Anda di halaman 1dari 3

Indonesia adalah negara yang memegang nilai demokrasi, tapi mengapa di Indonesia

masih tetap mempertahankan bentuk pemerintahan yang monarki pada suatu wilayahnya.
Sistem monarki adalah bentuk pemerintahan yang menerapkan kekuasaan yang tertinggi
pada seseorang tanpa melihat pada sumber sifat-sifat dasar pemilihan dan batas waktu
jabatannya. Secara hukum Indonesia menerapkan dasar demokrasi dalam pemerintahannya,
sehingga terdapat ketetapan tentang kekuasaan daerah (desentralisasi) dalam pemerintahan
Indonesia. Apabila dilihat dari Pasal 18A ayat (1), Pasal 18B ayat (1) dan (2). Dalam Pasal 18A
ayat (1) diamanatkan bahwa Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah provinsi, kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah. Lebih lanjut dalam Pasal 18B ayat (1) dan (2) diatur
bahwa (1) Negara mengakui dan menghormati Satuansatuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dalam undang-undang. (2) Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Bentuk pemerintahan yang dimaksudkan adalah bentuk pemerintahan monarki yang
dilaksanaka oleh Yogyakarta. Dilihat dari sejarah, Yogyakarta dahulunya merupakan kerajaan
yang besar dan dipimpin oleh sultan. Kerajaan Yogyakarta ini memiliki pengaruh penting dalam
proses kemerdekaan Indonesia juga memiliki hubungan yang baik antara pendiri Negara
Indonesia dan sultan Yogyakarta.
Pernyataan Presiden Republik Indonesia yang mengatakan bahwa tidak mungkin ada
sistem Monarki (Kerajaan) dalam negara yang berdasarkan Demokrasi, yang merupakan sistim
resmi di Indonesia. Atas pernyataan tersebutlah yang mengundang berbagai reaksi baik dari
Keraton atau Sultan Hamengkubuwono X sendiri yang merupakan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta, masyarakat Yogyakarta maupun Kalangan politik dan Pemerintahan. Tentu jika di
lihat dari sejarah Daerah Yogjakarta telah terlebih dahulu lahir dari indonesia, peryataan presiden
tersebut mencederai semangat persatuan Rakyat Yogyakarta.
Apakah Pemerintahan di Yogyakarta memang menggunakan sistem monarki.?Jika di lihat
dari situasi yang terjadi bila dilihat dari sudut pandang secara teoritis, sistem Pemerintahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan menganut/memakai sistem monarki yang terlihat
dari pemilihan kepala daerah/Gubernur yang dilakukan dari keturunan sultan/raja terdahulu atau
turun-temurun yang dimana pemilihan kepada daerah tersebut berbeda dengan Propinsi pada
umumnya. Namun bila dinilai dari sudut pandang sejarah serta keadaan yang ada Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta juga tidak bisa dikatakan memakai sistem monarki yang artinya,
Indonesia adalah Negara demokrasi yang segalanya ditentukan dan diperuntukan oleh dan
kepada rakyat, jadi rakyatlah yang berkuasa penuh didalam penyelenggaraan pemerintahan. Dan
yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah atas kehendak rakyat, dimana rakyat
terutama masyarakat Yogyakarta yang lebih nyaman hidup dengan model/sistem kesultanan yang

sudah melekat dari nenek moyang mereka sehingga masyarakat merasa tentram dan nyaman
serta tidak adanya paksaan atas kepemilihan kepala daerah/gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dilakukan secara turun-temurun. Hal itu terlihat dari dengan adanya berbagai
dukungan dari berbagai lapisan masyarakat Yogyakarta kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X
yang merupakan raja sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta setelah adanya
pernyataan dari Presiden tentang kemonarkiaan Yogyakarta.
Berbeda halnya dengan arti monarki seutuhnya, yaitu dimana raja bersifat absolute
artinya kekuasaan tidak bisa diganggu gugat, dan tentu saja dibalik sistem yang dinilai keras
tersebut pastilah menuai ketidak sukaan/kurang nyamannya rakyat terhadap sistem monarki
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa kondisi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak
terlihat adanya pemerintahan monarki.
Secara landasan hukum, masalah suksesi kepemimpinan di DIY diatur dalam UU No.
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (LN 1999 No 60; TLN 3839) dan secara birokrasi dan tata
pemerintahan setara dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia

KESIMPULAN
Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, pemerintah telah menetapkan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai gubernur D.I.Yogyakarta. Tentunya dengan sistem
pemerintahan yang dijalankan Sri Sultan pada waktu itu mengingat beliau adalah seorang raja
dari Kraton Yogyakarta. Pada tahun 1945, demokrasi belum diterapkan di negara kita. Baru pada
tahun 1955, demokrasi diterapkan dalam bentuk pemilihan umum pertama di Indonesia.
Bagaimana mungkin seorang raja akan mengubah sistem pemerintahannya seketika selama
baliau menjabat sebagai raja. Sedangkan masyarakatnya sudah merasa nyaman, tentram dengan
adanya seorang raja sebagai pemimpin.
Kenyataan sekarang ini pemerintah berupaya menerapkan sistem demokrasi secara utuh,
tetapi di sisi lain di Yogyakarta sudah terlebih dahulu menerapkan sistem pemerintahan monarki,
dimana seorang pemimpin diangkat secara turun-temurun dan merupakan seorang raja.
Kita kembali ke makna demokrasi bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Itu
artinya bahwa dengan penerapan demokrasi secara sempurna, rakyat akan merasa dihargai dan
terwujud integrasi yang utuh. Hal itulah yang justru sudah terrealisasikan di daerah yang sangat
menjunjung tinggi kearifan lokal seperti Yogyakarta. Masyarakat yang telah menerima sebuah
tradisi luhur akan sangat sulit untuk diubah ke dalam sistem baru yang belum tentu sesuai
dengan budaya yang sudah melekat. Khusunya di daerah Yogyakarta, kearifan lokal dengan
adanya kraton serta raja telah membuktikan bahwa di daerah tersebut hubungan yang terjalin
antara pemerintah dengan rakyat sangat dekat. Itulah yang menjadi keistimewaan Yogyakarta.
Sekaligus dapat menjadi tolok ukur keberhasilan sistem demokrasi itu diterapkan.

Akan mempengaruhi kondisi masyarakat apabila demokrasi absolut diterapkan di


Yogyakarta. Muncul banyak pihak berkepentingan untuk saling menjatuhkan apabila
dilaksanakan demokrasi dalam bentuk pemilihan gubernur. Bahkan, yang tercipta adalah
disintegrasi sosial yang pada akhirnya muncul upaya destruktif dari berbagai pihak.
Yogyakarta bisa dijadikan contoh penerapan demokrasi, dalam hal ini kaitannya dengan
kekuasaan yang berada di tangan rakyat. Ketika seorang gubernur menyatakan bahwa semua
akan diserahkan kepada masyarakat, inilah yang sebenarnya dinamakan demokrasi. Masyarakat
dengan serius menanggapi bahwa mereka adalah satu kesatuan, memiliki kepentingan yang
sama, dan dengan berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki, mereka menyatakan serempak
mendukung keistimewaan Yogyakarta. Selamanya mereka akan mendukung eksistensi kearifan
lokal Yogyakarta karena bagaimanapun juga dari situlah muncul integrasi dalam masyarakat.
Sistem demokrasi yang ingin diterapkan di Yogyakarta, seharusnya bukan terletak pada
proses pemilihan gubernur. Dan tidak semestinya pemilihan itu di terapkan secara utuh karena
akan berdampak buruk bagi masyarakat. Tujuan dari penerapan sistem demokrasi sebenarnya
telah tercapai sejak dulu berkat kearifan lokal Yogyakarta. Dengan kearifan lokal itulah
kepentingan masyarakat bisa terpenuhi. Kedamaian tercipta karena integrasi dan sifat
kebudayaan yang kental menjadikan rasa kekeluargaan semakin erat. Secara tidak langsung nilainilai demokrasi sudah terwujud dalam masyarakat yang mempunyai kearifan lokal seperti di
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumber:
http://mnurihsan94.blogspot.com/2013/05/monarki-dalam-demokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai