Tugas Mandiri
Stase Peminatan Kamar Operasi
Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM
Disusun Oleh:
Rida Anita Yunikawati
13/362189/KU/16917
A. Definisi
Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus
masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi.
Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien).
Perjalanan penyakit ini bersifat progresiv. Insiden 70% terjadi pada usia < 1 tahun
tersering usia 6-7 bulan, anak laki-laki lebih sering dibandingkan anak perempuan (De
Jong, 2005).
Suatu invaginasi atau intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong
sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga
seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah
kaudal. (Nelson, 1999).
B. Insidensi
Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, umumnya ditemukan pada anak
anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak.
Biasanya invaginasi ditemukan lebih sering pada anak laki laki. Daerah yang secara
anatomis paling mudah mengalami invaginasi adalah ileo coecal, dimana ileum yang
lebih kecil dapat masuk dengan mudah ke dalam coecum yang longgar. Invaginasi dapat
menyebabkan obstruksi usus baik partiil maupun total. Intususepsi paling sering
mengenai daerah ileosekal, dan lebih jarang terjadi pada orang tua dibandingkan dengan
pada anak-anak.
Pada kebanyakan kasus pada orang tua dapat diketemukan penyebab yang jelas,
umumnya tumor yang membentuk ujung dari intususeptum. Invaginasi atau intususepsi
merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila tidak ditangani segera dan tepat akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut. Hampir 70% kasus invaginasi terjadi pada anakanak umur kurang dari 1 tahun, paling sering dijumpai pada ileosekal. Invaginasi sangat
jarang dijumpai pada orang tua, serta tidak banyak tulisan yang membahas hal ini secara
rinci.
1) Appendix
Merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon
asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.
2) Usus Besar
Menghasilkan lender dan berfunggsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika
mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rectum
bentuknya menjadi padat. Usus besar terdiri dari :
- Sekum: Usus besar dimulai dengan sekum, yang seperti kantong dalam struktur
dan menghubungkan ileum (bagian terakhir dari usus kecil) ke kolon asendens.
Hal ini dipisahkan dari ileum oleh katup ileocecal atau katup Bauhin dan dari
kolon asendens oleh persimpangan cecocolic. Ini adalah sekitar enam sentimeter
panjang dan lampiran berbentuk ulat menggantung dari sekum.
-Kolon Ascending : usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas
sampai mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan
pergantian usus dekat hati. Dengan kata lain, hati fleksura adalah tikungan antara
jejunum (Snel, 89). Sedangkan menurut schrock 1988 panjang usus halus manusia
dewasa adalah 5-6 m. Batas antara duodenum dan jejunum adalah ligamentum
treits.Jejunum dan ileum dapat dibedakan dari :
1. Lekukan lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga atas
peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum ; ileum terletak
pada bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada
ileum Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang
lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan pada
jejunum lebih berdekatan ; sedangkan pada bagian atas ileum lebar, dan
pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas dan
kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan
aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya menmbentuk satu atau dua
aarkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke
dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang
pendek, yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan
lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak
ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa ileum
bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.
Perbedaan
usus
halus
dan
usus
besar
pada
anatomi
adalah
Perbedaan eksterna
1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobil, sedangkan colon asenden
dan colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
2. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan dengan usus besar
yang terisi.
3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke
bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.
4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus.
Pada usus besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalam tiga
pita yaitu taenia coli.
5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada
dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan
appandices epiploideae.
6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.
Perbedaan interna :
1. Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan
plica silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2. Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar tidak
mempunyai.
3. Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus
halus , jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar
D. Etiologi
Etiologi Invaginasi ini terbagi dua : Idiophatic dan Kausal
a.
Idiophatic
Sekitar 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak
dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile idiphatic
intussusceptions. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding
ileum terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga
sebagai akibat infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point)
terjadinya invaginasi.
b. Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya
kelainan usus sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckels
diverticulum, polip usus, leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep
nevi, lymphoma, duplikasi usus. Gross mendapatkan titik awal invaginasi berupa :
divertikulum Meckel, polip,duplikasi usus dan lymphoma pada 42 kasus dari 702
kasus invaginasi anak. Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab
invaginasi pada anak yang berusia diatas enam tahun. Invaginasi dapat juga
terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua minggu pasca bedah,
hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang
kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.
E. Faktor faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi
perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai
sebagai penyebab terjadi invaginasi. Invaginasi kadang kadang terjadi setelah / selama
enteritis akut, sehingga dicurigai akibat peningkatan peristaltik usus. Akan tetapi dari
hasil penelitian hampir 70 % kasus invaginasi terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1
tahun . Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata kuman rota virus adalah
agen penyebabnya, pengamatan 30 kasus invaginasi bayi ditemukan virus ini dalam
fesesnya sebanyak 37 %. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian
insidens adenovirus dalam feses penderita invaginasi.
F. Patofisiologi
Suatu segmen usus berikut mesenterium atau mesokolon masuk ke lumen usus
bagian distal oleh suatu sebab. Proses selanjutnya adalah proses obstruksi usus
strangulasi berupa rasa sakit dan perdarahan peranal. Sakit mula-mula hilang timbul
kemudian menetap dan sering disertai rangsangan muntah. Darah yang keluar peranal
merupakan darah segar yang bercampur lendir. Proses obstruksi usus sebenarnya sudah
terjadi sejak invaginasi, tetapi penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu, umumnya
setelah 10-12 jam sampai menjelang 24 jam (Stead et al, 2003).
Perubahan
patologik
yang
diakibatkan
intususepsi
terutama
mengenai
Gambar Invaginasi
G. Pathway
H. Jenis Invaginasi
Jenis invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana yang
terlibat, pada ileum dikenal sebagai jenis ileo ileal. Pada kolon (colon masuk ke dalam
colon) dikenal dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal (Ileum masuk ke dalam
colon ascendens pada katub ileocaecal) disebut ileocaecal, jenis jenis yang disebutkan
di atas dikenal dengan invaginasi tunggal dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan. Jika
dijumpai dindingnya terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang lebih
lanjut disebut jenis invaginasi ganda, sebagai contoh adalah jenis jenis ileo ileo colica
(usus kecil masuk ke dalam usus kecil)
Intestinal obstruksi terdapat dua bentuk yaitu : mekanik obstruksi dan neurogenik
obstruksi paralitik (Meingots 90 ; Bailey 90).
Menurut etiologinya ada 3 keadaan :
1.
2.
3.
Menurut tinggi rendahnya dibagi : obstruksi usus halus letak tinggi , obstruksi usus
halus letak rendah dan obstruksi usus besar. Berdasarkan waktunya dibagi :
1.
2.
3.
Adhesion
2.
Hernia
3.
Neoplasma
4.
Intussusception
5.
Volvulus
6.
benda asing
7.
batu empedu
8.
imflamasi
9.
stricture
I. Manifestasi Klinis
Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran sebagai
berikut : Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik,
tiba tiba
tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini
berlangsung dalam beberapa menit. Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal
kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya
berulang ulang dengan jarak waktu 15 20 menit, lama serangan 2 3 menit.
Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan muntah berisi
cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali serangan dan setiap
kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan
tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi
gangguan pada isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa,
kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa darah
segar bercampur lendir tanpa feses. Karena sumbatan belum total, perut belum kembung
dan tidak tegang, dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi
sebagai suatu massa tumor berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah atau kiri bawah.
Gejala klinis dari invaginasi adalah TRIAS gejala yang terdiri dari:
1) Nyeri perut yang bersifat kolik,
2) Muntah,
3) Berak lendir darah (red currant jelly = selai kismis merah).
Sekum yang teraba kosong disebut dengan dances sign. Pada colok dubur
(rectal toucher) dapat ditemukan sebagai berikut:
1) Tonus sfingter ani melemah,
2) Mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio/pseudo portio
(portio like appearance),
3) Bila jari di tarik, maka akan keluar darah bercampur lendir (Currant jelly
stools).
J. Diagnosis
Penemuan klinis tergantung dari lamanya invaginasi terjadi. Umumnya bayi
dalam keadaan sehat dan gizi baik. Mungkin beberapa hari sebelumnya menderita radang
saluran nafas atau diare. Bayi tiba-tiba menangis seperti menahan sakit untuk beberapa
menit kemudian diam, main-main atau tidur kembali. Sering disertai muntah berupa
minuman/makanan yang masuk. Untuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi. Gejala klinis yang menonjol
dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, nyeri bersifat serang serangan.,
nyeri menghilang selama 10 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya
tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias
invaginasi. Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun,
sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak anak yang mulai berjalan dan
mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit
perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada
muntah, buang air besar campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan
invaginasi.
K. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit (
leukositosis > 10.000/mm3.). 1.10.
L. Pemeriksaan Radiologi
Photo polos abdomen : didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus
terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda tanda obstruksi usus dengan
gambaran air fluid level. Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi.
Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis
dikerjakan bila gejala gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak
gambaran cupping, coiled spring appearance.
digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi, dimana akan terlihat gambaran
cupping dan coilspring
M. Penatalaksanaan
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan
diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama
maka akan memberikan prognosis yang lebih baik. Penatalaksanaan penanganan suatu
kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dahulu mencakup dua tindakan penanganan
yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema
2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan,
resusitasi cairan, dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai
tanda gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian
dari jumlah leukosit maka saat ini antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik
seperti Demerol dapat diberikan (1mg/ kg BB) untuk menghilangkan rasa sakit.
1. Reduksi Dengan Barium Enema
Untuk tujuan terapi, barium enema dikerjakan dengan tekanan hidrostatik
untuk mendorong usus yang masuk ke arah proksimal. Peritonitis merupakan
kontra indikasi dilakukan reposisi dengan barium enema. Reposisi berhasil bila
setelah rectal tube ditarik dari anus maka barium keluar dengan disertai massa
feses dan udara (menyemprot); pada fluoroskopi terlihat ada reflux barium
kedalam lumen ileum dan massa tumor hilang.. Barium enema dapat diberikan
bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada
foto abdomen
Dijumpai tanda tanda peritonitis
Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam
Dijumpai tanda
tanda dehidrasi berat.
Usia penderita diatas 2 tahun
Hasil reduksi ini akan maksimal jika dilakukan dalam keadaan tenang
tidak menangis atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif
sangat membantu. Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan
difiksasi dengan plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer
yang terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi
dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan
dibuat foto.
Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal
kolon descendens. Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses
reduksi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2
3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan
barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan.
Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi
terlebih dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila : Rectal tube ditarik
dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan udara. Pada
floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus,
jadi adanya refluks ke dalam ileum. Hilangnya massa tumor di abdomen.
Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test
positif. Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai
kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada
beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab
invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya, Reduksi Dengan Tindakan
Operasi 1. Memperbaiki keadaan umum Tindakan ini sangat menentukan
prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi sebelum terlebih dahulu
keadaan umum pasien diperbaiki.
Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi jaringan
telah baik, hal ini di tandai apabila produksi urine sekitar 0,5 1 cc/kg BB/jam.
Nadi kurang dari 120x/menit, pernafasan tidak melebihi 40x/menit, akral yang
tadinya dingin dan lembab telah berubah menjadi hangat dan kering, turgor kulit
mulai membaik dan temperature badan tidak lebih dari 38o C. Biasanya perfusi
jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan dehidrasi telah masuk,
sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan dan pasca bedah. Yang dilakukan
dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :
a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).
b. Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.
c. Pemberian antibiotika dan sedatif.
Suatu kesalahan besar apabila buru buru melakukan operasi karena takut
usus menjadi nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk. Obat anestesi dan
stress operasi akan memperberat keadaan umum penderita serta perfusi jaringan
yang belum baik akan menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan
yang seharusnya dibuang lewat ginjal dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan
yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi jaringan akan buruk pula. Bila
dipaksakan kelainan kelainan itu akan irreversible
Stoma adalah lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar
dari tubuh.
Macam-macam Stoma :
1.
2.
3.
A. Gastrointestinal Stoma
Pada umumnya dibuat untuk ileum (ileostomy) atau colon (colostomy). Tedapat 2 jenis
gastrointestinal Stoma :
1.
2.
Permanent stomas : lubang dinding abdomen yang dibuat secara permanen tempat
menempelkan bagian akhir dari usus pada permukaan kulit. Terdapat beberapa bentuk
permanent stoma antara lain:
a.
Total colectomy: ileostomy dibuat tetapi ujung rectum tetap dan disalurkan ke
Abdomenoperineal (A-P) excision : colostoly pada fossa iliaca sinistra, rectum dan
anus diangkat, sering disertai dengan pengangkatan 1/3 bagian atas dinding posterior
vagina
d.
Hartmarns procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rectum colostomy dibuat dan
a). Kelainan pada organ Pencernaan yang menimbulkan indikasi tindakan gastrointestinal Stoma:
1. Esafagus : Kanker pada bagian ini akan menyebabkan gangguan menelan, dimulai sulit
menelan dan bila tidak cepat diangkat akan tersumbat total sehingga tidak bisa menelan
sama sekali.
2. Lambung : Seperti di Esophagus kanker di lambung juga akan menyebabkan
tersumbatnya saluran cerna, tetapi tergantung lokasi, kanker pada lokasi tertentu tidak
akan menyebabkan tersumbatnya saluran cerna sampai pada stadium lanjut.
3. Usus Besar : Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan pola defikasi
artinya secara berangsur angsur penderita merasa tidak nyaman diperut kemudian mulas
yang sukar diterangkan sebabnya dilanjutkan dengan diare / mencret berak darah lender
ini terutama untuk kanker rectum dan obstruksi saluran cerna karena tersumbatnya usus
besar akhirnya perut kembung karena kotoran menumpuk dalam usus karena tidak bisa
keluar.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh jarak kanker ini
dari anus dan seberapa dalam dia tumbuh ke dalam dinding rektum. Pengangkatan
seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani kolostomi menetap
(pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon). Dengan kolostomi, isi usus
besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke dalam suatu kantung, yang disebut
kantung kolostomi.
4. Usus Halus : Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak. Kebanyakan tumor jinak tidak
menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran besar bisa menyebabkan terdapatnya
darah dalam tinja, penyumbatan usus (sebagian atau total), atau penjeratan usus bila satu
bagian usus masuk ke usus yang berada di depannya (intususepsi).
5. Pangkreas : Kanker pangkreas karena letaknya sangat sulit terdiagnosis, biasanya
diketahui setelah ada komplikasi ikterus atau penyumbatan pada usus 12 jari.
6. Hati : Kanker primer yang terletak ditepi pada keadaan dini bila cepat diketahui dan
segera diambil tindakan operasi akan menyembuhkan penyakitnya. Pada hati sering
dijumpai kanker sekunder yang berasal dari penyebaran kanker alat tubuh lain seperti
usus, paru, payudara, genitalia, interna.
b). Kolostomi
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut diartikan
disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan.
Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
1) Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari batas anus)
2) Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
3) Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm diatas anus
Perawatan Colostomy
1. Penjelasan yang baik pada penderita maupun keluarga baik sebelum dan sesudah
operasi.
2. Kosongkan pouch (kantong) beberapa kali sehari dan ganti setiap 1-3 hari atau bila
terjadi perembesan, cara :
a. Persiapkan pouch pengganti
b. Lepas / angkat pouch yang diganti
c. Perhatikan keadaan kulit sekitar stoma (adakah luka, iritasi, atau radang),
bersihkan kulit dengan air hangat tanpa sabun atau alcohol atau desinfektans
d. Pasang pouch yang baru.
B. Urinary Stoma :
Pada umumnya merupakan prosedur yang permanent baik menggunakan saluran
intestinal (dapat menggunakan ileum atau colon) maupun ureterostomy dan keduanya
disebut urostomy. Istilah ileostomy hanya digunakan untuk faecal stoma. Ureterostomy
dapat dibuat dari salah satu atau ke 2 ureter.
Terdapat beberapa jenis urostomy:
a. Urostomy dengan total cyctectomy, merupakan urostomy permanent, biasanya
menggunakan saluran ileum
b. Urostomy tanpa pengangkatan bladder, sering menggunakan saluran ileum.
c. Percutaneus nephrostomy adalah pemasangan catheter pada sistem pelviocaliceal
melalui dinding abdomen.
1). Kelainan pada organ perkemihan yang menimbulkan indikasi tindakan urinary Stoma
sebagian besar diakibatkan oleh keganasan sel pada organ tersebut, adapun kelainan
tersebut antara lain :
a). Blader : Pada Blader Neoplasma sering terjadi hematuri disertai nyeri
merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana
sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik. Akibat
perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria.
Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari
pengobatan.
b). Saluran Kemih : Seorang yang menderita penyakit batu saluran kemih jika
terdapat faktor predisposisi, kurang minum sehingga konsentrasi zat
pembentuk dalam air seni menjadi lebih pekat mengakibatkan mudah
terbentuk batu. Faktior predisposisi lainnya : faktor batu saluran
kemih/infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita
batu saluran kemih, penyakit gout (peningkatan kadar asam urat darah yang
tinggi), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium atau
oxalat (coklat, cola, kacang, teh) dan sumbatan saluran kemih.
c). Ginjal : Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada
stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih
yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih. Tekanan
darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian
atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa
pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin,
yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah. Gejala lainnya yang mungkin terjadi berupa nyeri pada sisi ginjal
yang terkena, penurunan berat badan.
d) Kandung kemih : Gejala pada pasien yang menderita Ca Kandung Kemih
dapat berupa hematuria (adanya darah dalam air kemih), rasa terbakar atau
rasa nyeri ketika berkemih, desakan untuk berkemih, sering berkemih. Gejala
dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai
suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,k gejalanya tidak
menghilang.
e) Pelvis Renalis dan Ureter : Kanker pada pelvis renalis dan ureter dapat terjadi
pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada sel-sel yang
melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel transisional. Pelvis renalis
adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air
kemih ke ureter. Ureter adalah tabung / saluran yang menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih. Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di
dalam air kemih). Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, atau di perut bagian bawah.
f)
Uretra : Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang
ditemukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air
kemih dari kandung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar 3,75
cm dan ujungnya adalah berupa lubang yang terletak diatas vagina. Pada pria,
panjang uretra adalah sekitar 20 cm, menembus kelenjar prostat dan berakhir
sebagai sebuah lubang di ujung penis.
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih
(hematuria), yang mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan
mikroskopik atau bisa juga tampak sebagai air kemih yang berwarna
kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingga penderita mengalami
kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi lambat dan sedikit.
C. Tracheostomy
Adalah lubang buatan pada dinding anterior trachea untuk membuat saluran
udara.
Terdapat 2 macam tracheostomy :
a. Tracheal stoma post laryngectomy : merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy
tube (canule).
b. Tracheal stoma without laryngectomy : merupakan tracheostomy temporer.
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi.
Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal
(terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan
MRI Scanning.
Perawatan Trachestomy :
a. Tracheostomy tube terdiri dari iner tube (canule) dan outer tube
b. Iner tube harus diganti tiap 7-14 hari (maksimal 30 hari)
c. Iner tube harus dikeluarkan minimal sekali sehari untuk melihat adanya kerak dan
bersihkan dengan sabun cair dan air hangat yang mengalir (jangan menggunakan
sikat, cleaner atau spong). Bila sekret kental dan timbul kerak bersihkan dengan
Natrium bicarbonat kemudian bilas dengan air hangat yang mengalir.
d. Outer tube harus diganti tiap 30 hari.
e. Suctioning: gunakan suction catheter dengan ukuran lebih kecil dari separuh
ukuran lubang tube.
f. Bersihkan daerah sekitar tracheostomy dengan normal saline dan usahakan tetap
kering untuk mencegah infeksi.
g. Humidifikasi dengan saline Nebulizer (melalui tracheal stoma).
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi JH, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB. Intussusception in
Schwartz Principles of Surgery. 9th ed. the McGraw-Hill Companies, Chapter 39; 2010
De Jong, W, Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Bab 35:h 627-629, 2005. Stead, LG., Stead, SM., Kaufman, MS., Sotsky-Kent, T.
Pediatric Surgery in First Aid for the Surgery Clerkship. the McGraw-Hill Companies,
p336-337, 2003
Georgina Casey, stoma wound. Nursing Standard, 2000. Proquest Nursing & Allied Health
Search
Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; 2003. Proquest Nursing &
Allied Health Search
Maureen Benbow, Healing and stoma wound Classification. Journal of Community Nursing;
2007, Proquest Nursing & Allied Health Search
Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak. (vol 2). Edisi 15 Jakarta : EGC
Stead, LG., Stead, SM., Kaufman, MS., Sotsky-Kent, T. Pediatric Surgery in First Aid for the
Surgery Clerkship. the McGraw-Hill Companies, p336-337, 2003.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc diakses pada 13 April
2015 pukul 22.00 WIB
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Nama Mahasiswa
NIM
: 13/362189/KU/16917
Tanggal Ujian
: 14 April 2015
Tempat Praktek
: Ruang 403 (Bedah Anak) Lt. 4 Gedung Bedah Sentral Terpadu RSUP
DR Sardjito Yogyakarta
: An.NM
Umur
: 11 bulan
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
Tanggal pengkajian
: 14 April 2015
Sumber informasi
2. Pengkajian
A. Riwayat Kesehatan
Diagnosa medis
Jenis Operasi
Jenis Anestesi
: General Anestesi
Keluhan utama
B. Pola kebiasaaan
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Ibu pasien mengungkapkan bahwa selalu membawa anaknya periksa ke dokter ketika
tampak sakit, karena anaknya masih sangat kecil jadi kalau sakit sangat khawatir
Nutrisi metabolic
Antropometri (A)
: BB=9 kg
TB=73,5cm
IMT=16,6
Diet (D)
makanan yang diberikan nasi tim atau bubur. Ibu mengungkapkan anak masih minum
ASI, dalam sehari tidak tentu minum asi 3-5 kali, kadang minum the atau air putih juga.
Pola eliminasi
Buang air besar melalui stoma tidak ada keluhan, produk (+), tidak ada lendir, warna
kuning kecoklatan.
Buang air kecil tidak ada keluhan, lancar, 6-7 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada
endapan, aroma khas urin, pasien tidak menggunakan kateter saat di bangsal.
Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Oksigenasi: Pasien tidak memakai oksigen saat datang ke ruang operasi, tidak ada sesak
nafas, pernafasan normal, RR = 16x/menit
Pola tidur dan istirahat
Ibu pasien mengatakan an.NM bisa tidur selama di RS, tidur malam 9-10 jam, tidur
siang 1-2 jM
Pola persepsi dan sensori kognitif
GSC = E4V5M6
Penglihatan: tidak ada keluhan.
Pendengaran: tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu
Pengecap: tidak ada keluhan.
Penciuman: tidak ada keluhan, tidak ada gangguan atau penurunan penciuman
Sensasi: pasien dapat merasakan sensasi kulit saat dicubit sedikit.
Pola persepsi diri
Ibu pasien mengungkapkan bahwa ingin yang terbaik untuk anaknya dan ingin segera
ditutup stoma nya agar anak merasa lebih nyaman. Ibu mengungkapkan agak cemas
ketika anaknya harus menjalani operasi karena masih kecil.
Pola seksual dan reproduksi
Ibu pasien mengungkapkan tidak ada kemerahan atau gatal di area genital anaknya
Pola peran hubungan
Selama di RS yang menunggu pasien adalah keluarganya. Pasien belum bisa
berkomunikasi dengan baik, karena belum bisa berbicara dengan jelas.
Pola manajemen koping stress
Ibu pasien mengungkapkan jika anaknya merasa bosan atau menangis terusibu saat di
rumah sakit , ibu selalu menemani dan menggendong anaknya. Ibu mengungkapkan
ingin selalu menemani anaknya saat sakit seperti ini agar anak merasa nyaman.
Sistem nilai dan keyakinan
Orang tua pasien beragama Islam, ayah dan ibu pasien selalu berdoa agar operasinya
berjalan lancar dan dapat sembuh kembali.
Kanan
Kiri
Otoorrhoe
Tidak ada
Ada
Deafness
Tidak ada
Ada
Tinitus
Tidak ada
Tidak ada
Otalgia
Tidak ada
Tidak ada
Itching
Tidak ada
Tidak ada
Vertigo
Tidak ada
Tidak ada
Auricula
Normal
Normal
Planummastoidium
Normal
Normal
Gld. Lymphhatica
Normal
Normal
Normal
Normal
Memb. Tympani
Normal
Normal
6) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada keluhan, tidak ada luka, penciuman berfungsi dengan baik.
tidak ada nyeri tekan pada hidung
Hidung
Kanan
Kiri
Obs Nasal
Tidak ada
Tidak ada
Rinorrhoe
Tidak ada
Tidak ada
Bersin-bersin
Tidak ada
Tidak ada
Nasal Haemorrhagia
Tidak ada
Tidak ada
Nasolalia
Tidak ada
Tidak ada
Rhinalgia
Tidak ada
Tidak ada
Foetor ex nasalle
Tidak ada
Tidak ada
Anosmia/ hyposmia
Tidak ada
Tidak ada
Discharge
Normal
Normal
Conca
Normal
Normal
Septum
Normal
Normal
Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Sinus Paranasalis
Normal
Normal
7) Mulut
Bibir kemerahan, tampak lembab, tidak ada luka. Gigi seri bagian bawah anak sudah
tumbuh
8) Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid ataupun peningkatan tekanan vena jugularis, tidak
ada jejas dan nyeri pada leher
Tenggorok
Ket
Odynophagia
Tidak ada
Dysphagia
Tidak ada
Regurgitasi
Tidak ada
Haematemesis
Tidak ada
Dyspnoe/ apnoe
Tidak ada
Hoarseness
Tidak ada
Haemoptoe
Tidak ada
Nasopharynx
Kanan
Kiri
Dinding belakang
Normal
Normal
Choanae
Normal
Normal
Normal
Normal
Adenoid
Normal
Normal
Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Oropharynx
Kanan
Kiri
Palatum
Normal
Normal
Uvula
Normal
Normal
Tonsila Palatina
Normal
Normal
Tonsila lingualis
Normal
Normal
Dinding Belakang
Normal
Normal
9) Dada :
Thorax
Jantung
Paru
Inspeksi
SIC V
SIC V
Palpasi
Perkusi
nafas tambahan
tambahan
10) Payudara
Kulit homogen, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada luka
11) Abdomen
Kulit abdomen bersih, luka (-), nyeri tekan (-), bising usus 8-10 kali/ menit, distensi
abdomen (-), terdapat stoma di perut kanan, produk (+)
12) Genitalia
Ibu pasien mengungkapkan tidak ada gatal atau masalah di genitalia
13) Anus dan rectum
Ibu pasien mengungkapkan tidak ada luka atau kemerahan di anus anak
14) Muskuloskeletal
Pasien mampu menggerakkan ekstremitas sendiri, kekuatan otot kedua tangan dan
kaki: 4
4
, Edema
D. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan Darah lengkap (24 Februari 2015)
NAMA PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI
INTERPRETASI
RUJUKAN
FAAL HATI
Albumin
4,34 g/dL
3,97-4,94
Normal
BUN
9,4 mg/dL
6-20
Normal
Creatinin
0,21 mg/dL
0,50-0,90
88 mg/dL
80-140
Normal
FAAL GINJAL
DIABETES
Glukosa Sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium
134 mmol/L
136-145
Kalium
4,60 mmol/L
3,50-5,10
Normal
Klorida
101 mmol/L
98-107
Normal
PPT
14,4 detik
12,3-15,3
Normal
INR
1,05
0,90-1,10
Normal
Kontrol PPT
14,4
APTT
32,3 detik
27,9-37,0
Kontrol APTT
29,3
Leukosit
9,93 x 103/L
6,00-17,50
Normal
Eritrosit
5,58 x 106/L
3,90-5,50
Hemoglobin
13,5 g/dL
11,1-14,1
Normal
Hematokrit
41,9 %
31,0-41,0
MCV
75,1 fL
80,0-99,0
MCH
24,2 pg
27,0-32,0
MCHC
32,2 g/dL
32,0-36,0
Normal
RDW-SD
36,4 fL
35,0-45,0
Normal
RDW-CV
13,8%
11,5-14,5
Normal
Neutrofil #
2,11 x 103/L
2,20 4,8
Limfosit #
6,67 x 103/L
1,30-2,90
Tinggi
Non Reaktif
Non Reaktif
Normal
HEMOSTASIS
Normal
DARAH LENGKAP
HEPATITIS
HbaAg
HEMATOLOGI
Golongan Darah
2. Pemeriksaan Radiologi
E. Persiapan Operasi
Mengecek lokasi dan menanyakan alergi (tidak ada alergi obat dan makanan )
Mengecek prosedur
Analisa Data
Data
Diagnosa Keperawatan
cedera
akibat
keadaan perioperative
Intervensi (NIC)
Pre-procedure readiness
Setelah
dilakukan
melalui orang tua dapat siap dengan b) Informasikan pada pasien dan orang terdekat
prosedur persiapan operasi dengan
kriteria hasil:
Indikator
Target
Pengetahuan
terkait
prosedur
Pengetahuan
pengetahuan pasien
d) Nilai kecemasan pasien dan orang terdekat
terkait
persiapan
sebelum 5
prosedur
Pengetahuan
potensi
terkait
risiko
dan 5
tunggu
komplikasi
Pengosongan
usus
dan
lambung
Status Puasa
Penandatanganan informed
concent
Keterangan:
1= not adequate;
2= slighly adequate;
3= moderately adequate
4= substantially adequate;
5= totally adequate;
Evaluasi
(08.15 WIB)
operasiny
serta
mengungkapkan
perawatan,
anak
tidak
ibu
memakai
proses
pasien
berkomunikasi
dengan
baik,
identitas
plat
direncanakan
tindakan
operasi
(08.30 WIB)
a. Menginformasikan kepada orang tua
pasien terkait orang, tempat dan waktu
di ruang operasi
b. Mengidentifikasi stategi koping orang
tua kepada anak yang ditunjukkan
A T P
c. Mereview
riwayat
kesehatan
dan
sebelum prosedur
pasien
Pengosongan
usus
dan
lambung
berjalan lancer
Status Puasa
operasi
Penandatanganan
f. menjelaskan
prosedur
perioperatif
concent
informed
k) Pean (12)
l) Hak (2)
f) Cocher (4)
r) Cauter (1)
s) Scalpel (1)
e) Lampu operasi
b) Meja major
f) Tempat sampah
c) Kursi operator
g) Suction pump
d) Bed operasi
h) Mesin anestesi
i) Tianginfuse
Benang Operasi
a) Silkam 1 (1)
b) Silkam 3/0 (3)
c) Safil 2/0 (1)
d) Safil 3/0 (1)
e) Ethilon 4/0 (1)
Obat
a) Povidone Iodine 60
cc cc (2)
b) Nacl 500 ml (2)
c) Aqua 25 ml (1)
BMHP
a) Topi operasi (1)
b) Masker (5)
c) Sarung tangan steril (5)
d) Sarung tangan tidak steril (6)
e) Underpad (1)
f) Yankur (1)
g) Spuit 2,5 cc (1)
h) Spuit 10 cc (1)
i) Spuit 20 cc (1)
j) Spuit 1 cc (1)
k) Mess no.10 (1)
l) Supratulle (1)
m)Folley cath no.8 (1)
n) Urine bag (2)
o) NGT no.16 (1)
Persiapan pasien
a. Positioning
An.NM diposisikan supine
b. Anestesi
Dilakukan general anestesi, kemudian dilakukan pemasangan NIBP,SpO2 dan monitor
EKG.
c. Skin Preparation
Skin Preparation di area perut dengan povidon iodine
d. Retriksi Area
Dipasang duk steril 4 buah, dan 1 duk lubang meja mayo didekatkan dengan bed
e. Time Out
Konfirmasi anggota tim
Konfirmasi identitas pasien, prosedur operasi, dan lokasi operasi
Konfirmasi antibiotic profilaksis : Cefotaxime 450 mg/IV line tanggal 14 April 2015
pukul 08.00
Antisipasi kejadian kritis : Resusitasi
3. Prosedur Operasi
1) Pasien diposisikan supine dan dilakukan general anestesi
2) Dilakukan tindakan aseptic dengan antiseptic povidon iodine di kulit abdomen dan
kemudian dipasang duk steril untuk memperkecil media operasi
3) Dilakukan pemasangan cauter dan selang suction pada suction pump
4) Time Out
5) Dilakukan penjahitan stoma (tegel) dengan silkam no.1
6) Dilakukan insisi peristoma dengan menggunakan mess 10
7) Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum dengan bantuan cauter
8) Peritoneum dibuka, stoma dibebaskan dari kulit abdomen dengan mengggunakan
gunting jaringan
9) Tampak adhesi di usus stoma bagian distal dan tampak adhesi dari usus proksimal
pada abdomen di bekas luka operasi lama
10) Stoma bagian distal dan proksimal dapat dibebaskan dengan perbandingan 1 : 1,
usus dipertahankan dengan menggunakan darm klem
11) Dilakukan penjahitan usus secara simple dengan menggunakan silkam no. 3/0
12) Dilakukan over hecting anastomosis dengan silkam 3/0 usus dan pengecekan pasase
13) Cuci vacuum abdomen dengan mengguanakan Nacl 0,9% hangat sebanyak
mungkin
14) Dilakukan undermining pada lapisan fascia dan kulit
15) Ditutup lapisan demi lapi dengan menggunakan safil 2/0 untuk fascia dan ethilon
4/0 untuk kulit
16) Jahitan ditutup dengan supratulle kemudian kassa dilanjutkan dengan hipafix
17) Operasi selesai
Setelah jahitan selesai dilakukan sign out:
-
Dokumentasi
Analisa Data
Data
Diagnosa Keperawatan
DS:-
Risiko
cedera
akibat
NOC
NIC
Kontrol Resiko
selama
3,5
jam,
pasien
tidak
Indikator
Target
Modifikasi lingkungan
Menghindari
eksposure 5
resiko
Monitor adanya resiko
Keterangan :
1=Never demonstrated
2=rarely demonstrated
kateter
3=sometime demonstrated
4= often demonstrated
5= constantly demonstrated
Aspiration Prevention
Setelah dilakukan asuhan keperawatan b. Berikan balutan yang menekan pada daerah
selama
3,5
jam,
pasien
tidak
Indikator
Memposisikan
Target
dengan 5
benar
Keterangan:
1= never demonstrated;
2= rarely demonstrated;
3= sometimes demonstrated;
4= often demonstrated;
5= consistenly demonstrated;
Indikator
Target
Respiratory rate
kebijakan
Pola Nafas
Kedalaman pernafasan
Keterangan :
1= not adequate
dipakai
h. Memastikan coter, negatif plate, dan alat
2= slightly adequate
3=moderately adequate
ketentuan
4=substantially adequate
5=Totally adequate
Temperature Regulation: intraoperative
Blood Coagulation
Aktivitas:
selama
3,5
jam,
pasien
tidak
hasil:
Indikator
Target
Perdarahan
Keterangan :
1= Severe
2=Substantial
3=moderate
a. Monitor danutamakanaliranpernapasan
4=mild
5=none
sarungtangan,
dan
baju
operasi
sesuaiaturan/standar
Circulation Status
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Target
Tekanandarah systole
h. Hindari kontaminasi
Tekanandarah diastole
Saturasioksigen
Urine output
Keterangan :
1= not adequate
2= slightly adequate
3=moderately adequate
4=substantially adequate
5=Totally adequate
Evaluasi
S: -
(09.00 WIB)
O:
- IV line terpasang di tangan kanan,
IV
line,
selang
pasien
pada
posisi
operasi: supine
sadar
- 09.30
a. Memverifikasi
TD:
90/60
mmHg,
N:
(09.25 WIB)
TD:
80/33
mmHg,
N:
yang
- 11.30
TD:
100/60
mmHg,
N:
120/80 mmHg, N:
TD:
100/70
mmHg,
N:
pasien
g. Mempertahankan dan memonitor jalan
nafas
instrumen
dan
benda
tajam
alat-alat
difungsikan
A:Tujuan Tercapai
Indikator
dengan benar
Modifikasi lingkungan
Menghindari
eksposure 5
resiko
peralatan
yang
Aspiration Prevention
tidak
kasa,
instrumen
benda
sebelum
tajam
operasi
Indikator
T P
dan
sesuai
kebijakan
(09.50-13.30 WIB)
a. Memonitor jalan nafas
T P
Respiratory rate
Pola Nafas
Kedalaman pernafasan
tekanan
manual
f. Memonitor perdarahan
g. Menghitung kasa, benda tajam dan
kebijakan
selama
operasi
Indikator
T P
Perdarahan
pada
instrument
Blood Coagulation
sesuai
Circulation Status
Indikator
T P
Tekanandarah systole
Tekanandarah diastole
Saturasioksigen
Urine output
(13.35 WIB)
a. Menghitung ulang kassa, benda tajam P:Monitor TTV dankesadaran pasien di ruang
dan instrument setelah operasi sesuai
kebijakan
b. Membersihkan
area
sekitar
insisi
daerah
yang
mengalami
perdarahan
e. Mempertahankan
jalan
nafas,
pemulihan
Analisa Data
Data
Diagnosa Keperawatan
DS:-
Risiko
keadaan perioperative
cedera
akibat
NIC
Recovery Post Operative, aktivitas :
Target
Nafas Spontan
RR
Saturasi O2
Aldrete Score
respon
dan
kemampuan
pasien
g) Awasi Keadaan umum pasien
h) Observasi adanya resiko jatuh
i) Observasi dan monitoring tanda tanda
Menjawab pertanyaan
Sadar penuh
Menggerakkan ekstremitas 5
dengan perintah
perdarahan
j) Observasi
ambulasi
kesiapan
klien
untuk
Toleransi ambulasi
Thermoregulation
Keterangan :
1= Severe deviation from normal range
2= Substantial deviation from normal
range
3= Moderate deviation from normal range
4= Mild deviation from normal range
5= None deviation from normal range
Evaluasi
(13.45-15.30 WIB)
a. Mengkonsultasikan
dengan
dokter
mulai
sadar
tetapi
masih
belum
Score
menit
pertama
kanule
membran
nadi
adekuat,
Nafas Spontan
RR
Saturasi O2
Aldrete Score
Menjawab pertanyaan
Sadar penuh
Menggerakkan
Toleransi ambulasi
Thermoregulation
akibat
keadaan
ekstremitas
dengan
perintah
=Risiko
cedera
perioperative teratasi
P= -