus : 2,8 % x jumlah penduduk setempat.
b. Sasaran ibu bersalin.
1) CBR propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat.
2) Angka nasional dengan rumus :2,8 % x jumlah penduduk setempat.
3) DKI Jakarta :2,67 % x jumlah penduduk setempat.
c. Sasaran bayi
1) CBR propinsi x jumlah penduduk setempat.
2) Angka nasional dengan rumus : 2,7 % x jumlah penduduk setempat
3) DKI Jakarta ; 2,55 % x jumlah penduduk setempat.

E. Data Dasar
F. Data Lainnya
G.

Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.[2]
Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan
membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
D. Kebidanan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah
diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan memberi izin untuk menjalankan
praktek kebidanan di negeri ini. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan
memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada perempuan selama masa hamil, persalinan
dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung.Kebidanan adalah bagian
integral dari sistim kesehatan dan berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut
pendidikan, praktek dan kode etik bidan dimana dalam memberikan pelayanannya
mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologi normal dan
bukan merupakan penyakit, walaupun pada beberapa kasus mungkin berkomplikasi sejak
awal karena kondisi tertentu atau komplikasi bisa timbul kemudian. Fungsi kebidanan

adalah untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, bermitra dengan
perempuan, menghormati martabat dan memberdayakan segala potensi yang ada padanya.

E. Manajemen Pemantauan Pelayanan Pendataan Sasaran Kebidanan


mampu menagani mereka yang ditemukan resiko tinggi secara memadai.pemantauan
pelayanan kebidanan dapat dilakukan dengan cara:
1. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat KIA)
Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indicator pemantauan
seperti di uraikan berikut ini :
Batasan
1. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu
selama masa kehamilannya,yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan.
2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko .
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko,yang dapat oleh kader,dukun
bayi dan tenaga kesehatan
3. Kunjungan ibu hamil
Yang di maksud di sini adalalah kontak ibu hamil dengan tenaga professional untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart yang ditetapkan.istilah kunjungan
disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan
,tetapi setiap kontak tenaga kesehatan di posyandu .pondok berslin desa ,kunjungan
rumah dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat di
anggap sebagai kunjungan ibu hamil.
4. kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
5. kunjungan ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya,untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesui standar selama 1 periode kehamilan berlnsung.
6. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat (atau lebih),untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan,dengan syarat:
a) Minimal 1 kali kontak pada triwulan 1
b) Minimal 1 kali kontak pada triwulan 2
c) Minimal 2 kali kontak pada triwulan 3
8

7. Kunjungan neonatal (KN)


Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan miniml dua kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal ,baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas (termasuk bidan di desa,polindes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
a) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh ( sejak 6 jam setelah
lahir)
b) Kunjungan kedua kali pada hari kedelapan sampai dengan hari ke du puluh delapan
c) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatal
8. Cakupan akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,dalam kurun waktu tertentu ,yang pernah
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama
kehamilan.cara menghitung nya adalah sebagai berikut :(jumlah kunjungan baru ibu
hamil di bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilyah kerja dalam
kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.
9. Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,dalam kurun waktu tertentu,yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali,dengan distribusi
pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama ,satu kali pada triwulan
kedua,dan dua kali pada triwilan ketiga.cara menghitung nya adlah sebagai berikut
( jumlah ibu hamil yang menerima k4 di bagi juumlah sasaran ibu hamil dalam kurun
waktu satu tahun ) di kalikan 100 %
10. Sasaran ibu hamil
Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.angka ini dapat
di peroleh dengan bebagai cara yaitu:
a)

Angka sebenarnya,yang di peroleh berdasarkan cacah jiwa


Angka perkiraan yaitu memakai rumus :

Angka kelahiran kasar (CBR X 1,1X Jumlah penduduk setempat; dengan pengambilan angka

CBR dari provinsi ,atau bila ada dari kabupaten setempat


b) 3% X jumlah penduduk setempat
11. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu,yang di tolong
persalinan nya oleh tenaga kesehatan.cara menghitungnya adalah sebagai berikut : jumlah
persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan ( tidak tergantung pada tempt pelayanan ) di

bagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu wlilayah dalam kurun waktu satu
tahun ) di kali kan 100 %.
Jumlah seluruh persalinan di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat di hitung dengan

rumus sebagai berikut :


Angka kelahiran kasar ( CBR ) X 1,05 X jumlah penduduk setempat ; dengan CBR mengambil

dari angka provinsi atau bila ada dari angka kabupaten setempat

2,8% X Jumlah penduduk setempat


12. Cakupan penyaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
Adalah persentasi ibu hamil berisiko yang di temukan oleh kader dan dukun bayi ,yng kemudian
di rujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan,dalam kurun waktu tertentu.cara menghitung nya
adalah sebagai berikut : (jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh dukun bayi dan kader di
bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun )
di kali kan 100 %.
Di perkirakan persentase ibu hamil berisiko mencapai 15 sampai 20 % dari seluruh ibu hamil.
13. Cakupan penyaringan ibu berisiko oleh tenaga kesehatan
Adalah persentase ibu hamil beresiko yang di temukan baik oleh tenaga kesehatan ,maupun oleh
kader atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan ,yang kemudian di tindak
lanjuti(dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan atau dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.cara menghitungnya sebagai berikut:
(jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun
bayi dan kader dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun) dikali 100%.
14. Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai factor resiko dan resiko tinggi.
15. Cakupan kunjungan neonatal (KN)
Adalah persentase neonatal (bayi umur kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan
kesehatan minimal dua kali dari tenaga kesehatan satu kali pada hari pertama sampai dengan hari
ketujuh dan satu kali pada hari ke delapan sampai dengan hari ke dua puluh delapan.Cara
menghitungnya adalah sebagai berikut:
(Jumlah kunjungan neonatal yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehata
minimal 2 kali dibagi denagn jumlah seluruh sasaran bayi yang ada disuatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun ) dikali 100%.
Indikator Pemantauan
2.
a.

Pencatatan Data
Data Sasaran
10

b.

Data pelyanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA didalam kartu ibu, kohort ibu,
kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus
dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk
memantau secara intensif dan terus manerus kondisi dan permasalahan yang dutemukan pada

para ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut, antara lain:


Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya.
Imunisasi yang belum diterima para bayi
Penimbangan anak dll
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal dari
lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

c.

Pengolahan Data
Setiap bulan bidan di desa engolag data yang tercantum dalam buku kohort dan dan dijadikan
sebagai bahan laporan bulanan KIA.bidan koordinator di puskesmas menerima laporan bulanan
tewrsebut dari semua bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan
pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.informasi perdesa/kelurahandan perkecamatan
tersebut di sajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap bidan koordinator.

d.
a)

b)

c)

Langkah-langkah data
Pembersihan data
Melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia.
Contoh :
melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari bidan di desa/kelurahan mengenai
duplikasi nama,doplikasi alamat,catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.
Validasi
Melihat kebenaran dan ketepatan data
Contoh :
Mencocokkan apabila ternyata K4 dan K1 lebih besar dari ibu hamil,jumlah ibu bersalin lebih
besar dari ibu hamil.
Pengelompokkan
Sesuai dengan kebutuhan data yang harus di laporkan.
Contoh:
Mengelompokan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu
hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : narasi, tabulasi, grafik dan peta.

11

a.

Narasi

: dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah kerja,misalnya

dalam laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.


b. Tabulasi
: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
c.
Grafik
: digunakan utuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar waktu,tempat
d.

dan pelayanan.
Peta : dipergunakan untuk menggambarkan kejadin berdasarkan gambaran geografis.

B. Langkah-langkah Pendataan Sasaran


v Pendataan
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan
mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah
Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh
data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di
desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan
pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko
atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu , dewasa ini digunakan indikator cakupan , yaitu :
cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,
sejak awal tahun 1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) , yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan adanya
PWS KIA , data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari
semua propinsi.
Walau demikian , disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi
gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI ,

12

Sebagai indikator dampak , secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis ,
-

maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator outcome . Indikator tersebut antara lain :
Cakupan penanganan kasus obstetri
Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
Jumlah kematian absolut
Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.

v Langkah-langkah
Untuk memperoleh data perindividu pasien, dapat di lakukan dengan cara :
1. Anamnesis
1)
Biodata
2)
Riwayat mensturasi
3)
Riwayat kesehatan
4)
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
5)
Biopsikososio spiritual
6)
Pengetahuan klien
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan khusus
1)
Inspeksi
2)
Palpasi
3) Auskultasi
4)
Perkusi
4.
1)
2)

Pemeriksaan penunjang
Laboraturium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Dengan klien mengalami kompleksi yang perlu di konsultasikan kepada dokter, dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Tahap ini merupakan langkah yang
akan menentukan langkah berikutnya, kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang di
hadapi akan menentukan. Oleh karena itu, proses interpetasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif, meliputi data subjektif, objektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/masukan klien yang sebenarnya
dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah, tepat, lengkap dan akurat.

13

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Pendataan sasaran dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan adanya pantauan dari
tenaga kesehatan setempat di wilayah kerja komunitas. Data sasaran yang diperoleh antara lain
data jumlah ibu hamil, jumlah bayi dan balita, jumlah PUS, jumlah ibu nifas, jumlah usia lanjut
dan lain-lain.
Data yang ada haruslah data yang baru dan senanntiasa diperbaharui apabila terjadi
perubahan.

14

B.

Kritik Dan Saran


Untuk meningkatkan kesempurnaan makalah ini, penulis menyadari bahwa materi
makalah ini masih kurang, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembimbing dan
pembaca makalah.

15

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman
pemantuan wilayah setempat.1998
Meilani, niken,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta. : Fitramaya
Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman
pemantuan wilayah setempat.2010

16

Anda mungkin juga menyukai