PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang praktisi medik dalam praktek sehari-hari sering dihadapkan pada
berbagai permasalahan pengobatan yang kadang memerlukan pertimbanganpertimbangan khusus, seperti misalnya pengobatan pada kelompok umur tertentu
(anak dan usia lanjut), serta pada kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan
terapi pada kelompok-kelompok tersebut tidak banyak berbeda., tetapi mengingat
masing-masing memliki keistimewaan khusus dalam penatalaksanakannya, maka
diperlukan pendekatan-pendekatan yang sedikit berbeda dengan kelompok
dewasa. Pertimbangan pada usia lanjut, tidak saja diambil berdasarkan ketentuan
dewasa, tetapi perlu beberapa penyesuaian seperti dosis dan perhatian lebih besar
pada kemungkinan efek samping, karena adanya perbedaan fungsi organ-organ
tubuh, dan lebih rentannya usia lanjut terhadap efek samping/efek toksik obat.
Kelompok usia lanjut lebih dikenal dengan istilah geriatri.
Geriatri adalah cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan
pengobatan yang terjadi pada usia tua. Secara fisiologis umumnya gertiari
dianggap sama dengan kelompok umur dewasa. Namun sebenarnya, pada periode
tertentu telah terjadi berbagai penurunan fungsi berbagai organ tubuh. Penurunan
fungsi bisa disebabkan karena proses menua, maupun perubahan-perubahan lain
yang secara fisik kadang tidak terdeteksi. Terdapat perbedaan pendapat mengenai
batasan usia lanjut, namun pada umumnya para peneliti mengambil batas 65
tahun. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bahwa ternyata pada pasien usia
lanjut, umumnya dijumpai lebih dari satu jenis penyakit, satu atau lebih di
antaranya bersifat kronis, sementara penyakit lain yang akut, jika tidak ditangani
dengan baik dapat memperburuk kondisi penderita. Populasi kelompok usia lanjut
sangat bervariasi di bebagai negara, namun umumnya kurang dari 15% jumlah
totalpenduduk. Walaupun jumlahnya relatif kecil, pemakaian obat pada usia lanjut
dapat menjadi masalah antara lain karena : Pertama, kelompok usia lanjut
mengkonsumsi 25% sampai 30% dari total obat yang digunakan di pusat-pusat
penurunan kemampuan
untuk mengurus
diri
sendiri,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Geriatri
padahal pasien usia lanjut belum tentu geriatri. Sebaliknya, pasien geriatri sudah
pasti berusia lanjut.
Penurunan fungsi tubuh pada geriatri ditandai dengan munculnya berbagai
macam penyakit. Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ
sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian
banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara
logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara
demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat
bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini
lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita
lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi,
gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,
gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering
mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,
penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia
memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya (Darmansjah, 1994). Pemberian
obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena beberapa
obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung
membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien
yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek
samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004).
B. Pemakaian Obat Pada Usia Lanjut
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat,
1) Diagnosis dan patofisiologi penyakit
2) Kondisi organ tubuh
3) Farmakologi klinik obat
Setelah dokter mendiagnosis penyakit pasien, maka sebelum penentuan obat yang
dibeikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari obat
yang akan diresepkan. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai
perubahan fisiologik pada organ dan sistema tubuh akan mempengaruhi
tanggapan tubuh terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia
lanjut :
1) Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang
sesungguhnya.
2) Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan
dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya.
3) Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
4) Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu
dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat
umumnya lebih rendah.
5) Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah
ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien.
6) Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi.
C. Perubahan pada usia lanjut yang berkaitan dengan Pemakaian Obat
1. Perubahan farmakokinetik
Telah terbukti bahwa proses menua akan menyebabkan penurunan fungsi
organ, baik sebagai akibat proses degenerasi yang secara ilmiah akan dialami oleh
setiap orang, maupun akibat penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya. Dengan
demikian, ada kemungkinan bahwa kecepatan dan derajat absorpsi, metabolisme,
maupun ekskresi obat berubah pada usia lanjut.
1). Absorpsi
Perubahan dalam hal absorpsi obat pada usia lanjut belum diketahui secara
jelas, tetapi tampaknya tidak berubah untuk sebagian besar obat. Keadaan yang
mungkin dapat mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan
makan, tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia)
dan lebih lambatnya kecepatan pengosongan lambung.
2). Distribusi
Selain oleh sifat fisiko-kimiawi molekul obat, distribusi ditentukan pula
oleh komposisi tubuh, ikatan protein plasma dan aliran darah organ, semuanya
akan mengalami perubahan dengan bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat
akan berbeda pada pasien lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda pada pemberian dosis obat yang sama (Aslam, et al., 2003). Dengan
bertambahnya usia, prosentase air total dan masa tubuh yang tidak mengandung
lemak (lean body mass) menjadi lebih sedikit.
a. Komposisi Tubuh
Pertambahan usia dapat menyebabkan penurunan total air. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan volume distribusi obat yang larut air sehingga
konsentrasi obat dalam plasma meningkat. Pertambahan usia juga akan
meningkatkan massa lemak tubuh. Hal ini akan menyebabkan volume distribusi
obat larut lemak meningkat dan konsentrasi obat dalam plasma turun namun
terjadi peningkatan durasi obat (missal golongan benzodiazepin) dari durasi
normalnya (Aslam, et al., 2003).
b. Ikatan Plasma Protein
Seiring dengan pertambahan usia, albumin manusia juga akan turun. Obatobatan dengan sifat asam akan berikatan dengan protein albumin sehingga
menyebabkan obat bentuk bebas akan meningkat pada pasien geriatri. Saat obat
bentuk bebas berada dalam jumlah yang banyak maka akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi obat dalam plasma meningkat. Hal ini menyebabkan
kadar obat tersebut dapat melampaui konsentrasi toksis minimum (terlebih untuk
obat-obatan poten) (Aslam, et al., 2003). Penurunan albumin secara mencolok
pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh menurunnya aktivitas fisik. Tetapi
dapat juga memberi petunjuk beratnya penyakit sistemik yang diderita, seperti
miokard infark akut, penyakit-penyakit inflamasi dan infeksi berat. Sehingga
obat-obat yang terutama terikat pada albumin akan lebih banyak berada dalam
bentuk bebas. Dengan kata lain, kadar obat-obat tersebut akan meningkat dalam
plasma. Molekul obat yang terikat pada albumin adalah yang bersifat asam lemah.
c. Aliran Darah pada Organ
Penurunan aliran darah organ pada lansia akan mengakibatkan penurunan
perfusi darah. Pada pasien geriatri penurunan perfusi darah terjadi sampai dengan
45%. Hal ini akan menyebabkan penurunan distribusi obat ke jaringan sehingga
efek obat akan menurun (Aslam, et al., 2003). Obat yang mempunyai sifat lipofili
yang kecil, misalnya digoksin dan propranolol, menjadi lebih tinggi kadarnya
dalam darah, walaupun pada dosis yang lazim untuk dewasa. Untuk obat yang
mempunyai sifat lipofilik yang besar, misalnya benzodiazepin, klordiazepoksid,
peningkatan komposisi lemak menyebabkan menurunnya kadar obat dalam darah.
Komposisi protein total pada usia lanjut praktis tidak berubah, tetapi biasanya
terjadi perubahan rasio albumin globulin.
d. Eliminasi
Metabolisme hati dan eskresi ginjal adalah mekanisme penting yang
terlibat dalam proses eliminasi. Efek dosis obat tunggal akan diperpanjang dan
pada keadaan steady state akan meningkat jika kedua mekanisme menurun.
3). Metabolisme
Hepar
berperan
penting
dalam
metabolisme
obat,
tidak
hanya
mekanisme
ekskresi
ginjal.
Kapasitas
hepar
untuk
terdapat
penurunan
aliran
darah
hepar
yang
tampaknya
sangat
tertentu yang mengalami first-pass effect dosis IV sering jauh lebih kecil daripada
dosis oral.
Protein-binding juga dapat menimbulkan efek samping serius. Obat yang
diikat banyak oleh protein dapat digeser oleh obat lain yang berkompetisi untuk
ikatan dengan protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif obat pertama meninggi
sekali dalam darah dan menimbulkan efek samping. Warfarin, misalnya, diikat
oleh protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang
bebas dan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama
obat bekerja. Bila kemudian diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein,
aspirin menggeser ikatan warfarin kepada protein sehingga kadar warfarin-bebas
naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek samping perdarahan spontan.
Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah intensitas perdarahan. Hal ini
juga dapat terjadi pada aspirin yang mempunyai waktu-paruh plasma hanya 15
menit. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara klinis, tetapi untuk obat
yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita (Boestami, 2001)
3.
Perubahan farmakodinamik
Pasien-pasien usia lanjut relatif lebih sensitif terhadap aksi beberapa obat
dibanding kelompok usia muda. Hal ini memberi petunjuk adanya perubahan
interaksi farmakodinamika obat terhadap reseptor yang nampaknya merupakan
hasil perubahan farmakokinetika atau hilangnya respons homeostatis. Mekanisme
pengontrol homeostatis tertentu tampaknya juga mulai kehilangan fungsi pada
usia lanjut, sehingga pola atau intensitas respons terhadap obat juga berubah.
Sebagai contoh tekanan darah rata-rata pada usia lanjut relatif lebih tinggi, tetapi
sementara itu insidensi hipotensi ortostatik juga meningkat secara menyolok.
Demikian pula mekanisme pengaturan suhu juga memburuk dan hipotermia
kurang ditoleransi secara baik pada usia lanjut.
1). Pengaturan temperatur
Hipotermia tidak diharapkan terjadi pada pasien geriatri yang mendapat
beberapa macam obat. Obat-obatan yang menyebabakan terjadinya hipotermia
diantaranya benzodiazepine, opoid, alkohol, dan antidepresan trisiklik dapat
mengakibatkan
obat
obatan
dengan
efek
antihipertensi
cenderung
Untuk pasien usia lanjut dengan katarak atau gangguan visual karena
degenerasi makular, sebaiknya etiket dibuat lebih besar agar mudah
dibaca.
5. Obat-obat yang sering diresepkan pada usia lanjut dan pertimbangan
pemakaian
1. Obat-obat sistem saraf pusat
a. Sedativa-hipnotika
Mengingat sering diresepkannya obat-obat golongan sedativa-hipnotika
pada pasien usia lanjut, maka efek samping obat golongan ini yang diketahui
maupun tidak diketahui oleh pasien relatif lebih sering terjadi. Pasien merasa tidak
enak badan setelah bangun tidur (dapat terjadi sepanjang hari), sempoyongan,
kekakuan dalam bicara dan kebingungan beberapa waktu sesudah minum obat.
Sebagai contoh, waktu paruh beberapa obat golongan benzodiazepin dan
barbiturat meningkat sampai 1,5 kali. Namun lorazepam dan oksazepam mungkin
kurang begitu berpengaruh oleh perubahan ini. Efek samping yang perlu diamati
pada penggunaan obat sedativa-hipnotika antara lain adalah ataksia.
b. Analgetika
Dengan menurunnya fungsi respirasi karena bertambahnya umur, maka
kepekaan terhadap efek respirasi obat-obat golongan opioid (analgetika-narkotik)
juga meningkat. Jika tidak sangat terpaksa dan indikasi pemakaian tidak
terpenuhi, maka pemberian analgetika-narkotik pada usia lanjutnya hendaknya
dihindari
c. Antidepresan
Obat-obat golongan antidepresan trisiklik yang cukup banyak diresepkan
ternyata sering menimbulkan efek samping pada usia lanjut, yang antara lain
berupa mulut kering, retensi urin, konstipasi, hipotensi postural, kekaburan
pandangan, kebingungan, dan aritmia jantung. Jika terpaksa diberikan, maka
sebaiknya dimulai dari dosis terendah, misalnya imipramin 10 mg pada malam
hari. Selain itu diperlukan pula pemantauan yang terus menerus untuk mencegah
kemungkinan efek samping tersebut.
d. Obat-obat kardiovaskuler
a) Antihipertensi
Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sering menjadi masalah, tidak saja
dalam hal pemilihan obat, penentuan dosis dan lamanya pemberian, tetapi juga
menyangkut keterlibatan pasien secara terus menerus dalam proses terapi. Hal ini
karena pengobatannya umumnya jangka panjang. Jika terapi non-obat dirasa
masih memungkinkan, pembatasan
paruh gentasimin, kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali
lipat) dan memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik), maupun organ lain
(misalnya ototoksisitas).
e) Obat-obat antiinflamasi
Obat-obat golongan antiinflamasi relatif lebih banyak diresepkan pada usia
lanjut, terutama untuk keluhan-keluhan nyeri sendi (osteoaritris). Berbagai studi
menunjukkan bahwa obat-obat antiinflamasi non-steroid (AINS), seperti misalnya
indometasin dan fenilbutazon, akan mengalami perpanjangan waktu paruh jika
diberikan pada usia lanjut, karena menurunnya kemampuan metabolisme hepatal.
Karena meningkatnya kemungkinan terjadinya efek samping gastrointestinal
seperti nausea, diare, nyeri abdominal dan perdarahan lambung (20% pemakai
AINS usia lanjut mengalami efek samping tersebut), maka pemakaian obat-obat
golongan ini hendaknya dengan pertimbangan yang seksama. Efek samping dapat
dicegah misalnya dengan memberikan antasida secara bersamaan, tetapi perlu
diingat bahwa antasida justru dapat mengurangi kemampuan absorpsi AINS.
f) Laksansia
Pada
usia
lanjut
umumnya
akan
terjadi
penurunan
motilitas
Penelaahan Terapi
Dalam penelaahan suatu keputusan terapi sebenarnya secara sederhana dan
2). Ketepatan pemilihan obat : obat yang diberikan adalah obat-obat yang terbukti
(secra ilmiah) memebrikan manfaat klinik maksimal, paling aman dan ekonomis
(manfaat maksimal dan resiko minimal).
3). Ketepatan dosis dan cara pemakaian : bentuk sediaan, cara pemberian, besar
dosis, frekuensi dan lama pemberian.
4). Ketepatan (penilaian) pasien : kontra indikasi, ketaatan pasien, efek samping,
efek klinik, dan lain-lain.
9. Pelaksanaan Penugasan
1). Penelaahan dilakukan terhadap satu atau dua kasus pengobatan yang riil
ditemui di lingkungan peserta. Kasus pengobatan adalah setiap orang yang
menderita sakit/gejala sakit tertentu dan mendapatkan pengobatan baik dari
dokter, paramedik dan pihak-pihak lain.
2). Kasus pengobatan ini dapat dipilih dari misalnya teman, famili, atau tetangga
yang pernah sakit dan mendapatkan pengobatan. Pilih kasus-kasus yang masih
dapat mengingat dengan jelas keluhan dan gejalagejala yang diderita, pemeriksaan
yang dialami, obat yang diterima (nama dan dosis), dll. Umumnya kalau sakitnya
dalam tempo kurang lebih 2 minggu terakhir sebelum wawancara.
3). Terhadap kasus yang dipilih tadi dilakukan wawancara dan pencatatan
mengenai penyakitnya, perjalanan, pemeriksaan-pemeriksaan, diagnosis yang
diberikan dokter, obat-obat, dosis, dan aturan pemakaiannya. Catatan: Dalam
wawancara jangan lupa harus minta ijin pada pasien, kalau yang bersangkutan
keberatan jangan diteruskan.
4). Lakukan penelaahan terhadap temuan anda, yakni suatu keputusan terapi
terhadap kasus tersebut, sesuai dengan lembar kerja terlampir. Dalam penelaahan,
anda harus selalu mengacu kepada sumber-sumber pustaka yang dianjurkan, yakni
buku-buku teks mengenai pengobatan
5). Obat-obat yang tertulis dengan nama patent harap dicari nama generiknya dari
package insert atau IIMS/ISO.
10. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan
farmakoterapi lansia
Obat dengan indeks terapi sempit dimulai dengan 1/3 atau dosis lazim.
XLV
S 3 dd 1
R/ HCT
XV
S 1-0-0
R/ Bisoprolol 5
XV
S 1 dd 1
R/ ISDN 5
XV
XLV
S 3 dd 1
R/ Meloxicam 15
XV
S 2 dd 1
R/ Antasida Fl.
S 4 dd C
Pro : Ny. N (61 Th)
a.
Ananmnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan pegal-pegal
pada sekujur badan.
b.
Analisa
Dalam kasus ini pasien menerima 7 item obat dalam sekali waktu konsumsi. 7
item obat tersebut yaitu :
Level
Efek
Penanganan
Alprazolam
Aminofilin
mengantagonis
efek
sedatif
dari Benzodiazepin
Amitriptilin Flukonazol
Kadar Amitriptilin
meningkat,
sehingga
efek
terapi
dan efek samping
juga meningkat
Aminofilin
Obat 2
jika perlu
Asetosal
Glibenklamid
Dapat
Pantau kadar glukosa
meningkatkan efek darah.
Turunkan
hipoglikemia dari dosis Glibenklamid,
Sulfonilurea
jika
terjadi
hipoglikemia.
Pertimbangkan
untuk menggunakan
obat alternatif lain
seperti Parasetamol
atau AINS
Asetosal
Warfarin
Dapat
meningkatkan
aktifitas
Antikoagulan
Bisoprolol
Fumarat
Nifedipin
Kaptopril
Allopurinol
Meningkatkan
risiko
reaksi
hipersensitifitas
bila
digunakan
bersama
Kaptopril
Asetosal
Kaptopril
Kalium
Meningkatkan
kadar
Kalium.
Dapat
menyebabkan
hiperkalemia akut.
Obat 1
Digoksin
Obat 2
Furosemid
Pantau
Sesuaikan
Antikoagulan.
INR.
dosis
Level
Efek
Penanganan
1
Diuretik
dapat Pantau kadar Kalium
Flukonazol
Prednison
menyebabkan
hipokalemia.
Keadaan
hipokalemia
menyebabkan
toksisitas Digoksin
meningkat.
Meningkatkan
efek
Kortikosteroid.
Kemungkinan
dapat
meningkatkan
efek samping.
dan
Magnesium
dalam
plasma.
Gunakan
Diuretik
hemat Kalium.
Pantau
pasien
dengan
seksama
untuk
melihat
kemungkinan
efek
samping
yang
merugikan.
Sesuaikan
dosis
Kortikosteroid, bila
perlu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geriatri adalah cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan
pengobatan yang terjadi pada usia tua.
Interaksi Farmakokinetik
1. Fungsi Ginjal : Perubahan paling berarti saat memasuki usia lanjut ialah
4). Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberi
resiko yang terkecil, dan sejauh mungkin jangan diberikan lebih dari 2 jenis obat.
Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
untuk
mencapai
keberhasilan
farmakoterapi lansia
1). Dosis, keamanan dan manfaat dari obat.
2). Jumlah obat yang diberikan
3). Kepatuhan pasien.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
HASIL DISKUSI
1. Untuk pendosisan geriatri, adakah konversi dosis? Berikan contoh
pendosisan geratri! (vicky yugasworo)
Jawab :
Umur (tahun)
60-70
70-80
80-90
>90
Dosis
4/5 Dosis maksimum
3/4 Dosis maksimum
2/3 Dosis maksimum
Dosis maksimum
Contohnya :
misal Dosis maksimum parasetamol 500 mg untuk sekali pakai,
berapa
dosis
untuk
lansian
berumur
67
tahun.
maka jawabnya : 4/5 x 500 mg = 400 mg untuk sekali pakai lansia umur 67
tahun (kisaran 60-70 tahun)
keparahan
minor
jika
interaksi
mungkin
terjadi
tetapi
jika
terdapat
probabilitas
yang
tinggi
kejadian
yang
kelas
berdasarkan
interevensi
yuang
dibutuhkan
untuk
kombinasi
ini
dihindari,
sebaiknya
penggunaan
yang
dibutuhkan
untuk
mengurangi
risiko.