Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
APBN atupun APBD merupakan inti keuangan (akuntansi) pemerintahan, terutama
dalam era prareformasi keuangan daerah karna selama era tersebut anggaran merupakan satusatunya informasi keuangan yang dihasilkan pemerintah. Oleh karena itu, kedudukan APBN
dan APBD menjadi jauh lebih penting lagi.
Karena hal tersebut, Penulis mengangkat tema APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) agar Penulis dapat menggali lebih dalam lagi tentang informasi apa yang
lebih tercangkup mengenai APBD. Selain itu salah satu faktor Penulis memilih tema ini
dikarenakan tuntutan tugas Penulis dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Suatu daerah tidak akan dapat menjalankan kegiatan pemerintahan tanpa adanya
anggaran, oleh karena itu setiap tahunnya APBD ditetapkan guna meningkatkan efektifitas
dan efisiensi perekonomian daerah berdasarkan fungsi alokasi APBD.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 tahun 2011 Pedoman penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2012, meliputi:
a.

Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan kebijakan pemerintah daerah;

b.

Prinsip penyusunan APBD;

c.

Kebijakan penyusunan APBD;

d.

Teknis penyusunan APBD

e.

Hal-hal khusus lainnya.


APBD merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD

adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota
DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah,
Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut
urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B . Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian dari APBD ?


Bagaimana bentuk dan susunan APBD ?
Apakah ada unsur-unsur APBD ?
Apa saja landasan dari APBD ?
Sebutkan apa saja fungsi dari APBD ?
Bagaimana proses penyusunan dan penetapan APBD ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Anggaran Pendapatan Belanja
2.
3.
4.
5.

Daerah
Memberi informasi unsur, landasan, serta bentuk dan landasan dari APBD
Untuk memenuhi tugas Akuntansi Sektor Publik
Untuk memberi informasi tentang Proses Penyusunan APBD
Menunjukkan tujuan beserta fungsi dengan dibentuknya APBN dalam anggaran sektor
publik

BAB 2
PEMBAHASAN
2

A . Pengertian APBD
Menurut Lee, Jr dan Johnson (1998) anggaran adalah suatu dokumen yang
menjelaskan kondisi keuangna organisasi yang mencakup informasi keuangan,
belanja, aktivitas, serta tujuan organisasi.1
Menurut Freeman dan Shoulders (2003) anggaran adalah suatu
proses pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
yang sifatnya tidak terbatas (unlimited Demands).2
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka
dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka
waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun
dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana
keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam
arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur
pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.3
Sedangkan APBD adalah Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD)
adalah

rencana

disetujui

keuangan

oleh Dewan

tahunan pemerintah

Perwakilan

Rakyat

daerah di Indonesia yang

Daerah.

APBD

ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun,
mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.4
Menurut pasal 64 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah, APBD dapat didefenisikan sebagai rencana operasional
keuangan pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan
1

Nordiawan,Deddi, Akuntansi Sektor Publik, Salemba


Empat, Jakarta, 2010, hal.69
2
Nordiawan Deddi, Akuntansi Sektor Publik, Salemba
Empat, Jakarta, 2010, hal.69
3
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pe
ngertian-definisi-manfaat-tujuan-anggaran
4
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Bel
anja_Daerah
3

pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyekproyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang di maksud.5
B . Bentuk dan Susunan APBD
Bentuk dan susunan APBD tentunya pasti memiliki perubahan, seperti pada era Reformasi.
Pada era tersebut bentuk dan susunan APBD berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1975, yang
terdiri dari :
1. Anggaran Rutin, yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin
2. Anggaran Pembangunan, yang jugadibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja
pembangunan6
Susunan tersebut kemudian mengalami perubahan-perubahan dengan dikeluarkannya
peraturan-peraturan dalam kurun waktu 1984-1988. APBD tidak lagi terbagi atas anggaran
rutin dan pembangunan, tetapi:
1. Pendapatan, yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan pembangunan,
dan urusan kas dan perhitungan (UKP)
2. Belanja, yang diperinci lagi menjadi belanja rutin (diklasifikan ke dalam 10 bagian)
dan belanja pembangunan (diklasifikasikan menjadi 21 sektor)6
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1998, yaitu terjadi pada klasifikasinya.
Bentuk yang lama pendapatan daerah dibagi menjadi empat yaitu sisa lebih perhitungan tahun
lalu, pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak/bukan pajak, serta sumbangan dan bantuan.
Sedangkan pada bentuk yang baru terdapat pendapatan yang berasal yang berasal dari
pemberian pemerintah dan instansi yang lebih tinggi yang termsuk di dalamnya bagi hasil
pajak dan non pajak dan sumbangan serta bantuan. 6
Karakteristik APBD pada era prareformasi adalah sebagai berikut.
1. APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan kepala daserah (Pasal 30 UU Nomor 5
Tahun 1975)
2. Menggunakan line item budgering atau oenfekatan tradisional dalam menyusun anggran,
yaitu anggaran disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran
3. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeriksaan,
penyusunan, dan penetapan APBD, yaitu diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
5

Halim, Abdul, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba


Empat, Yogyakarta, 2007, hal.19
6 Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Slemba Empat,
Jakarta, 2012, hal.36-37
4

pemerintah provinsi dan kepada Gubernur untuk pemerintah kabupaten/kota


(pertanggungjawaban vertikal)
4. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta penyusunan dan penetapan perhitungan
APBD, dilakukan pengawasan pendapatan dan pengluaran daerah (bersifat keungan).
Pengawasan tersebut tidak memperhitungkan pertanggungjawaban dari aspek lain seperti
aspek kerja
5. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdsaarkan ketaatan herhadap tiga
unsur utama, yaitu pada peraturan perundangan yang berlaku, unsur kehematan dsan
efisiensi, dan hasil program (untuk proyek-proyek daerah)
6. Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem stelsel kameral (tata buku anggaran),
yaitu penyusunan anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan mempengaruhi. Pada
sistem ini, diperolehnya pendapatan adalah pada saat penerimaan, sedangkan pembiayaan
terjadi pada saat dilakukan pembayaran. Sehingga sistem ini disebut juga tata buku kas7
Pada era reformasi keungan daerah, mengisyaratkan agar laporan keungan semakin
informatif. Bentuk APBD mengalami perubahan yang cukup emndasar didasari oleh
keputusan Mendagri Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata cara Penyusunan Anggaran dan Pendapatan dan
belanja daerah.7
Saat ini APBD yang digunakan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Bentuk APBD terbaru terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendapatan, belanja, dan pembiayaan (kategori baru). Pos pembiayaan merupakan usaha agar
APBD semakin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dan endapatan daerah. Selain itu pos
pembiayaan juga merupakan alokasi surplus atau sumber penutupan defisit anggaran. Dalam
APBD yang baru, pendapatan, belanja, dan pembiayaan tersebut dikelompokkan kembali
menjadi berikut ini.
1. Pendapatan, dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan pendapatan lain-lain daerah yang sah
2. Belanja, dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Belanja tidak langsung
b) Belanja tidak langsung
3. Pembiayaan, yang dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan, yaitu sumber
penerimaan dan pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah
merupakan sisa lebih anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan obligasi,
hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan, dan di transfer dari dana cadangan.
7

Alim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Slemba Empat,


Jakarta, 2012, hal.36-37
5

Sedangkan sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas pembayaran utang
pokok yang telah jatuh tempo, penyetoran modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa
lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung7

Rincian dari pembagian diatas :


Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan dan organisasi
yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah
yang menambah ekuitas dana.
Pendapatan daerah meliputi:
(a) Pendapatan Asli Daerah
(b) Dana Perimbangan
(c) Lain-Lain Pendapatan8
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD):
PAD adalah bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah dalam memungut PAD dimaksudkan
agar daerah dapat mendanai pelaksanaan otonomi daerah yang bersumber dari potensi
daerahnya sendiri.
PAD terdiri dari:
1) Pajak Daerah.
2) Retribusi Daerah.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, yang mencakup:
8

Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd


6

a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD);
b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah (BUMN); dan
c) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
4) Lain-lain PAD yang Sah, yang meliputi:
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
c) Jasa giro;
d) Pendapatan bunga;
e) Penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah;
f) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah;
h) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
i) Pendapatan denda pajak dan retribusi;
j) Pendapatan dari fasilitas sosial dan fasilitas umum;
k) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
l) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.9
b. Dana Perimbangan, meliputi:
1) Dana Alokasi Umum;
2) Dana Alokasi Khusus; dan
3) Dana Bagi Hasil, yang meliputi bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. 9
c. Pendapatan Lain-Lain yang Sah, meliputi:
1) Pendapatan Hibah;
2) Pendapatan Dana Darurat;
3) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota;
4) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah lainnya;
5) Dana Penyesuaian; dan
6) Dana Otonomi Khusus. 9
9

Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd


7

2. Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib, urusan
pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.
Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci
klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut
organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja. 10
a. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 32 ayat (2), klasifikasi belanja menurut
urusan wajib mencakup:
1) Pendidikan;
2) Kesehatan;
3) Pekerjaan Umum;
4) Perumahan Rakyat;
5) Penataan Ruang;
6) Perencanaan Pembangunan;
7) Perhubungan;
8) Lingkungan Hidup;
9) Kependudukan dan Catatan Sipil;
10) Pemberdayaan Perempuan;
11) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;
12) Sosial;
13) Tenaga Kerja;
10

Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd


8

14) Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;


15) Penanaman Modal;
16) Kebudayaan;
17) Pemuda dan Olah Raga;
18) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;
19) Pemerintahan Umum;
20) Kepegawaian;
21) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
22) Statistik;
23) Arsip; dan
24) Komunikasi dan Informatika. 11
b. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan
1) Pertanian;
2) Kehutanan;
3) Energi dan Sumber Daya Mineral;
4) Pariwisata;
5) Kelautan dan Perikanan;
6) Perdagangan;
7) Perindustrian; dan
8) Transmigrasi.11
c. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pemerintahan, Organisasi, Fungsi, Program dan
Kegiatan, serta Jenis Belanja
Belanja daerah tersebut mencakup:
a) Belanja tidak Langsung, adalah belanja yang tidak terkait langsung dengan program
dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja tidak langsung diklasifikasikan menjadi
belanja pegawai yang berisi gaji dan tunjangan pejabat dan PNS daerah, belanja
subsidi, belanaja bunga, belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial,
belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga
11

Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd


9

b) Belanja langsung, adalah belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan
pemerintah daerah. Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja pegawai yang
berisi honorium dan penghasilan terkaiit langsung dengan pelaksanaan kegiatan,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal
Komponen belanja tidak langsung dan belanja langsung sebagai berikut:
1) Belanja Tidak Langsung, meliputi:
a) Belanja Pegawai;
b) Bunga;
c) Subsidi;
d) Hibah;
e) Bantuan Sosial;
f) Belanja Bagi Hasil;
g) Bantuan Keuangan; dan
h) Belanja Tak Terduga.
2) Belanja Langsung, meliputi:
a) Belanja Pegawai;
b) Belanja Barang dan Jasa;
c) Belanja Modal. 12
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah adalah transaksi
keuangan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus APBD.
Pembiayaan Daerah menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 59 terdiri dari
Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.12
a. Penerimaan Pembiayaan
12
Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd
10

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 60 menyebutkan bahwa Penerimaan


Pembiayaan Daerah, meliputi:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Lalu;
2) Pencairan Dana Cadangan;
3) Penerimaan pinjaman daerah;
4) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
6) Penerimaan piutang daerah. 13
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah, meliputi:
1) Pembentukan dan cadangan;
2) Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
3) Pembayaran utang pokok yang jatuh tempo; dan
4) Pemberian pinjaman daerah. 13
C . Unsur-Unsur APBD
APBD adalah suatu angggaran daerah yang memiliki unsur-unsur seperti
berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait
aktivitas tersebut, dan adanya biaya ayng merupakan batas maksimal pengeluaran yang
akan dilaksanakan
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
4. Periode anggaran, biasanya satu tahun14

13

Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd


14
Alim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Slemba Empat,
Jakarta, 2012, hal.36-37
11

D . Landasan APBD
Dengan berlakunya otonomi daerah prinsip pembangunan daerah mengalami pergeseran
dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, daerah
mempunyai hak dan kewajiban yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. Landasan hukum dari
penyusunan APBD tercantum dalam:
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan daerah.15
3. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata cara Penyusunan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah.16
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan,
Penyusunan, dan Penghitungan APBD.17
F . Fungsi APBD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki fungsi
sebagai berikut:
1.

Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2.

Fungsi Perencanaan
15 http://simplenews05.blogspot.com/2014/08/pengertiandan-landasan-hukum-apbd.html
16
Alim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Slemba Empat,
Jakarta, 2012, hal.36-37
17
http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertian-tujuan18
fungsi.html
http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertiantujuan-fungsi.html

12

Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3.

Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

4.

Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk
mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.

5.

Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.18

G . Azas Umum Pelaksanaan APBD


1. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah dikelola dalam APBD
2. Setiap SKPD yang mempunyai tudas memungut dan menerima pendapatan daerah wajib
melaksanakn pemungutun dan penerimaan berdasarkan yang telah ditentukan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
3. Penerimana SKPD dilarang digunakan lansung untuk membiayai pengeluaran, kecuali
ditentukan lain oleh perturan perundang-undagan
4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 hari kerja
5. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
pengeluaran belanja. Dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan disampaikan dalam laporan realisasi
anggran.
6. Pengeluaran tidak dapat di bebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD
7. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD
8. Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan19
18
19
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Bel
anja_Daerah
13

G .Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan Anggaran Pendapatann Daerah

Semua penerimaan daerah dilakukkan melalui rekening kas umum daerah selambat-

lambatnya dalam waktu 1 hari kerja


SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah
Penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan lansung
untuk pengeluaran20

Pengembalian atas kelebihan pajak, restribusi pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukakn dengan membebankan pada rekening penerimaan yang

bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalah tahun yang sama
Untuk mengembalikan kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya
dibebankan pada rekening belanja tak terduga 20

Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang

diperoleh oleh pihak yang menagih


Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan perda APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran

kas tersebut tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan surat penyediaan dana (SPD),

atau DPA SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan surat perintah

membayar (SPM) yang diterbitkan atas dasar surat permintaan membayar (SPP)
SPM tersebut baru dapat dicairkan (dibayar) dengan penerbitan SP2D oleh kuasa BUD
Penerimaan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undang20

Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Pengelolaan anggran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD


Semua penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dilakukan melalui rekening kas
umum daerah

20

Suhanda, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah,


A.A Mandiri, Bandung, 2007, hal.65-73
14

Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai dengan ketentuan

perundang-undang
Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang akan diterima dalam
tahun anggran yang bersangkutan sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian

pinjaman berkenaan
Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah didasarkan pada perjanjian pemberian
pinjaman daerah sebelumnya, untuk kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan

kewajiban lainya yang menjadi tanggungan pihak peminjam


Jumlah pendapatan daerah disisihkan untuk pembentukan dana cadangan dalam tahun

anggran yang bersangkutan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan daerah
Peryertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang

penyertaan modal daerah berkenaan


Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesui dengan
perjanjian pinjaman dan pelaksanaanya merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban

pemerintah daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan
Pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan keputusan kepala daerah atas

persetujuan DPRD
Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran

pokok utang dan pemberian pinjaman daerah


Dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh PPKD20

H . Proses Penyusunan APBD


Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: (1) penyusunan
rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3)
penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan
anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.
Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai berikut:

15

PENJELASAN :
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif
waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari:
Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana
Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD.
2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan hal
penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar harapan.
Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas:
a) Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya
harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan
ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung

16

pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran


sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
b) Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan para
pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.
Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) harus
bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menjamin
bahwa anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang sudah ditetapkan (KUA dan PPAS);
dan menjamin semua stakeholders terlibat dalam proses penganggaran sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Konsultasi dapat memperkuat legislatif untuk menelaah strategi pemerintah dan
anggaran. Dengan pendapat antara legislatif dan pemerintah, demikian juga dengan adanya
tekanan dari masyarakat, dapat memberi mekanisme yang efektif untuk mengkonsultasikan
secara luas kebijakan yang terbaik. Pemerintah harus berusaha untuk mengambil umpan balik
atas kebijakan dan pelaksanaan anggarannya dari masyarakat, misalnya melalui survey,
evaluasi, seminar, dsb. Akan tetapi, proses penyusunan anggaran harus menghindari tekanan
yang berlebihan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan para pelobi, agar penyusunan
anggaran dapat diselesaikan tepat waktu.21
3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setelah ada Nota
Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran kepala daerah
tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan paling lambat awal bulan
Agustus tahun anggaran berjalan. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh
proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan
alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masayarakat. Sementara
itu, penyusunan anggaran dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah (KPJM), pendekatan anggaran terpadu, dan pendekatan
anggaran kinerja. Pendekatan KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih
dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Kerangka
pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan.
17

Gambaran jangka menengah diperlukan karena rentang waktu anggaran satu tahun terlalu
pendek untuk tujuan penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian terlalu besar bila
perspektif anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun).
Proyeksi pengeluaran jangka menengah juga diperlukan untuk menunjukkan arah
perubahan yang diinginkan. Dengan menggambarkan implikasi dari kebijakan tahun berjalan
terhadap anggaran tahun-tahun berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun akan
memungkinkan pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja) dari program
yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran tahunan yang murni, hubungan
antara kebijakan sektoral dengan alokasi anggaran biasanya lemah, dalam arti sumber daya
yang diperlukan tidak cukup mendukung kebijakan/program yang ditetapkan.21

21 saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-3.pdf
bentuk dan susunan apbd

18

Akan tetapi, harus dihindari perangkap dimana pendekatan pemograman multi tahun ini
dengan sendirinya membuka peluang terhadap peningkatan pengeluaran yang tidak perlu atau
tidak relevan.
Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana dan
untuk menghindari terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran berbasis
kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan
evaluasi kinerja dari setitiap program dan jenis kegiatan.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta
korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil
yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh
karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap pengguna
anggaran (penyelenggara pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil
proses dan penggunaan sumber dayanya.
Selanjutnya, beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran daerah antara lain adalah (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2)
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia
atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; dan (3) Semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah. 21
4. Penyiapan Raperda APBD
RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD
dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan

19

Raperda APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk
selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.
Raperda tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran berikut ini:
a. ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, dan
kegiatan
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan
daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
f. daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan
g. daftar piutang daerah
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
l. dafar dana cadangan daerah
m. daftar penjaman daerah.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan
dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada
masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah
daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah. 21
G .Penetapan APBD
Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut:

20

1. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD


Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda beserta
lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk
selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama
bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan untuk
mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana
paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dimulai.
Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan
kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan. Raperda APBD tersebut
antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama. Raperda APBD ini baru
dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten/kota setelah mendapat pengesahan dari
Gubernur terkait. Selanjutnya menurut Pasal 108 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
apabila dalam waktu 30 (tiga puluh hari) setelah penyampaian Raperda APBD Gubernur tidak
mengesahkan raperda tersebut, maka kepala daerah (Bupati/Walikota) berhak menetapkan
Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala Daerah.
2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD
Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati.Walikota
harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja.
Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan
nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti
sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang
lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.
Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan kepada
bupati/walikota paling lama 15 (lima belas ) hari kerja terhitung sejak diterimanaya Raperda
APBD tersebut.
3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD
Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Peraturan

21

Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu
Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan
oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal ditetapkan.

22

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. APBD adalah Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember
b. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan
Pembiayaan Daerah
c. APBD memiliki ragam fungsi yang salah satunya adalah berfungsi sebgai otorisasi, fungsi
perencanaan, fungi pengawasan dan fungsi lainnya
d. Proses penyusunan APBD dimulai dari :
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
2. Kebijakan umum APBD
3. Prioritas Plafon Anggaran Sementara
4. Rencana kerja dan Anggaran SKPD
5. Rancangan Perda APBD
6. Perda APBD

2. Saran
Semoga dengan adanya APBD tersebut dapat mengontrol dan mengatur bagaimana
keuangan yang harus dikeluarkan dan di dapat pada suatu daerah. Dan dengan dibuatnya
APBD juga dapat mempermudah orang ataupun pemegang kepentingan lainnya untuk
menerima informasi terhadap rencana dari anggaran yang telah dianggarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
23

a.
b.
c.
d.

Nordiawan, Deddi, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta, 2010, hal 69
Halim, Abdul, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Yogyakarta, 2007, hal.19
Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta, 1012, hal.36-37
Suhanda, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, A.A Mandiri, Bandung, 2007

Sumber Internet :
a. https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pengertian-definisi-manfaattujuan-anggaran
b. http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah
c. Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-3.pdf bentuk dan susunan apbd
d. http://simplenews05.blogspot.com/2014/08/pengertian-dan-landasan-hukumapbd.html
e. http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah
f. http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertian-tujuan-fungsi.html

24

Anda mungkin juga menyukai