Anda di halaman 1dari 5

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.

Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok,


bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau
dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang
dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah
mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga
keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada
pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres,
satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT
karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar
pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
Rokok: Buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang mengandung 4.000 racun, biasanya
menggunakan filter di ujungnya. Rokok jenis ini ditemukan di seluruh dunia.
Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan
karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara
dan India.
Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis
yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran
pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India.
Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Ada lagi jenis yang diletakkan antara
pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahan yang disedot
dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di
Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti di kafe-kafe.
Rokok tanpa asap dan yang dikunyah seperti permen.
Rokok dengan berbagai rasa, seperti stroberi, apel, delima, permen karet, dan mint.

Rokok dalam angka


Rp 130 triliun
biaya konsumsi tembakau di Indonesia tiap tahun. Penerimaan cukai tembakau tiap tahun sekitar Rp
16,5 triliun.
5,4 juta orang meninggal dalam setahun karena penyakit yang berkaitan dengan rokok, seperti
kanker paru dan penyakit jantung.
100 juta orang di dunia terbunuh oleh tembakau pada abad ke-20.
37,3% pelajar Indonesia pernah merokok, 31 persen pertama kali merokok di bawah usia 10 tahun.
8 juta orang per tahun diperkirakan mengalami kematian akibat tembakau pada 2030. Selama abad
ke-21 diperkirakan tembakau membunuh satu miliar orang.
427.948 perokok meninggal di Indonesia dalam setahun. Angka ini setara dengan 22,5 persen total
kematian di Indonesia.
20% dari pendapatan rata-rata [Rp20 ribu per hari] penduduk Indonesia digunakan untuk membeli
rokok.
82% perokok di dunia ingin berhenti merokok. Hanya dua persen yang berhasil tanpa bantuan.
Rokok terbukti mengandung berbagai-bagai jenis bahan kimia berbahaya, diantaranya ialah nikotin.
Menurut pakar atau ahli kimia, telah jelas dibuktikan bahwa nikotin yang terdapat dalam setiap batang
rokok atau pada daun tembakau adalah ternyata sejenis kimia memabukkan yang diistilahkan sebagai
candu.
Dalam syara pula, setiap yang memabukkan apabila dimakan, diminum, dihisap atau disuntik
pada seseorang maka ia di kategorikan sebagai candu atau dadah kerana pengertian atau istilah candu
adalah suatu bahan yang telah dikenal pasti bisa memabukkan atau mengandung elemen yang bisa
memabukkan. Dalam mengklasifikasikan hukum candu atau bahan yang memabukkan, jumhur ulama
fikah yang berpegang kepada syara (al-Quran dan al- Hadith) sepakat menghukumkan atau
memfatwakannya sebagai benda "Haram untuk dimakan atau diminum malah wajib dijauhi atau
ditinggalkan". Pengharaman ini adalah jelas dengan berpandukan kepada hujah-hujah atau nas-nas dari
syara sebagaimana yang berikut ini: "Setiap yang memabukkan itu adalah haram" H/R Muslim.
Hadith ini dengan jelas menegaskan bahawa setiap apa sahaja yang memabukkan adalah
dihukum haram. Kalimah kullu ()di dalam hadith ini bererti "setiap" yang memberi maksud pada
umumnya, semua jenis benda atau apa saja benda yang memabukkan adalah haram hukumnya. Hadith
ini dikuatkan lagi dengan hadith di bawah ini: "Setiap sesuatu yang memabukkan maka bahan tersebut
itu adalah haram". H/R al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud.
Hadith di atas ini pula telah menyatakan dengan cukup terang dan jelas bahwa setiap apa saja
yang bisa memabukkan adalah dihukum haram. Pada hadith ini juga Nabi Muhammad s.a.w
menggunakan kalimah kullu () iaitu "Setiap apa saja", sama ada berbentuk cair, padat, debu
(serbuk) atau gas.
Mungkin ada yang menolak kenyataan atau nas di atas ini kerana beralasan atau menyangka bahwa
rokok itu hukumnya hanya makruh, bukan haram sebab rokok tidak memabukkan. Mungkin juga
mereka menyangka rokok tidak mengandung candu dan kalau adapun kandungan candu dalam rokok

hanya sedikit. Begitu juga dengan alasan yang lain, "menghisap sebatang rokok tidak terasa
memabukkan langsung". Andaikan, alasan atau sangkaan seperti ini boleh diselesaikan dengan
berpandukan kepada hadith di bawah ini: "Apa saja yang pada banyaknya memabukkan, maka pada
sedikitnya juga adalah haram". H/R Ahmad, Abu Daud dan Ibn Majah.
Kalaulah meneguk segelas arak hukumnya haram kerana ia benda yang memabukkan, maka
walaupun setetes arak juga hukum pengharamannya tetap sama dengan segelas arak. Begitu juga
dengan seketul candu atau sebungkus serbuk dadah yang dihukum haram. Secebis candu atau secubit
serbuk dadah yang sedikit juga telah disepakati oleh sekalian ulama Islam dengan memutuskan
hukumnya sebagai benda yang dihukumkan haram untuk dimakan, diminum, dihisap (disedut) atau
disuntik pada tubuh seseorang jika tanpa ada sebab tertentu yang memaksakan atau keperluan yang
terdesak seperti darurat kerana rawatan dalam kecemasan. Begitulah hukum candu yang terdapat di
dalam sebatang rokok, walaupun sedikit ia tetap haram kerana dihisap tanpa adanya sebab-sebab yang
memaksa dan terpaksa.
Di dalam sepotong hadith sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad s.a.w
telah mengkategorikan setiap yang memabukkan itu sebagai sama hukumnya dengan hukum arak.
Seorang yang benar-benar beriman dengan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w tentulah meyakini bahawa
tidak seorangpun yang layak untuk menentukan hukum halal atau haramnya sesuatu perkara dan benda
kecuali Allah dan RasulNya. Tidak seorangpun berhak atau telah diberi kuasa untuk merubah hukum
yang telah ditetapkan oleh Allah melalui Nabi dan RasulNya kerana perbuatan ini ditakuti boleh
membawa kepada berlakunya syirik tahrif, syirik ta'til atau syirik tabdil. Hadith yang mengkategorikan
setiap yang memabukkan sebagai arak sebagaimana yang di dimaksudkan ialah: "Setiap yang
memabukkan itu adalah arak dan setiap (yang dikategorikan) arak itu adalah haram". H/R Muslim.
Dalam perkara ini ada yang berkata bahawa rokok itu tidak sama dengan arak. Mereka
beralasan bahawa rokok atau tembakau itu adalah dari jenis lain dan arak itu pula dari jenis lain yang
tidak sama atau serupa dengan rokok. Memanglah rokok dan arak tidak sama pada ejaan dan rupanya,
tetapi hukum dari kesan bahan yang memabukkan yang terkandung di dalam kedua-dua benda ini
(rokok dan arak) tidak berbeza di segi syara kerana kedua benda ini tetap mengandungi bahan yang
memabukkan dan memberi kesan yang memabukkan kepada pengguna atau penagihnya. Tidak kira
sedikit atau banyaknya kandungan yang terdapat atau yang digunakan, yang menjadi perbincangan
hukum ialah bendanya yang boleh memabukkan, sama ada dari jenis cecair, pepejal, serbuk atau gas
apabila nyata memabukkan sama ada kuantitinya banyak atau sedikit maka hukumnya tetap sama, iaitu
haram sebagaimana keterangan dari hadith sahih di atas.
Di hadith yang lain, Nabi Muhammad s.a.w mengkhabarkan bahawa ada di kalangan umatnya
yang akan menyalahgunakan benda-benda yang memabukkan dengan menukar nama dan istilahnya
untuk menghalalkan penggunaan benda-benda tersebut: "Pasti akan berlaku di kalangan manusiamanusia

dari

umatku,

meneguk

(minum/hisap/sedut/suntik)

arak

kemudian

mereka

menamakannya dengan nama yang lain". H/R Ahmad dan Abu Daud.
Seseorang yang benar-benar beriman dan ikhlas dalam beragama, tentunya tanpa banyak
persoalan atau alasan akan mentaati semua nas-nas al-Quran dan al-hadith yang nyata dan jelas
di atas. Orang-orang yang beriman akan berkata dengan suara hati yang ikhlas, melafazkan ikrar

dengan perkataan serta akan sentiasa melaksanakan firman Allah yang terkandung di dalam alQuran : "Kami akan sentiasa dengar dan akan sentiasa taat". Tidaklah mereka mahu mencontohi
sikap dan perbuatan Yahudi yang dilaknat dari dahulu sehinggalah sekarang kerana orang-orang
Yahudi itu apabila diajukan ayat-ayat Allah kepada mereka maka mereka akan menentang dan
berkata : "Kami sentiasa dengar tetapi kami membantah".
Sebagai contoh iman seorang Muslim yang sejati ialah suatu peristiwa yang mengisahkan
seorang sahabat yang terus menuangkan gelas sisa-sisa arak yang ada padanya ke tanah tanpa
soal dan bicara sebaik sahaja turunnya perintah pengharaman arak. Hanya iman yang mantap
dapat mendorong seseorang mukmin sejati dalam mentaati segala perintah dan larangan Allah
yang menjanjikan keselamatannya di dunia dan di akhirat.
Kalaulah Nabi Muhammad s.a.w telah menjelaskan melalui hadith-hadith baginda di atas
bahawa setiap yang boleh memabukkan apabila dimakan, diminum atau digunakan (tanpa ada
sebab-sebab keperluan atau terpaksa), maka ia dihukum sebagai benda haram dan ia dianggap
sejenis dengan arak. Penghisapan dadah nikotin yang terdapat di dalam rokok bukanlah sesuatu
yang wajib atau terpaksa dilakukan seumpama desakan dalam penggunaan dadah kerana adanya
sebab-sebab tertentu seperti desakan semasa menjalani rawatan atau sebagainya. Sebaliknya,
penghisapan rokok dimulakan hanya kerana tabiat ingin suka-suka yang akibatnya menjadi suatu
ketagihan yang memaksa si penagih melayani kehendak nafsunya. Dalam pada itu, tanpa
kesedaran, ia telah membeli penyakit dan menambah masalah, mengundang kematian dan tidak
secara langsung ia telah melakukan kezaliman terhadap diri sendiri di samping mengamalkan
pembaziran yang amat ditegah oleh syara (haram).
Dadah (bahan yang memabukkan) telah disamakan hukumnya dengan arak oleh Nabi
Muhammad s.a.w disebabkan kedua-dua benda ini boleh memberi kesan mabuk dan ketagihan
yang serupa kepada penggunanya (penagih arak dan dadah). Melalui kaedah (cara pengharaman)
yang diambil dari hadith Nabi di atas, dapatlah kita kategorikan jenis dadah nikotin yang terdapat
di dalam rokok sama hukumnya dengan arak dan semua jenis dadah yang lain.
Kesimpulannya, rokok atau tembakau yang sudah terbukti mengandungi dadah nikotin
adalah haram pengambilannya kerana nikotin sudah ternyata adalah sejenis dadah yang boleh
membawa kesan mabuk atau memabukkan apabila digunakan oleh manusia. Malah dadah ini
akan menjadi lebih buruk lagi setelah mengganggu kesihatan seseorang penggunanya sehingga
penderitaan akibat penyakit yang berpunca dari rokok tersebut mengakibatkan kematian. Rokok
pastinya menambahkan racun (toksin) yang terkumpul di dalam tubuh badan sehingga
menyebabkan sel-sel dalam tubuh seseorang itu mengalami kerosakan, mengganggunya daripada
berfungsi dengan baik dan membuka kepada serangan kuman dan barah.
Apabila pengambilan rokok yang mengandungi bahan yang memabukkan dianggap haram
kerana nyata ia digolongkan sejenis dengan arak () oleh Nabi Muhammad s.a.w maka di
dalam hadith dan al-Quran pula terdapat amaran keras dari Allah dan RasulNya:
"Dari Abu Musa berkata : Bersabda Rasulullah saw : Tiga orang tidak masuk syurga.
Penagih arak, orang yang membenarkan sihir dan pemutus silaturrahmi". H/R Ahmad dan ibn
Hibban.
"Mereka bertanya kepada engkau tentang arak dan perjudian, katakanlah bahawa pada
keduanya itu dosa yang besar". Al Baqarah:219.
"Hai orang-orang yang beriman, bahawasanya arak , judi, (berkorban untuk) berhala dan
bertenung itu adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan, sebab itu hendaklah kamu
meninggalkannya semuga kamu beroleh kejayaan". Al Maidah:90.

Hadith di atas Nabi Muhammad s.a.w telah mengkhabarkan bahawa penagih arak tidak
masuk dan dalam ayat di atas pula, Allah mengkategorikan arak (khamar) sejajar dengan berhala
dan bertenung sebagai perbuatan keji (kotor) yang wajib dijauhi oleh akal yang sihat. Perkataan
"rijs" ini tidak digunakan dalam al-Quran kecuali terhadap perkara-perkara yang sememangnya
kotor dan jelek. Perbuatan yang buruk, kotor, buruk dan jelek ini tidak lain mesti berasal daripada
perbuatan syaitan yang sangat gemar membuat kemungkaran sebagaimana amaran Allah
selanjutnya yang menekankan bahwa: "Sesungguhnya syaitan termasuk hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan judi itu dan menghalangi kamu
dari mengingati Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak mahu berhenti?". Al Maidah:91.
Justeru itu Allah menyeru supaya berhenti daripada perbuatan ini dengan ungkapan yang
tajam : "Apakah kamu tidak mahu berhenti?"
Seseorang mukmin yang ikhlas tentunya menyahut seruan ini sebagaimana Umar r.a ketika
mendengar ayat tersebut telah berkata: "Kami berhenti, wahai Tuhan kami, Kami berhenti, wahai
Tuhan kami".
Utsman bin 'Affan r.a juga telah berwasiat tentang benda-benda yang memabukkan yang
telah diistilahkan sebagai khamar () "arak". Sebagaimana wasiat beliau: "Jauhkanlah diri kamu
dari khamar (benda yang memabukkan), sesungguhnya khamar itu ibu segala kerosakan
(kekejian/kejahatan)". Lihat : Tafsir Ibn Kathir Jld.2, M/S. 97.
Ada yang menyangka bahawa rokok walaupun jelas setaraf klasifikasinya dengan arak
boleh dijadikan ubat untuk mengurangkan rasa tekanan jiwa, tekanan perasaan, kebosanan dan
mengantuk. Sebenarnya rokok tidak pernah dibuktikan sebagai penawar atau dapat dikategorikan
sebagi ubat kerana setiap benda haram terutamanya apabila dibuktikan mengandungi bahan
memabukkan tidak akan menjadi ubat, tetapi sebaliknya sebagaimana hadith Nabi s.a.w: "Telah
berkata Ibn Masoud tentang benda yang memabukkan : Sesungguhnya Allah tidak akan
menjadikan ubat bagi kamu pada benda yang Ia telah haramkan kepada kamu". H/R al-Bukhari.
"Telah berkata Waail bin Hujr : Bahawa Tareq bin Suwid pernah bertanya kepada Nabi
s.a.w tenang pembuatan arak, maka Nabi menegahnya. Maka baginda bersabda : Penulis
membuatnya untuk (tujuan) perubatan. Maka Nabi bersabda : Sesungguhnya arak itu bukan ubat
tetapi penyakit". H/R Muslim dan Turmizi.

Anda mungkin juga menyukai