Anda di halaman 1dari 7

FARMASAINS Vol 2 No.

4, Oktober 2014

PENGGUNAAN PROTON-PUMP INHIBITORS (PPI) PADA ANAK DENGAN KASUS GASTROESOPHAGEAL


REFLUX DISEASE (GERD)
Using The proton-pump inhibitors (PPI) for Children with Case Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Muhamad Syaripuddin
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengmbangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Naskah diterima tanggal 8 Oktober 2014
ABSTRACT
Gastroesophageal reflux disease (GERD) defined as reflux dysfunction occurring between
gastric to the esophagus. It is signed by the weakening of pressure or function of the
Lower Esophageal Spincter (LES). Almost 18% of babies suffering from GERD were
caused by the weakening of LES. The PPI drugs have been used frequently for adult but
not yet clear its safety for children usage. This paper aimed to identify the considerations
using PPI for children with GERD symptom. Several literatures related with the use of
PPI for children with GERD have been searched and collected. The keywords being
used were efficacy and safety, proton pump inhibitors, children dan use in PDF format
using google search engine. The chosen literatures that in accordance with this papers
aim, then being analyzed qualitatively, discussed and finally concluded. This review
concluded that the efficacy data of PPI has been widely found. However it is critical to
consider the benefit and harm emerge if it is going to be used in Indonesia. Children
aged one year up can use PPI for GERD cases but those less than one year are
suggested to use procinetic and H2-receptor antagonist drugs.
Keywords : Proton-Pump Inhibitors usage, Gastroesophageal Reflux Disease, children
ABSTRAK
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kelainan reflux yang terjadi antara
lambung dengan esofagus yang berhubungan dengan melemahnya tekanan atau fungsi
dari Lower Esophageal Spincter (LES). Hampir 18% populasi bayi menderita GERD dan
kebanyakan disebabkan karena lemahnya LES. Obat golongan PPI merupakan obat
yang sering digunakan pada kasus GERD pada orang dewasa namun belum jelas
penggunaannya pada anak. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam menggunakan PPI untuk terapi GERD pada anak. Literatur
yang berkaitan dengan penelitian penggunaan PPI pada anak dengan kasus GERD
dicari dan dikumpulkan. Pencarian dilakukan dengan menggunakan kata kunci efficacy
and safety, proton pump inhibitors, children dan use dalam format pdf dengan google
search engine. Literatur yang didapat dipilih sesuai dengan tujuan, dianalisis secara
kualitatif, dilakukan pembahasan dan pada akhirnya ditarik kesimpulan. Kesimpulan
yang dapat diambil dari review ini adalah data efektifitas obat golongan PPI sudah banyak
ditemukan, namun perlu dipertimbangkan manfaat dan kerugian yang akan ditimbulkan
apabila obat tersebut ingin digunakan di Indonesia. Anak dengan usia diatas 1 tahun
dapat menggunakan obat golongan PPI pada kasus GERD namun anak dengan usia
dibawah 1 tahun obat golongan prokinetik dan obat golongan antagonis H2-reseptor
merupakan obat pilihan.
Kata kunci : penggunaan, Proton-Pump Inhibitors, Gastroesophageal Reflux Disease,
anak.
PENDAHULUAN
Gastroesophageal reflux disease (GERD)
adalah kelainan reflux yang terjadi antara lambung
dengan esofagus. Dalam beberapa kasus GERD
Alamat korespondensi:

BALITBANGKES Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta


Pusat, 10560
email : madsyarirsa@yahoo.co.id

berhubungan dengan melemahnya tekanan atau fungsi


dari spingter esofagus bagian bawah atau Lower
Esophageal Spincter (LES). Penyakit GERD ini banyak
menyerang pada usia lebih dari 40 tahun dan 10-20%
penduduk di negara-nagara barat menderita simtom
penyakit ini. Walau kematian karena penyakit ini jarang
terjadi namun dapat menurunkan kualitas hidup bagi
penderitanya. Keparahan simtom penyakit GERD tidak
selalu berhubungan dengan keparahan esofagitis tetapi

196

Penggunaan Proton-Pump Inhibitor (PPI) ...... (Muhamad Syaripuddin)

lebih berhubungan dengan lamanya reflux yang terjadi.


Tujuan pengobatan penyakit GERD adalah mengurangi
simtom, mengurangi frekuensi terjadinya penyakit,
meningkatkan pengobatan luka mukosa dan mencegah
komplikasi (Williams and Schade, 2008).
Secara umum obat yang digunakan untuk
kasus GERD dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
golongan pertama adalah obat prokinetik seperti
betanekol, metoklopramid, domperidon, dan cisaprid.
Golongan kedua adalah golongan protektif mukosa
seperti sukralfat dan asam alginat. Golongan ketiga
adalah golongan antasid seperti aluminium hidroksida
dan magnesium hidroksida. Golongan keempat adalah
golongan obat supresi asam seperti Antagonis H2reseptor dan PPI (Maton, 2003). Proton-pump Inhibitors
merupakan inhibitor selektif terhadap enzim H +K+Adenosin trifoafat (ATPase) yang mengkatalisis langkah
akhir sekresi asam lambung. Lima jenis obat yang
termasuk dalam Proton-pump Inhibitors adalah
pantoprazol, omeprazol, esomeprazol, lansoprazol dan
rabeprazol (Walage, 2003). Pada semua jenis PPI
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah obat
terpapar dengan respon farmakodinamik yang
dihasilkan (Shi and Klotz, 2008).
Pengobatan penyakit GERD dilakukan dengan
berbagai tahapan yaitu pertama dengan modifikasi gaya
hidup dan pengobatan mandiri pasien dengan antasid,
obat bebas golongan antagonis H2-reseptor dan obat
bebas golongan PPI. Kedua dengan intervensi
farmakologi yaitu menggunakan obat golongan supresi
asam yang kuat. Ketiga adalah dengan intervensi terapi
seperti bedah anti reflux atau terapi endoskopi.
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
menurunkan berat badan, mengatur sudut aantara
kepala dengan tempat tidur, mengkonsumsi makanan
yang kecil dan tidak makan 3 jam sebelum tidur,
menghindari makanan atau obat yang dapat

menyebabkan GERD, berhenti merokok dan


menghindari alkohol (Williams and Schade, 2008).
Pembedahan dilakukan apabila terjadi kegagalan dalam
terapi GERD secara farmakologi. Teknik pembedahan
yang tinggi dan laporan yang kontinyu tentang hasil
pembedahan sangat diperlukan untuk pasien anak
(Tovar et al., 2007).
Apabila selama dua minggu modifikasi gaya
hidup dan terapi sendiri tidak memberikan respon yang
baik maka terapi dirubah dengan menggunakan supresi
asam. Obat golongan supresi sama yang sering
digunakan adalah golongan antagonis H2-reseptor dan
golongan PPI. Obat golongan antagonis H2-reseptor
yang sering digunakan diantaranya : simetidin,
famotidin, nizatidin dan ranitidin. Obat golongan PPI
yang sering digunakan adalah esomeprazol,
lansoprazol, omeprazol, rabeprazol dan pantoprazol.
Pasien dengan simtom ringan sampai sedang dapat
menggunakan obat golongan antagonis H2-reseptor
sedangkan pasien dengan simtom sedang hingga berat
dapat menggunakann obat golongan PPI (Williams and
Schade, 2008). Beberapa data penelitian menunjukkan
bahwa obat golongan PPI lebih baik daripada golongan
antagonis H2-reseptor dalam mensupresi asam
(Guimaraes et al., 2010).
Diantara obat golongan PPI sendiri terdapat
kelebihan satu dengan yang lainnya, sebagai contoh
esomeprazol dengan dosis 40 mg sehari lebih efektif
dalam mengontrol asam lambung dibandingkan dengan
omeprazol, lansoprazol, pantoprazol dan
rabeprazolpada pasien dengan kaus GERD (Miner et
al., 2003). Pada kasus erosif esofagitis lansoprazol
dengan dosis 30 mg tidak memiliki perbedaan efektifitas
dengan omeprazol secara meta analisis (Sharma and
Leontiadis, 2001).
Hampir 18% populasi bayi menderita GERD
dan kebanyakan disebabkan karena lemahnya LES.

Tabel I. Obat yang Digunakan pada Kasus GERD untuk Bayi dan Anak
Tipe
pengobatan
Antagonis H2reseptor
Simetidin
Ranitidin
Famotidin
Nizatidin
Proton-pump
Inhibitors
Omeprazol
Lansoprazol
Pantoprazol
Esomeprazol
Rabeprazol
Prokinetik
Cisaprid
Metoklopramid
Erythromisin

197

Rekomendasi dosis

40 mg/kg/hari dalam 3 dosis, maksimum 150 mg dalam 2 dosis


5-10 mg/kg/hari dalam 3 dosis, maksimum 300 mg dalam 2 dosis
1 mg/kg/hari dalam 2 dosis, maksimum 20 mg dalam 2 dosis
10 mg/kg/hari dalam 2 dosis
1 mg/kg/hari dalam 4 atau 2 dosis, maksimum 20 mg dalam 2 dosis
15 mg dalam 4 dosis (BB<30kg), atau 30 mg dalam 4 dosis (BB>30 kg)
Dosis dewasa 40 mg dalam 4 dosis, anak belum direkomendasikan
0.7-3,3 mg/kg/hari
20 mg sehari
0,8 mg/kg/hari dalam 4 dosis, maksimum 20 mg dalam 4 dosis
0,1-0,8 mg/kg/hari dalam 4 dosis, maksimum 15 mg dalam 2 dosis
9 mg/kg/hari dalam 3 dosis

FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014

Penggunaan obat golongan PPI sering digunakan


walau Food Drug and Administration (FDA) belum
mengijinkan penggunaannya pada anak (Williams and
Schade, 2008). Uji klinik menunjukkan bahwa
penggunaan PPI pada bayi tidak efektif. Data
keamanan yang lebih besar dan uji klinik randomized,
placebo-contrroled trial diperlukan untuk meyakinkan
penggunaan obat golongan PPI pada anak (Tolia,
2010). Pasien anak yang pernah menderita GERD
juga beresiko untuk mengalami kembali penyakit
tersebut setelah beranjak dewasa (Park and Chang,
2012).
Berdasarkan umur, perkembangan anak dari
bayi hingga dewasa dapat digolongkan menjadi 3
tahap. Tahap pertama adalah bayi berusia antara 1
hingga 12 bulan, tahap kedua adalah balita dan anak
berusia antara 1 hingga 10 tahun dan tahap ketiga
adalah anak dewasa berusia antara 11 hingga 18 tahun
(Bharwani, 2011). Zat promolitik dan antagonis H2reseptor sering digunakan untuk menangani kasus
GERD pada anak dan bayi. Dosis obat golongan
antagonis H2-resseptor dapat dilihat dalam tabel
berikut (Lorenzo et al., 2006; Lightdale and Gremse,
2013).
Obat golongan PPI merupakan obat yang
sering digunakan pada kasus luka lambung, GERD
dan infeksi oleh helicobacter pylori baik pada orang
dewasa atau pada anak diatas usia 1 tahun. Semua
obat golongan PPI belum memiliki dosis yang tepat
untuk anak dibawah 1 tahun kecuali omeprazol untuk
kasus erosi esofagitis (Ward and Kearns, 2013).
Pada kasus penggunaan PPI, data dengan bukti yang
cukup merupakan alasan yang kuat untuk dijadikan
alasan menggunakan obat pada anak tanpa studi klinik
lebih lanjut (Tafuri et al., 2009). Strategi pengobatan
kasus GERD pada anak didasarkan kepada studii
pengobatan pada orang dewasa. Strategi ini
didasarkan kepada sedikitnya jumlah kontrol dan
randomisasi pada pasien anak (Guimaraes et al.,
2006). Oleh karena itu artikel ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menggunakan PPI untuk terapi kasus GERD
pada anak.
METODOLOGI
Literatur yang berkaitan dengan penelitian
penggunaan PPI pada anak dengan kasus GERD
dicari dan dikumpulkan. Pencarian dilakukan dengan
menggunakan kata kunci efficacy and safety, proton
pump inhibitors, children dan use dalam format pdf
dengan google search engine. Literatur yang didapat
kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan tujuan
penulisan artikel. Artikel yang dipilih, dianalisis secara
kualitatif, dilakukan pembahasan dan pada akhirnya
ditarik kesimpulan.
PenelitianPenggunaan PPI pada Anak dengan
Kasus GERD.
Beberapa penelitian yang mendukung dan kurang
mendukung penggunaan PPI pada anak pernah

dilakukan di berbagai negara. Penelitian yang


mendukung penggunaan PPI pada anak akan
dipaparkan dibawah ini. Satu penelitian menyatakan
bahwa dosis lansoprazole untuk kasus reflux esofagitis
yang aman dan efektif untuk anak sebesar 30 mg/m2
atau 1,4 mg/kg (Faure et al., 2001). Penelitian di Amerika
menyatakan bahwa pantoprazol belum disetujui untuk
digunakan oleh mereka yang berusia dibawah 18 tahun,
sedangkan di Eropa pantoprozol boleh digunakan oleh
mereka yang berusia diatas 12 tahun (Tolia, 2008).
Omeprazol yang diberikan pada dosis 0,3-3,5 mg/kg
sekali sehari yang diberikan selama 12 minggu efektif
untuk mengobati esofagitis pada anak (Monzani and
Oderda, 2010). Penelitian penggunaan esomeprazol
yang diberikan dengan dosis 0,2-1,0 mg/kg selama 8
minggu pernah dilakukan pada anak usia 1-11 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa esomeprazol efektif untuk
mengatasi kasus erosif esofagitis pada populasi anak
dengan GERD (Tolia et al., 2010).
Data penelitian lain menyebutkan bahwa PPI dapat
digunakan oleh mereka yang berusia diatas 11 tahun
(Hassall et al., 2007). Penelitian di India menyebutkan
bahwa berdasarkan terapi empirik yang dilakukan di
India, PPI dapat digunakan pada anak dewasa untuk
mengatasi simtom reflux (Poddar, 2013). Penelitian lain
menyatakan bahwa pasien anak yang menderita reflux
esofagitis tanpa penyakit lain yang berbahaya dapat
disembuhkan dengan obat supresi asam (Park and
Chang, 2012).
Efektifitas obat golongan PPI dalam mengobati luka
lambung, GERD dan infeksi Helicobacter pylori sudah
terbukti untuk anak berusia diatas 1 tahun. Bagi pasien
anak yang berusia dibawah 1 tahun efektifitas obat
golongan PPI belum terbukti kecuali omeprazol pada
kasus erosif esofagitis. Pengobatan jangka panjang
pada pasien anak dengan kasus GERD tidak
menimbulkan kanker dan kelainan yang signifikan (Ward
and Kearns, 2013). Pernyataan diatas diperkuat dengan
penelitian yang melibatkan anak usia 3 sampai 12 bulan
dengan kasus GERD atau esofagitis yang diberikan
omeprazol selama 4 minggu. Penelitian ini menyatakan
bahwa omeprazol mereduksi paparan asam esofagus
dibandingkan dengan plasebo secara signifikan (Moore
et al., 2003). Data lain menyatakan bahwa esomeprazol
memiliki sifat farmakologi yang lebih baik dari
omeprazol. Esomeprazol juga memiliki kemampuan
yang sama dengan omeprazol untuk mengobati kasus
GERD pada anak (Guimaraes et al., 2010).
Penelitian yang kurang mendukung penggunaan obat
golongan PPI pada anak akan dipaparkan dibawah ini.
Sistematik review untuk melihat efektifitas dan kemanan
PPI pernah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa
PPI tidak efektif dalam mengurangi simtom GERD pada
bayi. Walaupun PPI dapat ditoleransi dengan baik pada
anak namun percobaan PPI yang menggunakan placebo
dan kontrol pada anak masih jarang (Van der Pol et al.,
2011). Sistematik review tentang penggunaan obat
supresi asam untuk mengobati GERD pada bayi dan
anak pernah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa

198

Penggunaan Proton-Pump Inhibitor (PPI) ...... (Muhamad Syaripuddin)

penggunaan antagonis H2-reseptor dan PPI


berhubungan erat dengan kejadian infeksi
gastrointestinal, pneumonia, sepsis dan nekrosis
enterokolitis pada bayi dan anak. Berdasarkan hasil
analisis ini maka perlu diperhatikan penggunaan obat
supresi asam (antagonis H2-reseptor dan PPI) dalam
kasus GERD pada bayi dan anak (Chung and Yardley,
2013).
Sistematik review tentang efektifitas PPI
untuk kasus GERD pada anak sudah dilakukan pada
12 studi yang melibatkan anak usia 0 hingga 17 tahun.
Hasilnya menyatakan bahwa untuk bayi penggunaan
PPI lebih efektif pada 1 studi, tidak efektif pada 2 studi,
dan sama efektif pada 2 studi dibandingkan dengan
plasebo dalam mereduksi simtom GERD. Hasil
analisis menyatakan bahwa PPI tidak efektif dalam
mereduksi sim tom PPI. Percobaan yang
menggunakan kontrol dan plasebo jarang dilakukan
dan data yang mendukung keamanan penggunaan PPI
jarang dilakukan (Lightdale and Gremse, 2013).
Penelitian lain yang menilai efek PPI dengan satuan
waktu minggu pernah dilakukan terhadap pasien anak
dengan GERD. Hasilnya menunjukkan bahwa PPI
tidak berpengaruh terhadap total kejadian reflux,
jumlah cairan yang di keluarkan namun dapat
menurunkan keasaman dari cairan tersebut. hasil
penelitian ini juga menyatakan bahwa esofagitis dapat
disembuhkan dengan menggunakan PPI selama 2
bulan (Turk et al., 2013).
PEMBAHASAN
Data penelitian tentang efektifitas
penggunaan obat golongan PPI untuk kasus GERD
pada anak sudah banyak dipublikasikan dari berbagai
negara. Sebagian data mendukung dan sebagian data
lagi kurang mendukung penggunaan obat golongan
PPI untuk kasus GERD pada anak. Namun dari
litaratur yang merekomendasikan dosis pemakaian
untuk kasus GERD pada anak maka dapat dikatakan
bahwa obat golongan PPI dapat digunakan untuk anak
usia diatas 1 tahun.
Walaupun beberapa sistematik review dan
meta analisis sudah dilakukan untuk menilai
penggunaan PPI pada kasus GERD anak, namun
untuk penerapan di Indonesia m asih perlu
dipertimbangkan. Petimbangan itu perlu didukung oleh
data yang komprehensif dan terstruktur tentang
pengalaman atau penelitian yang melibatkan anak di
Indonesia. Data ini sangat penting mengingat kondisi
anak Indonesia berbeda dengan kondisi anak di
negara lain, baik dari segi sifat genetik, asupan
makanan, paparan penyak it dan lingkungan
disekitarnya. Dengan lengkapnya data tersebut maka
akan mudah bagi dokter anak atau dokter lain yang
merawat anak untuk merekomendasikan penggunaan
obat golongan PPI pada anak dengan kasus GERD.
Saat ini diperlukan pertimbangan yang
matang untuk menggunakan obat golongan PPI pada

199

anak. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang


akan dialami merupakan langkah yang tepat dalam
mengobati GERD pada anak. Bagi anak yang berusia 1
tahun atau lebih, data yang mendukung sudah cukup
namun perlu dipertimbangkan penggunaan obat lain untuk
mengatasi kasus GERD pada anak seperti obat golongan
antagonis H2-reseptor dan obat golongan prokinetik.
Data terbaru merekomendasikan penggunaan kombinasi
kedua golongan obat ini untuk bayi dan anak. Sedangkan
anak yang berusia kurang dari 1 tahun penggunaan
golongan antagonis H2-reseptor dibolehkan seperti
ranitidin mulai usia bayi 1 bulan.
Hal ini berkaitan dengan fungsi motilitas
saluran cerna pada bayi yang belum sempurna sehingga
diperlukan obat yang meningkatkan fungi motilitas
saluran cerna. Penggunaan obat prokinetik akan
meningkatkan motilitas saluran cerna. Dengan
meningkatkan motilitas saluran cerna maka proses
pergerakan esofagus akan meningkat dan proses
pengosongan lambung akan lebih cepat. Hal ini akan
mendorong isi lambung lebih cepat kedalam usus,
sehingga gerakan reflux saluran cerna bisa dihindari.
Studi literatur ini kurang lengkap tanpa
pengalaman klinik, penelitian khusus tentang
penggunaan PPI pada anak dan pendapat dari para ahli
khususnya dokter anak spesialis gastrohepatologi anak
di Indonesia. Sehingga perlu langkah koordinasi yang
menghasilk an
kesepakatan
tertulis
yang
merekomendasikan penggunaan obat golongan PPI
pada kasus GERD baik pada bayi balita dan anak.
Kesepakatan ini penting agar para dokter atau perawat
tidak ragu dalam melakukan terapi menggunakan obat
golongan PPI pada kasus GERD anak. Kesepakatan
ini akan lebih baik jika dibuat dalam bentuk panduan
pengobatan GERD pada bayi, balita dan anak. Panduan
ini dapat disebarluaskan ke seluruh rumah sakit atau
puskesmas di Indonesia. Dengan adanya buku panduan
diharapak an tidak ada keragu-raguan dalam
menggunakan obat golongan PPI untuk mengonbati
kasus GERD pada bayi, balita dan anak.
KESIMPULAN
Dari beberapa literatur dan hasil pembahasan
yang dilakukan dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1. Data efektifitas obat golongan PPI sudah banyak
ditemukan namun perlu dipertimbangkan manfaat
dan kerugian yang akan ditimbulkan. Sehingga
diperlukan panduan pengobatan GERD dengan
menggunakan PPI yang sesuai dengan kondisi anak
di Indonesia.
2. Obat golongan PPI dapat digunakan pada kasus
GERD untuk anak dengan usia diatas 1 tahun
sedangkan anak usia dibawah 1 tahun bisa
menggunakan obat golongan prokinetik seperti
metoklopramid dan obat golongan antagonis H2reseptor seperti ranitidin.

FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014

DAFTAR PUSTAKA
Bharwani, S. 2011. GERD ic children from infancy to
adolescence. Journal of Medical Sciences,
4, 25-39.
Chung, E. Y. & YARDLEY, J. 2013. Are there risk
associated with empiric acid suppression
treatment of infant and children suspected of
having gastroesophageal reflux disease ?
Hospital Pediatric, 3, 16-23.
Faure, C., MICHAUD, L., SHAGHAGHI, E. K.,
POPON,
M.,
LAURENCES,
M.,
MOUGENOT, J. F., HANKARD, R., NAVARO,
J. & JACQZ-AIGRAIN, E. 2001. Lansoprazole
in children: pharmacokinetics and efficacy in
reflux oesophagitis. Aliment Pharmacol Ther,
15, 1397-1402.
Guimaraes, E. V., GUERRA, P. V. & PENNA, F. J.
2010. Management of gastroesophageal reflux
disease and erosive esophagitis in pediatric
patients: focus on delayed-release
esomeprazole. Ther Clin Risk Manag, 6, 5317.
Guimaraes, E. V., MARGUET, C. & CAMARGOS, P.
A. 2006. Treatment of gastroesophageal reflux
disease. J Pediatr (Rio J), 82, S133-45.
Hassall, E., KERR, W. & EL-SERAG, H. B. 2007.
Characteristic of children receiving PPI
continuosly for up to 11 years duration. The
Journal of Pediatrics, 262-267.
Lightdale, J. R. & GREMSE, D. A. 2013.
Gastroesophageal reflux: management
guidance for the pediatrician. Pediatrics, 131,
e1684-95.
Lorenzo, C. D., BLANK, C. & SAPS, M. 2006. Special
consideration in dosing/consideration in
special populations: Children. In: WOLF, M.,
DAVIS, G. L., FARRAYE, F. A., GIANELLA,
R. A., MALAGELA, J.-R. & STEER, M. L.
(eds.) Therapy of Digestive Disorder. Second
ed.: Elsevier Inc.
Maton, P. N. 2003. Profile and assessment of GERD
pharmacotherapy. Cleveland and Clinic
Journal of Medicine, 70, 51-70.
Miner, P., KATZ, P. O., CHEN, Y. & SOSTEK, M. 2003.
Gastric Acid Control With Esomeprazole,
Lansoprazole, Omeprazole, Pantoprazole and
Rabeplazole: A Five-Way Crossover Study.
The American journal of Gastroenterology, 98,
2614-2620.
Monzani, A. & ODERDA, G. 2010. Delayed-release
oral suspension of omeprazole for the
treatment of erosive. Clinical and
Experimental Gastroenterologi, 3, 17-25.
Moore, D. J., TAO, B. S.-K., LINES, D. R., HIRTE,
C., HEDDLE, M. L. & DAVIDSON, G. P. 2003.
Double-blind placebo-controlled trial of
omeprazole in irritable infants with

gastroesophageal reflux. The Journal of


Pediatrics, 143, 219-223.
Park, K. Y. & CHANG, S. H. 2012. Gastro-Esophageal
Reflux Disease in Healthy Older Children and
Adolescents. Pediatric Gastroenterology,
Hepatology & Nutrition, 15, 220.
Poddar, U. 2013. Diagnosis and management of GERD
indian perspective. Indian Pediatrics, 50, 119126.
Sharma, V. K. & LEONTIADIS, G. I. 2001. Meta-analysis
of randomized controlled trial comparing
standard clinical doses of omeprazole and
lansoprazole in erosive oesophagitis. Aliment
Pharmacol Ther, 15, 227-231.
Shi, S. & KLOTZ, U. 2008. Proton Pump Inhibitors: an
update of their clinical use and
pharmacokinetics. Eur J Clin Pharmacol, 64,
935-951.
Tafuri, G., TROTTA, F., LEUFKENS, H. G., MARTINI,
N., SAGLIOCCA, L. & TRAVERSA, G. 2009.
Off-label use of medicines in children: can
available evidence avoid useless paediatric
trials? The case of proton pump inhibitors for
the treatment of gastroesophageal reflux
disease. Eur J Clin Pharmacol, 65, 209-16.
Tolia, V. 2008. Pantoprozole in pediatric
gastroesophageal reflux disease. Pediatric
Health, 2, 135-140.
Tolia, V. 2010. Whats New About Gastroesophageal
Reflux Disease in Pediatric Population. Revista
de Gastroenterologia de Mexico, 2, 279-281.
Tolia, V., YOUSSEF, N. N., GILGER, M. A., TRAXLER,
B. & ILLUECA, M. 2010. Esomeprazole for the
treatment of erosive esophagitis in children: an
international, multicenter, randomized, parallelgroup, double-blind (for dose) study. BMC
Pediatr, 10, 41.
Tovar, J. A., LUIS, A. L., ENCINAS, J. L., BURGOS, L.,
PEDERIVA, F., MARTINEZ, L. & OLIVARES,
P. 2007. Pediatric surgeons and
gastroesophageal reflux. J Pediatr Surg, 42,
277-83.
Turk, H., HAUSER, B., BRECELJ, J., VANDENPLAS,
Y. & OREL, R. 2013. Effect of proton pump
inhibition on acid, weakly acid and weakly
alkaline gastro-esophageal reflux in children.
World J Pediatr, 9, 36-41.
Van Der Pol, R. J., SMITS, M. J., VAN WIJK, M. P.,
OMARI, T. I., TABBERS, M. M. & BENNINGA,
M. A. 2011. Efficacy of proton-pump inhibitors
in children with gastroesophageal reflux
disease: a systematic review. Pediatrics, 127,
925-35.
Walage, L. S. 2003. Pharmacologic Properties of Proton
Pump Inhibitors. Pharmacotherapy, 23, 74-80.
Ward, R. M. & KEARNS, G. L. 2013. Proton pump
inhibitors in pediatrics : mechanism of action,

200

Penggunaan Proton-Pump Inhibitor (PPI) ...... (Muhamad Syaripuddin)

pharmacokinetics, pharmacogenetics, and


pharmacodynamics. Paediatr Drugs, 15, 11931.

201

W illiams, D. B. & SCHADE, R. R. 2008.


Gastroesophageal Reflux Disease. In: DIPIRO,
J. T., TALBERT, R. L., YEE, G. C., MATZKE,
G. R., WELLS, B. G. & POSEY, L. M. (eds.)
Pharmacotherapy A Pathophysiologic

FORMULIR BERLANGGANAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

Alamat

Telp.
Fax.
Instansi

berminat berlangganan FARMASAINS


Biaya dikirimkan melalui:
W esel ke alamat Redaksi
Transfer melalui rekening

Nama Jelas

Anda mungkin juga menyukai