Anda di halaman 1dari 7

Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Gambar 1. Buah mengkudu


1. Taksonomi
Berdasarkan

ITIS

(Integrated

Taxonomic

Information

System),

klasifikasi tanaman mengkudu adalah sebagai berikut:


Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Tracheophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Gentianales

Famili

: Rubiaceae

Genus
Spesies

: Morinda
: Morinda citrifolia L.

2. Nama Umum
Indonesia: eodu, eoru, keumudee, lengkudu, bangkudu, bengkudu,
bakudu, bingkudu, pamarai, mangkudu, mengkudu, neteu, kudu,
cangkudu, kemudu, pace, tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu,
bakulu, mangkudu, wangkudu, labanau.
Inggris: Noni
Pilipina: Noni, Bankoro, Apatot
Tiongkok: ji shu
3. Morfologi
Rukmana (2002) memaparkan bahwa mengkudu termasuk jenis
tanaman yang rendah dan umumnya memiliki banyak cabang
dengan ketinggian pohon sekitar 3-8 meter di atas permukaan
tanah serta tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan, pinggiran
sungai, dan di pekarangan. Mengkudu dapat tumbuh di berbagai
tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat dataran rendah sampai

1.500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 1500-3500


mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-300C dan kelembapan 50-70%.

Gambar 2. Daun dan buah mengkudu


Buah mengkudu memiliki bentuk bulat sampai lonjong, panjang 10
cm, berwarna kehijauan tetapi menjelang masak menjadi putih
kekuningan (Djauhariya, 2003). Menurut Heyne (1987), daun
mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan,
bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata dengan
ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17 cm. Bunga mengkudu
berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota berbentuk
terompet.
4. Simplisia yang digunakan
Tanaman mengkudu terkenal memiliki khasiat, beberapa simplisia
yang diambil dari tanaman mengkudu untuk diolah adalah Morindae
citrifoliae Fructus (buah mengkudu), Morindae citrifoliae Folium
(daun mengkudu), Morindae citrifoliae Radix (akar mengkudu).
5. Kandungan kimia
Peter (2007) dalam Clinical Research on Morinda citrifolia L
menuliskan

bahwa

terdapat

beberapa

senyawa

kimia

dalam

mengkudu yaitu oligo dan polisakarida, glikosida termasuk flavonoid


(rutin dan asam asperulosidat), ester asam lemak trisakarida,
skopoletin,
proxeronin),

beta-sitosterol,
asam

damnacanthal,

oktonoat,

kalium,

alkaloid

vitamin

C,

(xeronin,
terpenoid,

antrakuinon (nordamnakantal, morindon, rubiadin, rubiadin, metil


eter, glikosaida antrakuinon), karoten, vitamin A, glikosida flavon,
asam linoleat, alizarin, asam amino, akubin, L-asperulosida, asam
kaproat, asam ursolat.

Gambar 3. Struktur kimia morindon (kiri) dan skopoletin (kanan)


Secara umum, Singh (2012) merangkum kandungan kimia dalam
tiap bagian tanaman mengkudu sebagai berikut:
Tabel 1 Kandungan Kimia Mengkudu
Bagian
Tanaman
Buah

Kandungan Kimia
Asam-asam, alkohol dan fenol, antrakuinon, ester,
flavonoid, iridoid, keton, lakton, lignan, nukelosida,
sakarida,

triterpenoid

dan

sterol,

dan

senyawa

miscellaneous.
Asam-asam, antrakuinon, karotenoid, derivat klorofil,

Daun

flavonoid,

iridoid,

triterpenoid

dan

sterol,

dan

senyawa miscellaneous
Asam-asam
Antrakuinon
Antrakuinon
Antrakuinon glikosida dan flavonoid

Biji
Akar
Batang
Bunga

6. Khasiat dan Efek Farmakologi


Menurut Singh (2012), beberapa khasiat dari mengkudu adalah
sebagai antijamur, antivirus, antelmintik, antioksidan, antiobesitas
dan

hipoglikemia,

analgesik,

hepatoprotektif,

anticemas,

antiinflamasi, menunjukkan aktivitas hipotensif, kardiovaskuler,


penanganan luka, estrogenik, sistem imun, dan antikanker.
Mengkudu memiliki berbagai manfaat dikarenakan banyak senyawa
kimia yang terkandung didalamnya memberikan aksi farmakologi,
Peter

(2007)

menyebutkan

dalam

Clinical

aktivitas-aktivitas

Research

on

Morinda

citrifolia

farmakologi

tersebut

sebagai

berikut.
a. Oligo dan polisakarida, memberikan fungsi probiotik sebagai
serat makanan yang dapat difermentasi oleh bakteri kolon
b. Skopoletin, memberikan aktivitas antibiotik
c. Beta sitosterol, memberikan aktivitas antikolesterol

d. Damnacanthal, memiliki potensi sebagai inhibitor protein virus


Ahli

HIV
biokimia,

mengandung

Ralph

Heinicke,

prekursor

menyatakan

dari alkaloid Xeronine

buah

mengkudu

yang

bernama

Proxeronine. Di dalam tubuh, Proxeronine dikonversikan menjadi


Xeronine oleh enzim Proxeroninase. Xeronine dapat memodifikasi
struktur molekular dari protein sehingga memiliki banyak aktivitas
biologis. Senyawa antrakuinon seperti Aucubin, L-asperuloside, dan
alizarin terbukti sebagai agen antibakteri, antifungi, antiviral, dan
antiparasit

(Satapathy

(2007)

menyatakan

bahwa

ekstrak

mengkudu dapat membunuh cacing filarial dengan menginduksi


efek

neuromuskular.

Selain

efek

antelmintik,

mengkudu

juga

memiliki efek laksatif yang akan bersinergi dengan efek antelmintik


tadi sehingga parasit cacing tadi akan dikeluarkan dari tubuh
(Soemardji, A.A dan Sigit, J.I., 2011).
Ekstrak etanol daun Morinda citrifolium diketahui menyebabkan
paralisis dan kematian pada nematoda Ascaris lumbricoides dalam
satu hari (Raj via Wang et al, 2000). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Khuntia dkk. pada tahun 2010, diketahui bahwa
ekstrak etanol pada dosis 100 mg/mL secara signifikan memiliki
efek antelmintik. Mengkudu mengandung saponin yang berpotensi
sebagai antelmintik karena menghambat enzim asetilkolinesterase
sehingga cacing paralisis otot kemudian mati (Noorahmi, 2011).
7. Uji in vitro
Uji in vitro dilakukan oleh Khuntia et al (2010) dalam jurnalnya
berjudul Evaluation of Antibacterial, Antifungal and Anthelmintic
Activity of Morinda citrifolia L. (Noni).
a. Pendahuluan
Dalam penelitian ini, petroleum eter dan ekstrak alkohol dari
daun mengkudu. mengalami skrining awal untuk aktivitas
antimikroba dan obat cacing. Petroleum eter dan ekstrak alkohol
dievaluasi untuk kegiatan antelmintik pada cacing tanah dewasa,
Pheretima posithuma. Ekstrak alkohol menghasilkan aktivitas

antelmintik yang lebih dari pada petroleum eter dan penelitian ini
dibandingkan dengan Piperazine sitrat.
b. Bahan dan Metode
Bahan tanaman: Daun mengkudu dikumpulkan dari kebun kelapa
dari

Salipur,

Orissa

di

bulan

Desember.

Ekstrak:

Daun

dikumpulkan dan dicuci secara menyeluruh dengan air, dipotong


dan dikeringakan selama seminggu di 35-400C dan diserbukkan
dengan mesin. Sebanyak 150 gram serbuk diekstraksi dengan
soxhlet menggunakan pelarut petroleum eter dan ekstrak
alkohol. Pelarut dihilangkan dan diperoleh residu berwarna hitam
kehijauan. Hasil diperoleh 9,4% petroleum eter dan 7,9% ekstrak
alkohol. Ekstrak digunakan untuk aktivitas antimikroba dan
anthelmintik.
Cacing tanah yang sama ukurannya dikelompokkan menjadi
empat dan masing-masing terdiri dari 6 cacing:
- Kelompok 1: kontrol (normal salin)
- Kelompok 2: Standar (Piperazin sitrat 10 mg/ml)
- Kelompok 3: Ekstrak petroleum eter dengan konsentrasi (10
-

mg/ml, 50 mg/ml, 100 mg/ml)


Kelompok 4: ekstrak alkohol dengan konsentrasi 10 mg/ml, 50
mg/ml, 100 mg/ml). Pengamatan dilakukan untuk memperoleh
waktu paralisis dan kematian cacing. Dikatakan paralisis jika
cacing tersebut tidak dapat hidup kembali pada kelompok
kontrol normal. Kematian disimpulkan saat cacing kehilangan

motilitas mereka diikuti dengan pudarnya warna tubuh.


c. Hasil Pengamatan dan Kesimpulan
Tabel 2 Aktivitas Antelmintik Ekstrak Daun Mengkudu

Dari studi aktivitas antelmintik, ekstrak alkohol mengkudu


dengan dosis 100 mg/ml memiliki aktivitas antelmintik signifikan
dan petroleum eter menunjukkan aktivitas lebih lemah.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak alkohol


mengkudu memperlihatkan efek antihelmintik yang lebih baik
dibanding dengan ekstrak petroleum eter dan efek yang
dihasilkan hampir setara dengan Piperazine sitrat (Khuntia, 2010)
8. Uji klinis
Sejauh ini uji klinis pada manusia menggunakan buah mengkudu
masih belum diketahui. Berbagai uji hanya baru dilakukan secara in
vitro dan in vivo menggunakan binatang.
9. Sediaan
a. Jenis Sediaan

Gambar 4. Contoh sediaan mengkudu


Jus mengkudu
Buah mengkudu matang diblender dengan penambahan air
secukupnya. Jus buah segar mengkudu 30-180 ml diminum
setiap hari, setengah jam sebelum makan atau satu jam

setelah makan.
Serbuk mengkudu
Buah mengkudu dikeringkan kemudian dibuat menjadi serbuk
untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi jus, tablet, atau

kapsul.
b. Efek samping
Jus mengkudu

dilaporkan

menimbulkan

efek

hiperkalemia.

Seorang pria yang mengonsumsi jus mengkudu dengan kondisi


insufisien ginjal kronik mengalami peningkatan konsentrasi
plasma

kalium

tanpa

tambahan

konsumsi

apapun.

Buah

mengkudu juga dapat mengakibatkan kerusakan hati. Postulat


sementara diyakini bahwa kerusakan hati terjadi karena senyawa
antrakuinon dalam mengkudu bersifat hepatotoksik. Seorang pria
yang mengonsumsi jus mengkudu selama tiga minggu secara

kontinu mengalami peningkatan aktivitas transaminase dan


laktat dehidrogenase yang sangat tinggi (Aronson, 2009).
c. Kontraindikasi peringatan
Pasien dengan gangguan atau penyakit hati (Aronson, 2009),
tukak lambung, diare: efek laksativum; kerusakan liver, termasuk
transplantasi liver; peningkatan kerusakan ginjal.
Referensi
- Badan POM RI. (2010). Acuan Sediaan Herbal Volume 5 Edisi I.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
-

Jakarta.
Budikusuma, Ludmilla. (2003). Efek Antelmintik Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) Terhadap Ascaris suum Invitro. R

Medicine (General)
Khuntia TK, Panda DS, Nanda UN, Khuntia S. (2010).
Evaluation

of

Antibacterial,

Antifungal

and

Anthelmintic

Activity of Morinda citrifolia L. (Noni), International Journal of


PharmTech Research Vol.2, No.2, pp 1030-1032, ISSN : 0974-

4304
Nelson. S.C. (2003). Morinda citrifolia L. Diakses dari College
of Tropical Agriculture and Human Resource University of
Hawaii

at

Manoa.

[online]

Available

at:

http://www.ctahr.hawaii.edu/noni/downloads/morinda_species_
-

profile.pdf
Noorahmi, Wulandari Siti (2010). Uji Efek Antelmintik Buah
dan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Ascaris

suum Secara In Vitro. R Medicine (General)


Stuart, Arnando.D. (2005). Noni. [online] Available

at:

http://www.academicjournals.org/article/article1379423803_Si
-

ngh.pdf.
Wang, M.Y.; West, B.; Jensen, C.J.; Nowicki, D.; Su, C.; Palu,
A.K.; Anderson, G. (2002). Morinda citrifolia (Noni): a literature
review

and

recent

advances

in

Noni

research,

Acta

Pharmacologica Sinica, Vol.23, pp. 1127-1141, ISSN 16714083


-

Anda mungkin juga menyukai