Anda di halaman 1dari 12

Pembelahan sel adalah suatu proses dimana material seluler dibagi kedalam dua

sel anak. Pada organisme tersebut, yang umumnya dimulai dari satu sel tunggal.
Pembelahan sel juga merupakan suatu proses dimana jaringan-jaringan yang telah
rusak diganti dan diperbaiki. Sel mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri
dengan melakukan pembelahan. Pada hewan uniseluler cara ini digunakan sebagai
alat reproduksi, sedangkan pada hewan multi seluler cara ini digunakan dalam
memperbanyak sel somatis untuk pertumbuhan dan pada sel gamet untuk proses
pewarisan keturunan hingga akhirnya membantu membentuk individu baru.Ada dua
macam pembelahan sel, yaitu pembelahan secara langsung amitosis dan
pembelahan secara tidak langsung mitosis dan meiosis.
Pembelahan sel pada prokariotik
Pada sel prokariotik, materi genetik tersebar didalam suatu badan serupa inti
yang tidak dikelilingi oleh membran. Mikroorganisme yang prokariotik, misalnya
bakteri dan alga hijau-biru. Proses pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda
dengan pembelahan sel pada eukariotik. Pada prokariotik pembelahan sel
berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi
materi genetik, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma yang didahului
dengan pembentukkan dinding sel baru. Proses pembelahan yang demikian
dinamakan amitosis. Amitosis adalah pembelahan sel secara langsung tanpa
melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Ciri-ciri sel prokariotik adalah bahan genetik (DNA) tidak terstruktur dalam bentuk
nukleus, DNA terdapat pada nukleolit yang tidak terselubungi oleh membran.
Secara umum sel prokariotik memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
sel eukariotik. Setiap prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan sering terlihat
dalam tipe rantai, agregat, atau kelompok sel yang jumlahnya ratusan.
Pembelahan sel pada eukariotik
Pada sel-sel eukariotik, hal pembagian material genetik secara persis sama adalah
lebih kompleks. Sebuah sel eukariotik mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak
DNA dibanding sebuah sel prokariotik. Disamping itu, DNA ini berbentuk linea,
membentuk sejumlah kromosom yang jelas berbeda. Sebagai contoh, sel-sel
somatik (tubuh) manusia mempunyai 46 kromosom, masing-masing berbeda satu
sama lainnya. Pada saat sel-sel ini membelah, setiap sel anak harus menerima satu
duplikat dan hanya satu dari setiap 46 kromosom. Disamping itu, sel-sel eukariotik
mengandung berbagai macam organela dan ini juga harus dibagi sec ara merata
diantara sel-sel anak. Pada sel eukariotik memiliki inti sel yang sangat kompleks
dengan selubung inti yang terdiri dari dua membran. Sel-sel pada tubuh hewan dan
tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik. Mikroorganisme yang
eukariotik, misalnya protozoa, protista, dan semua jamur.

Siklus sel
Sel-sel mengalami pembelahan melalui serangkaian proses yang terjadi berulang kali darin
pertumbuhan ke pembelahan, yang dikenal sebagai siklus sel, siklus sel terdiri atas lima fase
utama : G1, S, G2, mitosis, dan sitokinesis. Durasi (lamanya) masing-masing fase dari siklus ini
berfariasi dari beberapa jam sampai beberapa hari, bergantung dari tipe sel dan faktor-faktor luar
seperti suhu dan nutrisi yang tersedia.
Siklus sel merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi kromosom
sel dan organel didalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Pada eukariotik (sel bernukleus),

proses perbanyakan atau sintesis bahan genetik terjadi sebelum berlangsungnya proses
pembelahan sel, mitosis atau meiosis.
Sel yang mempunyai kemampuan membelah adalah sel "muda" atau sel immature yang belum
memiliki fungsi tertentu. Pada kondisi lingkungan yang mendukung sel akan memasuki siklus
sel dan menghasilkan 2 sel identik. Sel yang tidak lagi membelah akan keluar dari siklus dan
berdeferensiasi menjadi sel yang mature dengan struktur dan fungsi tertentu.
Pada dasarnya siklus sel terdapat 2 fase utama yaitu fase S (DNA sintesis) dan fase M
(Mitosis). Pada fase S terjadi duplikasi kromosom, organele dan protein interseluler dan pada
fase M terjadi pemisahan kromosom dan pembelahan sel. Sebagian besar sel memerlukan waktu
ekstra untuk proses sintesis sehingga pada siklus sel terdapat ekstra fase Gap yaitu Gap 1 antara
fase M dan fase S serta Gap 2 antara fase S dan Mitosis. Hal ini mendasari pembagian fase
menjadi 4 fase yaitu Fase G1, Fase S, Fase G2 (ketiganya disebut Interfase) dan fase M (mitosis
dan sitokinesis). Interfase adalah fase istirahat, sel ini sebenarnya sangat aktif secara biokimia
walaupun terlihat tidak ada perubahan morfologi (waktu lama, 23 jam dalam 1 siklus 24 jam). M
phase (mitosis) merupakan inti dari siklus sel dan secara morfologi terjadi perubahan yang jelas
teramati berupa kromosom yang tertarik ke kutub, sitogenesis dan akhirnya sel terbagi menjadi
dua (waktu cepat, 1 jam dalam 1 siklus 24 jam).
Fase Gi dan G2 bukan hanya sebagai ekstra waktu proses sintesis namun juga berperan sebagai
ekstra waktu bagi sel untuk memonitor kondisi lingkungan internal dan eksternal sebelum masuk
ke fase S dan M. Jika kondisi lingkungan tidak mendukung maka sel berhenti berprogress pada
G1 dan bahkan memasuki kondisi resting state pada Go (G zero). Go ini dapat berlangsung
selama berhari-hari, bertahun-tahun atau sampai sel mati. Jika kondisi lingkungan mendukung
dan terdapat sinyal untuk tumbuh maka sel akan memulai proses pada suatu titik akhir G1 yang
disebut titik "Start". Setelah melalui titik ini sel akan mulai masuk fase S ditandai dengan
Replikasi DNA yang terus berlangsung bahkan walau signal pertumbuhan dan pembelahan sudah
tidak ada.
Bagan tipe pembelahan sel

1. Amitosis
Adalah pembelahan inti secara langsung diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Proses
pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik. Pada
prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan sel,
duplikasi materi genetic, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma yang didahului
dengan pembentukan dinding sel baru. Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis,
amitosis adalah pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada
sel bakteri.
Kromosom hasil duplikasi, awalnya akan menempel pada membrane plasma. Selanjutnya,
akan terjadi pertumbuhan antara dua tempat perlekatan kromosom untuk melakukan pemisahan
materi inti. Kemudian akan terjadi sitokenesis yang diikuti dengan terbentuknya dinding sel baru

hingga dua sel anakan terbentuk, pembelahan yang demikian juga sering disebut dengan
pembelahan biner (binary fision) atau pembelahan sel secara langsung.

2. Mitosis
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang
dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma
dan membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi
organel dan komponen sel yang nyaris sama. Mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis
(fase M) pada siklus sel, di mana sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetik
yang sama dengan sel awal.
Mitosis terjadi hanya pada sel eukariot. Pada organisme multisel, sel somatik mengalami mitosis,
sedangkan sel kelamin (yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina)
membelah diri melalui proses yang berbeda yang disebut meiosis. Sel prokariot yang tidak
memiliki nukleus menjalani pembelahan yang disebut pembelahan biner.
Karena sitokinesis umumnya terjadi setelah mitosis, istilah "mitosis" sering digunakan untuk
menyatakan "fase mitosis". Perlu diketahui bahwa banyak sel yang melakukan mitosis dan
sitokinesis secara terpisah, membentuk sel tunggal dengan beberapa inti. Hal ini dilakukan
misalnya oleh fungi dan slime moulds. Pada hewan, sitokinesis dan mitosis juga dapat terjadi
terpisah, misalnya pada tahap tertentu pada perkembangan embrio lalat buah.
Hasil utama dari mitosis adalah pembagian genom sel awal kepada dua sel anakan. Genom
terdiri dari sejumlah kromosom, yaitu kompleks DNA yang berpilin rapat yang mengandung
informasi genetik vital untuk menjalankan fungsi sel secara benar. Karena tiap sel anakan harus
identik secara genetik dengan sel awal, sel awal harus menggandakan tiap kromosom sebelum
melakukan mitosis. Proses penggandaan terjadi pada pertengahan intefase, yaitu fase sebelum
fase mitosis pada siklus sel.
Setelah penggandaan, tiap kromosom memiliki kopi identik yang disebut sister chromatid, yang
berlekatan pada daerah kromosom yang disebut sentromer. Sister chromatid itu sendiri tidak
dianggap sebagai kromosom.
Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu
Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya terdapat
masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel).
Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti.
Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai berikut:
Proses mitosis secara konvensional dibagi 6 fase yaitu interfase, profase, prometafase, metafase,
anafase, dan telofase (awal dan akhir). Profase biasanya merupakan fase terpanjang, dengan
mengambil waktu kurang lebih 60 % dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam mitosis.
Selama pembelahan mitosis yang berlangsung pada sel hewan dan sel tumbuhan.

Tahap interfase merupakan tahap persiapan yang esensial untuk pembelahan sel karena pada
tahap ini kromosom direplikasi.
Saat pembelahan sel, kromatin dikemas sangat padat/kompak sehingga tampak sebagai
kromosom. Selama interfase, kromatin tidak terlalu terkondensasi untuk ekspresi informasi
genetik. Nukleus telah terbentuk dengan jelas dan dibungkus oleh selubuing nukleus. Tepat di
luar nukleus terdapat dua sentrosom yang terbentuk sebelumnya oleh replikasi sentrosom
tunggal.
1. Kromatin menebal, memendek kromosom
2. Nukleolus melebur
3. Sentriol memisah benang-benang gelendong mulai terbentuk
4. Dinding inti mulai melebur tapi belum seluruhnya
5. Kromosom menduplikasi kromatid
1. Dinding inti benar-benar melebur, benang gelendong meluas
2. Terdapat bidang pembelahan (ekuator)
3. Kromatid menuju bidang pembelahan berkumpul / berderet pada bidang pembelahan
4. Terbentuk benang antar kromatid / benang interkromosom ( interzonal )

1. Dimulai dengan pemisahan kromatid pada sentromernya


2. Sentromer dari masing-masing kromatid membelah menjadi dua
3. Kromatid memisah dari bidang pembelahan kromoson
4. Kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan ( pergerakan ini dibantu oleh kontraksi benang
kromosom dan dorongan benang interkromosomal

1. Kromosom yang telah sampai di kutubnya mulai memanjang kembali kromatin


2. Anak inti dibentuk kembali
3. Dinding inti dibentuk kembali
4. Benang-benang gelendong hilang
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui terbentuknya
cincin kontraktilyang terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengahg sel. Cincin kontraktil

ini menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua sel anak.
Masing-masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel-organel selnya.
Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditenganh-tengah sel.
Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukan dalam tahap telofase.
Hasil mitosis :
1) Satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 2 sel anakan yang masing-masing diploid.
2) Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induknya.

3. Meiosis
Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan secara meiosis
adalah:
Terjadi di sel kelamin
Jumlah sel anaknya 4
Jumlah kromosen 1/2 induknya
Pembelahan terjadi 2 kali
Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis,
terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk
terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu
pembelahan meiosis I dan pembelahan meiosis II.
Tahap Pofase I :
Profase pada meiosis membutuhkan waktu yang lama dan lebih kompleks daripada proses
profase mitosis. Diawali dengan mulai tampaknya benang-benang kromosom tunggal yang
ramping dan panjang (fase leptoten). selnjutnya kromosom mulai menjadi lebih padat dan
memendek. Setiap homolog dari masing-masing kromosom terdiri atas dua kromatid kembar
yang saling berpasangan. Dalam proses ini keadaan ssperti di atas disebut sinapsis (fase zigoten),
sutau struktur protein suatu kompleks sinaptonemal melekatkan kromosom yang homolog
dengan kuat bersama-sama sepanjang kromosom. Bila sinaptonemal kompleks menghilang pada
akhir profase, masin-masing paangan kromosom akan terlihat di bawah mikroskop dalam bentuk
tetrad, suatu kelompok yang terdiri atas empat kromatid (fase pakiten). Pada bermacam-macam
tempat, sepanjang-panjangnya kromatid dari kromosom yang homolog saling manyilang (fase
diploten). Persilangan tersebut disebut khiasma. Khiasma tersebut mengikat pasangan-pasangan
kromosom yang homolog bersama-sama sampai pada anafase I. Sementara komponenkomponen lain dari sel menyiapkan diri untuk pembelahan inti, hal yang sama tersebut terlihat
selama mitosis. Sentrosoma bergerak menjauhi satu sma lain, dari kumparan atau gelendong
mikrotubul akan terbentuk di antara keduanya. Membran inti dan nukleoli menghilang (fase
diakinesis). Akhirnya kumparan mikrotubul menangkap kinetokor yang terbentuk pada
kromosom dan kromosom mulai bergerak menuju keping metafase. Profase I, yang dapat
berlangsung sehari atau bahkan lebih lama, merupakan ciri khas lebih dari 90% waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan meiosis.
Tahap Metafase I :
Kromosom-kromosom sekarang tersusun dalam keping metafase dan tetap pada pasangan
homolognya. Mikrotubul kinetokor dari satu kutub sel terkait pada satu kromosom dari tiap-tiap

pasangannya. Sementara mikrotubul dari kutub yang berlawanan terikat pada pasangan
homolognya.
Tahap Anafase I :
Seperti halnya pada mitosis, benang kumparan mengarahkan gerakan kromosom ke kutub-kutub.
Meskipun demikian, kembaran kromatid tetap melekat pada sentrosomernya sebagai satu
kesatuan ke arah kutub yang sama. Kromosom yang homolog bergerak ke arah kutub yang
berlawanan. Hal ini berbeda/berlawanan dengan perilaku kromosom selama mitosis. Dalam
mitosis tampak merupakan individu pada keping metafase ketimbang sebgai pasangan, dan
kromatid kembar dari setiap kromosom terpisah.
Tahap telofase I dan sinokinesis
Anggota dari setiap pasangan kromososm homolog terus bergerak sampai mendekati kutub dari
sel. Setiap kutub sekarang mempunyai satu kromosom yang haploid, tetapi setiap kromosom
masih memilki dua kromatid kembar. Biasanya sitokinesis (pembelahan sitoplasma) berlangsung
simultan atau bersamaan dengan telofase I menghasilkan dua sel kembar. Lekukan pembelahan
terbentuk pada sel hewan dan keping sel pada sel tumbuhan. Pada speises yang sama, kromosom
berkondensasi dan membran nukleus dan nuklei terbentuk kembali. Bila tidak ada hal-hal
khusus, terjadi replikasi dari materi genetik lebih dahulu sebelum berlangsungnya meiosis kedua.
Tahap profase II
Benang-benang kumparan terbentuk dan kromososm terususn dengan cepat pada keping
metafase II.
Tahap metafase II
Seluruh kromososm berada pada keping metafase II, seperti yang tampak pada mitosis dengan
kinetokor dari setiap pasangan kromatid, masing-masing kromososm mengarah ke kutub yang
berlawanan.
Tahap anafase II
Sentromer dari kromatid kembar akhirnya terpisah dan saudara dari setiap pasangan sekarang
menjadi kromosom tersendiri bergerak ke arah kutub yang berlawanan dari sel.
Tahap telofase II
Nuklei terbentuk pada kedua kutub yang berlawanan, selanjutnya berlangsung sitokinesis. Pada
sitokinesis yang sempurna, akan didapatkan empat sel kembar dengan masing-masing memilki
jumlah kromosom yang haploid dari kromosom yang mengalami replikasi.
Meiosis (Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap pembelahan seperti
pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom.
Meiosis terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis II Baik meiosis I maupun
meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap
pada pembelahan reduksi adalah sebagai berikut :
Berbeda dengan pembelahan mitosis, pada pembelahan meiosis antara telofase I dengan profase
II tidak terdapat fase istirahat (interfase). Setelah selesai telofase II dan akan dilanjutkan ke
profase I barulah terdapat fase istirahat atau interface.
1. Pembelahan miosis pertama :
Replikasi DNA kromosom (2n-4n), membentuk pasangan homolog, kemudian mengadakan
cross-over kromatid, pemisahan membentuk kiasma, terjadi pertukaran gen interkromosom
homolog. Jumlah akhir kromosom pada pembelahan miosis pertama : kromosom sel anak =
kromosom sel induk = 2n = 23 ganda.
2. Pembelahan miosis kedua :

Nonreplikasi, pembelahan pada sentromer, Jumlah akhir kromosom pada pembelahan miosis
kedua : kromosom sel anak = kromosom sel induk = n = 23 tunggal.
Hasil meiosis :
1) Satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 4 sel anakan yang masing-masing haploid (n).
2) Jumlah kromosom sel anak setengah dari jumlah kromosom sel induknya.
3) Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel-sel gamet seperti sperma dan ovum (sel telur).
Tujuan pembelahan sel secara tidak langsung yaitu:
1. mitosis : regenerasi
2. miosis : mengurangi kromosom (2n 46xx/xy diploid menjadi 1n 23x/y haploid).
PERBEDAAN ANTARA MITOSIS DENGAN MEIOSIS
Mitosis
Meiosis
Tujuan
pada tumbuhan bersel satu
Pada hewan bersel banyak
untuk memperbanyak diri
untuk membentuk sel
(reproduksi)
kelamin (gamet). Meiosis
pada hewan bersel banyak
berfungsi mengurangi jumlah
untuk perbanyakkan sel dan
kromosom agar keturunannya
pertumbuhan
memilki jumlah kromosom
yang sama.
pada tumbuhan terjadi di
benang sari dan putik
Tempat terjadinya
pada tumbuhan mitosis
pada tumbuhan terjadi di
terjadi di jaringan-jaringan
benang sari dan putik
meristematis, misalnya di
pada hewan terjadi di alat
ujung batang, ujung akar, dan kelamin
kambium
pada hewan terjadi di sel-sel
somatis
Tahapan sel

terjadi lewat satu rangkaian


tahap yaitu profase, metafase,
anafase, telofase, dan
interfase.

terjadi lewat dua rnagkaian


tahap yaitu meosis I dan
meosis II
- Meiosis I
Profase I (leptonema,
zigomena,
pakinema,diplonema,
diakinesis), metafase I,
anafase I, telofase I
- Meiosis II
Profase II, metafase II,
anafase II, dan telofase II

Sel anak

dua sel anakan yang


memilki jumlah kromosom
seperti induknya (diploid)

empat sel anakan yang


memiliki setengah jumlah
kromosom induknya
(haploid)

BAB III
PENUTUP

Dari uraian makalah ini, diperoleh kesimpulan bahwa sel merupakan unit kehidupan makhluk
hidup. Setiap sel melakukan aktivitasnya masing-masing layaknya individu. Sel melakukan
reproduksi layaknya makhluk hidup. Baik secara amitosis, mitosis, meiosis. Banyak sekali
kegunaan reproduksi ini seperti, pada sel meristem tumbuhan berfungsi untuk pertumbuhan,
sedangkan pada sel epitel manusia untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau sudah tua dan
lainnya.

rinsip proses peleburan dengan tanur induksi


Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan
kumparan sekunder. Kumparan sekunder yang diletakkan di dalam medan mahnit kumparan primer akan
menghasilkan arus induksi. Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku
peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup
mencairkannya.
Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan sebagai tanur induksi frekuensi jala-jala
(50 Hz 60 Hz) dengan kapasitas lebur diatas 1 ton/jam dan tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz 10000 Hz)
untuk tanur dengan kapasitas lebur rendah.
Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih dahulu dengan menggunakan thyristor
menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum dialirkan kekumparan primer.
Secara umum tanur induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:

Tanur induksi jenis saluran, yang digunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi untuk menahan
temperatur cairan agar tidak turun).

Tanur induksi jenis krus, yang digunakan sebagai tanur peleburan.

Pemanasan hanya dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak keatas, sedangkan
bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran. Dengan demikian cairan di dalam tanur akan
mengalami sirkulasi.
Tanur induksi jenis krus dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis bahan yang dilebur,
sehingga terdapat tanur induksi frekuensi jala-jala, tanur induksi frekuensi menengah dan tanur induksi frekuensi
tinggi.
Dengan demikian bahan baku peleburan pada tanur induksi dengan frekuensi kerja terpasang yang memiliki dimensi
lebih kecil dari harga yang tertulis pada tabel diatas, harus dilebur dengan bantuan sisa cairan di dalam tanur.
Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku minimumnya sedemikian besar, maka
peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan
sekurang-kurangnya 1/3 cairan di dalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya.
Akibat dari adanya arus induksi yang terus menerus mengalir di dalam cairan maka akan terjadi pergerakan cairan
yang disebut sebagai stirring. Kualitas dan kuantitas stirring ditentukan oleh tinggi atau rendahnya frekuensi kerja
dan jumlah fasa listrik yang digunakan.
Sedangkan frekuensi kerja yang semakin rendah akan mengakibatkan stirring secara kualitatif menjadi semakin
besar namun kuantitatif sedikit sehingga akan muncull sebagai gejolak cairan. Frekuensi kerja yang semakin tinggi
akan mengakibatkan stirring yang terjadi kecil namun merata disetiap bagian dari cairan, sehingga cairan akan
tampak lebih tenang.

Pemuatan bahan peleburan


Proses peleburan dengan tanur induksi akan semakin efisien bila menggunakan bahan baku yang masif (berukuran
besar) dan kompak. Keuntungan yang diperoleh dari bahan masif adalah:

Bahan yang dilewati oleh medan induksi lebih banyak sehingga menghasilkan enerji panas yang lebih
besar.

Permukaan bahan yang bersentuhan dengan udara sedikit sehingga mengurangi efek oksidasi.

Bahan homogen dengan komposisi yang serupa sehingga mengurangi faktor kesalahan peramuan.

Mengurangi kemungkinan bahan asing dan kotoran ikut terbawa pada saat pemuatan sehingga lebih dapat
menjamin pencapaian komposisi yang dikehendaki serta mengurangi terak ataupun bahaya-bahaya lain yang
ditimbulkannya.

Ketersediaan cairan di dalam tanur juga akan dapat meningkatkan kecepatan peleburan. Maka dalam hal pemuatan
bahan kedalam tanur indsuksi berlaku urutan sebagai berikut:
Tanur induksi frekuensi jala-jala:

Sarting blok untuk awal peleburan.

Sisa cairan, yaitu 1/3 dari kapasitas tanur untuk peleburan lanjutan.

Besi kasar.

Bahan daur ulang.

Besi bekas.

Baja bekas.

Carburisher (bersama baja bekas).

Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi dimuatkan paling akhir.

Poin 1 merupakan tuntutan wajib bagi tanur induksi frekuensi jaringan, sebab tanpa starting block proses peleburan
tidak dapat berlangsung. Sedangkan poin 2 adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3
sampai 8 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.
Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:

Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).

Besi kasar.

Bahan daur ulang.

Besi bekas.

Baja bekas.

Carburisher (bersama baja bekas).

Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi dimuatkan paling akhir.

Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan dengan tanur induksi frekuensi menengah
sampai tinggi tetap dapat dilakukan. Sedangkan poin 2 sampai 7 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan
tersebut digunakan.

Rangkuman

Tanur induksi digunakan pada proses peleburan besi, baja cor dan sedikit nonferro.

Enerji peleburan diperoleh dari bahan bakar listrik.

Tanur induksi terdiri dari dua jenis yaitu jenis saluran (untuk proses penahanan temperatur) dan jenis krus
(untuk proses peleburan).

Ukuran bahan baku sangat ditentukan oleh frekuensi kerja tanur induksi.

Kualitas peleburan sangat ditentukan oleh lining tanur induksi.

Efisiensi peleburan akan naik bila bahan baku yang digunakan berukuran besar dan masif (kompak).

Langkah Operasi Peleburan Tanur Induksi[

Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :

Memasukan bahan dasar

Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10 kW.

Pemberian beban 60 120 kW

Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya

Penambahan beban 120 190 kW (full power), hingga seluruh bahan mencair.

Masukan bahan paduan

Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan (lihat tabel), kemudian periksa komposisi dari sampel
ke laboratorium.

Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan 60 kW.

Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan

Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa temperatur

Tapping

Keuntungan-keuntungan Induction furnace dibandingkan Electric arc furnace

Tidak menggunakan elektrode sehingga mengurangi karburasi yaitu masuknya karbon ke dalam baja.

Pengontrolan selama operasi lebih mudah.

Terjadi sirkulasi logam cair sehingga mempercepat reaksi kimia yang etrjadi.

Baja yang dihasilkan lebih homogen.

Anda mungkin juga menyukai