Anda di halaman 1dari 38

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP UMUM PENGETAHUAN
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmojo, 2012)
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicangkup dalam domain kognitif mempunyai 6
(enam) tingkah laku. (Notoatmojo, 2012)
Penjabaran dari 6 tingkat laku tersebut yaitu :
a. Tahu (Know)
Artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya, Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata untuk mengukur bahwa orang itu tahu adalah
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami
terhadap objek atau materi harus menjelaskan, menyebutkan

10

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap


objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari atau situasi rill (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja, yng dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Cara ini menunjuk kepada hal-hal (gagasan, konsep, sifat)
kedalam keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasiformulasi

yang

merencanakan,

ada.
dapat

Misalnya,
meringkas,

dapat
dapat

menyusun,
menyesuaikan

dapat
dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah


ada.
f. Evauasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Cara memperoleh pengetahuan

11

Dari berbagai

macam

cara yang

telah digunakan

untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi


dua yaitu : a) cara tradisional atau non ilmiah dan b) cara modern atau
ilmiah. (Notoatmojo, 2012)
Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara tradisional atau non ilmiah
1) Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil,

dicoba

kemungkinan

kemungkinan

yang

lain

tidak

yang

lain,

berhasil

dan

apabila

pula

dicoba

kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat


terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-coba.
2) Cara kebetulan
Cara ini terjadi karena tidak disengaja atau secara kebetulan
3) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat brubah pemimpinpemimpin masyarakat baik formal ataupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain
yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau


membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Apabila cara yang digunakan tersebut
orang dapat memecahkan yang dihadapi, maka untuk
memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula

12

menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak akan


mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkan.
5) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan cara menggunakan penalaran dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan
pikiran ada dua yaitu dengan cara induksi dan deduksi.
Penalaran induksi yaitu yang berdasar atas cara berfikir untuk
menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus
atau individual.
6) Cara akal sehat
Akal sehat atau common

sense kadang-kadang dapat

mengemukakan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu ini


berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti nasehat orang tuanya dan disiplin, orang tua
menggunakan hukum fisik bila anaknya bersalah. Ternyata cara
ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran,
bahwa hukuman adalah merupakan metode bagi mendidik
anak.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini menggunakan
cara-cara yang rasional dan sistematis.
8) Induksi
Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataanpernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini

13

dalam

berpikir

induksi

pembuat

kesimpulan

tersebut

berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap


oleh indra.
9) Deduksi
Pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus.
b. Cara modern atau ilmiah
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian
ilmiah atau research methodologi. (Soekidjo Notoatmojo, 2012)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pengetahuan, menurut (Notoatmojo, 2012), faktor yang mempengaruhi
perkembangan pengetahuan adalah :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi pemahaman perilaku positif yang meningkat.
Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya
perubahan perilaku positif yang meningkat, dengan demikian
pengetahuan juga meingkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi.

14

e. Sosial Ekonomi
Tigkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Semakin tinggi sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.
f. Umur
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap

dan

pola

pikirnya,

sehingga

pengetahuan

yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan


lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia dini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Soekidjo
Notoatmojo, 2012)
1. Faktor internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2. Faktor Ekternal
a. Lingkungan
b. Sosial Budaya
5. Proses terjadinya pengetahuan
Pengetahuan atau kogntif merupakan domail yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Notoatmojo, 2007)

15

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam


diri sendiri) seorang terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap objek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, Sikap dimana objek mulai mencoba melakukan sesuatu
dengan apa yang dikehendaki stimulus.
e. Adaption, dimana objek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesdaran dan sikap terhadap stimulus. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lating). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak langgeng lama. Jadi,
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku ini langgeng.
6. Cara pengukur pengetahuan
Pengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau
diukur. Selamjutnya dilakukan penelitian dimana setiap jawaban benar
dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban

16

dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100%


dan hasilnya berupa presentasi.(Notoatmojo, 2007)
Pengukuran pengetahuan dengan rumus yang digunakan sebagai
berikut :

Keterangan :
P
= Presentasi
f
= Frekuensi dari seluruh alternative jawaban yang menjadi
pilihan yang terpilih responden atas pernyataan yang
diajukan
n
100%

= Jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang


menjadi pilihan responden
= Bilangan genap.

Selanjutnya

pengetahuan

seseorang

dapat

diketahui

dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif. (Notoatmojo,


2012)
interprestasinya yaitu :
a. Baik
: hasil presentasi 76-100%
b. Cukup
: hasil presentase 56-75%
c. Kurang
: hasil presentase <55%

B. KONSEP UMUM PENYULUHAN


1. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun
secara kelompok dan meminta pertolongan. (Effendy, 2007)
2. Tujuan

17

Tujuan pendidian penyuluhan yang paling pokok menurut (Effendi,


2007)
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
3. Sasaran
Sasaran Penyluhan kesehatan menurut mencangkup individu,
kelompok, dan masyarakat (Effendy, 2007)
4. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang di harapkan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga,
kelompok khusus, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinip
prinip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Effendy, 2007)
5. Tempat Penyelengaraan
Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan menurut (Effendy 2007) Dapat
dilakukan di berbagai tempat, di antaranya adalah :
a. Dalam institusi pelayanan
Dapat di lakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, klinik
dan sebagainya, yang dapat di berikan secara langsung kepada
indivdu maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan,
pencegahan penyakit dan sebagainya. Tetapi juga dapat di berikn

18

secara

langsung

misalnya

melalui

poster,

gambar-gambar,

pamphlet dan sebagainya


b. Di masyarakat
Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat di lakukan
melalui pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat
binaan secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan masalah
kesehatan dan keperwatan yang di hadapi oleh masyarakat. Agar
penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat mencapai hasil yang di
harapkan, di perlukan perencanaan yang matang dan terarah sesuai
dengan tujuan program penyuluhan kesehatan masyarakat,
berdasarkan
Penyuluhan

kebutuhan
kesehatan

kesehatan
masyarakat

masyarakat
di

masyarakat

setempat.
biasanya

berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan puskesmas atau oleh


karena kejadian luar biasa seperti wabah dan lain sebagainya.
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup menurut (Effendy, 2007) meliputi 3 aspek yaitu :
a. Sasaran penyuluhan kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan menurut Adalah individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang di jadikan subjek dan objek
perubahan perilaku, sehingga di harapkan dapat memahami,
menghayati dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dalam
kehidupan sehari-harinya.
Banyak factor yang perlu di perhatikan terhadap sasaran dalam
1)
2)
3)
4)
5)
b.

keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah :


Tingkat pendidikan
Sosial ekonomi
Adat istiadat
Kepercayaan masyarakat
Ketersediaan waktu dari masyarakat
Materia atau pesan

19

Materi atau pesan yang akan di sampaikan kepada masyarakat


hendaknya di sesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan
keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Sehingga materi yang di sampaikan dapat dirasakan langsung
manfaatnya. Materi yang di sapaikan sebaiknya :
1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam
bahasa keseharian
2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh
sasaran
3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian
sasaran
4) Materia tau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran
dalam masalah dan keperawatan yang mereka hadapi
c. Metode
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya
metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara
yang

memberikan

penyuluhan

terhadap

sasaran,

sehingga

diharapkan tingkat pemahaman terhadap pesan yang di sampaikan


akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah
pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran dan
sebagainya yang akan di jelaskan sebagai berikut
1)
Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah organ yang
melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran
bersifat dan tidak diberikan kesempatan untuk serta
mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaanpertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang bersifat

20

satu arah (one way method). Adapun metode didaktik


adalah :
a) Secara langsung melalui ceramah
Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada sekelomok sasaran hingga memperoleh informasi
tentang kesehatan.
b) Secar tidak langsung
2)
Metode sokratik
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan
lisan kepada sekelomok sasaran hingga memperoleh
informasi tentang kesehatan.
a. Secara tidak langsung
a) Poster
b) Media cetak (Majalah, buletin, surat kabar)
c) Media Elektronik (Televisi, radio)
1) Metode sokratik
a. Secara langsung
a) Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang di
rencanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 15-30 peserta (sasaran) dengan
seorang pemimpin diskusi yang telah di tunjuk
b) Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan
masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta,
dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi di lakukan
kemudian
c) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian ide, dan prosedur tentang suatu hal yang

21

telah di persiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan


bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga, metode ini di
gunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar
jumlahnya.
d) Bermain peran (Role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh 2 orang atau lebih untuk di pakai
sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
e) Simposium
Simpoisium adalah serangkaian ceramah yang di
berikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang
berlainan tetapi saling berhubungan.
f) Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok
orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di
bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai
bidangnya.
g) Study kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang
sedetailnya,

yang

menganalisis

masalah

memungkinkan
itu.

Permasalahan

kelompok
tersebut

merupakan bagian dari kehidupan yang mengundang


diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat di
sampaikan secara lisan maupuntertulis, drama, film,
dapat juga berupa rekaman.
b. Secara tidak langsung
1) Penyuluhan kesehatan melalui telepon
2) Satelit komunikasi

22

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang keefektifan suatu
penyuluhan kesehatan masyarakat menurut (Effendy, 2007),
apakah itu dari penyuluhan, sasaran atau dalam proses penyuluhan
itu sendiri.
a. Faktor penyuluhan
1)
Kurang persiapan
2)
Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
3)
Penampilan kurang meyakinkan sasaran
4)
Bahasa yang digunakan kurang dapat di mengerti
5)
Suara terlalu kecil dan kurang dapat di dengar
6)
Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton
sehingga membosankan
b. Faktor sasaran
1) Tingkat Pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang di sampaikan
2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidakbegitu
memperhatikan pesan-pesan yang disamaikan, karena lebih
memikirkan kebutuhan-kebutuhn lain yang lebih mendesak
3) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam
sehingga sulit untuk mengubah misalnya, makan ikan dapat
menimbulkan cacingan
4) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat
yang tinggal di daerah tandus yang sulit air akan sangat
sukar untuk memberikan penyuluhan hygne dan sanitasi
dan perseorangan.
c. Faktor dalam proses penyuluhan
1) Faktor proses dalam penyuluhan
a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang
diinginkan sasaran.

23

b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat


keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan
kesehatan yang dilakukan
c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu
banyak sehingga sulit untuk menrik perhatian dalam
memberikan penyuluhan
d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimenerti oleh
sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah
asing
e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar
f) Penyampaian materi penyuluan terlalu monoton
sehingga membosankan.

C. KONSEP UMUM MASYARAKAT


1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah lain saling berinteraksi kesatuan hidup manusia yang
menurut suatu sisem adat-istiadat tertentu yang besifat kontinyu dan
terkait oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat 1994)
2. Tipe-Tipe Masyarakat
Menurut (Gillin,2007) lembaga masyarakat dapat di klasifikasikan
sebagi berikut :
Dilihat dari sudut perkembangannya
a. Cresive institution
Lembaga kemasyarakatan yang paling primer merupkan
lembaga-lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adatistiada, masyarakat misalnya yang menyangkut : hak milik,
perkawinan, agama, dan lain sebagainya

24

b. Enacted institution
Lembaga kemasyarakatan

yang

sengaja

dibentuk

memenuhi tujuan tertentu misalnya lembaga utang-piutang,


lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang kesemuanya
berakar kepada kebiasaan dalam masyarakat, pengalamanpengalaman dalam melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut
disisteminasi. Yang kemudian dituangkan ke dalam lembagalembaga yang disyahkan oleh negara.

Dilihat dari system niai yang diterima masyarakat :


a. Basic institution
Adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tat-tertib dalam masyarakat, di
antaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai
institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap
kurang penting karena untuk memenuhi kegiaatan-kegiatan tertentu
saja, misalnya : pembentukan panitia 17-an, pelantikan atau wisuda
dan sebagainya.

Dilihat dari sudut penerimaan masyarakat adalah :


a. Approved atau social sactioned institution
Adalah lembaga-lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti
sekolah, perusahaan, koperasi, dan sebagainya.
b. Unsoctioned instituation

25

Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat


walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat membatasinya,
misalnya : kelompok penjahat, gelandangan, pengemis dan lain
sebagainya.

Dilihat dari sudut penyebaranya :


a. General instituation
Adalah lembaga masyarakat didasarkan atas factor penyebaranya.
Misalnya : agama karena hampir dikenal semua masyarakat dunia.
b. Restricted instituation
Adalah lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat
tertentu saja, misalnya : budha agama hanya dianut muangthai,
Kristen katolik banyak dianut oleh masyarakat itali dan prancis,
sedangkan islam oleh masyarakat arab dan sebagainya.

Dilihat dari sudut fungsi adalah sebagai berikut :


a. Operative institution
Adalah lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan seperti lembaga industri.
b. Reguler institution
Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat
atau tata kelakuan yang tidak terjadi bagian mutlak dari pada
lembaga itu sendiri. Misalnya lembaga hukum diantaranya
kejaksaan, pengadilan, dan lain sebagainya.
3. Ciri-ciri mayarakat Indonesia

26

Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan, (Gillin,2007) mengatakan


masyarakat Indonesia, dibagi dalam 3 kategori dengan ciri-ciri yaitu :
a. Masyarakat desa
1) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat
2) Hubungan didasarkan kepada adat-istiadat yang kuat
sebagai organisasi sosial
3) Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib
4) Tingkat buta huruf relative tinggi
5) Berlaku hokum tidak tertulis yang intinya diketahui dan
dipahami oleh setiap orang
6) Tidak ada lembaga pendidikan kusus di bidang teknologi
dan ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada
keturunanya.
7) Sistem ekonomi

sebagai

besar

ditunjukkan

untuk

memenuhi kebutuhan keluaga dan sebagian kecil dijual


dipasaran untuk memenuhi kebutuan lainnya dan uang
berperan sangat terbatas.
8) Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonomi
sangat kuat.
b. Masyarakat madya
1) Hubungan keluarga masih tetap kuat dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor
2) Adat-istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai
terbuka dari pengaruh luar
3) Timbul rasionalitas pada
kepercayaan

terhadap

cara

berfikir,

kekuatan-kekuatan

sehingga

gaib

mulai

berkurang, dan akan timbul lagi apabila kehabisan akal


4) Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat
pendidikan dasar menenggah
5) Tingkat buta huruf sudah mulai menurun
6) Hukum tertulis mulai mendampingi hokum tidak tertulis
7) Ekonomi masyarakat mulai mengarah pada produksi
pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dala stuktur

27

masyarakat

karena

orang

semakin

meningkatkan

penggunaanya
8) Gotong royong untuk keperluan sosial di kalangan keluarga
dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum lainnya
didasarkan upah
c. Masyarakat modern
1) Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingankepentngan pribadi
2) Kepercayaan masyarakat digolongkan menurut profesi dan
keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam
lembaga ketrampilan-ketrampilan dan kejuruan
3) Stra masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga
ketrampilan-ketrampilan dan kejuruan
4) Tingkat pendidikan formal dan merata
5) Hukum yang berlaku adalah hokum tertulis yang kompleks
6) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang
didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran
lainnya

D. KONSEP UMUM BENCANA


1. Pengertian Bencana
Bencana merupakan

kejadian

yang

mendadak

atau

tidak

diperkirakan yang mengakitkan rumah sakit dan atau sarana


masyarakat lainnya mengalami kerusakan dan fungsinya terganggu.
Bencana bisa disebabkan oleh cuaca atau iklim (misalnya : gempa
bumi, angina rebut, dan tornado), kebakaran, ledakan, aktivitas teroris,
radiasi atau tumbahan zat kimia dan epidemik. Bencana dapat terjadi

28

karena kesalahan manusia yang mencangkup kecelakaan lalu lintas,


kecelakaan pesawat udara, bangunan runtuh, atau kejadian serupa
lainnya. (Pusponegoro, 2011)
2. Jenis bencana
Ada dua jenis bencana yang seing terjadi,diantaranya adalah bencana
bencana karena alam dan bencana karena ulah manusia. (Pusponegoro,
2011).
Berikut adalah contohnya :
a. Bencana yang disebabkan oleh Alam
1) Gempa
2) Gempa dan tTsunami
3) Gunung berapi
4) Banjir
5) Longsor
6) Kebakaran hutan dan lain-lain
b. Bencana yang disebabkan ulah manusia
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan pesawat terbang
3) Kecelakaan kapal laut
4) Kecelakaan kereta api
5) Kecelakaan NUBIKA (nuklir biologi kimia) terutama
dengan

adanya

pabrik-pabrik

dengan

kemungkinan

kebocoran maupun dampak limbah


6) Huru Hara, demonstrasi yang menjadi tidak terkontrol dan
menimbulkan banyaknya korban jiwa
7) Perang, konflik pembatasan dan menyebabkan banyaknya
korban jiwa.
3. Kategori bencana dan korbanya
Menurut (Katlen S.oman, 2008), kategori bencana ada 3 yaitu sebagai
berikut :
a. Mass patien inciden (korban kurang dari 10 orang)
b. Multiple casualty inciden (jumlah korban antara 10-100 orang)
c. Mass casualty inciden (jumlah korban lebih dari 100)
4. Fase-Fase Bencana
Fase-fase bencana menurut (Katlen S.Oman, 2008) Adalah Sebagai
berikut :
a. Pra-dampak

29

Dimulai sejak awitan bencana, jika kejadian ini sudah diketahui


terlebih dahulu. Fase pra-dampak di definisikan sebagai periode yang
pada saat itu kita megantisipasi dan diperingatkan. Sebagai contoh,
fase pra-dampak sebuah serangan angin rebut dapat berlangsung
beberapa hari karena ahli meteorology dapat melacak lintasan badai
dan pejabat setempat bisa memerintahkan evakuasi. Fase ini tidak
terdapat dalan sebuah bencana.
b. Dampak
Periode selama bencana terjadi, berlanjut hingga dimulainya fase
pasca-dampak. Fase ini juga dikenal sebagai fase penyelamatan. Pada
fase ini, beberapa pengkajian penting harus dilakukan, yaitu
mengevaluasi pusatnya kerugian, mengidentifikasi sumber daya yang
ada, dan merencanakan penyelamatan korban. Fase ini berlangsung
cepat, ungkin berlangsung tidak sampai 30 detik.
c. Pasca-dampak
Fase ini juga juga disebut sebagai fase pemulihan. Fase ini,
besarnya kerugian sudah dievaluasi dan penyelamatan korban sudah
selesai dilaksanakan, kerusakan lebih lanjut sudah diminimalkan. Fase
ini juga menjadi fase yang paling lama.
5.

Prinsip-prinsip penatalaksanaan bencana


Prinsip-prinsip bencana menurut (Katlen S.Oman, 2008) Adalah sebagai
berikut :
a. Mencegah berulangnya kejadian
b. Meminimalkan jumlah korban
c. Mencegah korban selanjutnya
d. Menyelamatkan korban yang cedera
e. Memberikan pertolongan pertama
f. Memberi pertolongan pertama
g. Mengevakuasi korban yang cedera
h. Memberikan keperawatan definitif
i. Memperlancar konstruksi/pemulihan

30

6.

Skema Penanggulangan bencana


Skema bencana menurut (Kathlen S.Oman, 2008) adalah sebagai berikut :
Skema 2.1 Skema Penanggulangan Bencana
orang awam
polisi
IGD
ICU
bangsal
Korba Pra RS

Ambulan RS

pulang

Meninggal

Melihat skema diatas maka nasib korban tergantung pada :


a. Kecepatan ditemukannya korban
b. Kecepatan minta tolong
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan
7. Rancangan Pasca Bencana
Rancangan bencana merupakan kombinasi antara fasilitas,
pelayanan,

perlengkapan,

petugas,

prosedur,

dan

pelaksanaan

komunikasi yang diperlukan untuk menjamin perawatan pasien yang


berkualitas selama terjadinya insiden. Tujuan rancangan ini adalah
untuk memelihara keamanan penggunaan fasilitas kesehatan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
selama insiden bencana. Pengembangan rancangan bencana diperlukan
untuk meningkatkan konsistensi rancangan kedaruratan pada saat-saat
krisis. Rancangan tersbut dapat menciptakan respon yang teratur
terhadap suatu situasi kedaruratan, (Misalnya, kebakaran, badai, dan
lain sebagainya, asalkan terdapat fleksibilitas untuk mengurangi atau
mrnambahnya, menurut tipe keseriusanya serta lamanya kejadian
darurat tersebut. (Kathleen S.Oman, 2008)
8. Kriteria Tinjauan Bencana
Kriteria tinjauan bencana dimulai dari menyebutkan informasi,
seperti tanggal dan waktu kejadian, tipe bencana, tempat kejadian
bencana, jumlah korban yang diperkirakan, serta jumlah pasien UGD
pada saat di umumkan bencana. (Kathleen S.Oman, 2008).

31

Tabel dibawah ini adalah kriteria untuk tinjauan penatalaksanaan


bencama-lanjutan.
Tabel 2.2 Kriteria Untuk Tinjauan Penatalaksanaan BencanaLanjutan
Aktifitas
Media

Pertanyaan Spesifik
Apakah media sudah

Dokumentasi

dengan tepat?
Apakah proses pendaftaran pasien

Komando

berjalan efektif?
Apakah rekam medis dapat doakses?
Apakah pembentukan pusat komando

ditanggani

sudah dilakukan?
Apakah ruangan dan jalur telefon
Pasokan medis

sudah memadai?
Apakah pasokan

medis

dapat

diakses?
Apakah

medis

sudah

memadai?

Sumber : (Kathlen S.Oman, 2008)

E. KONSEP TRIAGE
1. Pengertian

pasokan

32

Triage berasal dari kata perancis yaitu trier untuk mengurutkan.


Atau juga dapat diartikan sebagai untuk memilah-milah.(Pusponegoro,
2011)
Triage adalah cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan
terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan
ABC (Airway, Breathing, Circulation). (Musliha, 2010)
Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe
dan tingkat kegawatan kondisinya). Triage juga di artikan sebagai
suatu tindakan pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya
cedera yang di prioritskan ada tidaknya gangguan pada airway (A),
breathing (B), dan circulation (C) dengan mempertimbangkan
sarana,sumber daya manusia, dan probilitas hidup penderita.
(Kartikawati, 2012)
2. Tujuan Triage
Tujuan triage menurut peneliti terdahulu (Kartikawati, 2012).
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam jiwa
b. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakuatannya
c. Menempatkan pasien sesuai dengan keakuatannya berdasarkan
pada pengkajian yang tepat dan akurat
d. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien
3. Prinsip Triage
Prinsip triage menurut (Kartikawati, 2012). adalah sebagai berikut :
a. Triage harus dilakukan degan segera dan singkat
b. Kemampuan untuk menilai dan merespon

dengan

cepat

kemungkinan yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit


atau cedera yang mengancam nyama dalam departemen gawat
darurat.
c. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat

33

d. Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses


pengkajian.
e. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
f. Keselamatan dan keefektifan perawatan pasien dapat direncanakan
jika terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat.
g. Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien.
h. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu
yang benar dengan penyediaan pelayanan yang benar.
4. Klasifikasi Triage
Berikut adalah klasifikasi menurut peneliti terdahulu adalah :
a. Sistem

klasifikasi

mengidentifikasi

tipe

pasien

yang

memerlukan berbagai level perawatan. Prioritas di dasarkan


pada pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang
ada. (Kartikawti, 2012).
Klasifikasi yang digunakan adalah huuruf atau angka yang antara lain
sebagai berikut :
1) Prioritas 1 gawat darurat (emergency)
Klien yang dengan tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya akan
menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Kategori
yang masuk di dalamnya yaitu kondisi yang mengancam kehidupan
atau beresiko kecacatan. misalnya klien dengan nyeri dada subsentral,
nafas pendek, dan diaphoresisi di triage segera ke ruang treatment dan
klien injuri trauma kritis atau seseorang dengan pendrahan aktif.
2) Prioritas 2 gawat tidak darurat (urgent triage)

34

Klien berada dalam keadaan gawat tetapi memerlukan tindakan


darurat. Kategori yang mengindikasikan bahwa klien harus dilakukan
tindakan segera, tetapi keadaan yang mengancam kehidupan tidak
muncul saat itu. Misalnya klien dengan serngan baru pneumonia
(sepanjang gagal nafas tidak muncul segera), nyeri abdomen, laserasi
kompleks tanpa adanya perdarahan mayor, dislokasi, riwayat kejang
sebelu tiba dan suhu lebih dari 37.
3) Prioritas 3 darurat tidak gawat (non urgent triage )
Klien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
5. Kategori Triage
Dibawah ini adalah kategori triage menurut peneliti terdahulu,
kategori triage adalah sebagai berikut yaitu :
a. Kategori triage
Kategori ini dibagi menjadi 5 tingkat yaitu emergency
severty index, yang telah dikembangkan oleh Wuerz. Indeks ini
mencangkup logaritma yang meliputi hasil-hasil pemeriksaan yang
penting seperti, orientasi,oksigenasi, dan jumlah intervensi yang
direncanakan untuk menentukan penempatan-penematan pasien
dalam system akuits lima tingkat. (Kathleen S.Omaan, 2008)
Tabel 2.3 Sistem Penilaian Akuitas Triage lima Lingkat Adalah
Sebagai Berikut:

35

Tingkat

Akuitas

Waktu penangganan

Contoh

dan pengkajian ulang

Kritis

Segera

Henti jantung

Tidak stabil

5-15 menit

Fraktur mayor

Potensial

tidak 30-60 menit

Nyeri abdomen

stabil
4

Stabil

1-2 jam

Sistitis

Rutin

4 jam

Penangkatan
jahitan

Sumber : . (Kathleen S.Omaan, 2008)


b. Kategori triage lapangan dan kategori triage lapangan-lanjutan. (Kathlen
S.Oman, 2008)
triage dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu kategori triage lapangan
dan kategori triage lapangan-lanjutan.
Berikut adalah tabel kategori triage lapangan :

Tabel 2.4 Tabel Kategori Triage Lapangan


Klasifikasi triage

Klasifikasi triage dengan

36

nato konvensional
T1 : Pembedahan Segera
Untuk menyelamatkan jiwa

atau

kode warna
Prioritas 1, Merah/Darurat :
Pasien kritis yang dapat hidup dengan

anggota tubuh, waktu operasi minimal,

intervensi,

kualitas keberhasilan hidup diharapkan

personel dan sumber daya dalam

baik
T2 : Ditunda
Pembedahan memkan banyak waktu.

jumlah yang berarti


Prioritas 2, Kuning/Urgent
Mempunyai kemungkinan bisa tetap

Jiwa

hidup dan kondisinya tetap stabil

korban

tidk

terancam

oleh

tidak

beberapa

memerlukan

penundaan operasi

selama

jam

dengan

T3 : Minimal
Cidera ringan, ditangani oleh staf

dilakukannya tindakan stabilisasi


Prioritas 3, Hijau atau non Urgent
Cidera ringan yang dapat diatasi oleh

dengan pelatihan minimal

petugas dengan pelatihan minimal


dan dapat menunggu sampai korban

T4 : ekspektan
Cidera
serius

cedera lainnya selesai di layani.


Prioritas 2 atau 3, Biru/Urgensi
dan

multiple.

Penanggananya memerlukan banyak

Bervarian
Korban dengan cidera berat yang

personel atau sumber daya

diperkirakan tidak akan bertahan


hidup kecuali bila dilakukan tindakan
dengan segera.
Hitam/Ekspekta
Korban sudah meninggal

c.

Menurut (Kartikawati, 2012), kategori triage di bagi beberapa tingkat


yaitu sebagai berikut :
1) Triage dua tingkat
Dalam sistem triage dua tingkat, pasien dikategorikan sakit atau
tidak sakit. Pasien yang sakit

membutuhkan perawatan darurat

dengan kondisi yang membahayakan nyawa, tubuh, atau organ.


Sementara itu pasien yang tidak sakit ialah pasien yang tidak

37

menunjukkan tanda-tanda serius, bisa menunggu jika perawatan


sedikit tertunda.
2) Triage tiga tingkat
Sistem triage tiga tingkat ini banyak di gunakan di amerika
serikat. Pengkategorian dapat berdasarkan warna (merah, kuning,
hijau) atau pemberian nomor (kategori 1, 2, 3), Tetapi pada
dasarnya katgori tersebut merunduk pada kondisi sebagai berikut :
a)
Gawat Darurat
Pasien membutuhkan tindakan cepat. Keluhan utama
berasarkan pada ancaman serius terhadap nyawa, tubuh, atau
organ, misalnya : Serangan jantung, trauma berat, gagal nafas.
Respon pasien harus diperhatikan dan perlu di lakukan observasi
secra terus-menerus.
b)
Darurat
Pasien membutuhkan tindakan segera, tetapi pasien masih
memungkinkan menunggu beberapa jam jika mampu. misalnya :
Nyeri abdomen, fraktur, dan batu ginjal. Didasrkan untuk
observasi setiap 30 menit.
c)
Biasa
Setelah pasien dilakukan pengkajian, karena kondisi pasien
tidak kritis, maka pasien dapat menunggu. Biasanya pasien
berada di ruang ambulatory care, misalnya : gangguan di
tenggorokan, kulit dan sebagainya. Dilakukan observasi setiap 1
sampai 2 jam.
3) Triage empat tingkat
Penggunaan triage system empat tingkat ini dilakukan
dengan menambahkan status life threatening (ancaman nyawa)
selain status gawat darurat, darurat, dan biasa.

38

4) Triage lima tingkat


Berdasarkan ACEP (american collage

of emrgency

physicians) dan ENA (emergency nurses association) pada tahun


2003, di Amerika serikat telah diperlakukan secara nasional
penggunaan triage lima tingkat, ACEP dan ENA meyakini bahwa
kualitas pelayanan pasien akan bertambah dengan menerapkan
skala triage terstandar dan proses kategori akuitas. Pada skala ini
ada penambahan level yaitu tingkat 1 yang berarti gawat darurat
tertinggi dan tingkat 5 untuk pasien dengan kondisi yang paling
ringan.
5) Skala triage Australia
a) Skala triage Australia
Skala triage Australia banyak digunakan di UGD rumah sakit
di Australia. Perhitungan waktu dimulai sejak pasien pertama kali
tiba di UGD, proses triage meliputi pemeriksaan kondisi
kegawatdaruratan pasien secara menyeluruh. Berikut adalah tabel
triage Australia.
Tabel 2.5 Skala Triage Australia dan skala akuitasnya adalah sebagai
berikut :
Tingkat
Sangat mengancam hidup
Sedikit mengancam hidup

Waktu Perawatan
Langsung
10 menit

Presentase Tindakan
100
80

Beresiko mengancam hidup

30 menit

75

Darurat

60 menit

70

Biasa

120 menit

70

Sumber : (Kartikawati, 2012)

39

b)

Skala triage Kanada


Dalam skala triage Kanada, perawat kanada menembangkan triage
5 tingkat. Setiap tingkat triage mewakili beberapa keluhan dari
pasien. Dalam melakukan

proses triage, perawat mengambil

keputusan tentang : Seberapa lama pasien dapat menungu tindakan


sebelum perawat melakukan pegkajian secara komperhenif dan
seberapa lama pasien dapat menunggu di periksa oleh dokter yang
akan merawatnya. Sedangkan untuk membantu menentukan tingkat
kedaruratan pasien di mana respon pasien pada setiap labelnya
berbeda-beda.
Tabel 2.6 Skala triage knada dan skala akuitasnya
Tingkat

Waktu

Untuk Waktu

Resusitasi
Gawat Darurat
Darurat
Biasa
Tidak Gawat

perawat
Langsung
Langsung
<30 menit
<60 menit
<120 menit

Sumber : (Kartikawati, 2012)

untuk Respon

Dokter
Langsung
<15 menit
<30 menit
<60 menit
<120 menit

langsung
98%
95%
90%
85%
80%

40

c)

Skala triage Manchester


Skala triage Manchester di kembangkan di inggris oleh sekelompok
perawat dan dokter gawat darurat. Setiap tingkat pada triage ini diberi
nama, nomor, dan warna sebagai pedoman perawat dalam memberikan
perawatan kepada pasien.
Tabel 2.67 Triage Manchester dan Skala Akuitasnya
No

Nama

1
Langsung
2
Gawat darurat
3
Darurat
4
Standar
5
Biasa
Sumber : (Kartikawati, 2012)

6. Tipe Triage

Warna

Waktu

Merah
Orange
Kuning
Hijau
Biru

0 Menit
10 Menit
60 Menit
120 Menit
240 Menit

41

Tipe triage menurut (Pusponegoro, 2011), dibagi menjadi 2 yaitu


sebagai berikut :
a. Single patient triage
Pada tipe ini dilakukan terhadap satu pasien pada fase pra RS
maupun pada fase RS-UGD, dimana pasien dikategorikan dalam
true emmergenci atau benar-benar darurat. Dimana pada tipe ini
ada masalah dengan (Airway, Breathing)
b. Routine multiple casual triage
Metode START (simple triage and rapid treatment) dikembangkan
untuk penolong pertama yang bertugas memilah pasien pada korban
musibah maassal/bencana dengan waktu 30 detik atau kurang
berdasarkan tiga pemeriksan primer seperti berikut ini :
1) Respirasi
2) Perfusi (mengecek nadi radialis)
3) Status mental
Pada metode START, tugas utama penolong triage adalah memeriksa
pasien secepat mungkin dan memilih atau memprioritaskan pasien
berdasarkan berat ringnnya cidera. Selain melakukan triage, penolong
lain akan melakukan follow up dan perawatan di lokasi. Apabila penolong
lain sudah datang ke lokasi kejadian, maka korban akan dilakukan retriage (dengan pemeriksaan yang lebih lengkap), evaluasi lebih lanjut,
resusitasi, stabilisasi dan transportasi. Re-triage dilakukan dengan
menggunakan table metag sistem yang sudah mencantumkan identitas
dan hasil pemeriksaan terhadap korban. Pasien diberi label sehingga
mudah dikenali oleh penolong saat tiba di tempat kejadian.

42

Metode pemasangan label pada pasien dapat di klasifikasikan sebagai


berikut :
a. Korban

kritis/immediate

diberi

label

merah/kegawatan

yang

mengancam nyawa (prioritas 1).


Untuk mendeskripsikan pasien degan luka parah di perlukan
transportasi segera ke rumah sakit kriteria pada pengkajian adalah
sebagai berikut ;
a) Respirasi >30 x / menit
b) Tidak ada nadi radiasi
c) Tidak sadar/penurunan kesadaran
b. Delay/Tertunda di beri label kuning/kegawatan yang tidak mengancam
nyawa dalam hitungan dekat (prioritas 2).
Untuk mendeskripsikan cedera yang tidak mengancam nyawa dan
dapat menunggu pada periode tertentu untuk penatalaksanaan dan
transportasi dengan kriteria sebagai berikut :
a) Respirasi >30 x / menit
b) Nadi teraba
c) Status mental normal
c. Korban terluka yang masih dapat berjalan di beri label hijau/tidak
terdapat kegawatan/penanganan dapat di tunda (prioritas 3).
Penolong pertama di tempt kejadian akan memberikan intruksi verbal
untuk pergi ke lokasi yang aman dan mengkaji korban dari truma, serta
mengirim ke rumah sakit.
d. Meninggal di beri label hitam/tidak memerlukan penangganan.
7. Proses Triage
Tujuan proses triage ini ialah untuk mengumpulkan data dan
keterangan sesuai dengan kondisi pasien dalam rangka pengambilan
keputusan triage. Pada tindakan triage, terdapat istilah undertriage dan
uptriage. dua konsep kunci ini sangat penting untuk memahami proses

43

triage. Undertriage adalah proses yang underestrimating tingkat


keparahan atau cedera, misalnya : pasien prioritas 1 (segera) sebagai
prioritas 2 (tertunda) atau prioritas 3 (minimal). Uptriage adalah proses
overestimating tingkat individu yang telah mengalami sakit atau
cidera, misalnya pasien prioritas 3 sebagai priorita 2 (tertunda) atau
prioritas 1 (segera). Beberapa literatur menyebutkan apabila terdapat
keragu-raguan dalam menentukan prioritas penderita, maka dianjurkan
untuk melakukan uptriage untuk menghindari penurunan kondisi
penderita. (Kartikawati, 2012)
Pengkajian awal triage di mulai ketika perawat triage memeriksa
pasien. Perawat harus memeriksa dengan jelas, untuk perawat triage
yang telah berpengalaman cukup melihat pasien sekali saja dan
berdasarkan pada penampilan umum, perawat triage memutuskan
apakah penangganan harus segera di lakukan
8. Dokumentasi triage
Pross pencatatan triage harus jelas, singkat, dan padat. Tujuan
dokumentasi triage adalah mendukung keputusan triage, sebagai alat
komunikasi antar petugas tim kesehatan di unit gawat darurat.
Pencatatan bisa dilakukan secara computer atau manual dan
mencangkup bagian besar dari pendokumentasian triage yang meliputi
: waktu dan tanggal kedatangan di UGD, cara kedatangan, usia pasien
dan lain sebagainya. (Kartikawati, 2012)

44

F. KERANGKA KONSEP

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan menurut (Soekidjo
Pendidikan
Notoatmojo, 2012) adalah :

Tingkat pengetahuan
masyarakat tentang
triage

1. (penyuluhan)
Pendidikan
(penyuluhan)
2. Informasi
3. Budaya
Keterangan
:
4. Pengalaman
: Diteliti
5. Sosial
ekonomi
: Tidak
diteliti

Kriteria tingkat pengetahuan


masyarakat tentang triage adalah :
Baik

: 76-100%

Cukup

: 56-75%

Kurang

: <55%

6. Umur
Bagan 2.8 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang
Triage Terhapap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Dalam
Penanganan Prioritas Korban Bencana Di Desa Sidem
Kabupaten Tulungagung

45

G. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban atas pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dalam perencanaan penelitian untuk mengarahkan kepada

46

hasil penelitian dalam perencanaan yang dirumuskan jawaban sementara


dari suatu penelitian.
(Notoatmojo, 2012)
H0

: Tidak ada pengaruh pemberian penyuluhan triage terhadap


peningkatan

pengetahuan masyarakat dalam penangganan

prioritas korban bencana di desa Sidem kabupaten Tulungagung


H1

: Ada pengaruh pemberian penyuluhan triage terhadap peningkatan


Pengetahuan masyarakat dalam penangganan prioritas korban
bencana di desa Sidem kabupaten Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai