Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pembimbing :
Ir. Emmanuela MW
Disusun oleh :
Kelompok 5
Kelas 2A
Agin Adwisan
121411003
121411022
Sumiyati
12141102
Tanggal Praktikum
Tanggal penyerahan
: November 2013
D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Tujuan Praktikum
II.
Landasan Teori
2.1
Sel Immobilisasi
Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan
tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat.
Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain (Sumo dkk., 1993). Sel/enzim tersebut tetap mempunyai
aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat dipergunakan
secara terus menerus dan sangat penting untuk proses berkesinambungan.
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.
hambatan
tersebut
dilakukan
penelitian-penelitian,
sehingga
terjadi
pengembangan pada imobilisasi sel, yang dapat digunakan sebagai biokatalis. Hal ini
memungkinkan untuk melakukan imobilisasi seluruh sel dan menjaga sel tetap hidup
(viabel). Dalam praktiknya, metode yang digunakan adalah menjebak sel dalam gel
dengan adsorpsi. Selain itu, pengontrolan perlu dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari
aktivitas metabolisme yang penting, sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih
mudah dan membuat biokatalis lebih stabil (Sumo dkk., 1993).
Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam
perkembangan proses biokimia dalam suatu boreaktor. Sel yang mengalami immobilisasi
(immoblized mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi misalnya
produksi alkohol, asam amino, antibiotik atau pada degradasi polutan limbah cair.
2.1.1
Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan wash
out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.
2.1.2
baik substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan
evaluasi gas sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.
2.1.3
Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan dan metoda
pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam matriks pendukung.
Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu polimer porous (agar, alginate,
carragenan, polyacrylamide, chitosan, gelatin, collagen), porous metal screen,
polyurethane, silicagel, polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric beads harus
cukup porous untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric beads biasanya
dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.
Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang tumbuh
dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material pendukung dapat
bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films digunakan pada pengolahan
limbah atau fermentasi mikroba dengan jamur.
Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode imobilisasi dengan tiga kelompok, yaitu:
metode carrier binding, metode cross linking, dan metode entrapping (Said, 1987). Pada
metode carrier binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang bersifat tidak larut
adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organik maupun anorganik. Bila
menggunakan metode ini, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan matriks dan
pengikatan enzim pada matriks tersebut. Teknik pengikatan enzim pada matriks dapat
dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya elektrostatik atau ikatan kovalen (Chibata,
1978).
Metode cross linking didasarkan pada pembentukan ikatan intermolekuler antara
molekul-molekul enzim. Gugus fungsional dalam molekul enzim yang biasa digunakan
untuk pembentukan ikatan intermolekmuler adalah gugus amino pada asam amino
terminal, gugus amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus sulhidril dari sistein
dan gugus imidazole dari histidin.
Pada metode entrapping, imobilisasi, enzim/sel didasarkan pada penempatan
enzim di dalam kisi dari suatu polimer atau di dalam membran yang bersifat semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan dalam kisi, maka metode yang digolongkan adalah
jenis kisi, sedang bila ditempatkan dalam membran yang bersifat semipermiabel, maka
metodenya digolongkan ke dalam jenis mikrokapsul (Chibata, 1978). Selain itu metode
imobilisasi dapat digolongkan sebagai berikut :
Adsorpsi
Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi kriteria utama tidak
terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak mengganggu gugus fungsi di pusat aktif
enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim lebih banyak
digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan tidak terikat pada bahan
pendukung sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur alami molekul enzim tidak
mengalami gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).
Garam alginat dapat larut dalam air, seperti natrium alginat, potassium alginat,
dan ammonium alginat, sedikit larut dalam air, sedang kalsium alginat tidak
larut dalam air.
Berbentuk serbuk berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau, dan tidan
berasa. Secara umum susut pengeringan tidak lebih dari 22 %.
Larut lambat dalam air membentuk larutan koloid yang kental, berwarna putih
pucat sampai coklat kekuningan. Tidak larut dalam alkohol, kloroform dan
eter,serta larutan air yang mengandung lebih besar dari 30 % alkohol. Variasi
mutu natrium algianat ditentukan oleh variasi viscositas, antara 20-400 cp dari
larutan 1% pada suhu 20o C.
Natrium alginat harus disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya,
bentuk larutan tidak boleh disimpan pada wadah logam.
Reaktor Kolom
Beberapa konfigurasi reaktor dapat digunakan untuk system sel terimmobilisasi.
Matriks pendukung sel terimmobilisasi umumnya bersifat rapuh, karena itu dipilih
bioreaktor yang memiliki gesekan hidronamik yang rendah seperti packed-column,
fluidized-bed, atau airlift reactor. Reaktor yang menggunakan produk mekanik dapat
digunakan untuk matriks pendukung yang kuat dan liat. Reaktor tersebut dioperasikan
dengan cara mengalirkan larutan nutrient melewati sel immobilisasi.
2.2.1 Reaktor dengan Pengadukan
Reaktor dengan pengadukan dapat dilakukan dengan system batch maupun
system continue.
III.
Bahan
Bacto pepto
Ekstrak ragi
Glukosa
Aquadest
Glukosa 15%
(NH4)CO3 2%
KH2PO4 1%
MgSO4.7H2O 1%
FeCl3 1%
Larutan CaCl2 2%
Natrium Alginat
Alat
Erlenmeyer 250 mL
Hot plate
Bahan
beads
Media produksi
Alat
a. Satu perangkat reaktor packed column
b. Pompa peristatik
e. Pipet Volum
f. Refraktometer sukrosa & alcohol
Waktu
(menit)
5
10
15
20
25
30
35
40
1
2
3
4
5
6
7
8
Laju alir I =
Ethyl alcohol
(%)
12,2
13
13,2
13,7
14
14,5
14,6
14,8
Sukrosa
(%)
4
4,5
4,5
4,5
4,9
5
5
5
Volume produk
(ml)
13
13
13
10
10
10
10
10
= 2,6 ml/menit
Laju alir II =
=
= 2,6 ml/menit
= 2,6 ml/menit
Laju alir IV =
=
= 2 ml/menit
Laju alir V =
=
= 2 ml/menit
Laju alir VI =
=
= 2 ml/menit
= 2 ml/menit
= 2 ml/menit
Laju alir menurun karena semakin lama media produksi dalam tabung infus
semakin berkurang, sehingga tekanan dalam tabung semakin kecil. Dengan begitu laju
alirpun semakin kecil
V. Pengolahan Data
Grafik kadar glukosa vs waktu seharusnya menurun, tetapi data yang kami dapatkan
terjadi penyimpangan
Grafik kadar alkohol vs waktu semakin naik karena semakin lama proses berjalan, maka
semakin besar pula konsentrasi alcohol yang terbentuk
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami mencoba untuk mengevaluasi kinerja sel immobilisasi
dalam reactor kolom dengan tujuan mengubah glukosa menjadi alcohol dengan bantuan
saccharomyces cerevisiae yang telah terimmobilisasi. Pengertian dari sel immobilisasi
sendiri adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak larut dalam bahan
tersebut, hal ini berarti sel yang terlibat diikat dan dibatasi ruang geraknya.
Yang pertama kali kami lakukan adalah membuat sel terimmobilisasinya dengan cara
mencampurkan media aktivasi/starter yang mengandung saccharomyces cerevisiae dengan
natrium alginate. Campuran tersebut selanjutnya disuntikan secara perlahan kedalam
larutan CaCl2 untuk membentuk beads. Kemudian selain itu juga dibutuhkan media
produksinya yaitu substrat yang banyak mengandung glukosa untuk diubah menjadi
alcohol nantinya.
Sel immobilisasi(beads) yang telah dibuat sebelumnya dimasukkan ke dalam reaktor
kolom yang kemudian dilewatkan media produksi melalui infus. Kemudian samakan laju
alir yang menetes dari infus dan yang menetes keluar kolom. Tetesan yang keluar dari
kolom kadar alcoholnya akan bertambah karena dilewatkan kepada sel yang
terimmobilisasi(beads) tadi.
Sesuai dengan data yang kami dapatkan, kadar alcohol grafiknya terus naik itu
berarti sel terimmobilisasi tadi bekerja dengan baik. Mula-mula alcohol yang terbaca oleh
refraktometer adalah 8, yang kemudian naik menjadi 12,2 ; 13 ; 13,2 ; 13,7 ; 14 ; 14.5 ;
14,6 ; 14,8 (%) dengan selang waktu masing-masing 5menit. Dengan naiknya kadar
alcohol, maka seharusnya kadar glukosanya menjadi turun. Tetapi terjadi penyimpangan
pada uji glukosa yang kami dapatkan yang semulanya turun, namun pada menit berikutnya
naik kembali dan diakhirnya menjadi konstan. Berikut adalah data yang terbaca pada
refraktometer : 6,5 ; 4 ; 4,5 ; 4,5 ; 4,5 ; 4,9 ; 5 ; 5 ; 5 (%) dengan selang waktu 5 menit.
Kesalahan yang terjadi pada uji glukosa ini bisa disebabkan banyak factor, misalnya
kesalahan pada pembacaan data, ataupun akumulasi dari zat-zat lain yang menyebabkan
glukosa terbaca lebih besar dari seharusnya. Disamping itu tujuan utama dari percobaan
yang kami lakukan ini bisa dikatakan berhasil karena alcoholnya telah terbentuk dan
grafiknya terus naik, yang artinya kadar alcohol terus bertambah seiring berjalannya waktu.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,
diantaranya sebagai berikut:
Imobilisasi sel merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengubah glukosa menjadi alcohol dengan bantuan saccharomyces cerevisiae.
Berdasarkan hasil pengamatan grafik, semakin lama media produksi dialirkan pada
sel immobilisasi maka konsentrasi alkohol yang diperoleh akan semakin semakin
beasar.
DAFTAR PUSTAKA
Chibata, I., 1978, Immobilized Enzymes. Research and Development, Kodansha
Ltd., Tokyo.
Kennedy, J.F., 1995, Principles of immobilization of enzymes. Di dalam Wiseman,
A. (Ed.) Handbook of Enzyme Biotechnology. 3rd Ed. Elis Hardwood,
London, UK.
Kierstan MPJ, Cough D MP, 1985, Immobilisation of cells and enzymes by gel
entrapment. Di dalam: J. Woodward (ed). Immobilised Cells and Enzymes. A
Practical Approach. Oxford: IRL Pr.
Masyithah, Zuhrina, 2005, Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi, Media
Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia, ISSN 1412-7814
Wirahadikusumah M., 1988, Teknik Amobilisasi Enzim Dalam Bidang Pengobatan.
Acta Pharm Indon 13:32-42.