TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori
Sebuah teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green pada tahun 1980,
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor pendorong. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, ekonomi. Faktor
pendukung terdiri dari faktor fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana kesehatan
serta kemudahan dalam mencapai tempat pelayanan (jarak dan waktu). Faktor pendorong
terdiri dari petugas kesehatan kompeten, sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.a
Hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah
237,6 juta jiwa tahun 2010. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada urutan keempat
dari negara yang berpenduduk paling besar di dunia setelah Republik Rakyat Cina , India,
dan Amerika Serikat.1
Tingkat fertilitas di Indonesia telah turun dengan tajam sejak tahun 1980-an.
Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate atau CBR) diperkirakan 28 per 1000 penduduk
pada periode 1986 1989, turun menjadi 23 per 1000 penduduk pada periode 1996 1999,
menghasilkan rata-rata penurunan sebesar 2,1 persen per tahun. Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi percepatan dalam penurunan tingkat kelahiran. Tetapi pada
tahun 2010, CBR kembali menjadi 23 kelahiran per 1000 penduduk.
Perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah kependudukan telah mulai sejak
ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia. Untuk
melaksanakan kebijakan kependudukan, pemerintah telah mencanangkan berbagai program,
salah satunya adalah program keluarga berencana (KB).1
anak, pemberdayaan perempuan dan pengendalian kelahiran agar terwujud keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera yang pada akhirnya menuju terwujudnya keluarga berkualitas.3
Penyelenggaraan Program KB Nasional pada era baru adalah agar dapat
memenuhi kepastian hukum dan peraturan perundang-undangan yang diatur secara
menyeluruh dengan dibatasi oleh norma globalisasi, asas kepatutan dan keadilan,
transparansi, demokrasi serta akuntabilitas. Upaya atau batasan-batasan dimaksud adalah
untuk penguatan dan pemberdayaan keluarga dalam mencapai masyarakat madani
sebagaimana ditetapkan dalam UU No.10 th 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan telah dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
21 dan 27 tahun 1994.3
Secara garis besar, kegiatan pelayanan Keluarga Berencana meliputi:4
a. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
Kesempatan yang dapat digunakan untuk penyuluhan adalah:
1. Kesempatan dalam klinik dan sasarannya
2. Kesempatan di luar klinik dan sasarannya
b. Pelayanan kontrasepsi
1. Metode pelayanan kontrasepsi
-
Metode sederhana
Metode efektif
2. Tempat pelayanan
-
servikalis uteri melalui benang lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi memiliki
spinnbarkeit yang tinggi.
b. Pembilasan pasca sanggama (postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka
atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sprema
secara mekanik dari vagina. Penambahan cucka ialah untuk memperoleh efek
spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efekivitas cara ini mengurangi
kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum
dilakukannya pembilasan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks
uteri.
c. Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation)
Memperpanjang laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Aktivitas
menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum.
Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid
pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan
tersebut masih dalam keadaan amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah
melahirkan sebelum mendapatkan haid.
d. Pantang berkala (rhythm method)
Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann
Knaus dari Jerman, pada tahun 1931, sehingga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka
bertitik tolak dari hasil pemnyelidikan mereka bahwa seorang perempuan hanya dapat
hamil selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut
fase ovulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi.
Sebelum dan sesudah masa itu perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini adalah menetukan waktu tepat dari ovulasi, dengan demikian
perempuan dengan haid yang tidak teratur, sangat sulit atau sama sekali tidak dapat
diperhitungkan saat terjadinya ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid
teratur pun ada kemungkinan hamil, oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit)
ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya.
2. Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki
a. Kondom
Pemakaian kondom untuk tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira pada abad ke-18
di Inggris. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Keuntungan kondom, selain untuk
memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin, juga dapat digunakan untuk
tujuan
kontrasepsi.
Kekurangannya
ialah
ada
kalanya
pasangan
yang
ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu
menyebabkan ovulasi, dan penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometirum
dan haid. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa baik estrogen dan progesteron dapat
mencegah ovulasi. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen
dan progesteron sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi.
1. Pil kontrasepsi
a. Pil kontrasepsi kombinasi
Pil kontrasepsi kombinasi yang sekarang digunakan tidak berisi estrogen dan
progesteron alamiah, melainkan steroid sintetik. Ada dua jenis progesteron sintetik
yang dipakai, yaitu yang berasal dari 19 nor-testosteron, dan yang berasal dari 17
alfa-asteoksi-progesteron. Estrogen yang banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah
etinil esradiol dan mestranol. Efek kelebihan progesteron ialah perdarahan yang tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, akne, alopesia,
mammae mengecil, fluor albus, dan hipomenorea. Efek kelebihan estrogen ialah
sering terjadi mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada mammae, atau fluor albus.
Rasa mual kadang disertai muntah, diare, dan perut terasa kembung. Tidak semua
perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi. Kontraindikasi
mutlak adalah adanya tumor yang dipengaruhi estrogen, penyakit hati aktif,
tromboflebitis, tromboemboli, kelainan serevrovaskuler, diabetes mellitus, dan
kehamilan. Kontraindikasi relatif adalah depresi, migrain, mioma uteri, hipertensi,
oligomenorea, dan amenorea.
b. Minipill (continuous low-dose progesterone pill, atau prostagen only pill)
Minipill bukan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini kadangkadang ovulasi masih dapat tejradi. Efek utamanya ialah terhadap lendir serviks, dan
juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini pill
ini umumnya tidak dipakai untuk kontrasepsi.
2. Kontrasepsi suntikan
a. Suntikan sestiap 3 bulan (Depo provera)
Depo provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan
kontrasepsi parenteral, mempunya efek progesteron sangat kuat dan sangat efektif.
Kelebihan kontrasepsi ini adalah efektif dan cocok untuk ibu hamil, sedangkan
fator
perilaku
sangat
penting
dan strategis,
mengingat
pengaruh
yang
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dari segi psikologis,
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar.
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.
Meskipun perilaku adalah bentuk resepons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), tetapi dalam memberikan respons sangat bergantung
pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
meskipun stimulusnya sama, tetapi respons setiap orang akan berbeda. Faktor-faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Determinan atau faktor internal nerupakan karakteristik dari orang yang
bersangkutan yang bersifat bawaan (given) seperti ras, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat
bawaan, tingkat kecerdasan, dan jenis kelamin. Determinan atau faktor eksternal meliputi
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor lingkungan sering merupakan
faktor yang dominan terhadap perilaku seseorang.
Urutan pembentukan perilaku baru khususnya pada orang dewasa diawali domain
kognitif. Individu terlebih dahulu mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan,
selanjutnya timbul domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya.
Pada akhirnya, setelahh objek diketahui dan disadari sepenuhnya, timbul respons tindakan
atau keterampilan (domain psikomotor). Pada kenyataannya, perilaku baru yang terbentuk
tidak selalu mengikuti urutan tersebut. Tindakan individu tidak harus didasari pengetahuan
dan sikap.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
???
sdki
Kamus istilah KKB
Rakorbangpus
Pedoman kerja puskesmas jilid 2
Ilmu kandungan
6. Promkes