Anda di halaman 1dari 6

KODE ETIK GURU

A. Pengertian, Maksud, dan Tujuan


Kode etik guru dirumuskan sebagai hasil kongres PGRI XIII pada 21-25 November 1973 di
Jakarta.
Kode etik guru dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan yang berkaitan dengan baik
dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti kesopanan, sopan santun dan
keadaban.
Sedangkan maksud dan tujuan diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas pekerjaan
keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi
sebagaimana layaknya. Dengan adanya kode etik guru dapat dijadikan pedoman agar terhindar
dari segala bentuk penyimpangan.
B. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia
Adapun rumusan kode etik yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil Kongres PGRI XIII, yang terdiri dari sembilan
item berikut ini:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila.
Maksud dari rumusan ini, sesuai dengan roeping-nya, guru harus mengabdikan dirinya secara
ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani,
baik fisik maupun mental agar menjadi insan pembangunan yang menghayati dan mengamalkan
serta melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada sila-sila dalam Pancasila.
Guru harus membimbing anak didiknya kearah hidup yang selaras, serasi dan seimbang.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing.
Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mampu mendesain program pengajaran sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting lagi guru harus
menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan anak didik. Kurikulum dan
program pengajaran untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD, kurikulum untuk tingkat
perguruan tinggi harus juga diterapkan untuk perguruan tinggi dan begitu seterusnya. Bukan asal
gampangnya saja, kurikulum dan program untuk SMP dapat digunakan di SD, di SMA dan
bahkan digunakan untuk perguruan tinggi. Hal semacam ini berarti guru sudah melanggar
kejujuran professional.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
Dalam kaitan belajar-mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan
anak didik. Hal ini terutama agar guru mendapat informasi secara lengkap mengenai diri anak
didik. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik anak didik ini, maka akan sangat membantu
bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar-mengajar yang optimal. Untuk ini
ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1)
segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak didik, tetapi
sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga sifat terbuka, berani mengemukakan
pendapat dan segala masalah yang dihadapinya.

2)
Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur kasih sayang,
ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar, ramah, terbuka.
3)
Diusahakn guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar tidak
menimbulkan suasana konflik. Sebab harus dimaklumi bahwa sekolah atau kelas merupakan
kumpulan subjek-subjek yang heterogen, sehingga keadaannya cukup kompleks.
Kemudian yang harus diingat oleh guru adalah dalam mengadakan komunikasi. Hubungan yang
harmonis dengan anak didik itu tidak boleh disalahgunakan. Dengan sifat ramah, kasih sayang
dan saling keterbukaan dapat diperoleh informasi mengenai diri anak didik secara lengkap. Ini
semata-mata demi kepentingan belajar anak didik, tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi
untuk maksud-maksud pribadi guru itu sendiri.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah, maksudnya bagaimana guru itu dapat
menciptakan kondisi-kondisi optimal, sehingga anak itu merasa belajar, harus belajar, perlu
dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana kehidupan sekolah sebagaimana
dimaksud di atas, akan menyangkut dua hal.
Pertama, yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas secara langsung. Untuk ini
meliputi hal-hal berikut:
1)

Pengaturan tata-ruang kelas yang lebih kondusif untuk kepentingan pengajaran.

2)
Menciptakan iklim atau suasana belajar-mengajar yang lebih serasi dan menyenangkan,
misalnya pembinaan situasi keakraban di dalam kelas. Untuk menciptakan iklim yang lebih
serasi ini antara lain dengan:
a)

adanya keterikatan antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik;

b)

menetapkan standar tingkah-laku;

c)

diadakan diskusi-diskusi kelompok;

d)

memberi penghargaan dan pemeliharaan semangat kerja.

Kedua, menciptakan kehidupan sekolah dalam arti luas, yakni meliputi sekolah secara
keseluruhan. Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan interaksi antara guru
dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai, pegawai dengan anak didik. Dengan
demikian, memang dituntut adanya keterlibatan semua pihak di dalam lembaga kependidikan,
sehingga dapat menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
Selanjutnya dalam mengusahakan keberhasilan proses belajar-mengajar itu, guru juga harus
membina hubungan baik dengan orang tua murid. Melalui hal ini dapat mengetahui keadaan
anak didiknya dan bagaimana kegiatan belajarnya di rumah. Juga untuk mengetahui beberapa hal
tentang anak didik melalui orang tuanya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
menentukan kegiatan belajar-mengajar yang lebih baik. Hubungan baik antara guru dengan
orang tua murid merupakan faktor yang tidak dapat ditinggalkan, karena keberhasilan belajar
anak didik tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana keadaan dan usaha orang tua murid.
Apalagi kalau dikaitkan dengan tugas dan kewajiban guru sebagai pendidik, dalam upaya
membina kepribadian anak didik, maka andil orang tua sangat menentukan (ingat tri pusat
pendidikan).
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

Sesuai dengan tri pusat pendidikan, masyarakat ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan
pendidikan. Oleh karena itu, guru juga harus membina hubungan baik dengan masyarakat, agar
dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar. Dalam hal ini
mengandung dua dimensi penglihatan, yakni masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat yang
lebih luas. Dilihat dari segi masyarakat di sekitar sekolah, bagi guru sangat penting untuk selalu
memelihara hubungan baik, karena guru akan mendapat masukan, pengalaman serta memahami
berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat itu. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai
usahabangan sumber belajar yang lebih mengena demi kelncaran proses belajar mengajar.
Sebagai contoh guru yang sedang menerangkan sesuatu pelajaran, kemudian untuk memperjelas
dapat diberikan ilustrasi dengan beberapa perkembangan yang terjadi di masyarakat sekitar. Di
samping itu, kalau sekolah mengadakan berbagai kegiatan, sangat memerlukan kemudahan dari
masyarakat sekitar.
Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat secara luas, keterikatan atau hubungan baik guru
dengan masyarakat itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi
kemasyarakatan yang lebih luas. Misalnya tentang budaya masyarakat dan bagaiamana
masyarakat sebagai pemakai lulusan.
f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan
mutu profesinya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus selalu meningkatkan
profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan ataupun secara bersama-sama. Hal ini sangat
penting, karena baik buruknya layanan akan mempengaruhi citra guru di tengah-tengah
masyarakat. Adapun cara-cara meningkatkan profesi guru dapat dilakukan sebagai berikut:
1)

Secara sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:

a)
Menekuni dan mempelajari secara kontinu pengetahuan-[engetahuan yang berhubungan
dengan teknik atau proses belajar-mengajar secara umum, misalnya pengetahuan-pengetahuan
tentang PBM (Proses Belajar Mengajar), ilmu-ilmu lain yang relevan dengan tugas keguruannya.
b)

Mendalami spesialisasi bidang studi yang diajarkan;

c)

Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas keprofesiannya;

d)

Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran;

e)

Melakukan supervisi dialog dan konsultasi dengan guru-guru yang sudah lebih senior.

2)

Secara bersama-sama, dapat dilakukan misalnya dengan:

a)

Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya.

b)
Mengikuti program pembinaan keprofesian secara khusus, misalnya program akta
ataupun reedukasi bagi yang merasa belum memenuhi kompetensinya.
c)
Mengsdakan kegiatan diskusi dan saling tukar pikiran dengan teman sejawa terutama
yang berkait dengan peningkatan mutu profesi.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam lingkungan keseluruhan.
Kerja sama dan pembinaan hubungan anatar guru di lingkungan tempat kerja, merupakan upaya
yang sangat penting. Sebab dengan pembinaan kerja sama anatarguru disuatu lingkungan kerja
akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga sebagi langkah-langkah
peningkatan mutu profesi guru secara keseluruhan, termasuk guru-guru di luar lingkungan

tempat kerja. Hal ini dapat memberi masukan dan menambah pengalaman masing-masing guru,
karena mungkin perkembangan di suatu daerah berbeda dengan perkembangan daerah lain (studi
komparasi).
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatakan mutu organisasi guru
profesional sebagai saran pengabdiannya.
Salah satu ciri profesi adalah dimilikinya organisasi profesional. Begitu juga guru sebagai tenaga
profesional kependidikan, juga memiliki organisasi profesional. Di Indonesia, wadah atau
organisasi profesional itu adalah PGRI, atau juga ISPI. Untuk meningkatkan pelayanan dan
sarana pengabdiannya, organisasi itu harus terus dipelihara, dibina bahkan ditingkatkan mutu dan
kekompakan. Sebab dengan peningkatan mutu organisasi berarti akan mampu merencanakan dan
melaksanakan program yang bermutu dan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.karena itu
organisasi PGRI dan ISPI harus lebih ditingkatkan dan perlu setiap kali mengadakan pertemuan
antar para guru di berbagai daerah atau mungkin secara nasional. Dalam pertemuan itu
dibicarakan program yang bermanfaat, terutama bagaimana upaya meningkatkan mutu organisasi
tersebut. Peningkatan mutu organisasi profesional itu, disamping untuk melindungi kepentingan
anggota (para guru) juga sebagai wadah kegiatan pembinaan dan peningkatan mutu
profesionalisme guru.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
Guru adalah bagian warga negara dan warga masyarakat yang merupakan aparat Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), atau aparat pemerintah di bidang pendidikan.
Pemerintah c.q. departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai pengelola bidang pendidikan
sudah pasti memiliki ketentuan-ketentuan yang merupakan policy, agar pelaksanaannya dapat
terarah.
Guru sebagai aparat departemen pendidikan dan pelaksana langsung kurikulum dan proses
belajar mengajar, harus memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan
oleh pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-persoalan pendidikan. Dengan
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan itu, diharapkan proses pendidikan
berjalan lancar sehingga bisa menopang pelaksanaan pembangunan bangsa secara integral.
Tetapi harus diingat bahwa kebijaksanaan atau ketentuan-ketentuan pemerintah itu biasanya
bersifat umum. Oleh karena itu guru sebagai pelaksana yang paling operasional harus memahami
secara cermat dan kritis serta mengembangkannya secara rasional dan kreatif yang akhirnya
dapat mendukung polyce pihak departemen pendidikan dan kebudayaan tersebut. Untuk
mengarahkan kepada maksud-maksud sebagaimana disebutkan di atas, maka perlu dilakukan
hal-hal antara lain sebagai berikut:
1)
Guru harus memahami betul-betul maksud dan arah pendidikan kebijaksanaan nasional,
agar dapat mengambil langkah-langkah secara tepat.
2)
Guru harus terus-menerus meningkatkan profesi dan kesadaran guru untuk memenuhi
hakikat keprofesiannya.
3)

Dilakukan penilaian, pengawasan dan sanksi yang objektif dan rasional.

4)
Pemimpin lembaga-lembaga pendidikan harus bersifat terbuka, dalam upaya
menerjemahkan setiap ketentuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
5)
Guru yang semata-mata sebagai kiat dan pelaksana pemerintah di bidang kurikulum dan
proses belajar mengajar, perlu netral, tidak memihak pada golongan apa pun.

6)
Dalam menetapkan kebijaksanaan pemerintah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),
yang berkenaan dengan pembaruan di bidang pendidikan, perlu diupayakan kerja sama antara
pemerintah dengan organisasi profesional guru (PGRI) dan juga dengan ISPI.
Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas, diharapkan guru
mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada subjek belajar yang
dihadapi oleh anak didik/subjek belajar berarti akan dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan
kemampuan serta kegairahan mereka sendiri. Dengan deimikian, kegiatan belajar-mengajar akan
berjalan dengan baik, sehingga hasilnya optimal.
About these ads

4 Kompetensi Guru
4 Kompetensi Guru - Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki
empat kompentensi, antara lain:
1. Kompetensi Pedagogik
- Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional, dan
intelektual
- Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik.
- Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran yang diampu.
- Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
- Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran.
- Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
- Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke peserta didik.
- Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
4 Kompetensi Guru
2. Kompetensi Kepribadian
- Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan budaya bangsa
- Penampilan yang jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
- Menampilkan dirisebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
- Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
- Menjunjjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi Sosial.
- Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
- Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
- Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman social budaya.
- Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan
4. Kompetensi Profesional
- Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang
dimampu
- Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan
yang dimampu
- Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.

- Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif


- Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

1. Kompetensi pedagogik tercermin dari tingkat pemahaman


terhadap
peserta
didik,
perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian tercermin dari kemampuan
personal, berupa kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi sosial tercermin dari kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional tercermin dari tingkat penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya

Anda mungkin juga menyukai