PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar terutama di negara
berkembang, selain itu di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara
negara Eropa juga banyak kasus yang terjadi (Setyoningrum, 2006).
Dari data Southeast Asia Medical Information Center (SEAMIC) Health
Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand, dan nomor 3 di Vietnam. Insidensi pneumonia komunitas di Amerika
adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian
utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Di Amerika dengan cara
invasive pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia
sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka
pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris (Anonim,
2003). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan
11,6%.
Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2
tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi) (Depkes, 2011). Pneumonia yang terjadi pada balita
akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek daripada orang dewasa karena pada
balita sistem pertahanan tubuh yang dimiliki relative rendah. Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang
dengan baik (Price and Wilson, 2006).
Pneumonia aspirasi merupakan salah satu masalah gangguan pernafasan yang sering
dijumpai pada bayi. Penyakit aspirasi pneumonia merupakan penyebab utama
kematian BBLR. Hal ini disebabkan oleh reflek menelan dan reflek batuk yang
1
belum sempurna. Aspirasi pada bayi terjadi ketika pemberian makanan oral dimulai
atau cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi (sindrom
aspirasi mekonium ) yang menderita gwat janin. Kejadian ini merupakan 10- 20 %
dari seluruh kehamilan.
Kira-kira 10% pasien yang diopname pasca intoksikasi atau overdosis
obat/racun akan menjadi pneumonitis aspirasi. Secara internasional Pneumonia
aspirasi dipertimbangkan sebagai penyakit yang paling sering, namun tak ada
statistik yang menunjukkannya. Angka kematian/kesakitan dihubungkan dengan
pneumonia aspirasi yang mirip dengan community-acquired Pneumonia pada kirakira 1% pasien yang rawat jalan dan meningkat hingga 25% pada pasien yang
diopname. Angka kematian ini cakupannya tergantung pada hadirnya faktor
penyulit atau komplikasi. Tingkat kematian akibat
pneumonitis aspirasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA ASPIRASI
1. Pengertian
Pnemonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius. Pneumonia aspirasi adalah suatu jenis pneumonia (radang
paru) yang disebabkan masuknya benda (biasanya cairan) ke dalam paru. Bila
orang minum, maka klep ke arah paru akan tertutup dan minuman akan masuk ke
dalam saluran cerna menuju lambung.
Pnemonia aspirasi sering terjadi pada bayi dan anak. Biasanya terjadi karena
reflek batuk dan reflek dan reflek muntah yang belum sempurna. Kalau cairan,
misalnya mekonium, ASI, makanan dan cairan lambung masuk ke dalam paru maka
segala kotoran yang berisi berbagai jenis kuman juga tentunya akan masuk ke
dalam saluran napas di paru. Hal ini akan menyebabkan radang paru yang hebat
dengan angka kematian yang tinggi. Karena itu, cairan yang ada di paru harus
dibersihkan dengan alat bronkoskop oleh seorang dokter paru yang terlatih.
2. Etiologi
Pnemonia aspirasi terjadi karena masuknya benda ( biasanya cairan ) ke dalam
paru.
Predisposisi :
-
Kesadaran menurun
Prematur
3. Manifestasi klinik
Gejala yang timbul dapat beragam,
o
Demam tinggi
Rales ( ronki )
Wheezing
Nyeri abdomen
yang ada riwayat masuknya cairan ke dalam paru, misalnya batuk-batuk (tersedak)
ketika minum atau makan .
Orang dewasa maupun anak-anak bisa terkena pneumonia aspirasi. Yang penting
ada riwayat masuknya makanan/minuman ke dalam paru. Untuk kasus ini mungkin
anak-anak yang lebih banyak karena anak-anak lebih rentan dan lebih mudah
gelagepan sehingga air masuk ke dalam parunya.
4. Komplikasi
a.
b.
c.
Gagal pernafasan
d.
e.
f.
Ronki
g.
Wheezing
h.
Malayse, letargi
i.
Anoreksia, BB menurun
j.
Nyeri abnomen
5. Penatalaksanaan
Penanganan awal atau darurat bagi penderita adalah pasien dibuat sadar dulu,
diresusitasi, lalu segera dibawa ke RS.
Untuk pengobatan pneumonia aspirasi harus dilakukan dengan antibiotika yang
kuat dan harus diberikan dalam bentuk suntikan langsung ke pembuluh darah. Jenis
antibiotika yang dapat diberikan :
sefalosporin, atau
pasien
mungkin
perlu
dilakukan
tindakan
bronkoskopi
dengan
memasukkan alat yang namanya bronkoskop dari mulut atau hidung langsung
masuk ke dalam saluran napas di paru. Bila keadaan cukup berat, pasien perlu
perawatan di ICU dengan menggunakan ventilator.
Pneumonia aspirasi akan bergantung pada daya tahan tubuh pasiennya, bahan
yang teraspirasi ke dalam paru, serta ada tidaknya komplikasi. Selain itu yang
penting cepat dan baik atau tidaknya pelayanan kesehatan yang diberikan. Bila
tidak segera ditangani, tentu saja dapat terjadi kematian.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
Wawancara
Ibu mengatakan anak sesak nafas dan kadang nafas anak berbunyi
Ibu mengatakan anak tidak mau menetek dan mulut terlihat kering
b. Pemeriksaan Fisik
1)
Keadaan umum
letargi
2)
TTV
: Suhu : 39-40 C
Hidung
: Sianosis
4)
Mulut
5)
Sistem pernafasan :
- Inspeksi : Retraksi dinding dada, pernafasan cuping hidung, nafas cepat
dan dangkal, batuk produktif
- Palpasi : Femitus raba meningkat pada daerah yang sakit
- Perkusi : redup
- Auskultasi : ronki, weezing
6)
Sistem KV
: Takikardi, hipoksia
7)
Sist Genitourinarius
8)
Sist GIT
Sist integument
10)
Sist muskuloskletal
2)
WBC
ANALISA DATA
N
O
1.
DATA
DS:
DO :
2.
DS :
DO :
ETIOLOGI
MASALAH
napas
anak pucat
batuk produktif
nal lemah
dipneu
auskultasi paru : ronki,
wheezing
perkusi redup
WBC <15000/mm
Pernapasan dangkal
Gerakan dada tidak
simetris
Peningkatan sekresi Gangguan pertukaran gas
Ibu mengatakan anak dan
akumulasi
sesak nafas dan kadang eksudat
nafas berbunyi
Ibu mengatakan anak
lemah
dan
terlihat
mengantuk
Ibu mengatakan anak
pucat
TTV :
Nadi : 130 x permenit
nafas : > 50 x/ mnt
sianosis
hipoksia
pernafasan
cuping
hidung
retraksi dinding dada
fremitus
raba
8
3.
DS :
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Ibu
mengatakan
anaknya
hanya
berbaring saja
Ibu mengatakan anak
sering sesak napas
secara tiba-tiba
Ibu
mengatakan
anaknya tidak mau
makan
DO :
Dyspneu
Anak terlihat lesu
Anak rewel dan gelisah
Anak terlihat pucat
Konjungtiva anemis
Anak sering batuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran kapiler alveolar
3. Intolerans aktivitas b.d kelemahan umum
NANDA
NOC
NIC
Kerusakan
NOC :
pertukaran gas b/d - Respirasi ventilasi
mekanik dewasa
ketidakseimbanga
- Status respirasi :
n perfusi pertukaran gas
ventilasi
NIC :
Manajemen asam basa
Menjaga akses paten IV
Menjaga jalan napas paten
Memantau gas darah arteri
( GDA ) dan kadar elektrolit
Respirasi ventilasi
serum dan urin , yang sesuai
mekanik dewasa :
Pantau pola pernapasan
Tingkat pernapasan
Memberikan terapi oksigen ,
spontan
jika perlu
Irama pernapasan spontan
Memantau faktor penentu
Kedalaman pernapasan
pengiriman oksigen jaringan
spontan
(misalnya , PaO2 , SaO2, dan
Denyut jantung apical
tingkat hemoglobin dan curah
Saturasi oksigen
jantung ) , jika tersedia
keseimbangan ventilasi
Memberikan dukungan ventilasi
perfusi
mekanis , jika perlu
Pantau status hemodinamik ,
termasuk CVP , MAP , PAP ,
Status respirasi :
dan tingkat PCWP , jika tersedia
Pantau hilangnya asam
pertukaran gas :
( misalnya , muntah , keluaran
Tekanan oksigen sebagian
nasogastrik , diare , dan
dalam darah arteri
diuresis ) , yang sesuai
Tekanan karbondioksida
Promosikan orientasi
sebagian dalam darah
Menyediakan sering kebersihan
arteri
mulut
pH arteri
Anjurkan pasien dan / atau
Saturasi Oksigen
keluarganya tentang tindakan
Foto sinar-X dada dalam
dilembagakan untukmengobati
rentang yang diharapkan
ketidakseimbangan asam-basa
Keseimbangan perfusi
Pantau status neurologis
ventilasi
( misalnya , tingkat kesadaran
Kegelisahan
dan kebingungan )
Sianosis
Monitor asam basa
Mengambil darah untuk
10
NOC :
Respiratory status :
ventilationrespiratory
status : airway patency
Vital sign status
NIC :
Airway management
- Buka jalan nafas
- Posisikan pasien
- Identifikasi perlunya
pemasangan alat bantu
- Pasang mayo jika perlu
Kriteria hasil :
- Lakukan fisioterapi dada
- Mendemonstrasikan batuk - Keluarkan secret dengan batuk
efektif
atau suction
- Menunjukkan jalas nafas
- Auskultasi suara nafas
yang paten
- Berikan bronkodilator bila
- Tanda vital dalam batas
perlu
normal
- Atur intake cairan
- Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
12
Bersihan jalan
NOC
nafas tidak efektif Status Respirasi :
b.d. peningkatan
Kepatenan Jalan Napas
sekret Kriteria hasil:
Tingkat pernapasan
Irama pernapasan
Kedalaman pernapasan
Kemampuan
membersihkan secret
Cemas
Cuping hidung
Batuk
NIC
Manajemen Jalan Nafas
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan potensi
ventilasi
Melakukan fisioterapi dada
yang sesuai
Bersihkan sekret dengan
menganjurkan batuk atau
suction
Menginstruksikan cara batuk
efektif
Auskultasi bunyi nafas,
mencatat daerah menurun atau
hilangnya ventilasi dan bunyi
tambahan
Mengelola perawatan nebulizer
ultrasonik yang sesuai
Mengelola udara lembab atau
oksigen yang sesuai
Mengatur asupan cairan untuk
13
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
Posisi untuk mengurangi
dyspnea
Memonitor pernapasan dan
status oksigenasi yang sesuai
Terapi Oksigen
Mengatur Posisi
14
15