Anda di halaman 1dari 19

Sekitar 90 persen perokok muda kecanduan merokok sejak berumur sebelum 19 tahun.

Ancaman
bahaya merokok telah mengancam kehidupan generasi muda. Pemerintah seharusnya segera
menandatangani Framework Convention on Tobacco Control. Betapa tidak, puluhan bahan
berbahaya terkandung dalam lintingan rokok tersebut.
Bahan berbahaya yang terkandung dalam gulungan rokok yang dihisap itu antara lain, Asam Asetik.
Bahan ini sering digunakan untuk campuran pembersih lantai. Rokok juga tak mau kalah
menggunakan bahan berbahaya ini.
Bola-bola pewangi pakaian yang sering digunakan untuk pengharum lemari mengandung bahan
Naptalin. Bahan berbahaya ini justru juga ada dalam rokok. Jika kita sering menggunakan parfum
dan terpikat dengan wanginya, Zat kimia Asetanisol yang sering digunakan untuk membuat parfum
wangi itu juga terdapat dalam rokok.
Beberapa tahun lalu, kita digegerkan dengan zat kimia yang bernama Formalin. Cairan ini sering
digunakan nelayan untuk mengeringkan dan membuat ikan kering menjadi lebih renyah. Padahal zat
kimia ini sangat berbahaya. Umumnya Formalin digunakan sebagai bahan pengawet mayat, kodok,
kupu-kupu, dan berbagai jenis serangga. Tanpa disadari pengisap rokok juga mengisap zat kimia ini
karena bahan kimia berbahaya itu juga terkandung dalam sebatang rokok.
Bahan kimia berbahaya lainnya yang juga terdapat dalam rokok yang diisap jutaan manusia adalah
Geraniol. Geraniol adalah zat aktif yang mematikan yang sering digunakan dalam pestisida.
Anda yang normal dan menginginkan hidup yang sehat tentu tidak mau meminum bensin yang
mengandung Toulene. Bensin hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan kendaraan.
Bensin jelas bahan beracun dengan salah satu kandungan kimianya adalah Toulene itu. Tetapi rokok
ternyata juga mengandung Toulene yang ternyata sering ada dalam dinamit.
Jika kita bertanya mengapa anjing dan kucing tidak merokok? Jawabannya, rokok mengandung
Cinnamaldehyde yang merupakan bahan yang ada di racun anjing dan kucing. Waduhhhhhh gawat
kan?
Urea yang akhir-akhir ini langka dan harganya mulai membubung tinggi seiring kenaikan harga
BBM digunakan untuk pembuatan pupuk, tinta, dan banyak lagi. Zat ini juga terdapat dalam air seni
atau air kencing. Ingat!!!!!!!!!!! Urea juga terdapat pada rokok.
Kita pernah mendengar racun tikus atau bahkan pernah menggunakannya. Hidrogen Sianida yang
digunakan untuk bahan pembuat racun tikus karena sifatnya yang dapat membunuh juga ada dalam
setiap gulungan rokok yang terisap.
Setiap gulungan rokok yang terbuat dari tembakau yang dirajang halus kemudian dibalut kertas
berwarna putih ternyata juga mengandung Hidrasin. Mau tahu apa persamaan rokok dan pesawat
bermesin roket? Keduanya sama-sama mengandung Hidrasin itu. Zat kimia ini berfungsi sebagai
bahan bakar rokok.
Baterai sangat berguna untuk menjalankan berbagai mainan anak, atau memberikan energi listrik
untuk beberapa alat elektronik yang semakin berkembang. Tapi anda tentunya bisa bergerak
meskipun tidak menggunakan baterai. Jadi tidak perlu mengisap rokok hanya untuk bergerak, karena
Kadmium yang ada dalam baterai dan sangat berbahaya itu juga bersemayam dalam rokok yang
justru dibeli dengan harga yang mahal, meskipun penghasilan pas-pasan.
Zat kimia berbahaya Aseton yang sering digunakan untuk menghilangkan kuteks, juga terdapat
dalam rokok. Padahal, bau menyengat sangat terasa jika kita membuka tutup botol kuteks atau
pewarna kuku.
Polonium pernah digunakan mata-mata rusia dengan cara langka. Mata-mata itu menggunakan
isotop radioaktif Polonium-210 untuk membunuh dengan cara langka dan cepat. Zat kimia
berbahaya ini juga terdapat pada rokok.

Metanol yang sering digunakan sebagai bahan bakar juga terdapat pada rokok. Deretan bahan kimia
berbahaya yang terkandung dalam setiap gulungan rokok juga terdapat Sodium Hidroksida. Padahal,
zat kimia ini digunakan untuk menghilangkan bulu ketiak atau kaki murahan. Jika digunakan
niscaya didera panas dan perih. Dalam obat itu terkandung sodium hidroksida.
Informasi berbagai kandungan bahan berbahaya dalam rokok ini dikutip dari www.thetruth.com
Varian Tembakau
Tembakau sebenarnya dapat dinikmati dalam berbagai bentuk dan jenis, bukan hanya dalam bentuk
rokok. Varian tembakau yang sering ditemui antara lain:
Rokok
Buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang mengandung 4.000 racun. Biasanya menggunakan
filter di ujungnya. Rokok jenis ini hampir ditemukan di seluruh bagian dunia.
Bidis
Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan
Karbonmonoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara
dan India.
Cigar
Dari fermentasi tembakau yang diasapi kemudian digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai
jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba. Di Indonesia, Cigar dikenal
dengan nama cerutu.
Kretek
Jenis ini terbuat dari campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan
sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak ditemukan di Indonesia.
Umumnya diisap oleh para pria di kampun-kampung.
Rokok tanpa Asap
Rokok jenis ini langsung dikunyah tanpa permen alias tembakau langsung ke mulut atau sering
disebut tembakau kunyah. Jenis ini digunakan perokok di Asia Tenggara atau India. Sekitar 56
persen perempuan di India menggunakan rokok kunyah. Ada juga yang diletakkan di antara gigi dan
gusi
Shisha atau hubby atau bubby
Jenis tembakau yang diramu dengan buah-buahan yang diperam dan disedot dengan pipa melalui
tabung. Jenis ini biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia.
Shisha sedang menjamur di kafe-kafe yang ada di Indonesia dan dijadikan gaya hidup (artikel lain
tentang shisha, search di blog ini dengan keyword shisha)
Tahukah Kamu?
Hampir 37,3 persen pelajar di Indonesia pernah merokok dan 31 persen pertama kali merokok di
bawah usia 10 tahun
Sekitar 8 juta orang per tahun diperkirakan mengalami kematian akibat tembakau pada 2030.
Selama abad 21 diperkirakan tembakau membunuh orang satu miliar. Ini lebih sadis dari perang
dengan senjata.
100 juta orang di dunia terbunuh oleh tembakau pada abad 20
Orang yang meninggal dalam setahun karena penyakit yang berkaitan dengan rokok, seperti kanker
paru dan penyakit jantung mencapai 5,4 juta.

427.948 perokok meninggal dunia di Indonesia dalam setahun. Angka ini setara dengan 22,5 persen
total kematian di Indonesia. Hampir Rp130 triliun uang dibelanjakan untuk konsumsi tembakau di
Indonesia setiap tahun. Penerimaan cukai tembakau setiap tahun sekitar Rp16,5 triliun.
Sekitar 20 persen pendapatan rata-rata (Rp20 ribu per hari)
penduduk Indonesia dibelanjakan membeli tembakau atau rokok.
Memang sekitar 82 persen perokok di Indonesia ingin berhenti merokok. Hanya 2 persen di
antaranya yang berhasil tanpa bantuan.

Pengeluaran Masyarakat Indonesia


1. Bahan Makanan Pokok
2. Rokok
3. SMS
Perokok Aktif Remaja (13-17 tahun)
Indonesia
: 22 Persen
Filipina
: 18 Persen
Singapura : 9 persen
Cina
: 5 persen
Kenaikan Jumlah Perokok Muda Usia 5-9 tahun
2001 0,4 persen
2004 1,8 persen
Usia 15-19
Tahun 2001
Tahun 2004

32 persen
35 persen

Usia 19 Tahun ke atas


2001
68 persen
2004
78 persen
Konsumsi rokok terbesar di dunia
China
1.643 miliar
Amerika Serikat 460 miliar
China
330 miliar
Indonesia 230 miliar
Sumber: IAKMI, Susenas, GYTS, WHO, Komnas Pengendalian Tembakau
Berdasarkan survei Tobacco Control Support Centre Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
pada tahun 2008, sekitar 61 persen anak jalanan sepanjang rel Jakarta-Bogor mengonsumsi rokok.
Iklan rokok di berbagai media menjadi faktor penentu seorang anak mulai merokok.
POLONIUM-210
Seorang bekas mata-mata Rusia membunuh dengan cara langka, yaitu menggunakan isotop
radioaktif Polonium-210. Zat ini juga terdapat pada rokok.
UREA
Urea: zat yang terdapat dalam air seni, yang berguna untuk tinta, cat, pupuk, dan banyak lagi. Urea
juga terdapat pada rokok.
METANOL
Metanol, zat yang bisa digunakan sebagai bahan bakar, terdapat pada rokok.

CINNAMALDEHYDE
Mengapa anjing dan kucing tidak merokok? Sebab, rokok mengandung cinnamaldehyde, bahan
yang ada di racun anjing dan kucing.
KADMIUM
Baterai berguna untuk menjalankan berbagai jenis mainan. Tapi Anda bisa bergerak tanpa baterai.
Kadmium adalah zat beracun yang terdapat pada baterai, juga bersemayam di rokok.
ASETON
Aseton kita kenal sebagai cairan penghilang kuteks. Zat kimia berbahaya ini terdapat juga pada
rokok.
TOLUENE
Bensin bermanfaat untuk menjalankan mobil. Manusia tidak minum bensin. Sebab, bensin jelas
beracun. Salah satu zatnya bernama toluene, yang juga terdapat pada dinamit dan rokok.
HIDRASIN
Persamaan pesawat bermesin roket dan rokok adalah sama-sama mengandung hidrasin. Pada roket,
hidrasin terkandung dalam bahan bakarnya.
HIDROGEN SIANIDA
Racun tikus dapat membunuh karena ada kandungan hidrogen sianida. Rokok mengandung bahan
ini juga.
GERANIOL
Geraniol adalah zat aktif dalam pestisida. Zat mematikan ini juga ada dalam rokok.
ASETANISOL
Parfum mengandung zat kimia asetanisol. Di mana lagi zat ini ada? Ya, dalam rokok.
NAPTALIN
Bola-bola pewangi pakaian mengandung zat beracun naptalin. Rokok juga.
FORMALIN
Bahan ini biasa digunakan untuk mengawetkan kodok, kupu-kupu, berjenis-jenis serangga, hingga
jenazah. Formalin ada dalam rokok.
ASAM ASETIK
Pembersih lantai mengandung asam asetik. Rokok juga tak mau kalah.
SODIUM HIDROKSIDA
Yang pernah menggunakan penghilang bulu ketek atau kaki yang murahan niscaya didera panas dan
perih. Dalam obat itu terkandung sodium hidroksida. Zat ini tertanam pula pada rokok.

Rokok Mempercepat Keriput


Senin, 9 November 2009 | 15:53 WIB

shutterstock
KOMPAS.com Percuma melakukan berbagai perawatan kecantikan terkini kalau Anda masih
juga merokok. Ketahuilah bahwa rokok membuat kulit keriput lebih cepat.
Sekitar 4.800 zat kimia berbahaya yang terdapat dalam rokok tidak hanya menyebabkan penyakit
seputar paru-paru dan kanker, tetapi juga berpengaruh pada kulit. Menurut Richard D Hurt, MD,
Direktur Nicotine Dependence Center dari Mayo Clinic, perubahan kulit akibat rokok terjadi dalam
kurun waktu 10 tahun.
"Makin banyak rokok yang diisap, makin cepat kulit keriput. Kerusakan kulit bahkan sudah terjadi
tanpa Anda sadari," kata Hurt.
Bagaimana rokok mengakibatkan kulit berkerut? Menurut Hurt, nikotin yang terdapat dalam rokok
mempersempit pembuluh darah, terutama di lapisan atas kulit. Hal ini tentu berpengaruh pada
sirkulasi darah. Berkurangnya aliran darah mengakibatkan kulit tidak mendapat oksigen dan nutrisi
yang diperlukan, seperti vitamin A.
"Lebih dari 4.000 bahan kimia dalam rokok juga merusak kolagen dan elastin yang memberikan
kekuatan dan kelenturan pada kulit. Akibatnya, kulit pun jadi kurang lentur dan keriput sebelum
waktunya," papar Hurt.
Bukan hanya itu, eskspresi ketika Anda merokok, seperti mengerutkan bibir, mengisap, dan
menyipitkan mata ketika mengembuskan asap rokok, juga dapat menjadikan kulit Anda berkerut.
Selain di bagian wajah, kerutan yang diakibatkan rokok juga terjadi di bagian kulit lainnya,
termasuk lengan bagian dalam. Selain rokok, kerusakan kulit ini juga dipercepat oleh sinar matahari.
Keriput mungkin tidak bisa diperbaiki, kecuali lewat operasi plastik. Namun, kita bisa
mencegahnya. Caranya? Berhenti merokok sekarang juga.

Ada Klinik Berhenti Merokok di Surakarta


Selasa, 10 November 2009 | 20:08 WIB

KOMPAS.COM/IGNATIUS SAWABI

SOLO, KOMPAS.com - Klinik Berhenti Merokok (KBM) yang terdapat di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta paling banyak dikunjungi oleh pasien yang berusia lanjut atau
di atas 50 tahun dan sudah menderita penyakit akibat merokok. Sedikit sekali pengunjung usia
muda.
Ini diungkapkan Kepala BBKPM Surakarta M Syahril Mansyur usai Seminar Bahaya Merokok,
Selasa (10/11). Pembicara lain adalah pengamat industri rokok dari Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta Eko Prasetyo, Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo Siti Wahyuningsih, dan anggota
DPRD Kota Solo Wahyuning Chumaeson.
Dikatakan Syahril, KBM menggunakan pendekatan persuasif kepada pengunjung yang datang.
Setelah itu, pengunjung yang serius akan diberikan terapi NRT (nicotine replacement therapy).
Sayangnya, menurut Syahril, harga paket terapi NRT cukup mahal, Rp 3 juta. Ia berharap suatu saat,
pemerintah dapat memberikan subsidi bagi pasien yang ingin berhenti merokok mengingat
dampaknya pada kesehatan.

Puskesmas Dilengkapi Klinik Berhenti Merokok


Kamis, 5 November 2009 | 15:51 WIB

DOKUMENTASI BERITAJAKARTA.com
YOGYAKARTA, KOMPAS.com Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan konsultasi
seputar cara berhenti merokok, seluruh puskesmas di Kota Yogyakarta akan dilengkapi dengan
klinik khusus. Rencananya, puskesmas di Kota Yogyakarta yang berjumlah 18 unit bakal dilengkapi
layanan konsultasi memutus kecanduan rokok.
Klinik konsultasi berhenti merokok itu akan diluncurkan secara resmi pada upacara peringatan ke45 Hari Kesehatan Nasional (HKN), 12 November 2009, kata Kepala Bidang Promosi
Pengembangan dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Susi
Kuscithawati di Yogyakarta, Kamis (5/11).
"Sebagian perokok aktif di Kota Yogyakarta ingin berhenti merokok, tetapi mengalami kendala,
seperti bagaimana cara berhenti atau masalah apa yang akan dihadapi setelah berhenti merokok, dan
masalah inilah yang mendasari pembentukan klinik konsultasi itu," ujarnya.
Menurut dia, klinik konsultasi berhenti merokok di setiap puskesmas tersebut juga berawal dari
keprihatinan sejumlah pihak tentang tingginya angka perokok aktif di Kota Yogyakarta.
"Berdasarkan survei, sebanyak 53,3 persen dari masyarakat Kota Yogyakarta adalah perokok aktif,
atau lebih dari separuh populasi yang ada," katanya.
Padahal, lanjut dia, pihak yang merasakan dampak lebih besar akibat asap rokok adalah orang-orang
yang berada di sekitar perokok aktif atau disebut perokok pasif.
Sebanyak 75 persen dari asap yang keluar dari setiap batang rokok diisap oleh perokok aktif dan
sisanya diisap oleh perokok pasif. Ia juga menyatakan sebagian besar perokok aktif adalah kaum

laki-laki, tetapi kaum perempuan juga tidak sedikit. Selain itu, lanjut dia, hal yang lebih
memprihatinkan adalah sebagian besar perokok aktif di Kota Yogyakarta adalah pelajar, khususnya
yang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Setiap klinik konsultasi berhenti merokok akan ada petugas dari puskesmas yang sudah dilatih
menjadi konselor untuk membimbing perokok aktif agar menghentikan kebiasaan tersebut.
"Klinik akan buka satu kali dalam satu pekan. Dan untuk tahap awal, petugas di puskesmas akan
mendapat pendampingan dari Quit Tobbaco Indonesia (QTI)," katanya.
Klinik konsultasi sejenis sudah ada di RS PKU Muhammadiyah, RSUD Wirosaban, dan RS
Sardjito. "Kami juga akan mengembangkan konsultasi berhenti merokok tersebut di Dinas
Kesehatan, khusus untuk pegawai di Pemkot Yogyakarta yang ingin berhenti merokok," katanya.

Efek Rokok Lebih Berat pada Wanita


Selasa, 27 Oktober 2009 | 10:45 WIB
KOMPAS.com Kaum perempuan, ini saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada rokok.
Meski merokok lebih sedikit dibanding pria, perempuan ternyata lebih rentan pada efek kerusakan
paru akibat zat karsinogen yang terdapat dalam sebatang rokok.
Kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 700 pasien kanker paru.
Para peneliti menemukan, meski wanita merokok secara kuantitas lebih sedikit dibanding pria,
ternyata mereka cenderung berusia lebih muda saat didiagnosis terkena kanker paru.
Penelitian lain yang dilakukan para ahli dari Universitas Harvard, AS, dan Universitas Bergen di
Norwegia terhadap 950 pria dan wanita yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (COPD),
penyakit akibat rokok, menemukan hasil yang hampir sama.
Diketahui, pasien COPD wanita umumnya berusia lebih muda ketika mereka didiagnosis memiliki
penyakit tersebut, dan mereka merokok lebih sedikit dibanding pria. "Wanita lebih rentan terhadap
efek kerusakan paru-paru akibat rokok," kata dr Inga-Cecilie Soerheim, peneliti tamu di Harvard
yang hasil penelitiannya dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Thoraric Society's.
Tipe kanker paru-paru berbeda
Fakta dari sejumlah penelitian dalam 20 tahun lalu telah menyatakan bahwa perokok wanita lebih
rentan terkena kanker paru-paru dibanding perokok pria.
Soerheim dan rekannya, dr Dawn L DeMeo, asisten profesor obat-obatan pada Sekolah Harvard
Medical dan Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston, menemukan bahwa pada tahun 2000,
angka kematian wanita terhadap COPD melebihi pria, meski para peneliti belum mengetahui
alasannya.
Namun, dr Michael Thun, mantan Direktur Penelitian Epidemiologi di American Cancer Society,
tidak menerima secara cepat teori tesebut. Bukti sebenarnya menunjukkan bahwa wanita dan pria
sama-sama berisiko terkena kanker paru-paru, dengan atau tanpa merokok, katanya.
Namun, Thun menambahkan, tipe kanker paru-paru mereka berbeda, mengacu pada daerah paruparu yang memiliki kemungkinan bahwa kanker terjadi pada wanita dan pria.
Terkait dengan penelitian baru COPD, yang menyatakan wanita lebih rentan, Thun berpendapat, ada
faktor lain yang memicu, seperti harapan hidup wanita yang lebih lama. Selain itu, fokus pada
kemungkinan perbedaan jender mungkin dilupakan. Sebaliknya, ia menekankan agar ahli kesehatan
dan masyarakat umum perlu fokus jika merokok adalah kontribusi terbesar pada kanker paru-paru
dan COPD.

Jika mereka berhenti merokok sebelum berusia 50 tahun, maka sebagian besar risiko tersebut bisa
dihindari, ujarnya, mengutip penelitian yang sudah dipublikasikan. Kemudian ketika mereka
berhenti, wanita dan pria dapat mencari cara lain untuk mengurangi risiko terhadap kanker paruparu, seperti menghindari asap rokok.
Menurut American Cancer Society, kanker paru-paru menjadi penyebab tertinggi terhadap kematian
pria dan wanita di Amerika Serikat. Lebih banyak orang yang meninggal akibat kanker paru-paru
dibanding dengan kanker kolon, serta kombinasi kanker payudara dan prostat.
Lembaga ini memperkirakan, lebih dari 219.000 kasus baru kanker paru-paru akan terdiagnosis
tahun ini, dan 159.390 orang akan meninggal akibat penyakit tersebut.
Merokok Saat Hamil? Hmmm... Sayangi Janin Anda
Kamis, 1 Oktober 2009 | 21:22 WIB

Pilihlah makanan yang kaya vitamin dan mineral.


JAKARTA, KOMPAS.com - Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilannya berisiko
membuat anak mereka terkena gejala gangguan jiwa seperti delusi dan halusinasi. Sebuah survei di
Inggris menunjukkan bahwa ibu hamil yang merokok sekitar 20 persen lebih mudah tertimpa
permasalahan itu.Risiko tersebut akan meningkat sekitar 84 persen jika jumlah rokok yang diisap
mencapai 20 puluh batang atau lebih dalam sehari.
Riset yang diselenggarakan Universitas Cardiff, Nottingham, Bristol dan Warwick itu, seperti
dikutip BBC, merupakan bagian dari sebuah studi jangka panjang Avon Longitudinal Study of
Parents and Children yang meneliti bagaimana genetik dan lingkungan mempengaruhi kesehatan.
Salah satu survei dalam penelitian jangka panjang itu dilakukan terhadap kelompok anak usia dua
belas tahun yang ibunya merokok semasa kehamilan. Anak-anak itu diteliti sejauh mana mengalami
kejadian halusinasi.
Selain itu, diteliti pula kemungkinan konsumsi ganja dan alkohol oleh ibu mereka. Ketua tim
peneliti Stanley Zammit mengatakan, paparan tembakau dapat mempengaruhi pertumbuhan otak
janin. Hasil studi tersebut setidaknya memperkuat larangan merokok selama masa kehamilan yang
masih banyak diabaikan oleh perempuan, setidaknya di Inggris. Di negara ters ebut, sekitar 15
persen perempuan hamil masih tidak melepaskan kebiasaan buruknya merokok.

Shisha Tak Lebih Baik dari Rokok


Kamis, 27 Agustus 2009 | 15:54 WIB

shutterstock.com

KOMPAS.com Shisha, yang mirip dengan bong yang dipakai untuk mengisap mariyuana,
beberapa tahun belakangan ini memang sangat populer. Hal itu terlihat dari makin banyaknya kafe
yang menyediakan shisha untuk menarik pengunjung. Shisha merupakan cara menikmati rokok ala
Timur Tengah yang menggunakan pipa berbentuk gelas piala dan kandungan air sebagai
penyaringnya.
Banyak penikmat shisha yang merasa bahwa menghisap shisha lebih aman dari rokok karena ada
filter berupa air. Bahkan, sebagian penggemarnya merasa shisha bukanlah rokok. Namun, penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Inggris dan The Tobacco Control Collaborating Centre
menyanggah anggapan tersebut.
Menurut peneliti, pada saat seseorang mengisap shisha atau rokok herbal, justru kadar karbon
monoksida yang dihirupnya tak bisa terukur. Bahkan, dalam satu sesi mengisap shisha, karbon
monoksida yang dihirup jumlahnya 4 sampai 5 kali lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh
sebatang rokok.
Kadar karbon monoksida yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak dan hilangnya kesadaran.
Menurut tim peneliti, memang agak sulit mengetahui jumlah karbon monoksida (CO) yang
dihasilkan dari sebatang rokok karena perbedaan inhalasi dari tiap individu.
Meski begitu, kadar CO dari napas yang dihembuskan orang yang bukan perokok secara normal
kira-kira 3 ppm (per sejuta bagian dari udara), pada perokok ringan kira-kira 10-20 ppm, dan 30-40
ppm pada perokok berat.
Penelitian menunjukkan, penghisap shisha memiliki 40-70 ppm CO dalam napasnya. Jumlah itu
berpengaruh pada gangguan sirkulasi darah sekitar 8-12 persen.
"Kami menemukan bahwa satu sesi menghisap shisha yang menggunakan 10 miligram buah
tembakau selama 30 menit, atau sesi paling singkat, menghasilkan kadar karbon monoksida empat
atau lima kali lebih tinggi daripada merokok," kata Dr Hilary Wareing, Direktur The Tobacco
Control Collaborating Centre.
Dengan kata lain, shisha 400-450 kali lebih buruk dari rokok. Selain tingginya kadar CO yang
dihirup, Qasim Choudhory, pekerja dari NHS Stop Smoking Service, Inggris, mengatakan bahwa
penggunaan pipa shisha secara bergantian bisa jadi medium penyebaran infeksi. "Ada risiko tertular
tuberkulosis, herpes, atau infeksi lainnya," katanya.

Stop Merokok Jadi Gemuk?


Selasa, 30 Juni 2009 | 15:03 WIB

KOMPAS.com - Kebanyakan perokok sudah tahu tentang bahaya merokok dan mau berhenti. Salah
satu kekhawatiran para pecandu rokok, khususnya wanita, bila harus menghentikan kebiasaan
buruknya adalah tubuh yang akan menjadi gemuk. Mitos yang keliru itu sering membuat nyali para
perokok untuk berhenti menjadi ciut.

Bagaimana yang sebenarnya? "Secara kedokteran, tidak benar kalau berhenti merokok lantas tubuh
jadi gemuk," tegas dr.Ahmad Hudoyo, Sp.P (K). "Yang benar pada jam-jam tertentu rasa lapar
meningkat, tapi karena kita merokok rasa nikmat merokok itu membuat kita lebih memilih rokok
daripada makan," paparnya.
Hal senada diungkapkan oleh dokter Tribowo T.Ginting, Sp.KJ dari RS.Persahabatan, Jakarta.
Menurutnya, nikotin yang terkandung di rokok menghilangkan rasa lapar, sehingga ketika berhenti
merokok penekan rasa lapar itu lepas dan orang pun ingin makan. "Orang yang berhenti merokok
bisa saja berat badannya tetap atau justru naik, tergantung pola makannya," kata dia.
Rasa lapar yang dialami para perokok pada awal proses penghentian rokok bisa diatasi dengan
mengalihkan pikiran atau menyibukkan diri pada hal lain. Pada sebagian perokok yang berhenti
memang ada kenaikan berat badan 5-10 pon, tetapi masih dalam batas normal. Selama diimbangi
dengan pola makan yang sehat dan olahraga, berat badan bisa dijaga.
Semasa proses penghentian rokok, biasanya perokok akan merasakan gejala-gejala penarikan.
Gejala ini merupakan tanda di mana badan sedang merawat dirinya sendiri. Biasanya tubuh akan
merasa gelisah, pusing, muntah, tertekan, atau tidak bisa tidur. Namun, gejala-gejala ini akan
berhenti setelah satu atau dua minggu. Jadi, tak ada lagi alasan untuk tetap berada dalam jeratan
asap rokok.

Merokok Sebabkan Miskin Tujuh Turunan


Rabu, 22 Juli 2009 | 14:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Merokok bukan hanya merusak kesehatan, tetapi juga membuat
orang menjadi miskin. Orangtua miskin yang banyak menghabiskan duitnya untuk membeli rokok
mengorbankan kesehatan dan pendidikan anaknya. Uang untuk merokok seharusnya bisa dialihkan
untuk biaya pendidikan dan makanan yang bergizi bagi keluarga.
Demikian disampaikan Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sony
B Harmadi, di Jakarta, Rabu (22/7). Menurut dia, kemiskinan akibat merokok berpotensi terjadi dari
generasi ke generasi.
Penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi FEUI mendapatkan fakta, pada rumah tangga
perokok, pengeluaran rokok dan daun sirih per bulan sama dengan 17 kali untuk pengeluaran
daging, 15 kali untuk pengeluaran biaya kesehatan, sembilan kali untuk pengeluaran pendidikan,
lima kali untuk pengeluaran susu, dan dua kali untuk ikan. Dari data itu banyak sekali kesempatan
yang hilang karena pengeluaran digunakan untuk membeli rokok.
"Selain itu dari penelitian kami, jika ayah merokok maka anak juga akan merokok. Dan kemiskinan
juga akan terus berlanjut karena kualitas SDM anak rendah," terangnya.
Sony menuturkan, dirinya pernah menemukan seorang anak yang terpaksa harus putus sekolah
karena sebagian besar uang ayahnya digunakan untuk merokok. Anak itu harus bekerja dan tetap
hidup dalam kemiskinan. Kelak ketika besar dan memiliki keturunan kejadian yang sama akan
terulang kembali.

Untuk mengatasi hal itu, kata Sony, mata rantai yang ada harus diputus. Pemutusan dilakukan dari
generasi yang lebih muda. "Pemerintah dapat mengadakan program memberi bantuan sekolah gratis,
tapi dengan catatan orangtua tidak boleh merokok. Anak pun diawasi agar tidak merokok," jelas dia.
"Perketat juga iklan rokok agar anak tidak terpapar iklan itu. Jika mata rantai berhasil diputus, dana
yang ada bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berguna," tambahnya.

Rokok Bikin Kulit Makin Keriput


Senin, 13 Juli 2009 | 13:07 WIB

Merokok tak baik untuk setiap sel tubuh Anda. Berhentilah.


KOMPAS.com Ternyata bukan hanya berjemur yang mempercepat terjadinya penuaan pada
kulit. Rokok adalah saingan sinar ultraviolet dalam merusak sel-sel di bawah kulit. Bukan hanya
kulit di wajah, tetapi semua bagian tubuh yang tertutup kulit memiliki risiko yang sama karena asap
rokok menempel lebih lama di seluruh permukaan kulit.
Asap rokok membuat usia biologis kita berjalan lebih cepat, ucap Dr Stuttaford yang merupakan
editor medis di The Times, London. Salah satu bagian tubuh yang tertutup kulit dan berisiko lebih
tinggi untuk mengalami kerusakan jaringan kulit adalah payudara.
Kulit di sekitar payudara menurut Stuttaford akan mengendur dan berkeriput karena kolagen yang
ada di bawah kulit telah dikacaukan oleh asap rokok. Tidak hanya itu, kurangnya pasokan oksigen
akibat racun yang ada di dalam rokok membuat kulit berubah menjadi kusam. Jadi tidak ada
pilihan lain untuk membuat kulit tetap kencang hingga usia mapan, kecuali dengan berhenti
merokok! (Prevention/Siagian Priska)
Orang Tak Peduli Bahaya Rokok
Jumat, 10 Juli 2009 | 09:23 WIB

Shutterstock.com
Ilustrasi paru-paru milik perokok.

KOMPAS.com Syamsuir, warga Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, kini tak bisa bicara lagi.
Pasalnya, ia pernah terkena kanker pita suara. Sebabnya? Tak lain karena dia perokok berat selama
30 tahun. Satu hari tiga bungkus rokok ia sulut.
Syamsuir bekerja sebagai tukang reparasi jam. Penghasilannya tak seberapa. Jadi, untuk kebiasaan
merokok ia nyaris menghabiskan sebagian besar penghasilannya. Akibatnya? Di lehernya kini
terdapat lubang besar bekas operasi yang pernah dijalaninya. Dan, yang lebih ia sesali: suaranya pun
menghilang.
Syamsuir adalah satu dari jutaan korban akibat merokok. Di Indonesia, 70 persen dari 60 juta
perokok adalah mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Artinya, sudah
miskin, masih terjerat kebiasaan merokok yang menguras isi kantong.
Belum lagi sekitar 65,6 juta perempuan dan 43 juta anak-anak di Indonesia yang terpapar asap
rokok. Mereka ini adalah perokok pasif dan rentan pula terkena bermacam penyakit akibat rokok,
yakni bronkitis, paru-paru, kanker usus, kanker hati, stroke, dan berbagai penyakit lain.
Setiap tahun sekitar 200.000 kematian di Indonesia diakibatkan kebiasaan merokok. Sebanyak
25.000 korban adalah perokok pasif. Memang akibat rokok tak akan langsung muncul seketika.
Dampaknya baru tampak setelah 25 tahun sejak seseorang pertama kali merokok.
Peneliti senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sri Moertiningsih
Adioetomo, pernah menyatakan, dari sebuah studi ditemukan bahwa biaya rawat inap pengidap
penyakit akibat merokok mencapai Rp 2,9 triliun per tahun.
Indonesia memang hebat dalam hal konsumsi rokok. Bayangkan, kini Indonesia menduduki posisi
ketiga di dunia setelah China dan India untuk urusan konsumsi rokok. Pemerintah Indonesia dinilai
tidak memiliki kemauan politik untuk menangani persoalan rokok secara serius.
Bayangkan saja, Road Map Industri Rokok justru menargetkan penambahan konsumsi rokok. Pada
tahun 2005 konsumsi rokok di Indonesia mencapai 220 miliar batang rokok. Pada Road Map
Industri Rokok tahun 2015 ditargetkan konsumsi rokok meningkat menjadi 260 miliar batang.
Target 10 tahun meningkat 40 miliar batang. Sebanyak 40 miliar batang rokok dikonsumsi 10 juta
perokok. Artinya, dalam 10 tahun direkrut 10 juta perokok baru. Bisa dikatakan dalam satu tahun
ditarget 1 juta perokok baru atau 249 perokok baru per hari, kata Setyo Budiantoro dari Tobacco
Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI).
Siapakah perokok-perokok baru itu? Tentu saja para remaja. Tak heran industri rokok tak segan
membuang dana besar untuk belanja iklan. Baik iklan di televisi maupun di papan iklan jalanan.
Mulai dari konser musik remaja hingga acara olahraga.
Gambar di bungkus rokok
Melawan industri rokok dengan membalas memasang iklan bahaya rokok jelas tak mungkin. Jika
ingin menyelamatkan bangsa, terutama generasi muda, yang paling masuk akal dan paling mungkin
dilakukan adalah mengontrol industri rokok dan menerapkan aturan-aturan yang termaktub dalam
Framework Convention on Tobacco Control.
Salah satunya adalah dengan memasang gambar-gambar penyakit akibat rokok di bungkus rokok.
Bukan sekadar peringatan berukuran kecil dan nyaris diabaikan perokok karena tidak ada efek jera.
Pictorial graphic warning atau peringatan dengan gambar di bungkus rokok terbilang efektif.
Efektif karena menjangkau segala lapisan, ada efek repetitif karena akan dilihat 5.800-7.000 kali per
tahun oleh perokok yang merokok satu bungkus per hari.
Selain itu, pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan biaya, gambarnya pun jelas, kuat, dan besar,
lebih dari sejuta peringatan dengan kata-kata, kata Widyastuti Soerojo dari TCSC-IAKMI.

Peringatan dengan gambar terbukti efektif di beberapa negara, seperti di Kanada sebanyak 44 persen
perokok ingin berhenti, 58 persen perokok mulai memikirkan bahaya konsumsi rokok, 35 persen
perokok pengetahuannya akan bahaya rokok meningkat, dan 17 persen perokok menyembunyikan
bungkusnya karena tidak ingin orang lain melihat gambar peringatan tersebut.
Di Singapura, 47 persen perokok menjadi lebih jarang merokok, 57 persen perokok mulai berpikir
tentang dampak kesehatan, 71 persen perokok pengetahuannya meningkat, 25 persen perokok
termotivasi untuk berhenti, 28 persen perokok mengurangi jumlah rokok yang diisap, 14 persen
perokok tidak merokok di depan anak-anak, 12 persen perokok tidak merokok di depan perempuan
hamil, dan 8 persen perokok mengurangi rokok ketika di rumah.
Di Thailand, 92 persen perokok ingin berhenti merokok, 62 persen perokok mengurangi rokok, 20
persen perokok mencoba berhenti merokok, dan 25 persen perokok tetap merokok dengan jumlah
yang sama.
Di Brasil, 54 persen perokok berubah sikap tentang dampak merokok setelah melihat gambar di
bungkus rokok dan 67 persen perokok ingin berhenti merokok. Dampak lebih besar pada kelompok
pendidikan dan pendapatan rendah.
Yang memprihatinkan, rokok produksi Indonesia yang diekspor ke luar negeri, seperti Singapura,
Thailand, Malaysia, dan Brunei, telah ditempeli gambar-gambar penyakit akibat rokok. Namun,
rokok yang sama beredar di Indonesia tanpa ditempeli gambar-gambar penyakit akibat rokok.
Hal itu bisa diartikan, industri rokok patuh kepada pemerintah negeri tetangga. Jika demikian,
kenapa tidak diberlakukan aturan yang sama untuk bungkus rokok yang beredar di Indonesia? Tidak
ada alasan untuk tidak melaksanakan ketentuan internasional tersebut.
Awalnya memang sulit, tapi Pemerintah Hongkong akhirnya berhasil melaksanakan aturan-aturan
internasional itu, kata Dr Homer dari Tobacco Control Legislation di Hongkong.
Berkaca dari pengalaman negeri tetangga, Pemerintah Indonesia sudah saatnya mulai mencicil
melaksanakan aturan-aturan internasional tentang pengendalian dampak tembakau. Setidaknya,
dengan memberlakukan peringatan dengan gambar di bungkus rokok.

Pfizer Luncurkan Program Terapi Berhenti Merokok


Senin, 29 Juni 2009 | 03:28 WIB

Berhenti merokok
JAKARTA, KOMPAS.com-PT Pfizer Indonesia dan Klinik Berhenti Merokok Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta meluncurkan program terapi berhenti merokok selama tiga bulan.
"Ini sebagai bentuk keprihatinan dengan semakin tingginya jumlah perokok di Indonesia, khususnya
di Jakarta," kata Humas PT Indo Pacific Edelman-Health, Intan Wibisono di Jakarta, Minggu (28/6).

Menurut dia, dalam peluncuran program ini, juga dilakukan diskusi bertopik "Keinginan Kuat Saja
Tidak Cukup, Berhentilah Merokok Dengan Dukungan Keluarga dan Teman. "Bersama Kita Bisa"
yang digelar pada Senin (29/6) di Gedung Annex, Wisma Nusantara Jakarta.
Dengan pembicara, kata dia, Dokter spesialis paru dari Klinik Stop Merokok RS Persahabatan, Dr
Ahmad Hudoyo SpP (K), Dokter spesialias kejiwaaan RS Persahabatan Dr Tribowo T Ginting SpKJ,
dan Manajer Pemasaran PT Pfizer Indonesia, Christina Limewaty.
"Kami berharap dari diskusi ini dapat diketahui lebih jauh program tersebut," katanya.
Ia menjelaskan, kegiatan ini sebagai bentuk komitmen PT Pfizer Indonesia yang merupakan
perusahaan internasional dalam bidang kesehatan dalam mengoptimalkan dukungan untuk
memberikan bantuan kepada perokok yang ingin berhenti merokok.
"Pfizer prihatin dengan semakin tingginya jumlah perokok yang berdampak buruk terhadap perokok
aktif maupun pasif," katanya.
Dapat dipahami merokok merupakan kebiasaan yang sulit ditinggalkan karena sifat adiktif nikotin,
namun keinginan berhenti merokok dapat dibantu dengan dukungan dari lingkungan serta terapi
medis.
Di Indonesia, kini terdapat 62,8 juta lebih perokok di Tanah Air yang sulit menghindari dan
mencegah kecanduan rokok meskipun berdampak negatif. Dalam urusan perokok, Indonesia
ternyata menduduki peringkat ke-3 dunia dan bahkan, nomor satu di Asia Tenggara.

Matikan Rokok, Sebelum Rokok Mematikan Anda!


Selasa, 12 Mei 2009 | 10:14 WIB
Hal pertama yang diperlukan untuk berhenti merokok adalah niat.
JAKARTA, KOMPAS.com Mari berhenti merokok! Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh
RS Pusat Kanker Nasional Dharmais mengatakan, 90 persen kanker paru dan 30 persen kanker
lainnya akan dapat dicegah dengan cara berhenti merokok.
Lebih lanjut juga dituliskan apa saja manfaat yang dapat kita peroleh jika berhenti merokok.
Pertama, dengan tidak lagi merokok berarti kita mengurangi risiko terkena serangan jantung, kanker
paru, penyakit paru kronik, obstruktif, stroke, tukak lambung, hambatan pertumbuhan janin,
gangguan kehamilan dan persalinan, impoten dan infertilitas, dan osteoporosis.
Penyakit tersebut siap menyerang kita karena di dalam satu batang rokok ada setidaknya 4.000
bahan kimia, 400 di antaranya beracun dan kira-kira 40 di antaranya dapat menyebabkan kanker.
Ada 3 racun yang paling berbahaya, yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida. Nikotin yang hanya
butuh 10 detik untuk mencapai otak membuat kita ketagihan.
Kedua, bernapas dengan lebih mudah dan mempunyai stamina yang lebih baik. Ketiga, menghemat
pengeluaran kita dari membeli rokok. Jika dalam sehari kita menghabiskan sebungkus rokok, maka
kira-kira kita akan menghemat Rp. 5.475.000 selama setahun. Jika lebih dari sebungkus, maka
semakin banyak penghematan yang kita lakukan.
Keempat, menghemat biaya pengobatan dan pembayaran asuransi. Kelima, mempunyai gigi yang
lebih bersih, napas, baju, kamar, rumah, dan mobil yang tidak berbau.
Keenam, ini yang sangat penting bahwa dengan berhenti merokok kita menyelamatkan orang-orang
di sekeliling kita yang tidak merokok, terutama anak-anak dan istri kita. Karena perokok aktif hanya
mengisap 25 persen asap rokok yang berasal dari ujung yang terbakar, sementara 75 persen lainnya
diberikan kepada nonperokok.

Anak-anak dengan orangtua perokok aktif berisiko menderita penyakit napas, misalnya asma, dua
kali lebih besar dari anak yang orangtuanya tidak merokok. Mempersiapkan diri untuk berhenti
merokok harus diawali dengan niat dan motivasi yang kuat.
Jadi, matikanlah rokok Anda, sebelum rokok mematikan Anda!

Perokok Pasif Tampung 75 Persen Asap Rokok


Senin, 11 Mei 2009 | 23:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi siapapun yang tidak merokok, informasi yang dikeluarkan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencengangkan. Bagaimana tidak, ternyata
perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok yang berasal dari ujung yang terbakar,
sementara 75 persen lainnya untuk yang mengisap asapnya.
Tidak itu saja, mereka yang tidak merokok atau perokok pasif juga ketambahan separuh asap yang
diembuskan si perokok. Yang jelas, dari hembusan asap rokok tersebut para perokok pasif mengisap
4.000 jenis bahan kimia saat terpapar asap rokok orang lain.
Dari sekian banyak bahan kimia tersebut ada 3 jenis bahan kimia beracun yang paling mematikan di
dalam asap rokok. Bahan tersebut adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar dapat mengiritasi
paru-paru dan menyebabkan kanker.
Nikotin adalah racun yang menyebabkan kecanduan. Zat yang dapat bergabung dengan zat beracun
lain ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan karbon monoksida adalah gas
beracun yang menghalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh.
Nah, YLKI menuliskan dengan amat jelas, para perokok pasif mengisap tar tiga kali lebih banyak,
nikotin tiga kali lebih banyak, dan karbon monoksida lima kali lebih banyak daripada si perokok
sendiri.
Fakta ini tidak bisa dianggap remeh jika melihat berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan dari asap
rokok. Asap rokok itu meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker paru hingga 30 persen.
Selain itu juga terkait dengan penyakit kronis lainnya seperti kanker mulut, kanker lambung dan
kanker hati bisa meningkat hingga 8,17 kali lebih besar.
Asap rokok juga berdampak pada kehamilan dengan resiko bayi prematur, sindroma kematian bayi
mendadak, pertumbuhan janin terhambat dan keguguran.
Terakhir, anak-anak dengan orangtua perokok aktif berisiko menderita penyakit napas, misalnya
asma, dua kali lebih besar dari anak yang orangtuanya tidak merokok. Selain penyakit napas, anak
tersebut juga berisiko terkena penyakit telinga tengah dan mengalami keterlambatan pertumbuhan
dan menurunnya fungsi paru.

18 Cara Cegah Asma Kambuh


Minggu, 10 Mei 2009 | 05:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit asma tidak bisa disembuhkan, namun dapat dicegah dengan
cara menghindari pencetusnya. Bagi orangtua yang merokok, segera hentikan! Asap merupakan
pencetus utama asma, terutama bagi anak.
Seperti dikutip dari Majalah Info Asma yang diterbitkan Yayasan Asma Indonesia, ada 18 cara yang
dapat digunakan untuk menghindari pencetus asma, antara lain:
1. Kasur dan tempat tidur dan bantal kapuk sebaiknya diganti busa kemudian dimasukkan dalam
kantong vinil dengan risleting atau dibungkus kantong plastik dan direkat dengan selotip seperti
membungkus kado.
2. Sprei, selimut, sarung bantal dan guling lebih sering dicuci minimal sekali seminggu dengan air
panas (55-60 derajat C).
3. Lantai dibersihkan dengan lap basah satu kali setiap hari.
4. Tirai gorden dicuci setiap dua minggu.
5. Lemari, rak dan laci dibersihkan dengan lap basah serta paling banyak hanya boleh 3 buah buku
yang diletakkan di dalamnya.
6. Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu. Kalau tidak, bisa juga secara teratur dihisap
dengan filter high efficiency particulate air (HEPA) dan kantung debu dua rangkap.
7. Buku, majalah dan mainan jangan ada di kamar tidur. Jika memang harus ada, maka masingmasing hanya boleh 3 buah. Lebih sedikit barang-barang tersebut di kamar tidur, itu lebih baik.
8. Boneka dan mainan yang terbuat dari kain sebaiknya dicuci dengan air panas setiap minggu.
9. Hindari asap dari obat nyamuk bakar dan asap dapur.
10. Gunakan kipas angin di dapur dan kamar mandi untuk mengusir asap dapur dan bau yang tajam.
11. Binatang peliaraan yang berbulu sebaiknya tidak ada di rumah anak yang menderita asma. Atau
paling tidak binatang tersebut tidak berada di kamar tidur dan ruang utama.
12. Mandikan binatang peliaraan dua kali seminggu.
13. Pakaian paling lama jangan lebih dari 2 minggu di dalam lemari, setelah itu harus dicuci kembali
atau dipindah ke kamar lain. Bila tidak memungkinkan maka dibungkus kantong plastik dan direkat
selotip seperti membungkus kado.
14. Air conditioner (AC) jangan terlalu dingin dan filternya dibersihkan sekali seminggu.
15. Gunakan filter udara HEPA terutama di kamar tidur dan ruang utama.

16. Bersihkan lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat lembab, sisa makanan, sampah terbuka
dan tempat lainnya.
17. Gunakan pembasmi kecoa.
18. Perbaiki semua kebocoran atau sumber air yang berpotensi menimbulkan jamur, seperti dinding
kamar mandi, bak mandi, keran lain dan tempat lainnya.
Mari perhatikan kesehatan lingkungan hidup kita, demi terjaganya kualitas hidup penderita asma.

Asma Tak Bisa Disembuhkan, Hanya Dikontrol


Senin, 4 Mei 2009 | 14:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Asma bisa mengakibatkan kematian, tapi kerap disepelekan. Jika pun
tidak menyebabkan kematian, asma juga tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol.
"Untuk mengkontrol asma ada obat yang disediakan. Ini berbeda dengan obat asma biasa," kata
Ketua Dewan Asma Indonesia (DAI) Prof. dr. Faisal Yunus, Ph.D, SpP(K), FCCP saat jumpa pers
Hari Asma Dunia 2009 dengan tema 'Anda Bisa Mengontrol Asma Anda, Bertindak Sekarang!' di
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Senin (4/5).
Ia mengatakan, konsep penanganan asma masih berorientasi pada pengobatan gejala/serangan asma,
bukan pada pencegahan agar serangan tersebut dapat ditekan bahkan dihilangkan. Untuk kondisi ini,
istilah yang dipakai adalah Kontrol Asma. Penanganan penyakit ini memerlukan waktu yang
panjang.
Selanjutnya, Faisal mengatakan bahwa untuk pengontrolan asma telah dilakukan penelitian tahun
1997. Penelitian tersebut soal manfaat penggunaan secara bersamaan obat bronkodilator (pelega
napas) dan controller (pengontrolan) inhalasi/ obat hisap pada penderita asma dengan tujuan khusus
pada perbaikan klinis dan biaya pengobatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan keduanya secara bersamaan
ternyata bisa mengurangi serangan asma, kunjungan ke Unit Gawat Darurat akibat asma dan biaya
pengobatan. "Sekalipun demikian, memang obat contoller atau inhalasi itu mahal," kata Faisal.
Menurut informasi yang didapat harga obat tersebut berkisar Rp. 250.000.
Pemakaian obat tersebut, jelasnya, tergantung dari derajat asma yang diderita atau tingkat keparahan
dari pasien. "Sehari bisa sakali atau dua kali hisap, tergantung derajat asmanya. Dengan pemakaian
tersebut satu obat bisa dipakai sebulan," ungkap Faisal. Tingkat terkontrolnya pasien, tambahnya,
lamanya juga tergantung derajat asmanya, ada yang 3 bulan/ 6 bulan atau bahkan 1 tahun.
Setelah masa tersebut, masih kata Faisal, pasien akan dilihat apakah obatnya bisa diturunkan
dosisnya atau tidak. "Pengobatan ini membuat kualitas hidup penderita asma akan meningkat, jika
pengobatannya rutin. Sekalipun pada umumnya mereka seumur hidup mengkonsumsi obat supaya
terkontrol tetapi ada juga yang pada akhirnya bebas sama sekali," kata Faisal.
Upaya pengkontrolan asma ini penting dan mendesak untuk dilakukan karena dari data yang
disampaikan Faisal, untuk kasus di Asia para penderita asma bisa dikatakan tidak terkontrol. Di
Indonesia, 36 persen penderita asma terkontrol sebagian dan 64 persennya tidak terkontrol penuh.
Dengan demikian tidak ada yang terkontrol. Kondisi ini mirip dengan yang dialami Thailand, India
dan Srilanka.

12,5 Juta Penduduk Indonesia Menderita Asma


Senin, 4 Mei 2009 | 12:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, saat ini ada 300 juta
penderita asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta penderita asma. Sebanyal 95
persen di antaranya adalah penderita asma tak terkontrol.
Data ini disampaikan oleh Prof dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP, Ketua Umum Dewan Asma
Indonesia (DAI), saat jumpa pres Hari Asma Dunia 2009 di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
Senin (4/5). "Hari Asmanya sendiri baru besok. Kami prihatin dengan data tersebut karena asma,
selain menyebabkan kematian, juga dapat menurunkan produktivitas penderitanya," kata Faisal pada
acara yang bertema "Anda Bisa Mengontrol Asma Anda, Bertindaklah Sekarang."
Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa, secara sederhana, penderita asma tak terkontrol tersebut
bisa mengganggu aktivitas penderitnya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Adapun untuk asma
terkontrol setidaknya memiliki 5 ciri. Ciri yang dimaksud seperti tanpa ada gejala asma pada siang
atau malam hari, tidak terhambat dalam melaksanakan aktivitas, memiliki fungsi paru yang normal,
tidak menggunakan pelega, dan tidak lagi berkunjung ke unit gawat darurat terkait asma yang
dideritanya.
Mengenai angka kematian akibat asma, ternyata hal itu tidak bisa dianggap remeh. "Di dunia,
penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian. Paling banyak adalah di negara-negara anglosaxon seperti Inggris, Australia, New Zealand, Kanada, dan Amerika. Sementara itu, di Indonesia,
asma menjadi penyebab kematian peringkat keenam," kata Faisal
Untuk itulah, dengan menggunakan momen Hari Asma Dunia, DAI mengharapkan semakin banyak
masyarakat untuk mewaspadai penyakit ini. "Kami berharap ada kesadaran bahwa asma itu bisa
dikontrol sehingga tingkat kematian bisa ditekan dan penderita bisa melakukan aktivitasnya secara
normal," harap Faisal.

Wanita Lebih Berisiko Terkena Kanker Paru-paru


Jumat, 8 Mei 2009 | 14:55 WIB

shutterstock
Lebih cerdas untuk menjauhi rokok dan asapnya, lindungi paru-paru Anda.
KOMPAS.com Sebuah studi di Swiss menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terkena kanker
paru-paru akibat rokok. Studi yang melibatkan 683 pasien kanker selama 5 tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki adenocacinoma, sebuah bentuk dari penyakit ini.
Kepala penelitian ini juga mengatakan, penemuan mereka menyatakan bahwa wanita mudah terkena
dampak dari karsinogen tembakau. Sementara di Amerika, para peneliti menemukan bahwa para
wanita cenderung memiliki gen yang bisa mendorong pertumbuhan kanker paru-paru. Hal ini juga
disetujui oleh dr Enriqueta Felip, ketua panitia sebuah konferensi kanker di Swiss. Terdapat bukti

yang terus berkembang bahwa wanita memiliki kecenderungan untuk terkena dampak lebih lama
akibat rokok.
Pada tahun 1900-an, kanker paru-paru sangat jarang ditemukan pada wanita. Namun, sejak tahun
60-an telah tercapai suatu proporsi epidemis, dan menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor
1 di Amerika Serikat. Salah satu penyebabnya pun bisa jadi karena para wanita lebih waspada
terhadap jenis kanker lain, seperti kanker payudara, sehingga lengah terhadap kanker paru-paru.
Tampaknya kepedulian para wanita terhadap kanker paru-paru perlu mulai ditingkatkan. Meski
pemerintah Jakarta sudah memberlakukan aturan ruang merokok di daerah utama, tetapi jangan
abaikan pula daerah lainnya. Belum lagi jika para wanita merupakan korban dari asap rokok orang
lain. Sudah saatnya para wanita sadar akan kesehatan tubuhnya sendiri dan keadaan di sekitarnya.
Jangan malu jika Anda menegur orang di sekitar Anda yang tak memedulikan keadaan dan
menyalakan rokok di tempat umum yang penuh orang. Anda memiliki hak untuk menghirup udara
segar.

Anda mungkin juga menyukai