Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
APBN atupun APBD merupakan inti keuangan (akuntansi) pemerintahan, terutama
dalam era prareformasi keuangan daerah karna selama era tersebut anggaran merupakan satusatunya informasi keuangan yang dihasilkan pemerintah. Oleh karena itu, kedudukan APBN
dan APBD menjadi jauh lebih penting lagi.
Karena hal tersebut, Penulis mengangkat tema APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) agar Penulis dapat menggali lebih dalam lagi tentang informasi apa yang
lebih tercangkup mengenai APBD. Selain itu salah satu faktor Penulis memilih tema ini
dikarenakan tuntutan tugas Penulis dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Suatu daerah tidak akan dapat menjalankan kegiatan pemerintahan tanpa adanya
anggaran, oleh karena itu setiap tahunnya APBD ditetapkan guna meningkatkan efektifitas
dan efisiensi perekonomian daerah berdasarkan fungsi alokasi APBD.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 tahun 2011 Pedoman penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2012, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota
DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah,
Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut
urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
B . Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Anggaran Pendapatan Belanja
2.
3.
4.
5.
Daerah
Memberi informasi unsur, landasan, serta bentuk dan landasan dari APBD
Untuk memenuhi tugas Akuntansi Sektor Publik
Untuk memberi informasi tentang Proses Penyusunan APBD
Menunjukkan tujuan beserta fungsi dengan dibentuknya APBN dalam anggaran sektor
publik
BAB 2
PEMBAHASAN
2
A . Pengertian APBD
Menurut Lee, Jr dan Johnson (1998) anggaran adalah suatu dokumen yang
menjelaskan kondisi keuangna organisasi yang mencakup informasi keuangan,
belanja, aktivitas, serta tujuan organisasi.1
Menurut Freeman dan Shoulders (2003) anggaran adalah suatu
proses pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
yang sifatnya tidak terbatas (unlimited Demands).2
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka
dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka
waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun
dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana
keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam
arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur
pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.3
Sedangkan APBD adalah Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD)
adalah
rencana
disetujui
keuangan
oleh Dewan
tahunan pemerintah
Perwakilan
Rakyat
Daerah.
APBD
ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun,
mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.4
Menurut pasal 64 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah, APBD dapat didefenisikan sebagai rencana operasional
keuangan pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan
1
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyekproyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang di maksud.5
B . Bentuk dan Susunan APBD
Bentuk dan susunan APBD tentunya pasti memiliki perubahan, seperti pada era Reformasi.
Pada era tersebut bentuk dan susunan APBD berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1975, yang
terdiri dari :
1. Anggaran Rutin, yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin
2. Anggaran Pembangunan, yang jugadibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja
pembangunan6
Susunan tersebut kemudian mengalami perubahan-perubahan dengan dikeluarkannya
peraturan-peraturan dalam kurun waktu 1984-1988. APBD tidak lagi terbagi atas anggaran
rutin dan pembangunan, tetapi:
1. Pendapatan, yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan pembangunan,
dan urusan kas dan perhitungan (UKP)
2. Belanja, yang diperinci lagi menjadi belanja rutin (diklasifikan ke dalam 10 bagian)
dan belanja pembangunan (diklasifikasikan menjadi 21 sektor)6
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1998, yaitu terjadi pada klasifikasinya.
Bentuk yang lama pendapatan daerah dibagi menjadi empat yaitu sisa lebih perhitungan tahun
lalu, pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak/bukan pajak, serta sumbangan dan bantuan.
Sedangkan pada bentuk yang baru terdapat pendapatan yang berasal yang berasal dari
pemberian pemerintah dan instansi yang lebih tinggi yang termsuk di dalamnya bagi hasil
pajak dan non pajak dan sumbangan serta bantuan. 6
Karakteristik APBD pada era prareformasi adalah sebagai berikut.
1. APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan kepala daserah (Pasal 30 UU Nomor 5
Tahun 1975)
2. Menggunakan line item budgering atau oenfekatan tradisional dalam menyusun anggran,
yaitu anggaran disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran
3. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeriksaan,
penyusunan, dan penetapan APBD, yaitu diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
5
Sedangkan sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas pembayaran utang
pokok yang telah jatuh tempo, penyetoran modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa
lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung7
a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD);
b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah (BUMN); dan
c) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
4) Lain-lain PAD yang Sah, yang meliputi:
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
c) Jasa giro;
d) Pendapatan bunga;
e) Penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah;
f) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah;
h) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
i) Pendapatan denda pajak dan retribusi;
j) Pendapatan dari fasilitas sosial dan fasilitas umum;
k) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
l) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.9
b. Dana Perimbangan, meliputi:
1) Dana Alokasi Umum;
2) Dana Alokasi Khusus; dan
3) Dana Bagi Hasil, yang meliputi bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. 9
c. Pendapatan Lain-Lain yang Sah, meliputi:
1) Pendapatan Hibah;
2) Pendapatan Dana Darurat;
3) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota;
4) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah lainnya;
5) Dana Penyesuaian; dan
6) Dana Otonomi Khusus. 9
9
2. Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib, urusan
pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.
Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci
klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut
organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja. 10
a. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 32 ayat (2), klasifikasi belanja menurut
urusan wajib mencakup:
1) Pendidikan;
2) Kesehatan;
3) Pekerjaan Umum;
4) Perumahan Rakyat;
5) Penataan Ruang;
6) Perencanaan Pembangunan;
7) Perhubungan;
8) Lingkungan Hidup;
9) Kependudukan dan Catatan Sipil;
10) Pemberdayaan Perempuan;
11) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;
12) Sosial;
13) Tenaga Kerja;
10
b) Belanja langsung, adalah belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan
pemerintah daerah. Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja pegawai yang
berisi honorium dan penghasilan terkaiit langsung dengan pelaksanaan kegiatan,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal
Komponen belanja tidak langsung dan belanja langsung sebagai berikut:
1) Belanja Tidak Langsung, meliputi:
a) Belanja Pegawai;
b) Bunga;
c) Subsidi;
d) Hibah;
e) Bantuan Sosial;
f) Belanja Bagi Hasil;
g) Bantuan Keuangan; dan
h) Belanja Tak Terduga.
2) Belanja Langsung, meliputi:
a) Belanja Pegawai;
b) Belanja Barang dan Jasa;
c) Belanja Modal. 12
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah adalah transaksi
keuangan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus APBD.
Pembiayaan Daerah menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 59 terdiri dari
Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.12
a. Penerimaan Pembiayaan
12
Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan3.pdf bentuk dan susunan apbd
10
13
D . Landasan APBD
Dengan berlakunya otonomi daerah prinsip pembangunan daerah mengalami pergeseran
dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, daerah
mempunyai hak dan kewajiban yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. Landasan hukum dari
penyusunan APBD tercantum dalam:
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan daerah.15
3. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata cara Penyusunan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah.16
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan,
Penyusunan, dan Penghitungan APBD.17
F . Fungsi APBD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki fungsi
sebagai berikut:
1.
Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2.
Fungsi Perencanaan
15 http://simplenews05.blogspot.com/2014/08/pengertiandan-landasan-hukum-apbd.html
16
Alim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Slemba Empat,
Jakarta, 2012, hal.36-37
17
http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertian-tujuan18
fungsi.html
http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertiantujuan-fungsi.html
12
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3.
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4.
Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk
mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5.
Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.18
G .Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan Anggaran Pendapatann Daerah
Semua penerimaan daerah dilakukkan melalui rekening kas umum daerah selambat-
Pengembalian atas kelebihan pajak, restribusi pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukakn dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalah tahun yang sama
Untuk mengembalikan kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya
dibebankan pada rekening belanja tak terduga 20
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang
kas tersebut tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan surat penyediaan dana (SPD),
atau DPA SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan surat perintah
membayar (SPM) yang diterbitkan atas dasar surat permintaan membayar (SPP)
SPM tersebut baru dapat dicairkan (dibayar) dengan penerbitan SP2D oleh kuasa BUD
Penerimaan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undang20
20
Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundang-undang
Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang akan diterima dalam
tahun anggran yang bersangkutan sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman berkenaan
Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah didasarkan pada perjanjian pemberian
pinjaman daerah sebelumnya, untuk kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan
anggran yang bersangkutan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan daerah
Peryertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
pemerintah daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan
Pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan keputusan kepala daerah atas
persetujuan DPRD
Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran
15
PENJELASAN :
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif
waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari:
Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana
Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD.
2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan hal
penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar harapan.
Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas:
a) Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya
harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan
ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung
16
Gambaran jangka menengah diperlukan karena rentang waktu anggaran satu tahun terlalu
pendek untuk tujuan penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian terlalu besar bila
perspektif anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun).
Proyeksi pengeluaran jangka menengah juga diperlukan untuk menunjukkan arah
perubahan yang diinginkan. Dengan menggambarkan implikasi dari kebijakan tahun berjalan
terhadap anggaran tahun-tahun berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun akan
memungkinkan pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja) dari program
yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran tahunan yang murni, hubungan
antara kebijakan sektoral dengan alokasi anggaran biasanya lemah, dalam arti sumber daya
yang diperlukan tidak cukup mendukung kebijakan/program yang ditetapkan.21
21 saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-3.pdf
bentuk dan susunan apbd
18
Akan tetapi, harus dihindari perangkap dimana pendekatan pemograman multi tahun ini
dengan sendirinya membuka peluang terhadap peningkatan pengeluaran yang tidak perlu atau
tidak relevan.
Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana dan
untuk menghindari terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran berbasis
kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan
evaluasi kinerja dari setitiap program dan jenis kegiatan.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta
korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil
yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh
karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap pengguna
anggaran (penyelenggara pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil
proses dan penggunaan sumber dayanya.
Selanjutnya, beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran daerah antara lain adalah (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2)
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia
atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; dan (3) Semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah. 21
4. Penyiapan Raperda APBD
RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD
dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan
19
Raperda APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk
selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.
Raperda tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran berikut ini:
a. ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, dan
kegiatan
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan
daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
f. daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan
g. daftar piutang daerah
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
l. dafar dana cadangan daerah
m. daftar penjaman daerah.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan
dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada
masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah
daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah. 21
G .Penetapan APBD
Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut:
20
21
Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu
Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan
oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal ditetapkan.
22
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. APBD adalah Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember
b. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan
Pembiayaan Daerah
c. APBD memiliki ragam fungsi yang salah satunya adalah berfungsi sebgai otorisasi, fungsi
perencanaan, fungi pengawasan dan fungsi lainnya
d. Proses penyusunan APBD dimulai dari :
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
2. Kebijakan umum APBD
3. Prioritas Plafon Anggaran Sementara
4. Rencana kerja dan Anggaran SKPD
5. Rancangan Perda APBD
6. Perda APBD
2. Saran
Semoga dengan adanya APBD tersebut dapat mengontrol dan mengatur bagaimana
keuangan yang harus dikeluarkan dan di dapat pada suatu daerah. Dan dengan dibuatnya
APBD juga dapat mempermudah orang ataupun pemegang kepentingan lainnya untuk
menerima informasi terhadap rencana dari anggaran yang telah dianggarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
23
a.
b.
c.
d.
Nordiawan, Deddi, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta, 2010, hal 69
Halim, Abdul, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Yogyakarta, 2007, hal.19
Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta, 1012, hal.36-37
Suhanda, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, A.A Mandiri, Bandung, 2007
Sumber Internet :
a. https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pengertian-definisi-manfaattujuan-anggaran
b. http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah
c. Saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-3.pdf bentuk dan susunan apbd
d. http://simplenews05.blogspot.com/2014/08/pengertian-dan-landasan-hukumapbd.html
e. http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah
f. http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertian-tujuan-fungsi.html
24