Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu ekonomi, perusahaan adalah suatu satuan ekonomi yang memiliki
pengaruh besar dimana bertujuan untuk menyelenggarakan sebagian dari proses produksi
masyarakat guna memperoleh laba atau penghasilan. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya terdapat berbagai persoalan yang sering muncul dalam setiap perusahaan pada
umumnya, yakni bagaimana perusahaan dapat mengatur mengenai proses manajemen
perusahaan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian dan
pengontrolan serta bagaimana cara memperoleh bahan baku dengan mudah dan dengan
biaya yang rendah, bagaimana perusahaan dapat memasarkan hasil produksi kepada
konsumen sehingga perusahaan/toko dapat memperoleh penghasilan tertentu dengan
biaya seminimal mungkin.
Pada banyak organisasi atau perusahaan yang terdesentralisasi, output dari salah
satu divisi digunakan pada divisi lainnya. Hal ini menimbulkan suatu masalah akuntansi.
Bagaimana cara menilai barang-barang yang ditransfer, bila divisi-divisi diperlukan
sebagai pusat dipertanggungjawabkan, maka divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba
operasional dan pengembalian atas investasi. Jadi, nilai barang yang transfer merupakan
pendapatan bagi divisi yang mengirim (penjual) dan biaya bagi divisi yang menerima
(pembeli). Nilai ini, atau harga internal, disebut dengan harga transfer (transfer price).
Penetapan harga transfer adalah masalah yang rumit. Kita akan membahas dampak dari
harga transfer terhadap divisi-divisi dan perusahaan secara keseluruhan, serta metodemetode penetapan harga transfer.

B. Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.

Apakah yang dimaksud dengan penetapan harga transfer ?


Apa tujuan dari penetapan harga transfer ?
Metode apa saja yang digunakan dalam penetapan harga transfer ?
Apa dampak dari penetapan harga transfer ?
Masalah apa yang dihadapi dalam proses penetapan harga transfer ?
1

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui mengenai penetapan harga transfer
2. Untuk mengetahui tujuan, metode, masalah, dampak dari penerapan harga transfer
3. Untuk memenuhi tugas akuntansi manajemen

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harga Transfer
2.1.1

Latar Belakang Munculnya Harga Transfer


Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya

disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk terjadi transfer
barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan
dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah
melakukan diferensiasi bisnis.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan
Rekayasa adalah sebagai berikut: Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan
menjadi tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
(2001 ; 376)
Diferensiasi dapat dilaksanakan sebagai pelaksanaan strategi diversifikasi.
Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk menghadapi
berbagai lingkungan industri. Semakin berkembang usaha perusahaan, semakin
kompleks lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen. Perkembangan usaha
perusahaan seringkali didorong oleh perluasan pasar, baik perluasan dari sudut customer
yang harus dilayani maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh
perusahaan.
Dengan perluasan pasar, perusahaan perlu mengembangkan berbagai sumber
daya. Strategi diversifikasi umumnya ditempuh manajemen puncak untuk menghadapi
perkembangan tersebut. Mengapa diversifikasi dilakukan oleh manajemen? Tentunya ada
alasannya, seperti yang di kemukakan menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi
Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa adalah sebagai berikut:
Alasan dilakukannya strategi diversifikasi adalah pertama keputusan dilakukan oleh
manajer yang dekat dengan masalah yang dihadapi kedua diversifikasi dapat memotivasi
manajer tingkat bawah untuk meningkatkan kinerjanya.(2001 ; 376 377)
Diversifikasi biasanya ditempuh melalui proses divisionalisasi, yang merupakan
pembentukan divisi-divisi yang diberi peran sebagai pusat laba. Semakin luas tingkat
diversifikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan
3

manajemen puncak akan alat untuk mengintegrasikan berbagai divisi yang telah
dibentuk. Pada dasarnya divisi-divisi yang telah dibentuk dalam proses divisionalisasi
bukan merupakan bagian dari perusahaan yang diberi wewenang besar untuk
memperoleh laba dibawah pengelolaan manajemen puncak, maka agar divisi dibentuk
tidak bercerai berai, manajemen puncak memerlukan mekanisme integrasi berbagai
divisi yang telah dibentuk. Salah satunya adalah dengan mekanisme harga transfer.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan
Rekayasa harga transfer memiliki peran ganda, diantaranya adalah sebagai berikut:
Harga transfer mempunyai peran ganda
1. Harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak.
Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk
mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang
terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena akan
berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka
2. Harga transfer berperan sebagai salahsatu alat untuk menciptakan mekanisme
integrasi. Harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semula melakukan
bisnis secara independent. (2001 ; 377)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga transfer memberikan solusi
yang baik bagi para manajer divisi untuk memanfaatkan kesempatan dan potensi internal
yang mereka miliki sebagai otonomi divisi untuk meningkatkan laba masing-masing
divisi, karena besar kecilnya laba tiap divisi atau unit usaha akan dapat memperlihatkan
kinerja masing-masing divisi atau unit produksi tersebut. Selain itu juga harga transfer
merupakan salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi, dimana harga
transfer memberikan cara untuk menyatukan beberapa divisi atau unit usaha untuk
bekerjasama didalam satu perusahaan.
2.1.2

Pengertian Harga Transfer


Pada banyak organisasi yang terdesentralisasi, output dari salah satu divisi

digunakan sebagai pada divisi lainnya. Hal ini menimbulkan suatu masalah akuntansi.
Bagaimana cara menilai barang-barang yang ditransfer, bila divisi-divisi diperlukan
sebagai pusat pertanggungjawaban, maka divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba
operasional dan pengembalian atas investasi. Jadi, nilai barang yang transfer merupakan
pendapatan bagi divisi yang mengirim (penjual) dan biaya bagi divisi yang menerima
4

(pembeli). Nilai ini, atau harga internal, disebut dengan harga transfer (transfer price).
Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas
suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari
kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Dalam arti luas harga transfer meliputi harga pokok produk atau jasa yang
ditransfer antarpusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. Harga transfer yang selaras
dengan tujuan perusahaan adalah harga yang dibuat sedemikian rupa sehingga divisi
penjualan dan divisi pembelian yang terlibat dalam transfer akan mengambil keputusan
yang sama atas harga dan kuantitas transfer yang akan dibuat sekiranya keputusan
tersebut diambil oleh manajemen pusat. Dengan demikian pengertian harga transfer ini
meliputi semua bentuk alokasi biaya dari departemen pembantu dan departemen
produksi dan harga jual produk atau jasa yang ditransfer antar pusat laba. Dalam arti
sempit harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang dibebankan untuk semua
komponen yang ditransfer antar pusat laba oleh divisi penjual pada divisi pembeli dalam
perusahaan yang sama. Karena manajer pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba
yang diperoleh, maka setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba, selalu
diperhitungkan didalamnya unsur laba.
Harga Transfer menurut pajak, Menurut Gunadi (2006) transfer
pricing menyebabkan ketidakadilan dalam perpajakan karena perbedaan struktur
perusahaan . Perusahaan yang dipecah-pecahkan menjadi suatu grup dapat merekayasa
laba sehingga meminimalkan pajak. Sementara itu, perusahaan tunggal harus membayar
pajak seperti apa adanya. Ada dua pendekatan yang direkomendasikan dalam buku Tax
Law design and Drafting (IMF 1996) untuk menegakkan keadilan perpajakan, yaitu:
1) Merumuskan dalam ketentuan domestik, suatu negara dapat mengambil laba
global grup dan mengalokasikan sebagian laba tersebut berdasar formula tertentu
kepada sumber yang berada di negaranya dan kemudian memajaki bagian laba
dimaksud
2) Suatu negara dapat menentukan laba dari cabang usaha (bentuk usaha tetap) atau
anak perusahaan yang beroperasi di negaranya terpisah dari grup berdasar harga
yang wajar yang seharusnya terjadi apabila transaksi dilakukan dengan di luar
grupnya

2.2 Tujuan Harga Transfer


Secara umum, tujuan penetapan harga transfer adalah untuk memindahkan data
keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan pada waktu
mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama. Selain itu, transfer
pricing digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan dalam lingkup perusahaan
multinasional, transfer pricing digunakan untuk meminimalkan pajak dan bea yang
mereka keluarkan diseluruh dunia.
Tujuan harga transfer yang terjadi antar unit, antara lain :
a) Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan timbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
b) Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita usaha
c) Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual
d) Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
Tujuan harga transfer dalam perusahaan :
1) Untuk mentransmisikan data keuangan diantara departemen-departemen atau divisidivisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama
lain. Sistem penentuan harga transfer normalnya diterapkan dalam kegiatan-kegiatan
usaha yang terdesentralisasi guna menentukan apakah tujuan organisasi organisasional
sudah dicapai didalam setiap divisi. Sebagai contoh, harga transfer haruslah
mengarahkan manajer-manajer untuk mengambil keputusan sebaik mungkin dalam hal
apakah akan membeli atau menjual produk atau jasa kedalam ataupun ke luar
perusahaan.
2) Untuk mengevaluasi kinerja segmen dan dengan demikian memotivasi manajer divisi
penjualan dan divisi pembelian menuju keputusan yang selaras dengan tujuan secara
keseluruhan. Selain itu, perusahaan dengan lingkup multinasional akan menggunakan
harga transfer untuk meminimalkan pajak, tarif, dan bea meraka di seluruh dunia.

2.3 Metode Pendekatan Untuk Menetapkan Harga Transfer


6

1) Harga Transfer Berdasarkan Biaya Kesempatan sebagai Pedoman Penetapa Harga


Pasar
Dalam penyusunan kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi
penjul dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya opportunitas mampu
mengakomodasikan pandangan kedua divisi melalui pengidentifikasian harga terendah
yang dapat diterima divisi penjul dan harga tertinggi yang dapat dibayar divisi pembeli.
Harga yang memenuhi kondisi terendah dan tertinggi tersebut dapat disamakan dengan
biaya opprtunitas transfer internal. Harga tersebut ditetapkan bagi masing-masing divisi
sebagai berikut :
a) Harga Transfer Minimum
Adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih
buruk apabila barang dijual kepada divisi internal daripada dijual kepada pihak luar.
Hal ini kadang disebut sebagai batas bawah (floor) dari jangkauan penawaran.
b) Harga Transfer Maksimum
Adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi
lebih buruk apabila suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang
sama dibeli secara eksternal. Hal ini kadang disebut sebagai batas atas (ceiling)
dari jangkauan penawaran
Pendekatan biaya kesempatan menuntun divisi-divisi menentukan saat yang tepat
untuk melakukan transfer internal. Tepatnya, transfer internal sebaiknya dilakukan pada
saat biaya kesempatan (harga minimum) divisi penjual lebih rendah dari biaya
kesempatan (harga maksimum) divisi pembeli. Dari defenisinya, pendekatan ini
menjamin bahwa tidak seorang manajer pun dirugikan oleh transfer internal. Artinya,
dalam praktek, laba divisional total tidak berkurang dengan adanya transfer internal.
2) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar
Apabila terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang
ditransfer, maka harga transfer yang sesuai adalah harga pasar. Harga pasar (market
price) adalah harga beli ataupun harga jual oleh pembeli dan penjual independen. Harga
transfer dasar pasar adalah (market-based transfer price) adalah harga pasar luar produk,
dan boleh saja disesuaikan untuk penghematan biaya angkut, kredit, dan biaya lainnya

yang dapat dihindari dengan menjual ke divisi terkait dalam perusahaan. Harga pasar,
jikalau memang ditentukan, merupakan harga transfer yang paling ideal.
Pada umumnya, apabila terdapat harga pasar untuk produk atau jasa yangdijual di
antara kalangan di dalam perusahaan, perusahaan akan mengadopsi harga pasar sebagai
basis harga transfernya. Harga pasar menyediakan penilaian yang independen terhadap
produk atau jasa yang ditransfer, dan bagaimana setiap pusat laba memberikan kontribusi
kepada keseluruhan laba yang dicetak oleh perusahaan. Pada umumnya, divisi pembelian
dan divisi penjualan menganggap bahwa harga pasar adil dan masuk akal. Divisi
pembelian tidak dapat mengeluhkan bahwa harga pasar terlampau tinggi karena harga
pasar tersebut menunjukkan harga yang sama yang akan dibayarnya di pasar terbuka.
Demikian pula, divisi penjualan tidak dapat memprotes harga transfer terlalu rendah
karena harga serupalah yang akan diterimanya di pasar terbuka.
Pendekatan biaya kesempatan juga mengisyaratkan bahwa harga transfer yang
sesuai adalah harga pasar. Karena divisi penjual mampu menjual produknya pada harga
pasar, maka transfer internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan
mengakibatkan divisi tersebut mengalami kerugian. Demikian pula dengan divisi
pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar mungkin tidak akan
bersedia membayar lebih tinggi dari harga pasar untuk barang yang ditransfer secara
internal. Karena harga transfer maksimum bagi divisi pembeli adalah juga harga pasar,
maka satu-satunya harga transfer yang memungkinkan adalah harga pasar.
Dalam kenyataanya, menerapkan harga transfer yang berbeda dari harga pasar
akan mengurangi profitabilitas keseluruhan perusahaan. Prinsip ini dapat digunakan
untuk mengatasi konflik-konflik yang mungkin terjadi.
Keterbatasan harga pasar adalah harga transfer tidak dapat selalu didasarkan atas
harga pasar, karena harga pasar tidak selalu ada. Jikalau sebuah produk dibuat menurut
spesifikasi yang ditetapkan oleh divisi pembelian, produk serupa kemungkinan besar
tidak akan dijumpai di pasar, sehingga harga pasarnya tidak ada. Bahkan meskipun
produk serupa dijual dipasar, divisi pembelian mungkin membeli dalam jumlah yang
sedemikian banyaknya sehingga pasar menjadi tidak relevan. Perusahaan raksasa dalam
industri baja, otomotif, pertambangan dan peralatan listrik adalah sedemikan besarnya
sehingga apabila sebuah komponen dibeli dari pasar luar sebagai pengganti pembelian
dari dalam, maka pembelian dapat menimbulkan pergeseran permintaan pasar yang
menyebabkan harga pasar berfluktuasi.

3) Harga Transfer Berdasarkan Negosiasian


Dalam kenyataanya, pasar dengan persaingan sempurna jarang ada. Dalam
banyak kasus, pembeli atau penjual mampu mempengaruhi harga sampai derajat tertentu
(sebagai contoh, melalui jumlah yang besar, atau melalui penjualan produk yang erat
kaitannya tetapi berbeda, atau melalui penjulan produk yang unik). Apabila
ketidaksempurnaan berlaku dalam pasar produk-produk antara, maka harga pasar
mungkin tidak lagi menjadi alternatif praktis. Dalam hal ini, harga transfer yang
dinegosiasikan mungkin dapat menjadi alternatif praktis. Biaya kesempatan dapat
digunakan untuk menetapkan berbagai batasan pada negosiasi.
Harga transfer negosiasian (negotiated transfer prices) merefleksikan perspektif
kontrolabilitas yang inheren dalam pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi pada
akhirnya bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikannya. Harga transfer
negosiasian pada dasanya tidak lebih murah daripada biaya variabel, dan seharusnya
tidak pula lebih mahal dibandingkan harga pasar (jika memang ada). Harga transfer
negosiasian normalnya dipengaruhi oleh apakah biaya tetap sudah tertutupi atau belum,
apakah divisi penjualan beroperasi dengan kapasitas penuh atau tidak, dan seberapa kuat
daya tawar-menawar divisi penjualan dan divisi pembelian.
Kelemahan harga transfer negosiasian adalah :
a) Seorang manajer divisional yang mempunyai informasi pribadi dapat memanfaatkan
manajer divisi lainnya
b) Ukuran kinerja bisa terdistorsi oleh kecakapan manajer-manajer yang terlibat. Harga
transfer negosiasian, karena menyangkut juga keputusan produksi, bisa sekedar
mencerminkan kepiawaian negosiasi kedua belah pihak ketimbang pertimbangan
ekonomi. Kemahiran negosiasi pada dasarnya tidak menjadi faktor tunggal atau
dominan dalam mengevaluasi manajer divisi.
c) Negosiasi dapat memakan banyak waktu dan tenaga
d) Negosiasi dapat menyebabkan persaingan di antara manajer-manajer divisi yang
terlibat. Persaingan ini dapat menggerogoti semangat kerja sama dan kesatuan yang
sangat penting diseluruh organisasi

Keunggulan harga transfer negosiasian :


9

Harga transfer negosiasian menawarkan beberapa keunggulan menyangkut


keharmonisan tujuan, otonomi, dan evaluasi kinerja yang akurat. Selain itu, harga
transfer negosiasian merupakan wahana untuk mencapai keharmonisan tujuan di seluruh
organisasi. Apabila negosiasi membantu memastikan adanya keharmonisan/keserasian
tujuan, maka manjemen puncak tidak perlu campur tangan dalam urusan divisional.
4) Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Perusahaan yang menggunakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya
mensyaratkan bahwa seluruh transfer berlangsung pada suatu bentuk biaya. Tiga bentuk
dari penetapan harga transfer berdasarkan biaya yang akan dipertimbangkan adalah (1)
biaya penuh, (2) biaya penuh ditambah markup, (3) biaya variabel ditambah biaya tetap.
Dalam ketiga kasus, untuk menghindari pemindahan ketidakefisienan dari satu ke divisi
yang lain, biaya standar harus digunakan untuk menetapkan harga transfer. Namun,
masalah yang lebih penting adalah berkaitan dengan ketepatan penggunaan harga
transfer berdasarkan biaya.
a) Penetapan harga transfer biaya penuh. Biaya penuh meliputi biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari
overhead tetap. Penetapan harga transfer biaya penuh dapat merusak insentif dan
mengganggu ukuran-ukuran kinerja. Harga biaya penuh akan menutup
kemungkinan diberlakukan harga negosiasi.
b) Biaya penuh ditambah markup. Biaya penuh ditambah markup memiliki
persoalan yang sama dengan biaya penuh. Namun biaya ini agak kurang merusak
apabila markup dapat dinegosiasikan. Sebagai contoh, suatu rumusan biaya
penuh ditambah markup mungkin dapat digunakan untuk menggambarkan harga
transfer yang dinegosiasi pada contoh pertama. Dalam beberapa kasus, suatu
rumusan biay apenuh dengan markup mungkin menjadi hasil dari negosiasi, bila
demikian, cara ini hanyalah sebuah contoh lain dari penetapan harga transfer
yang dinegosiasi. Dalam kasus tersebut, penggunaan metode ini diperkenankan.
Namun, penggunaan biaya penuh ditambah markup untuk mewakili semua harga
negosiasi adalah tidak mungkin (misalnya metode ini tidak dapat digunakan
untuk mewakili harga negosiasi pada contoh kedua diatas). Pendekatan yang
lebih baik adalah negosiasi, karena lebih banyak kasus yang dapat diatas dan
biaya-biaya kesempatan dapat dipertimbangkan.

10

c) Biaya variabel ditambah ongkos tetap. Biaya variabel ditambah ongkos tetap
merupakan pendekatan yangdapat digunakan dalam penetapan harg atransfer,
dengan tingkat ongkos tetap dapat dinegosiasikan. Metode ini memiliki satu
keunggulan dibandingkan dengan biaya penuh dengan markup, yakni apabila
divisi penjual sedang beroperasi di bawah kapasitas, maka biaya variabel adalah
kesempatannya.
Dalam ketiga kasus, untuk menghindari pemindahan ketidakefesianan dari satu
divisi ketiga divisi yang lain, biaya standar harus digunakan untuk menetapkan harga
transfer. Namun, masalah yang lebih penting adalah berkaitan dengan ketepatan
penggunaan harga transfer berdasarkan biaya.
Meskipun harga transfer berdasarkan biaya memiliki sejumlah kelemahan,
perusahaan-perusahaan secara aktif menggunakan metode ini, terutama pendekatan biaya
penuh dan pendekatan biaya pebuh ditambah markup. Tentu terdapat beberapa alasan
yang mendorong penggunaanya yang mampu melebihi manfaat dari harga transfer yang
dinegosiasi dan kelemahan metode tersebut. Metode berdasarkan biaya memiliki
keunggulan dalam hal sederhana dan objektif. Namun, kualitas-kualitas tersebut saja
tidak dapat menjustifikasi penggunaannya. Perlu ada beberapa penjelasan lebih lanjut
mengenai penggunaan metode tersebut.
Dalam banyak kasus, transfer antardivisi memberikan dampak yang kecil bagi
profitabilitas divisi. Dalam keadaan demikian, mungkin akan lebih menguntungkan dari
sisi biaya untuk menggunakan suatu alat identifikasi yang mudah, yakni rumusan
berdasarkan biaya daripada menghabiskan waktu dan sumber daya yang berharga dalam
negosiasi.
Dalam kasus-kasus lain, penggunaan biaya penuh ditambah markup mungkin
satu-satunya rumusan yang disepakati dalam negosiasi. Dengan kata lain, rumusan biaya
penuh ditambah markup adalah hasil dari suatu negosiasi, tetapi metode penetapan harga
transfer yang sedang digunakan dilaporkan sebagai biaya penuh ditambah markup.
Segera setelah ditetapkan, rumusan ini dapat digunakan sampai kondisi-kondisi awal
berubah sedemikian rupa sehingga negosiasi ulang diperlukan.
Dengan cara ini, waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk melakukan
negosiasi dapat diminimalkan. Sebagai contoh, barang-barang yang ditransfer dibuat
seragam, dan manajer mungkin kurang mampu mengidentifikasi harga pasar eksternal.
Dalam kasus ini, pembayaran harga berdasarkan biaya penuh ditambah tingkat
pengembalian yang wajar mungkin menjadi pengganti yang baik untuk biaya
kesempatan divisi penjual.
11

Sebuah catatan akhir berkaitan dengan penggunaan harga transfer perusahaan


adalah bahwa banyak perusahaan yang sedang bergerak menuju penggunaan
benchmarking dan outsourcing. Kedua cara tersebut mengurangi kebutuhan atas
penetapan harga internal melalui pengaitan perilaku divisi dengan pasar eksternal.
Benchmarking melibatkan kegiatan penelusuran yang paling efektif dan efisien dalam
aktivitas tertentu.
Sebagai contoh, USAA, suatu perusahaan asuransi, oleh banyak kalangan
dianggap sebagai perusahaan pemimpin dunia dalam pemanfaatan teknologi untuk
berhubungan dengan pelanggannya; L.L. Bean, Inc. (perusahaan eceran katalog dari
Maine) adalah pemimpin dunia dalam kecepatan dan akurasi pemenuhan pesanan
pelanggan. Perusahaan lainnya mengunjungi secara rutin perusahaan-perusahaan tersebut
untuk mempelajari bagaimana cara mereka melakukannya. Akibatnya pada penentuan
harga transfer adalah bahwa perusahaan kurang tertarik dalam pengaturan harga transfer
dan lebih tertarik dalam pencapaian biaya/harga serendah mungkin. Dengan outsourcing,
penyediaan barang atau jasa secara internal dilakukan oleh suatu perusahaan eksternal.
Sekarang, harga transfer adalah harga pasar sebenarnya.
2.4 Dampak Terhadap Penetapan Harga Transfer
Penetapan harga transfer adalah masalah yang rumit. Kita akan membahas
dampak dari harga transfer terhadap divisi-divisi dan perusahaan secara keseluruhan
dalam bagian berikut.
1

Dampak terhadap ukuran kinerja


Penetapan harga transfer mempengaruhi divisi-divisi yang melakukan transfer dan
juga secara keseluruhan. Hal ini terjadi melalui dampak yang ditimbulkannya
terhadap:
a Ukuran-ukuran kinerja divisi
b Laba perusahaan
c Otonomi divisi

Dampak terhadap ukuran kinerja divisi


Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi biaya divisi
pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut,
sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka, dipengaruhi harga
transfer. Karena berpengaruh terhadap ukuran kinerja berdasarkan laba dari kedua

12

divisi (misalnya, ROI dan EVA), maka penetapan harga transfer sering menjadi
masalah yang ditanggapi dengan sangat emosional.
Tabel berikut akan mengilustrasikan dampak harga transfer terhadap dua divisi
ABC, Inc. Divisi A memproduksi suatu komponen dan menjualnya kepada divisi
lain di perusahaan yang sama, yakni Divisi C. Harga transfer sebesar $30 merupakan
pendapatan Divisi A; tentu saja Divisi A mengharapkan harga yang setinggi
mungkin. Sebaliknya, harga transfer $30 tersebut merupakan biaya bagi Divisi C,
seperti layaknya biaya bahan lainnya. Divisi C tentu saja mengharapkan harga
transfer yang serendah mungkin.
ABC Inc.
Divisi A
Memproduksi komponen dan

Divisi C
Membeli komponen dari A harga transfer

mentransfernya ke C dengan harga trnsfer

$30 per unit dan menggunakan

$ 30 per unit

komponen itu untuk memproduksi

produk akhir
Harga transfer =$30 per unit
Harga transfer =$30 per unit
Pendapatan bagi A
Biaya bagi C
Meningkatkan laba bersih
Menurunkan laba bersih
Meningkatkan ROI
Menurunkan ROI
Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer
Dampak nol bagi ABC Inc.
3

Dampak terhadap keuntungan perusahaan


Meskipun harga transfer aktual tidak mempengaruhi perusahaan sebagai satu
kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu mempengaruhi tingkat laba yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam dua cara: jika ia mampu mempengaruhi prilaku
divisi dan jika ia mempengaruhi pajak penghasilan. Divisi-divisi, yang bertindak
secara independen, mungkin menetapkan harga transfer yang memaksimalkan laba
divisi tetapi menimbulkan pengaruh sebaliknya bagi laba perusahaan secara
keseluruhan.
Sebagai contoh, divisi pembeli mungkin memutuskan untuk membeli barang dari
pihak luar karen ahragnya lebih murah harga transfer, yang mana, pada
kenyataannya, biaya produksi barang secra internal jauh lebih rendah daripada harga
transfer. Misalkan, Divisi A dalam tabel diatas menetapkan harga trnsfer sebesar $30
untuk suatu komponen yang biaya produksinya $24. Apabila Divisi C mampu
mendapatkan komponen dari pemasok luar dengan harga $28, maka Divisi C akan
menolak membeli dari Dvisi A. Divisi C dengan demikian akan merealisasi
13

penghematan sebesar $2 per komponen ($30 harga trnsfer internal - $28 harga
transfer eksternal). Namun, apabila Divisi Atidak mampu menggantikan penjualan
intenalnya dengan penjualan eksternal, maka perusahaan secara keseluruhan akan
mengalami kerugian sebesar $4 per komponen ($28 biya pembelian - $24 biaya
produksi internal). Hasilini akan meningkatkan total biaya perusahaan.
Penetapan harga transfer juga dapat mempengaruhi pajak penghasilan perushaan
secara keseluruhan. Hal ini terutama tejadi pad perusahaan multinasional. Namun,
sebagaimana yang umunya berlaku, perusahaan mungkin berupaya mengatur harga
transfer sedemikian rupa sehingga lebih banyak pendapatan yang diberikan kepada
divis yang beroperasi di negara dengan pajak rendah dan biaya yang lebih tinggi
diberikan kepada divisi yang beroperasi di negara dengan pajak tinggi.
Dampak terhadap otonomi
Kerana keputusan penetapan harga transfer dapat mempengaruhi profitabilitas

perusahaan secara keseluruhan, manajemen puncak sering tergoda untuk


mencampuri dan mendikte harga transfer yang mereka kehendaki. Namun, apabila
campur tangan seperti itu menjadi sering dilakukan, maka organisaisi secara efektif
telah menangguhkan proses desentralisasi dengan segala keunggulannya. Organisasi
mengadopsi desentralisasi karena manfaatnya lebih besar dari kerugiaannya. Salah
satu kerugian tersebut adalah munculnya perilaku manajer divisi yang kurang
optimal. Jadi, campur tangan manajemen pusat dalam mengurangi biaya ini dapat
benar-benar menjadi lebih mahal dalam jangka panjang dibandingkan tanpa adanya
campur tangan.

2.5 Masalah Penetapan Harga Transfer


Sistem penetapan harga harus mampu memnuhi tiga tujuan:
1 Evaluasi kinerja yang kuat (Accurate performance evaluation)
Evaluasi kinerja yang kuat berarti bahwa tidak satu pun manajer divisi akan
memperoleh manfaat atas beban manajer divisi lain (dalam arti bahwa satu divisi
2

menjadi lebih baik sementara divisi lain lebih buruk).


Kesesuaian tujuan
Kesesuaian tujuan berarti bahwa para manajer divisi memilih tindakan-tindakan

yang memaksimalkan secara keseluruhan.


Pemeliharaan otonomi divisi
Otonomi berati bahwa manajemen pusat tidak boleh mencampuri kemandirian
manajer divisi dalam membuat keputusan.
14

Masalah penetapan harga transfer (Transfer pricing problem) berkaitan dengan


upaya menciptakan sitem yang secara simultan memenuhi ketiga sasaran diatas. Campur
tangan langsung manajemen pusat dalam menetapkan harga transfer tertentu mungkin
tidak disarankan, namun penegmbangan beberapa pedoman umum yang dapat digunakan
oleh divisi mungkin merupakan suatu hal tepat. Salah satu pedoman diantaranya, disebut
pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost aproach), dapat digunakan untuk
menggambarkan berbagai praktik penetapan harga transfer. Dalam kondisi tertentu,
pendekatan ini cocok dengan sasaran evaluasi kinerja, kesesuaian tujuan dan otonomi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1

Tujuan harga transfer yang terjadi antar unit, antara lain :


a. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan timbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
b. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita usaha
c. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual
d. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
Tujuan harga transfer dalam perusahaan :
a) Untuk mentransmisikan data keuangan diantara departemen-departemen atau
divisi-divisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa
satu sama lain. Sistem penentuanharga transfer normalnya diterapkan dalam
15

kegiatan-kegiatan usaha yang terdesentralisasi guna menentukan apakah tujuan


organisasi organisasional sudah dicapai didalam setiap divisi. Sebagai contoh,
harga transfer haruslah mengarahkan manajer-manajer untuk mengambil
keputusan sebaik mungkin dalam hal apakah akan membeli atau menjual produk
atau jasa kedalam ataupun ke luar perusahaan
b) Untuk mengevaluasi kinerja segmen dan dengan demikian memotivasi manajer
divisi penjualan dan divisi pembelian menuju keputusan yang selaras dengan
tujuan secara keseluruhan. Selain itu, perusahaan dengan lingkup multinasional
akan menggunakan harga transfer untuk meminimalkan pajak, tarif, dan bea
meraka di seluruh dunia.
3

Harga Transfer juga memiliki Pendekatan yakni:


a. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Kesempatan sebagai Pedoman Penetapa Harga
Pasar
b. Harga Tranfer Berdasarkan Harga Pasar
c. Harga Transfer Berdasarkan Negosiasian
d. Harga Transfer Berdasarkan Biaya

3.2

Saran

Semoga dengan adanya penyajian makalah ini pembaca dapat mengetahui apa itu
harga transfer dan dapat mengaplikasikannya di dunia kerja esok.
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
1

https://krispinusharuman.wordpress.com/tag/tujuan-harga-transfer/ (24 Mei 2016)

Buku:
1. Hansen, Mowen, dkk. Manajemen Acoounting. 2005. Salemba Empat: Jakarta.
2. Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. 2002. UPP AMP YK PN: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai