Oleh:
Dwi Riyani (43215310017)
Program Studi Kewarganegaraan
Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercubuana
Bekasi 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat penyertaan
dan kasih karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir semester kami tentang
sejarah-sejarah di kota Jakarta yang tersimpan di Museum Fatahillah, Taman Prasasti dan
Museum bahari dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kewarganegaraan ini mulai dari kunjungan
lokasi sampai penyusunan makalah, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Tetapi
semuanya dapat kami selesaikan dengan baik berkat tuntunan Tuhan YME dan kerja sama
yang baik dalam kelompok kami.
Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah Kewarganegaraan yang telah menugaskan kepada kami untuk memaparkan hasil
kunjungan kami ke beberapa tempat sejarah yang di jakarta sehingga melalui makalah ini
kami anggota kelompok mendapatkan ilmu baru tentang sejarah yang ada di Jakarta.
DAFTAR ISI
2 | KE WAR GANE GA RA A N
KATA PENGANTA..................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................5
BAB II HASIL KUNJUNGAN................................................................................................6
2.1 SEJARAH MUSEUM FATAHILLAH...................................................................6
2.2 BENDA SEJARAH DI MUSEUM FATAHILLAH...............................................8
2.3 SEJARAH MUSEUM TAMAN PRASASTI.....................................................12
2.4 BENDA SEJARAH DI MUSEUM TAMAN PRASASTI...................................12
2.5 LAMPIRAN FOTO.............................................................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................19
BAB I
3 | KE WAR GANE GA RA A N
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jakarta adalah ibukota Indonesia. Sebagai Ibukota Negara, Jakarta merupakan
pusat pemerintah, perekonomian, perdagangan, serta mempunyai tempat-tempat yang
menyimpan sejarah peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Jakarta. Beberapa tempat
yang sedikit banyak menyimpan sejarah di Kota Jakarta diantaranya seperti Museum
Fatahillah, Museum Bahari, dan Taman Prasasti Jakarta memiliki kawasan yang terkenal
yaitu Kawasan Kota Tua yang identik dengan keindahan Batavia dengan bangunanbangunan bergaya arsitektur Eropa (Belanda) dengan luas 88 ha atau sekitar 3% dari luas
kota Jakarta 650 km2 (6500 ha).
Dengan nilai historis dan peninggalan yang dimilikinya, kawasan kota Tua Jakarta
memiliki berbagai macam potensi baik secara fisik-ligkungan, ekonomi maupun sosial
budaya. Museum Fatahillah adalah salah satu museum yang terdapat di kawasan kota tua
aset wisata sejarah di Jakarta.
Museum Fatahillah terletak di Kawasan Kuno yaitu Kota Tua yang merupakan
salah satu bagian penting pertumbuhan suatu kota serta merupakan bayangan kota yang
mempunyai nilai sejarah dan ekonomi tinggi. Nama Museum Fatahillah diambil dari
nama taman dihalaman Museum Fatahillah.
Museum ini menyimpan banyak hal untuk diceritakan dari masa lalu, mulai dari
perjalanan sejarah Jakarta, hasil penggalian arkeologi di kawasan Jakarta, mebel antik dari abad
ke-18, keramik, gerabah, hingga batu prasasti. Terdapat juga berbagai koleksi tentang
kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes
(menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum
pedagang) semula terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur dianggap mempunyai
kekuatan magis, dan masih banyak lagi koleksi di museum fatahillah yang menyimpan banyak
sejarah.
1. Apa saja sejarah yang tersimpan di Museum Fatahillah, Taman Prasasti dan Museum
Bahari?
2. Benda sejarah apa saja yang terdapat di Museum Fatahillah, Museum Taman Prasasti
dan Museum Bahari?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum Fatahillah, Museum Bahari dan Taman
Prasasti
2. Untuk mengetahui sejarah yang tersimpan di Museum Fatahillah, Museum Bahari dan Taman
Prasasti
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.1 Sejarah Museum Fatahillah
Staadhuis adalah nama semula gedung Museum Sejarah Jakarta yang berada
dijalan Taman Fatahillah Nomor 1 Jakarta Barat. Luas areal seluruhnya 13.588 m2, dan
bangunan yang berada diatasnya tersebut, dilindungi oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Keputusan Mendikbud No.28/M/1988 dan
keputusan Gubernur DKI Jakarta No.475 tahun 1993).
5 | KE WAR GANE GA RA A N
6 | KE WAR GANE GA RA A N
Lama dipindahkan ke Museum Sejarah Jakarta dan ditambah dengan koleksi dari
Museum Nasional.
Sedari tahun 1999 Museum Sejarah Jakarta digagas bukan sekedar sebagai tempat
untuk merawat dan memamerkan benda yang berasal dari masa penjajahan, tetapi harus
bisa menjadi tempat bagi seluruh khalayak untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang sejarah kota Jakarta, serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi.
Museum ini berupaya menyediakan berbagai informasi mengenai perjalanan panjang
sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih
kreatif, serta menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif dan menarik guna
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan budaya.
Pada awalnya sejarah museum fatahillah merupakan bangunan kolonial Belanda
yang dipergunakan sebagai balai kota. Peresmian gedung dilakukan pada tanggal 27
April 1626, oleh Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) dan membangun
gedung balai kota baru yang kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707, pada
masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan baru selesai pada tanggal 10
Juli 1710 di masa pemerintahan lain, yaitu pada Gubernur Jenderal Abraham van
Riebeeck.
Gedung yang dipergunakan sebagai Balaikota ini, juga memiliki fungsi sebagai
Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan Dewan
Kotapraja (College van Scheppen). Kemudian sekitar tahun 1925-1942,
gedung
tersebut juga digunakan untuk mengatur sistem Pemerintahan pada Provinsi Jawa
Barat. Kemudian tahun 1942-1945, difungsikan sebagai kantor tempat pengumpulan
logistik Dai Nippon.
Kemudian sekitar tahun 1919 untuk memperingati berdirinya batavia ke 300
tahun, warga kota Batavia khususnya para orang Belanda mulai tertarik untuk membuat
sejarah tentang kota Batavia. Lalu pada tahun 1930, didirikanlah yayasan yang bernama
Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala hal tentang
sejarah kota Batavia.
Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van
Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939..
Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan
kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974. Pada sejarah museum fatahillah
berdasarkan pembentukannya hingga bisa kita kunjungi sampai sekarang ini,
7 | KE WAR GANE GA RA A N
menyimpan sisa penjajahan di dalamnya. Terbentuk menjadi dua lantai dengan ruang
bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu :
Lantai bawah : Berisikan peninggalan VOC seperti patung, keramik-keramik
barang kerajinan seperti prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang ditemukan para
arkeolog. Terdapat pula peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur
khas Betawi tempo dulu
Lantai dua : Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari
tempat tidur dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alunalun. Konon, jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para
tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun.
Ruang bawah tanah : Yang tidak kalah penting pada bangunan ini adalah, penjara
bawah tanah para tahanan yang melawan pemerintahan Belanda. Terdiri dari 5
ruangan sempit dan pengap dengan bandul besi, sebagai belenggu kaki para tahanan.
2.2 Benda Sejarah di Museum Fatahillah
Berikut adalah sedikit keterangan mengenai peninggalan-peninggalan sejarah yang
terdapat di Museum Fatahillah
1. Mariam Jagur
Berdasarkan catatan sejarah, meriam si Jagur merupakan meriam yang
dimiliki Portugis untuk mempertahankan wilayahnya di Malaka. Namun pada tahun
1641, meriam tersebut berhasil direbut oleh Belanda dan dibawa ke Batavia.
Meriam yang memiliki panjang 3,085 meter dan berat 24 pon tersebut
merupakan kumpulan dari 16 meriam ukuran kecil yang dilebur dan menjadi satu
meriam besar atau si Jagur yang dilambangkan dengan angka X + I + V = XVI
di bagian punggung meriam bertuliskan latim Ex Me Ipsa Renata Sum yang
artinya, dari diriku sendiri aku dilahirkan. Kemungkinan meriam ini dibuat oleh M.T
Baccaro di Macao (Cina) untuk benteng portugis di Malaka.
2. Pedang Keadilan / Eksekusi
Terdapat 2 buah pedang eksekusi (disebut juga Pedang Keadilan). Pedang
ini mempunyai ukuran: Panjang 110cm dan lebar 7 cm.
Kedua pedang digunakan oleh orang yang sama yang melakukan eksekusi
mati, 1 pedang untuk melakukan eksekusi atas perintah dari Pengadilan, sementara
1 pedang lain untuk melakukan eksekusi atas perintah dari pemerintah Kota
(College Van Schpenen).
8 | KE WAR GANE GA RA A N
Pada pedang yang lebih ringan (284/P/MSI), pada kedua sisinya tertulis :
Richter der scharfen Schwerts (Hakim dari Pedang Tajam). Sementara pada
salah satu sisi pedang yang kedua (285/P/MSJ) tertulis : hut dien kein boses
spricht wan du solist stellen diss gericht (jagalah bicaramu supaya tidak akan
dihukum oleh pengadilan ini). Disisi lainnya, Gott teil dem sunder das Erbarmen
(Tuhan mohon ampun untuk pendosa ini).
3. Lemari Buku Besar
Lemari yang sangat besar ini dibuat pada tahun 1748 untuk Dewan
Pengadilan (Raad van Justitie) yang mana semula berkantor di Kasteel Batavia
(Benteng Batavia) dan kemudian dipindahkan ke Museum fatahillah.
Pada rapat tanggal 23 Maret 1747, Dewan membicarakan keadaan mereka
yang tidak memiliki arsip dan perpustakaan. Kemudian, pada rapat tanggal 1 Juni
1747 mereka memutuskan untuk memesan lemari buku baru. Lemari buku tersebut
selesai awal tahun 1748. Karena nilai sejarahnya, pada tahun 1871 Lemari buku ini
diserahkan kepada Bataviaasch Genootschap (Lembaga Kebudayaan Indonesia)
didalam gedung mereka yang baru selesai di Medan Merdeka, sekarang Museum
Nasional. Sejak tahun 1970-an lemari buku besar ini termasuk koleksi Museum
Sejarah Jakarta.
Lemari buku besar ini ukiran kayunya disepuh emas (prada). Pada bagian
atas sisi sebelah kiri terdapat patung Dewi Keadilan, dahulu tangan kanan membawa
pedang keadilan dan tangan kiri membawa timbangan . Pada sisi sebelah kanan
merupakan patung dewa kebenaran, pada tangan kanannya membawa cermin dan
tangan kiri mencekik seekor ular, namun sekarang atribut ini tidak ada lagi. Diantara
dua patung tersebut terdapat ukiran yang menggambarkan empat belas lambing
keluarga dari anggota Dewan Pengadilan, termasuk pada bagian puncak lambing
keluarga President, Mr. Reinier Stapel.
4. Penyekat Ruangan
Penyekat ruangan yang bergaya Baroque ini dibuat pada abad 18, memiliki
ukuran tinggi 289cm dan lebar 232cm dan terbuat dari kayu dicat merah dan prad
(lapisan prada/emas). Penyekat ruangan ini diukue dengan indah dan pernah
digunakan diruang siding Dewan Hindia di Benteng (Kasteel) Belanda. Pada
bagian atas, dibawah mahkota terdapat enam lambing kota yang membentuk VOC
( Verenigde Oostindische Compagnie), pada bagian tengahnya terdapat lambang
kota Batavia (pedang dengan ujungnya menembus lingkaran daun salam). Figur
pada bagian tengah menggambarkan seorang pria muda memakai baju zirah,
kakinya agak pendek. Dia membawa perisai dengan hiasan kepala Medusa yang
jelek dan berambut ular setelah dia dikutuk oleh Pallas Athena, Dewi
9 | KE WAR GANE GA RA A N
Kebijaksanaan dan Kesenian. Menurut Mitos Yunani Pallas Athena adalah putri
Dewa Zeus, lahir dengan memakai baju Zirah.
5. Sumur Balaikota
Dibuat pada awal abad 18. Fungsi pertama dari sumur ini adalah untuk
kebutuhan air pada saat pembangunan Gedung Stadhuis (Balaikota), pada tahun
1707. Selanjutnya fungsi sumur sedalam + 3 meter dengan diameter 230 cm ini
adalah sebagai sumber air minum kuda dan juga dipergunakan sebagai air minum
tahanan, Pada awal pembangunan bibir sumur rata dengan tanah, dan pada tahun
1973 dibuat pembatas setinggi 90 cm.
Selain itu ada cerita yang menyebutkan bahwa sumur ini pernah menjadi
tempat pembuangan mayat yang terbukti Bohong (tidak benar).
6. Patug Hermes
Hermes adalah salah satu dari 12 dewa yang tinggal di gunung Olimpus,.
Dalam mitologi Yunani, ia adalah putra Zeus dengan seorang Peri yang bernama
Maia. Hermes dilahirkan digunung Kelinan daerah Arkadia. Ia Merupakan pesuruh
atau pembawa berita pada para dewa terutama berita dari Dewa Zeus. Dewa
hermes digambarkan sebagai sosok yang cerdas, tubuh yang atletis dan juga cepat
gerak-geriknya. Dewa Hermes Juga dianggap sebagai dewa pelindung kaum
gembala, atlit, pengembara, pelinung perbatasan, perdagangan, ,sastrawan
sastrawan hingga pencuri. Hermes juga dianggap sebagai dewa keberuntungan,
dan Dewa penunjuk arah. Dalam kebudayaan Romawi Hermes juga disebut
Merkurius.
Hermes dilukisakan sebagai pemuda yang memakai topi dan sepatu bersyap
(lambang kecepatan) yang menandakan bahwa dia mampu pergi ke berbagai
tempat termasuk terbang kelangit, tangannya memegang tongkat dililit ular
(lambang berita) , atau menggambarkan bahwa Hermes mampu menyembuhkan
berbagai macam penyakit, dan
Cerita terbentuknya wilayah pemakaman ini bermula dari dibukanya lahan pemakaman
di luar kota Batavia pada tahun 1795, untuk memindahkan makam dari gereja Nieuw
Hollandsche Kerk (Sekarang Museum Wayang) dan dari gereja Portugis (Sion) di bilangan
manga dua. Kemudian pada tahun 1844 dibuat bangunan bergaya Doria dengan pilar-pilar yang
kini menjadi pintu masuk areal museum. Prasasti berbentuk persegi panjang ditempelkan di
dinding bangunan dan di tembok pagar. Jaman itu Nisan bisa jadi perlambang status kekayaan,
mkannya banyak makam yang megah. Selanjutnya ketika areal pemakaman sudah penuh, mulai
dibuat penataan, banyak makam yang dipindahkan keluarganya, Prasasti kubur yang masih baik
ditata ulang dan dibuatkan zonasi. Akhirnya pada tahun 1977 taman dibuka untuk umum dan
kini statusnya adalah benda cagar budaya.
kembali Batavia, atau ia memiliki rencana sendiri, apabila Belanda enyah dari sana, karena
ia sakit hati atas perlakuan Gubernur Jendral Johan Van Hoorn, yang telah menyita
tanahnya.
Rancana pembunuhanan ini bocor karena ada budak yang melapor ke VOC, namun
ada yang menyebutkan bahwa sultan Banten lah yang membocorkan karena ia khawatir
akan pengaruh Erbelveld dan Kartadriya yang akan merongrogn kekuasaannya.
Akhirnya Elberveld dihukum mati bersama Kartadriya dan 17 orang penduduk asli
lainnya di halaman belakang Benteng Batavia, bukan di halaman Balai Kota. Pelaksanaan
hukuman mati itu digambarkan sangat sadis, dilakukan dengan menarik kadua tangan dan
kaki, masing-masing diikat pada seekor kuda. Jadi, ada empat ekor kuda yang akan
menarik tubuhnya ke empat arah yang berbeda. Akibatnya, tubuh mereka yang dihukum
akan tecerai berai. Kulit pun akan terkelupas, sehingga peristiwa itu dinamakan peristiwa
pecah kulit. Kepala mereka juga dipenggal. Hal ini dilakukan VOC agar tidak lagi
mencoba-coba melakukan perlawanan pada mereka.
Tubuh Elberveld dimakamkan di suatu sudut yang sekarang merupakan Jalan
Pangeran Jayakarta, Jakarta dan disana kemudian didirikan suatu tugu peringatan. Dituhu
itu dipajang tengkorak Elberveld yang ditusuk tombak dan dibawahnya terdapat prasasti.
Saat kedatangan Jepang pada tahun 1942, tugu itu dihancurkan namun prasastinya dapat
diselamatkan. Replikanya kemudian didirikan kembali. Sejak tahun 1985 tugu itu
kemudian dipindahkan ke Museum Taman Prasasti.
Dan tentunya masih banyak peninggalan lainnya, bahkan di Museum Taman
Prasasti ini banyak terdapat symbol atau jejak para freemasonry. Diantara jejak itu adalah :
1. Jejak pertama, terletak di pintu masuk museum. Di dindingnya terdapat simbol tangan
dan palu khas ciri Freemansory.
2. Jejak kedua, ada di makam J. Kohler. Ada simbol kaballah yaitu bintang david, salib
templar, ourobors (si ular Illuminaty symbol persaudaraan). Di atas prasastinya juga
ada simbol Hexagram atau Bintang David di tiap sisinya, di tiap rusuk prasasti secara
vertikal ada obor yang terbalik. Di mana apinya yang menyala terletak di bawah, lalu di
tiap siis terdapat simbol dan tulisan berbeda, di antaranya simbol The Iron Cross atau
Salib Templar, dan simbol ular melingkar dengan mulut menggigit ujung ekornya
(dalam dunia simbol disebut Ourobos Symbol/ A Snake Bitting is Tail). Jika ingin
mengetahui sejarah bahwa Yahudi berperan dalam perang Aceh dulu, dengan
pengiriman Kohler sebagai Freemason.
3. Jejak ketiga, terdapat pada Patung Obelisk. Ia merupakan simbolisasi nyala api yang
mengarah ke atas, ke arah pemujaan terhadap Dewa Matahari (Helios atau Ra Goddes).
Matahari merupakan tuhan tertinggi kaum pagan yang tetap lestari hinga kini.
4. Jejak keempat, melihat simbol Skull & Bones di lima prasasti. Simbol Grand Master
Freemasonry, dan telah lama dipakai untuk menandai makam Sang Maha Guru.
Bahkan sebelum English Grand Lodgeberdiri tahun 1717.
Di museum ini juga terdapat nisan dengan tanda HK dengan no yang menjadi
petunjuk, pindahan dari gereja Belanda di Kota Tua. Nisan ala Belanda juga dipenuhi
lambang heraldic dan patung malaikat. Lambang Heraldic adalah lambing identitas
keluarga dan lingkungan budaya tempat orang Belanda. Lambangnya berupa helm,
mahkota, perisai, semboyan, dan lainnya. Nisan yang paling tua dengan lambang ini
adalah nisan Andrian Osstwalt tahun 1734 dengan no nisan 19.
Di sini ada berbagai prasasti dari zaman Belanda yang sebelumnya merupakan
makam beberapa tokoh Belanda, Inggris, dan Indonesia, seperti:
1.
3.
J.H. R. Kohler (tokoh militer Belanda pada perang Aceh). Merupakan anggota
Freemason dengan jabatan tinggi
4.
5.
Kapitan Jas (tokoh satu satunya yang mayatnya tidak bisa dipindah karena
terbelit akar pohon, dan diyakini bisa memberikan kesuburan dan
kemakmuran)
6.
7.
8.
Saat ini koleksi prasasti di museum ini tinggal 940 kuburan. 701 di antaranya
masih dalam kondisi baik, dan 239 lainnya sudah rusak.
14 | K E W A R G A N E G A R A A N
Meriam
Jagur
15 | K E W A R G A N E G A R A A N
Pedang Keadilan
Penyekat Ruangan
16 | K E W A R G A N E G A R A A N
Sumur Balaikota
Kereta Kencana
Patung Hermes
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil perjalanan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa apa
yang telah disampaikan oleh tour guide, dan penelusuran langsung ke tempat tersebut dengan
apa yang kita baca dari novel, tidak semuanya sama hanya sebagian fakta saja yang dapat di
ungkap dari sejarah, sisanya mungkin sebagian ada sejarah yang memang tidak diungkapkan
atau bahkan sejarah bisa saja ditutupi.
17 | K E W A R G A N E G A R A A N